Matriproduksi Pada Masyarakat Nelayan Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif.

2.5 Matriproduksi Pada Masyarakat Nelayan

Matriproduksi didefinisikan sebagai corak model produksi berkarakter perempuan, dapat ditelusuri dari curahan waktu, nilai balik upah produksi, dan kapabilitas diri terhadap jenis pekerjaan. Matriproduksi yang didasarkan dari curahan waktu berproduksi dibedakan atas bekerja secara mandiri, penuh waktu, dan bekerja secara sambilan dan memperoleh pendapatan atau bukan upahan serta bekerja dengan mendapat upah. Konsep matriproduksi dibingkai dari padanan kata matriarki, matrilineal dan produksi yang digunakan untuk menjelaskan keterlibatan perempuan dalam struktur produksi dan sosial agar integritas masyarakat tetap terpelihara dinamikanya. Selain itu, konsep matriproduksi digunakan untuk reposisi perempuan dalam tatanan sosial sehubungan dengan prestasi dan nilai kerja sosial ekonominya. Model matriproduksi juga digunakan sebagai pola penyeimbangan peran dan posisi antar jenis kelamin dalam struktur ekonomi. Di tataran praktis, matriproduksi dapat dikenali dari ragam corak produksi berlabel perempuan untuk penguatan peran dan posisi tawar dalam struktur masyarakat nelayan . Sitorus :2002

2.6 Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif.

Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan, dan mengklasifikasinya menjadi empat tipe tindakan dasar, yang dibedakan dalam konteks motif para pelakunya: 1. Tindakan Sosial, Sarana, Tujuan dan Instrumental berorientasi tujuanpenggunaan yaitu tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain. Harapan- Universitas Sumatera Utara harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai tujuan- tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional. Dengan kata lain, tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang mempertimbangkan tujuan dan alat-alat apa yang digunakan. 2. Tindakan Rasionalitas Nilai berorientasi nilai yaitu tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya atau suatu tindakan sosial yang didasarkan pada nilai dan tujuan yang sudah ditentukan. Dalam tindakan ini, aktor dari tindakan sosial tersebut tidak terlalu memperhitungkan apakah cara-cara yang dipilihnya merupakan cara yang paling tepat atau tidak. 3. Tindakan Afektif yaitu tindakan yang ditentukan oleh kondisi emosi aktor yaitu tindakan sosial yang didominasi oleh perasaan atau emosi, tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. 4. Tindakan Tradisional yaitu tindakan yang ditentukan oleh cara bertindak aktor yang sudah terbiasa dan lazim dilakukan atau tindakan sosial yang berdasarkan kepada kebiasaan tanpa perencanaan dan tanpa refleksi yang sadar. Selain itu, tindakan jenis ini mencakup tingkah laku berdasarkan kebiasaan yang timbul dari praktik-praktik yang telah mapan dan menghormati otoritas yang telah ada. Dimana tindakan ini dalam konteks sosial, kepercayaan dan nilai yang sudah mapan dalam suatu masyarakat, maka individu didalamnya tidak mempunyai banyak pilihan untuk bertindak Universitas Sumatera Utara dan menjadi makhluk dari struktur normatif yang terikat kepada kestabilan dan kekohersifan kelompok. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN