Diagnosis Diagnosis Banding Penatalaksanaan

2 Adanya penyakit diabetes mellitus, dan atau kehamilan menimbulkan suasana yang menyuburkan jamur. Menurut Bagian Kesehatan Anak FK UI 2002, faktor risiko yang memudahkan invasi jamur ke jaringan, antara lain : 1 Adanya rangsangan setempat yang terus menerus pada lokasi tertentu oleh cairan yang menyebabkan pelunakan kulit, misalnya air pada sela jari kaki, kencing pada pantat bayi, keringat pada daerah lipatan kulit, atau akibat liur di sudut mulut orang lanjut usia. 2 Adanya penyakit tertentu, seperti gizi buruk, penyakit darah, keganasan, diabetes mellitus, dan atau kehamilan menimbulkan suasana yang menyuburkan jamur. Menurut Nasution M.A. 2005 dan Berman 2011, pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan jamur tersebut, atau benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh jamur, ataupun kontak langsung dengan penderita. Menurut Adiguna 2001 dan Siregar R.S. 2004, Tinea kruris paling banyak terjadi di daerah tropis, musimiklim yang panas, lingkungan yang kotor dan lembab, banyak berkeringat. Faktor keturunan tidak berpengaruh Siregar, 2004. Kebiasaan mengenakan celana ketat dalam waktu yang lama dan atau bertukar pinjam pakaian dengan orang lain penderita Tinea kruris juga termasuk faktor risiko infeksi awal maupun infeksi berulang Tinea kruris Wiederkehr, 2012.

2.1.6. Diagnosis

Untuk menegakkan Tinea kruris, dibutuhkan penilaian asosiasi gambaran klinis dengan uji diagnostik untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jamur. Bahan yang diperiksa berupa kerokan kulit. Bahan harus diperoleh sesteril mungkin untuk menghindari pencemaran jamur lain. Kemudian bahan dapat dilakukan pemeriksaan secara langsung maupun secara biakan Bagian Kesehatan Anak FK UI, 2002. Universitas Sumatera Utara Menurut Goedadi 2001 dan Nasution M.A. 2005, untuk mengetahui suatu ruam yang disebabkan oleh infeksi jamur, biasanya kita lakukan pemeriksaan kerokan dari tepi lesi yang meninggi atau aktif tersebut. Spesimen dari hasil kerokan tersebut kita letakkan di atas deck glass dan ditetesi dengan larutan KOH 10-20 . Kemudian kita tutup dengan object glass kemudian dipanaskan dengan lampu Bunsen sebentar untuk memfiksasi, kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 kali. Pemeriksaan mikroskopik secara langsung menunjukkan hifa yang bercabang atau artospora yang khas pada infeksi dermatofita. Sedangkan untuk mengetahui golongan ataupun spesies daripada jamur dilakukan pembiakan dengan media yang standar yaitu Sabouraud Dextrose Agar SDA. Kadang-kadang kita perlukan juga mikobiotik. Setelah kurang lebih dua minggu koloni daripada jamur mulai dapat kita baca secara makroskopis.

2.1.7. Diagnosis Banding

Tinea kruris perlu dibedakan antara lain dengan intertrigo, eritrasma, dermatitis seboroik, psoriasis, kandidiasis Goedadi, 2001.

2.1.8. Penatalaksanaan

Terdapat banyak obat antijamur topikal untuk pengobatan infeksi dermatofit. Lokasi ini sangat peka nyeri, jadi konsentrasi obat harus lebih rendah dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoat, sulfur, dan sebagainya. Obat-obat topikal ini bisa digunakan bila daerah yang terkena sedikit, tetapi bila infeksi jamur meluas maka lebih baik menggunakan obat oral sistemik Graham-Brown, 2002. Menurut Bagian Farmakologi FK UI 1995, Bagian Kesehatan Anak FK UI 2002, dan Nasution M.A. 2005, obat-obat pada infeksi jamur pada kulit ada 2 macam yaitu : 1 Obat topikal, misalnya : a Golongan Mikonazole, b Golongan Bifonazole, Universitas Sumatera Utara c Golongan Ketokonazole, dan sebagainya. Pengobatan umumnya 2xhari minimal selama 3 minggu atau 2 minggu sesudah tes KOH negatif dan klinis membaik. 2 Obat per oral, misalnya : a Golongan Griseofulvin, dosis : Anak : 10 mgkgBBhari microsize. 5,5 mgkgBBhari ultra-microsize. Dewasa : 500-1000 mghari b Golongan Ketokonazole, dosis : Anak : 3-6 mgkgBBhari. Dewasa : 1 tablet 200 mghari. c Golongan Itrakonazole, dosis : Anak : 3-5 mgkgBBhari. Dewasa : 1 kapsul 100 mghari. d Golongan Terbinafin, dosis : Anak : 3-6 mgkgBBhari. 10-20 kg : 62,5 mg ¼ tablethari. 20-40 kg : 125 mg ½ tablethari. Dewasa : 1 tablet 250 mghari.

2.1.9. Pencegahan