Peran perempuan pada keluarga nelayan dalam aktivitas ekonomi.

memilih menjadi Nelayan. Untuk Peran Domestik, seperti mengurus anak dan membersihkan rumah juga menjadi tugas mereka, Namun ada juga yang mengalihkan pekerjaan ini kepada Ibu mereka yang sudah tidak melaut lagi atau kepada anak mereka yang sudah mulai dewasa. Untuk proses distribusi Para Perempuan Nelayan di Desa ini juga ada yang mendistribusikannya langsung kepada konsumen di Pasar, ada juga yang hanya sebagi Pengempul, dan ada juga yang hanya pergi melaut. Peningkatan jumlah Perempuan Nelayan bisa juga disebabkan karena faktor pertambahan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Jika dilihat dari aspek social, kehidupan Nelyan di Desa Percut Sei Tuan khususnya sangat Perempuan Nelayan sangat mencemaskan. Hal ini disebabkan pola pikir mereka yang menganggap hidup sangat terbatas. Pola pikir seperti ini menjadikan sebuah siklus kehidupan yang tidak berkembang dari generasi ke generasi.

4.3.2. Peran perempuan pada keluarga nelayan dalam aktivitas ekonomi.

Peran yang tertuju pada perempuan dan alokasi ekonomi mengarah adanya peran yang lebih besar atau menyeluruh dari perempuan adalah pekerjaan rumah tangga reproduksi. Pekerjaan laki-laki adalah pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan atau pekerjaan mencari nafkah. Namun dalam kenyataannya tidak sedikit perempuan yang juga mempunyai peran dalam pekerjaan yang memberi nafkah itu, seperti bidang pertanian, perikanan, perdagangan kecil, industri kecil. Dalam bidang perikanan, khususnya pada keluarga nelayan, pembagian kerja antara Universitas Sumatera Utara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga nelayan terbagi menjadi dua sektor: dalam sektor produksi, pria dominan pada kegiatan perikanan laut, sedangkan perempuan dominan pada kegiatan pengolahan hasil tangkapan juga pemasaran dari olahan hasil tangkapan tersebut namun dalam skala yang kecil. Dalam kegiatan perikanan laut dapat dikatakan bahwa pria terlibat terutama pada tahap-tahap produksi penangkapan ikan, sementara perempuan terlibat terutama pada tahap pasca produksi yaitu pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan. Sementara di bidang non-produksi, yaitu diberbagai lembaga kesejahteraan asli yaitu arisan perempuan lebih banyak terlibat dibandingkandengan kaum pria, diduga hal ini terjadi karena pria lebih banyak menghabiskan waktunya di laut guna mencari ikan sedangkan perempuan memiliki lebih banyak waktu didarat sehingga peluang untuk terlibat kelembagaan lebih besar. Pergeseran dalam peran atau pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan didalam sebuah keluarga dan rumah tangga nelayan mencerminkan perubahan peranan perempuan dalam rumah tangga yang pada awalnya hanya reproduksi bergeser dengan penambahan peran yaitu peran produksi . Namun, berbeda dengan situasi yang ada pada perempuan yang ada di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, keikutsertaan perempuan dalam proses produksi dan distribusi hasil laut berupa kerang sangat besar seperti terlihat dari hasil wawancara berikut : “sejak awal tahun 1970 - an berdirinya Desa Percut ini perempuan yang ikut melaut sekitar 15 orang , terus semenjak tahun 1980 - an semakin Universitas Sumatera Utara bertambah jumlahnya di atas 90 orang. Sampai sekarang semakin bertambah lebih dari 150 orang , faktor ekonomi yang menjadi latar belakang perempuan ikut serta menjadi nelayan juga menjadi warisan turun temurun dari keluarga yang sebagian besar menggantungkan hidup pada daerah pesisir”. Hasil Wawancara dengan Pak Sofian Ketua Kelompok Nelayan Tradisional, November : 2011 Pertambahan jumlah nelayan perempuan di Desa Percut ini dapat dianalisis karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang ada selain mejadi nelayan.Tidak adanya proses pengolahan pasca penangkapan hasil laut juga merupakan salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah nelayan disana. Nelayan di Desa Percut dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya akan melalui suatu proses pemanfaatan hasil alam food gathering sampai pada usaha dengan menggunakan akal budi food producing yang disesuaikan dengan lingkungan alam di sekitarnya. Kondisi ini akan berlangsung secara berkesinambungan dan akan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup ini tanpa disengaja telah terbentuk sistem pembagian kerja yang dibentuk oleh masyarakat. Dari hasil penelitian , pada umumnya bahwa ada sikap yang berbeda terhadap kegiatan ekonomi dan pekerjaan antara