Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan perempuan menjadi nelayan.

3 Peran Sosial Yaitu : peran yang berkaitan dengan peran istri untuk mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Contoh: kegiatan pengajian, arisan, organisasi kemasyarakatan.

4.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan perempuan menjadi nelayan.

Perempuan bekerja sebagai nelayan biasanya disebabkan karena sumber penghasilan suami dalam keluarga relatif sedikit, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan yang ada. Dengan kata lain, perempuan bekerja sebagai nelayan karena alasan perekonomian, khususnya untuk menambah pendapatan keluarga Sehingga pendapatan keluarga dapat terpenuhi. Apabila pendapatan keluarga kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari , hal ini yang mendorong perempuan untuk bekerja di sektor publik. Selain itu, ketertarikan perempuan sebagai aktor pelaku kegiatan ekonomi juga ditandai dengan kegiatan yang dilakukan perempuan dalam penguasaan sumber daya laut mulai dari proses produksi dalam hal ini mulai dari penangkapan kerang sampai pengolahannya dan pendistribusian hasil tangkapannya ke pasar. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara berikut ini: “sehabis ibu pergi melaut kerang yang didapat ibu langsung jual ke pasar, kalau ibu ambil malam ibu bisa jual pagi ,kalau ibu ambilnya pagi ,kerangnya di rebus terus di kupas baru disimpan di dalam peti es, paginya baru ibu jual jadi kerang kopek. Hasil wawancara dengan Ibu Duma Sari Harahap November : 2011 Universitas Sumatera Utara a. Memenuhi ekonomi keluarga Salah satu penyebab wanita bekerja di luar rumah tangga dan bertujuan menghasilkan uang adalah untuk menambah penghasilan keluarga. Walaupun masih banyak faktor penyebab lainnya, namun yang paling dominan adalah masalah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan perempuan hidup dengan berperan ganda. Demikian juga halnya dengan posisi wanita yang bekerja sebagai nelayan di desa Percut, dilatarbelakangi dengan keadaan ekonomi yang sulit sebagai akibat penghasilan dari sang suami selaku kepala rumah tangga tidak mencukupi. Keadaan ini ditimpali dengan merajalelanya beberapa pukat harimau di laut disamping populasi penduduk di daerah tersebut semakin meningkat sementara kebutuhan hidup tergantung dari hasil tangkapan di laut. b. Menjadi nelayan tidak memerlukan modal Dalam hal ini para wanita yang berprofesi sebagai nelayan tidak memerlukan modal awal. Hal ini disebabkan ada dua cara yang dapat dilakukan mereka apabila ingin mencari ikan ke laut, yakni sebagai : 1. Nelayan penyewa perahu : Sistem ini dilakukan dengan cara menyewa perahu milik orang lain secara bersama- sama dengan nelayan wanita lainnya 5 – 6 orang. Pihak penyewa perahu akan menyediakan segala perlengkapan termasuk pengadaan solar dan biasanya si pemiliki perahu akan menunggu saat kepulangan paranelayan wanita di tangkahan sekaligus di tempat ini pula diadakan transaksi pembayaran sewa perahu. Sistem pembayaran dapat berjalan dengan mulus apabila hasil tangkapan telah laku terjual kepada para agen. Universitas Sumatera Utara 2. Nelayan bagi hasil : Sebutan nelayan bagi hasil ditujukan kepada nelayan wanita yang menggunakan perahu milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Ada pun caranya adalah setengah dari hasil tangkapan para nelayan tersebut diberikan kepada si pemilik perahu dan setengahnya lagi harus dijual kepada si pemilik perahu yang dalam hal ini sekaligus berperan sebagai agen. Peraturan ini sebelumnya sudah merupakan komitmen bersama antara si pemilik perahu dengan para nelayan perempuan. Dari kedua bentuk pola di atas, maka para nelayan wanita yang memiliki modal akan lebih memilih sistem sewa perahu, namun bagi nelayan yang tidak memiliki modal akan lebih condong untuk memilih sistem bagi hasil. Ciri nelayan desa Percut dalam menjalankan aktivitas perikanan tangkap adalah dengan menggunakan alat tangkap yang masih tradisional. Pola penangkapan yang dilakukan masih terbilang sangat sederhana dengan memanfaatkan bahan yang ada, yang biasa disebut uncang.Selain itu,cara mereka menangkap kerang juga masih sederhana hanya dengan meraba ke dasar laut untuk mengambil kerang dan uncang diikat ke leher. Cara yang mereka gunakan merupakan salah satu bentuk pelestarian lingkungan laut. Kegiatan nelayan di desa ini pada umumnya dilakukan secara perorangan tetapi pergi melautnya dilakukan bersama-sama dengan menyewa sampan milik salah seorang nelayan prngempul kerang. Kegiatan penangkapan kerang bergantung pada alam dan antara nelayan yang satu dengan lainnya memiliki hak yang sama atas sumber daya alam yang tersedia. Sifat pola tangkap yang mereka gunakan juga tidak tetap. Walaupun dengan keadaan yang sedemikian rupa, mereka tetap menggantungkan hidupnya dengan menangkap Universitas Sumatera Utara kerang. Dengan pola pemikiran yang sangat sederhana maka hal itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari para perempuan nelayan untuk mengambil keputusan memilih menggantungkan mata prncaharian sebagai nelayan pencari kerang. Biasanya tempat-tempat yang dipilih mereka untuk mencari kerang berada di Beranggas dan Kaluh . Pada umumnya nelayan yang menjadi informan dalam penelitian adalah nelayan perempuan yang bekerja berani mengambil resiko tinggi, tegas dan berwatak keras. Hal ini disebabkan karena kehidupan yang mereka hadapi, yaitu kehidupan laut yang serba tidak menentu. Mereka harus mencukupi kebutuhan hidup secara berpindah-pindah, supaya mendapatkan hasil yang banyak, dan bahkan kadang tidak mendapatkan hasil sama sekali apabila laut dalam keadaan sedang pasang mati. Interaksi dengan lingkungan sekitar tempat tinggal merupakan suatu hal yang harus dapat dilakukan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kehidupan nelayan tidak terlepas dari aktivitas di laut sehingga waktu yang tersisa sedikit untuk dapat melakukan sosialisasi dan interaksi dengan lingkungan tempat tinggal. Interaksi dapat dilakukan dimana saja. Dalam artian setiap interaksi yang dilakukan oleh setiap individu tentunya berlangsung antara satu hingga beberapa individu. Kondisi Ekonomi Keluarga Nelayan Pendapatan seorang nelayan tidak dapat dipastikan, hal ini disebabkan karena hasil penangkapan mereka tergantung pada fluktuasi musim alam. Alam yang Universitas Sumatera Utara menyediakan dan manusia yang akan memanfaatkannya. Pada umumnya nelayan di desa ini memiliki usia yang sudah cukup tua, umur mereka sekitar 30 -60 an tahun. Keluhan mereka tentang kemiskinan, mereka semua miskin jika diukur dengan kemampuan orang-orang kaya disekeliling mereka, tetapi pada akhirnya mereka menyatakan bahwa dengan adanya pekerjaan sepanjang waktu, kesehatan mereka terjaga, mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari , serta dapat menyekolahkan anak sudah termasuk sedang-sedang saja, dan mereka menerima keadaan tersebut. Pendapatan Pendapatan merupakan imbalan atau balas jasa yang diterima oleh seseorang atas tenaga atau jasa yang diberikannya. Dalam hal ini pendapatan nelayan berasal dari hasil penangkapan kerang dari laut kemudian dijual. Besarnya pendapatan yang dihasilkan seorang nelayan berbeda-beda menurut banyaknya hasil tangkapan dan kodisi harga kerang dipasar. Pasang surut, dapat tidak dapat, rejeki atau bukan rejeki, gali lubang tutup lubang, begitu antara lain istilah yang digunakan para nelayan dalam menggambarkan pendapatan mereka. Tidak ada ukuran pasti pendapatan seorang nelayan, jika dirata-ratakan dalam sebulan, maka penghasilan yang mereka perolehsetiap harinya dilihat dari pengeluaran mereka yang berkisar Rp.40.000 hari. Mengenai jumlah pendapatan tersebut dapat dilihat dari beberapa ungkapan informan, menurut Ibu Ida dalam wawancara mengatakan: “kalau masalah pendapatan perhari tidak bisa diramalkan,terkadang dapat banyak kalau lagi musim kerang bisa sampai dapat berkisar Rp.30.000, tetapi kalau Universitas Sumatera Utara sedang pasang mati terkadang mau tidak ada pendapatan sama sekali. Hal yang sama juga di ungkapkan Ibu Fatimah : “ kalau lagi rezeki bisalah makan enak, kadang pun ndak ada dapat kerang sama sekali . sekali melaut dapatlah paling banyak Rp.30.000, menghitung pendapatannya Kalo dihitung-hitung kasarnya, buatlah Rp 1.000.000 , karna pengeluaran setiap hari gak kemana Rp 40.000, Begitu pula dengan pendapat Ibu Duma Sari , mengutarakan keluhan tentang penghasilannya dari mencari kerang : “ cara awak untuk menambah pendapatan yang pandai- pandailoah mengolah kerang ini , buat saja pendapatan disitu Rp 1.000.000, padahal kalo dihitung-hitung pengeluaran kami saja mungkin lebih dari segitu, gak kemana habis Rp 40.000, sehari untuk makan, jajan anak, minyak untuk ke laut disitulah semua. Untuk menambah-nambah pendapatan bisa juga lah awak olah kerang ini menjadi kerang rebus,jadi harganya lebih tinggi kalau di jual. Nelayan setempat mengakui masih membutuhkan orang-orang yang dapat meminjamkan uang kepada mereka apabila dalam keadaan terdesak uang akan selalu ada dengan meminjam. Pada umumnya tempat mereka berhutang adalah saudara, ke warung tempat menjual kebutuhan pokok, dan orang yang memang pemberi pinjaman tidak koperasi atau lembaga peminjaman merupakan dana sendiri oleh si peminjam, tetapi tetap dengan mengenakan bunga. Pada umumnya Nelayan Desa Bagan Peruct ini memiliki Universitas Sumatera Utara umur yang sudah cukup tua, sehingga mereka juga memiliki anak-anak yang sudah cukup dewasa yang dikatakan dapat membantu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Mereka pada umumnya sudah bekerja, hal itu sudah cukup membantu kesulitan pendapatan orang tua mereka yang hanya mengandalkan rezeki laut. Pengeluaran Pada dasarnya setiap ada pendapatan, pasti ada pengeluaran, apalagi kebutuhan yang harus dipenuhi tersebut adalah kebutuhan keluarga. Pengeluaran setiap keluarga cukup beragam, sesuai dengan kondisi rumah tangga. Keragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya keragaman potensi sumber daya serta faktor-faktor sosial, ekonomis. Tetapi yang menjadi kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi keluarga. Seperti layaknya keluarga lain, pada umumnya keluarga nelayan juga harus memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya, meliputi biaya, makanan, minuman, pakaian, pendidikan, listrik, kesehatan, dan juga biaya proses pekerjaan sebagai nelayan, seperti minyak tanah, bensin, membeli jaring apabila rusak, begitu pula dengan perahu, dan lain sebagainya. Beberapa Nelayan mengutarakan pengeluaran dan pola konsumsi mereka setiap harinya ,pada saat ditanya mengenai pengeluaran keluarga mereka: “ kalo untuk pengeluaran sehari-harinya kenak juganya Rp 40.000, udah disitu beli beras, sayur, beras, minyak Universitas Sumatera Utara makan,gula, minyak tanah, semuanya la, ongkos sekolah, jajannya lagi, beli minyak bensin untuk ke laut lagi. Lain lagi untuk bulanan, bayar uang sekolah, bayar listrik, belum lagi kami disini uga kuat jajan karena melaut ini kan capek pakai tenaga jadi kuatlah kami jajan.,,padahal pendapatan kadang tidak seberapa,tapi pengeluaran lebih banyak. Hal yang hampir sama juga diutarakan oleh Ibu Nur : “ kalo ditanya tentang pengeluaran segitu yang didapat segitulah yang dikeluarkan. Kalo dikira-kira untuk makan sehari saja mungkin sampenya Rp 40.000 mungkin pun lebih, lain lagi itu jajan ,makan ,biaya melaut lagi belum lagi biaya sekolah anak,ditambah lagi kami disini air menyelang di bayar sekali menyelang Rp.3500hari..,semua beli,tidak ada yang bisa ditanam disini…. Pada umumnya untuk biaya yang menjadi prioritas bagi keluarga nelayan adalah biaya pendidikan dan kebutuhan sehari-hari, sedangkan untuk kebutuhan pakaian, dan kesehatan mereka jarang mengeluarkan biaya yang banyak, pakaian sekali dalam setahun berganti yang baru. Dalam hal kesehatan, jika sakit beli obat di warung atau berobat ke Puskesmas, pada umumnya keluarga nelayan jarang sakit. Pengeluaran yang lain adalah untuk perawatan peralatan mencari kerang , seperti perbaikan uncang , perawatan mesin dan perahu bagi yang mempunyai saja. Universitas Sumatera Utara 4.3.4 Peran dan partisipasi perempuan dalam menopang kegiatan ekonomi pesisir dalam keikutsertaan kegiatan produksi dan distribusi hasil laut Pandangan mengenai kodrat perempuan masih tetap dipengaruhi oleh sikap skeptis dan perlakuan masyarakat pesisir yang menempatkan perempuan pada posisi tawar yang lebih lemah, bila dikaitkan dengan determinasi laki-laki dalam aktivitas harian terutama berhubungan dengan struktur produksi masyarakat pesisir. Perempuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan pesisir karena posisinya yang strategis dalam kegiatan berbasis perikanan dan kelautan sebagai pedagang pengecer, pengumpul ikan, pedagang besar, buruh upahan, maupun tenaga pengolah hasil perikanan. Namun demikian, dalam berbagai aspek kajian ataupun program-program pembangunan pesisir mereka tidak banyak tersentuh. Ketika berbicara tentang nelayan yang terlintas dalam pikiran adalah kaum pria yang sebagian atau seluruh hidupnya berjuang menghadapi gelombang besar atau angin kencang untuk memperoleh hasil tangkapan ikan. Pikiran demikianlah yang mendorong lahirnya program pembangunan perikanan yang bias gender seperti nampak pada berbagai program pemberdayaan masyarakat pesisir. Kondisi demikian telah dianggap sebagai hal yang lumrah karena dalam budaya kita, perempuan telah lama dikonstruksi secara sosial maupun budaya untuk menjadi objek yang hanya berkutat pada berbagai urusan rumah tangga bahkan geraknyapun dibatasi dalam lingkup rumah tangga. Sehingga artikulasi peran wanita nelayan dalam kehidupan sosial dan budaya di pesisir menjadi kurang atau tidak tampak. Universitas Sumatera Utara Keterbatasan ekonomi keluargalah yang menuntut wanita nelayan termasuk anak-anak mereka bekerja di daerah pesisir. Dalam kegiatan perikanan laut wanita nelayan berperan sangat strategis terutama pada ranah pasca panen dan pemasaran hasil perikanan. Di beberapa wilayah bahkan peranan wanita nelayan, juga sering menyentuh wilayah yang dianggap sebagai dunia kerja kaum laki-laki yaitu penangkapan ikan seperti yang banyak ditemukan dalam kegiatan penangkapan kerang. Peran produktif ini, bagi wanita nelayan bahkan sering mengalahkan peran reproduktif atau domestiknya. Hasil penilitian menunjukkan bahwa walaupun peran reproduktif yang dilakukan oleh wanita seperti membersihkan rumah, mencuci, dan menyiapkan makanan mencapai angka 80 dari alokasi waktu setiap harinya, ketika mereka melakukan aktivitas produktif di pesisir, peran tersebut ditinggalkan sementara dan diserahkan kepada kepada anak atau ibunenek mereka. Kontribusi nelayan ini terhadap pendapatan keluargapun, dapat mencapai separuh dari pendapatan suami. Pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia seharusnya memperhatikan kondisi wanita maupun pria atau bersifat gender sensitive. Peran wanita dapat dioptimalkan apabila faktor penghambat yang melingkupinya teridentifikasi dengan baik. Walaupun secara kuantitatif jumlah wanita lebih banyak dari kaum pria, belum banyak rencana pembangunan yang benar-benar mendasarkan pada kebutuhan kaum wanita, padahal mereka bekerja pada dua fungsi sekaligus, reproduktif dan produktif. Pengembangan program pembangunan yang tidak bias gender memiliki arti yang sangat penting di daerah pesisir disebabkan tidak hanya Universitas Sumatera Utara karena