BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tidur 2.1.1. Definisi Tidur
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang
lainnya. Tidur harus dibedakan dengan koma, yang merupakan keadaan bawah sadar saat orang tersebut tidak dapat dibangunkan Guyton dan Hall, 2006.
Tidur merupakan suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga. Tingkat aktivitas otak keseleruhan tidak berkurang selama tidur. Selama
tahap-tahap tertentu tidur, penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat
melebihi tingkat normal sewaktu terjaga Sherwood, 2007.
2.1.2. Fungsi Tidur
Meskipun manusia menghabiskan sekitar sepertiga dari kehidupan mereka dengan tidur, namun mengapa tidur sangat dibutuhkan masih merupakan misteri.
Walaupun masih spekulatif, studi-studi terakhir menunjukkan bahwa tidur gelombang lambat dan tidur rapid eye movement REM memiliki fungsi yang
berbeda Sherwood, 2007. Salah satu hipotesis yang diterima luas adalah bahwa tidur memberi otak
waktu guna memulihkan proses-proses biokimia atau fisiologis yang secara progresif mengalami penurunan ketika terjaga Sherwood, 2007. Dengan kata
lain, tidur mengembalikan kondisi tubuh dan membangun kembali otak dan tubuh kita, yang telah menurun akibat aktivitas ketika kita terjaga. Gagasan ini cocok
dengan perasaan lelah dan letih sebelum kita tidur dan segar kembali ketika bangun King, 2007.
Faktanya, peran penting tidur dalam konsolidasi, penyimpanan, dan pemeliharaan ingatan jangka panjang kini telah dikenali. Satu penjelasan yang
mungkin adalah bahwa semasa tidur korteks serebrum tidak sibuk dengan pengolahan masukan sensoris, keawasan aktif, dan fungsi motorik. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian, korteks serebrum leluasa untuk beraktivitas yang menguatkan asosiasi ingatan, sehingga ingatan yang dibentuk pada jam-jam terjaga dapat
diintegrasikan ke dalam ingatan jangka panjang King, 2007.
2.1.3. Fisiologi Tidur
Tidur dapat diamati dari aktivitas otak, tonus otot, dan gerak mata. Pengukuran ketiganya dapat diketahui melalui polisomnografi, yang rekamannya
terdiri atas: elektroensefalografi EEG, elektromiografi
EMG, dan elektrookulografi EOG. Melalui hasil polisomnografi tersebut akan
didefinisikan berbagai macam stadium tidur Akerstedt dan Nilsson, 2003 Tidur terdiri dari dua keadaan fisiologi, yakni tidur dengan gerakan mata
tidak cepat NREM; non-rapid eye movement dan tidur dengan gerakan mata cepat REM; rapid eye movement Kaplan, Sadock, dan Grebb, 2010.
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi
secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam Japardi, 2002. Menurut Japardi 2002, tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:
1. Tidur stadium satu Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini
didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah
sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang teta dengan amplitudo yang rendah. Tidak
didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K. 2. Tidur stadium dua
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari
gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan kompleks K.
Universitas Sumatera Utara
3. Tidur stadium tiga Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat
lebih banyak gelombang delta simetris antara 25-50 serta tampak gelombang sleep spindle.
4. Tidur stadium empat Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG
didominasi oleh gelombang delta sampai 50 tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100
menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat
menjelang pagi atau bangun Japardi, 2002. Pada orang normal tidur NREM merupakan keadaan yang relatif tenang
terhadap terjaga. Kecepatan denyut jantung biasanya lebih lambat 5 sampai 10 denyut semenit di bawah tingkat terjaga penuh dan sangat teratur. Respirasi
mengalami hal yang sama. Tekanan darah juga cenderung rendah, dengan sedikit variasi dari menit ke menit. Potensial otot istirahat dari otot-otot tubuh lebih
rendah pada tidur REM dibandingkan keadaan terjaga. Gerakan tubuh yang episodik dan involunter ditemukan pada tidur NREM. Terdapat beberapa gerakan
mata yang cepat, jika ada, dan jarang terjadi ereksi penis. Aliran darah ke sebagian besar jaringan menurun, termasuk aliran darah ke otak Kaplan, Sadock,
dan Grebb, 2010. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot
yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua orang akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi ereksi
penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam Japardi, 2002. Tidur REM juga telah dinamakan dengan tidur paradoksikal. Kecepatan
denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah pada manusia semuanya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tidur NREM dan sering kali lebih tinggi
dibandingkan dengan keadaan terjaga. Kendatipun lebih terbatas, tingkat atau kecepatan tersebut bervariasi dari menit ke menit. Pemakaian oksigen otak
meningkat selama tidur REM. Respon pernapasan terhadap peningkatan kadar
Universitas Sumatera Utara
karbon dioksida tertekan selama tidur REM, sehingga tidak terdapat peningkatan volume tidal saat tekanan parsial karbon dioksida meningkat. Termoregulasi
terganggu selama tidur REM Kaplan, Sadock, dan Grebb, 2010. Periode REM terjadi kira-kira setiap 90 sampai 100 menit selama
semalam. Periode REM pertama cenderung menjadi periode paling singkat, biasanya berlangsung kurang dari 10 menit; periode REM selanjutnya masing-
masing biasanya berlangsung selama 15 sampai dengan 40 menit. Sebagian besar periode tidur REM terjadi pada sepertiga bagian terakhir dari malam, sedangkan
sebagian besar tidur stadium 4 terjadi pada sepertiga bagian pertama malam Kaplan, Sadock, dan Grebb, 2010.
Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50 dari waktu total tidur. Periode neonatal
ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentase total tidur REM berkurang sampai
40 hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada
dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut: NREM 75 yaitu stadium 1: 5; stadium 2 : 45; stadium 3 : 12; stadium 4 : 13; dan REM; 25
Japardi,2002. Distribusi tersebut relatif tetap sampai usia lanjut, walaupun terjadi penurunan tidur gelombang lambat dan tidur REM pada usia lanjut
Kaplan, Sadock, dan Grebb, 2010.
2.1.4. Regulasi Tidur