laki-laki dengan wanita. Hal ini dapat terlihat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan suatu masyarakat terutama untuk beberapa Universitas Sumatera Utara bentuk pekerjaan yang mengutamakan kekuatan fisik akan dilakukan laki-laki, sementara berbagai jenis pekerjaan yang bersifat ringan didominasi kaum wanita. Demikian juga halnya dengan masyarakat yang berada di pesisir Pantai yang menggeluti kehidupan sebagai nelayan. Pada umumnya aktivitas di laut dilakukan kaum laki-laki, sedang kaum wanita akan mengerjakan hasil tangkapan di laut seperti memilih ikan, proses pengawetan, merebus sampai menghasilkan ikan asin. Fenomena di atas merupakan gambaran secara umum tentang kehidupan masyarakat nelayan. Namun, demikian terdapat perbedaan dengan masyarakat nelayan yang ditemukan di desa Percut Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Aktivitas ke laut tidak hanya dilakukan kaum laki-laki, namun juga dilakukan kaum wanitanya. Keadaan ini menunjukkan telah terjadi perubahan dalam kebudayaan khususnya dalam aspek pembagian kerja berdasar jenis kelamin sex. Adanya kepercayaan yang dimiliki masyarakat pantai bahwa wanita dipantangkan untuk ke laut,terutama dalam keadaan haid. Para penunggu laut atau hantu laut akan marah jika hal ini dilanggar dan dapat menimbulkan bencana, untuk itu perlu ditaati. Namun keadaan ini telah mulai memudar danberubah terutama bagi masyarakat nelayan di desa Percut. Jenis-jenis Nelayan yang ada di Desa Percut : 1.Nelayan Tradisional Uncang 2.Nelayan Jaring 3. Nelayan Pukat Trowl atau Fish Net Langgai 4. Buruh Nelayan Universitas Sumatera Utara Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan produksi dari proses penangkapan kerang dan proses distribusinya ke pasar merupakan salah satu bentuk penguasaan proses mata rantai ekonomi dari hulu ke hilir. Ketertarikan perempuan untuk terlibat dalam penangkapan langsung kerang dilaut juga merupakan salah satu bentuk peran produksi yang dilakukan perempuan dalam proses penguasaan Sumber daya Alam Hayati berupa kerang juga merupakan salah satu hal yang menarik untuk diteliti. Perempuan yang bekerja dalam sektor domestik juga harus melakukan peran transisi dalam menopang kegiatan ekonomi keluarga. Dalam hal ini peneliti ingin melihat faktor –faktor yang menjadi alasan keikutsertaan perempuan dalam melakukan kegiatan melaut baik dari aspek ekonomi dan non ekonomi. Dengan adanya perubahan peran perempuan dari peran tradisional menjadi peran transisi dalam keluarga juga peneliti ingin melihat peran perempuan nelayan dalam produksi dan distibusi hasil laut berupa kerang dengan tetap menjaga peran tradisional dari perempuan tersebut sebagai ibu rumah tangga. Faktor ekonomilah yang merupakan salah satu pendorong keterlibatan perempuan untuk pergi melaut dengan berbagai macam hambatan baik dari segi eksternal maupun dari segi internal .Cara yang digunakan untuk melaut juga masih sangat tradisional dengan menggunakan uncang yang diiikat dileher dan mengambil kerang dengan tangan diraba sampai ke dasar laut juga merupakan salah satu bentuk penangkapan kerang yang masih sangat sederhana. Dengan alasan jika menggunakan jaring yang besar maka yang di dapat bukan kerang tapi binatang laut seperti ikan kecil dan tembilang. Jam melaut yang biasanya dilakukan sekitar pukul 04.00 WIB dini hari sampai pukul Universitas Sumatera Utara 12.00 WIB siang hari, sedangkan kalau sore hari sekitar pukul 18.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB.Hasil tangkapan yang didapat juga tidak bisa di taksirkan, paling sedikit 8 Kg dan paling banyak sekitar 25 kg. Biasanya para nelayan menjual hasil tangkapan ada yang langsung ke pasar atau di jual ke pengempul. Selain itu, ada juga nelayan yang mencari tambahan penghasilan dengan merebus kerang yang di dapat yang di hargai satu mugnya Rp.500. Hambatan-hambatan yang didapat ketika melaut biasanya binatang air dan juga faktor cuaca seperti hujan dan petir. Alasan para Nelayan menangkap kerang dengan menggunakan uncang bukan menggunakan jala yaitu karena jika menggunakan jaring yang besar maka yang di dapat bukan kerang tetapi binatang laut seperti ikan kecil dan tembilang. Seperti hasil wawancara berikut ini : “kalau kami mengambil kerang ini pake uncang namanya yang diikat di leher terus di raba kebawah pake sarung tangan karena kerang ini lembek kalau di ambil pake jaring takutnya tak terambil semua , kalau dah dapat langsung dimasukkan aja ke uncang. Nanti kalau udah siap baru dipilihin di atas sampan kalau mau