secara kuantitatif jumlah kaum wanita lebih banyak, tetapi karena peran wanita nelayan yang sangat strategis. Partisipasi wanita dalam berbagai aktivitas produktif di pesisir juga telah banyak terbukti mampu mempertahankan keberlanjutan ekonomi rumah tangga nelayan. Kesempatan peran wanita nelayan juga memiliki peluang yang cukup baik karena suami mereka memiliki kebiasan yang baik yaitu menyerahkan hasil usaha melaut mereka kepada kaum wanita dan sekaligus memberikan kepercayaan kepada wanita untuk mengelola keuangan tersebut. Hal ini tentunya menjadikan wanita lebih mandiri dan berani memutuskan hal-hal penting bagi keluarga dan dirinya. Dukungan internal tersebut akan lebih optimal jika program-program intervensi oleh pemerintah juga menyentuh kaum wanita nelayan. Berbagai program pembangunan ke depan perlu menyediakan kesempatan kepada wanita nelayan untuk memiliki peluang yang sejajar dengan pria. Optimalisasi peran wanita nelayan dalam pembangunan pesisir hanya dapat dilakukan melalui integrasi kebijakan pembangunan dan pemberdayaan perempuan ke dalam kebijakan nasional, propinsi atau kabupatenkota baik pada ranah perencanaan, pelaksanaan, pemantauan maupun evaluasi pembangunan. Upaya ini tidaklah mudah dilakukan jika tidak didukung adanya kesadaran dan kepekaan para pengambil kebijakan tentang kesetaraan dan keadilan gender yang diikuti oleh program-program yang dapat menjamin keterlibatan para wanita. Pembagian peran yang sejajar khususnya dari aspek ekonomi perikanan dimana wanita yang mengurusi pasca panen dan pemasaran hasil perikanan termasuk pengawetan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil, sementara pria pada aspek Universitas Sumatera Utara produksi melalui kegiatan penangkapan kerang dapat menjadi salah satu cara mendorong partisipasi wanita yang lebih baik. Peran ini didasari pada berbagai kesulitan dalam kegiatan produksi perikanan laut. Penguatan aspek pasca panen dan pemasaran tidak hanya bermakna bagi para wanita nelayan, tetapi aktivitas perikanan secara keseluruhan karena aspek ini menjadi titik terlemah kegiatan produksi perikanan. Program penguatan dapat dilakukan misalnya melalui penguatan kelembagaan usaha berbasis kelompok. Penguatan ini memiliki makna positif karena dapat memperkuat bargaining position para wainta terhadap pesaing yang umumnya kaum pria dengan modal yang lebih besar, mempermudah akses terhadap modal, pasar, informasi dan teknologi. Pada akhirnya, pengembangan program pembangunan yang berbasis perikanan dan kelautan yang terpadu dengan kegiatan lainnya seperti wisata bahari merupakan peluang besar bagi aktualisasi peran wanita nelayan. Dalam bidang perikanan khususnya pada keluarga nelayan pembagian kerja antara pria dan wanita dalam rumah tangga nelayan terbagi menjadi dua sektor: dalam sektor produksi, pria dominan pada kegiatan perikanan laut, sedangkan perempuan dominan pada kegiatan pengolahan hasil tangkapan juga pemasaran dari olahan hasil tangkapan tersebut namun dalam skala yang kecil. Dalam kegiatan perikanan laut dapat dikatakan bahwa pria terlibat terutama pada tahap-tahap produksi penangkapan ikan, sementara wanita terlibat terutama pada tahap pasca produksi yaitu pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan. Kebiasaan atau gaya hiduo nelayan dapat dilihat dari daur hidup nelayan yang bekerja keras dan diamati dari cara kerja mereka, mereka pergi ke laut sekitar pukul 04.00 WIB dan pulang kira-kira pukul 10-00 WIB, setelah itu untuk mengisi kekosongan waktu disiang hari Universitas Sumatera Utara mereka meluangkan waktu untuk melakukan proses pengolahan kerang menjadi kerang rebus , kemudian disore hari mereka kembali pergi ke laut lalu pulang malam hari. Serta untuk memaksimalkan pendapatan mereka juga memiliki strategi atau pola tertentu untuk menghadapi lingkungan fisik laut yang tidak dapat ditentukan kepastiannya. Sebagai cara untuk menambah pendapatan mata pencaharian nelayan perempuan juga banyak terlibat dalam proses produksi dan distribusi tangkapan laut berupa kerang. Tabel Matriks 4.4.2 Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan No Aspek-aspek Kondisi Sosial Kecendrungan Fakta Sosial Ekonomi 1. Kendala struktur produksi nelayan 1. Penghasilan yang rendah akibat nelayan yang menggunakan alat tangkap dengan cara modern atau yang sering disebut langgai pukat harimau 2. Produksi ikan menurun yang mempengaruhi pendapatan nelayan 3. Inflasi akibat kuantitas jumlah hasil laut rendah sedangkan biaya produksi tinggi. 4. Harga kebutuhan bahan pokok yang tinggi yang mempengahi biaya pengeluaran rumah tangga juga meningkat. 5. Produksi perikanan rendah karena tidak adanya modifikasi pekerjaan untuk istri nelayan juga karena kelangkaan sumber daya laut berupa ikan. 2. Varians lapangan 1. Pengolahan hasil pasca produksi seperti Universitas Sumatera Utara pekerjaan yang dapat dimasuki perempuan pengolahan ikan hasil tangkapan suami seperti menyisik ikan . 2. Akibat kuantitas produksi tangkapan ikan suami yang menurun membuat perempuan ikut dalam pengambilan buah laut berupa kerang dan ketam dan mengolahnya menjaid kerang rebus. 3. Pengambilan dan penanaman buah Mangrove dahulu sebelum ada Polisi Pengawas Alam PPA 4. Menganyam atap rumbia dari toke hanya pekerjaan sampingan . 3. Persepsi corak Produksi yang ditolerir masyarakat pesisir Perempuan lebih dilibatkan pada kegiatan pada pasca produksi seperti kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan mengolah hasil laut sedangkan pada masa sekarang ini kebutuhan pokok semakin meningkat sedangkan kuantitas produksi semakin sedikit,hal ini yang menjadi alasan keterlibatan perempuan untuk ikut terlibat dalam proses produksi pengambilan hasil laut walaupun hanya mengambil kerang, hal ini juga menunjukkan adanya peluang perempuan untuk berperan pada masa pra produksi dan pasca produksi hasil tangkapan kerang tyang diharapkan lebih mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. 4. Beban ganda nelayan perempuan. 1.Peran produktif yang meliputi melakukan kegiatan dengan menjadi nelayan pencari kerang. 2.Peran reproduktif yang menjalankan fungsi afeksi pada keluarga dan peran social dalam masyarakat. Universitas Sumatera Utara 5. Kontribusi produksi terhadap ekonomi rumah tangga 1.Perempuan ikut serta terlibat dalam penangkapan kerang di laut. 2.Pengolahan kerang menjadi kerang kopek rebus yang melibatkan nelayan perempuan juga anak- anak para nelayan,harga kerang yang sudah direbus jauh lebih tinggi dari pada yang masih mentah.Cara produksi yang digunakan masih sangat sederhana dengan menggunakan perebusan yang di buat dari ban besar yang biasa disebut “rongkahan”dengan menggunakan kayu bakar. 6. Manajemen produksi berbasis mata pencaharian Livelihood Perempuan Nelayan Perempuan Pencari Kerang melakukan cara produksi kerang dengan menjual kerangnya kepada pengempul yang sudah menjadi langganan dan termasuk pada nelayan bagi hasil. Selain itu,ada juga nelayan lepas yang mengolah hasil tangkapan langsung dijual ke pasar pada pembeli, dengan kondisi kerang yang masih segar yang di jual seharga Rp.7000kg,sedangkan kerang kopek yang sudah direbus Rp.12.000kg.Pemasaran kerang dapat langsung di jual ke pasar yang biasanya di jual kepasar Belakang, Tuasan dan Cemara Asri,ada juga nelayan yang menjualnya ke pengempul yang biasanya kerang yang masih mentah.penentuan harga kerang sesuai dengan harga pasaran,dengan adanya keterlibatan perempuan dalam ikut serta terlibat langsung dalam kegiatan produksi pengambilan kerang menjadi pilihan bagi perempuan untuk dapat memberikan nilai ekonomis bagi hasil tangkapan yang didapatnya Universitas Sumatera Utara

4.3.5 Hambatan-Hambatan yang dihadapi Nelayan Perempuan