pulang”. Hasil Wawancara Ibu Duma Sari Harahap,November : 2011 Universitas Sumatera Utara Tabel.4.4.1 Pembagian Peran dan Tanggung jawab Domestik dan Publikdalam Keluarga Perempuan Nelayan Pencari Kerang. No Informan Pihak yang mendukung Berbagi Pembiayaan Hidup Rumah Tangga dengan suamiAnggota Keluarga Lain Berbagi Peran dan Tanggung jawab dalam Pengelolaan kerja dengan suami Anggota Keluarga Lain 1 Duma Sari Keluarga Ya Ya 2 Salmiah Suami Ya Ya 3 Ida Suami Ya Ya 4 Deliana Keluarga Ya Ya 5 Salbiah Suami Ya Ya 6 Tuti Keluarga Ya Ya 7 Dahlia Keluarga Ya Ya 8 Nur Suami Ya Ya Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa semua perempuan yang bekerja sebagai nelayan perempuan mendukung pilihan mereka untuk bekerja. Perempuan nelayan juga berkontribusi dalam pemenuhan ekonomi keluarga.Akan tetapi dalam pembagian pengelolaan rumah tangga suami hanya menjalankan peran yang lebih sedikit dibandingakan dengan perempuan. Hal ini juga dapat memberikan dampak beban kerja ganda pada perempuan yang terlihat pada pembagian peran domestic dan public. Universitas Sumatera Utara Berbagai reaksi yang bervariasi karena keberadaan perempuan nelayan mungkin akan selalu ada dalam tiap perubahan nilai yang ada di dalam masyarakat,sehingga hubungan diantara keduanya hanya akan berjalan baik apabila diantara kedua belah pihak bisa saling bekerja sama dan memahami situasi masing- masing akibat beban kerja yang berat dan yang paling terpenting rasa saling enghargai dala pembagian peran dan tanggung jawab dalam rumah tangga. Untuk itu diperlukan juga keadaan yang terkait dengan hubungan atau mitra antara perempuan dan laki-laki dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Perempuan menjadi nelayan yang terlibat dalam kegiatan langsung dalam proses produksi .dalam hal terlibat langsung dalam pengambilan buah laut kerang di laut,biiasanya berasal dari rumah tangga dengan ekonomi menengah ke bawah. Hal demikian dilakukan sebagai salah satu strategi menghadapi tekanan ekonomi dan sekaligus sebagai perwujudan dari tanggung jawab terhadap kelangsungan ekonomi keluarganya. Beban ganda pada nelayan perempuan. Pada era globalisasi sekarang ini ,kebutuhan harga bahan pokok rumah tangga melonjak tinggi, hal ini juga berdampak pada pengeluaraan konsumsi kelurga juga pasti meningkat,sementar pendapatan tetap yang didapat dari suami.Seperti yang kita ketahui,penghasilan dari daerah pesisir tidak tetap terkadang bisa dapat banyak,tetapi juga busa tidak dapat sama sekali kalu sedang musim paceklik atau pasang mati. Untuk itu, diharapkan juga partsipasi perempuan untuk ikut mendorong pemenuhan Universitas Sumatera Utara ekonomi rumah tangga. Perempuan bekerja karena memang ekonomi keluarga menumtut mereka agar mereka turut mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari.Pada kalangan ekonomi kelas menengah ke atas,bekerja dianggap sebagai peningkatan prestige dan lebih cendrung untuk memenuhi kebutuhan sendiri,sedangkan pada kalangan ekonomi kelas menengah ke bawah bekerja dianggap sebagai suatukeharusan yang memang dijalankan untuk mencukupi kebutuhan primer keluarga, ika mereka tidak melakukannya maka mungkin kegiatan keluarga akan terganggu. Perempuan di Desa Bagan percut yang termasuk keluarga dengan golongan ekonomi kelas menengah ke bawah selain bekerja dalam pemenuhan kebutuhan domestic rumah tangga juga memiliki beban ganda. 1. Peran Tradisional Peran ini merupakan semua pekerjaan rumah, dari membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Bila ditinjau secara luas tentang peranan perempuan sebagai ibu rumah tangga, perempuan telah memberikan peranannya yang sungguh mahal dan penting artinya dalam pembentukan keluarga sejahtera. Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dan lebih rendah antara ibu dengan ayah. Pekerjaan-pekerjaan ibu rumah tangga dalam mengatur rumah, memasak, mencuci, serta membimbing dan mengasuh anak tidak dapat diukur dengan nilai uang. Ibu merupakan figur yang paling menentukan dalam membentuk pribadi anak. Hal ini disebabkan keterikatan anak terhadap ibunya sudah berawal sejak anak masih dalam kandungan. Di dalam rumah tangga nelayan juga masih terdapat sangat dominan peran perempuan yang tetap Universitas Sumatera Utara menjalankan tanggung jawab mengurus keperluan rumah tangganya selesai melaut. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut : “Biasanya sebelum ibu pergi melaut, ibu memasak dulu makan pagi anak- anak, tapi terkadang ibu pulang jam 11.00 siang masih belum makan juga anak ibu, masih mau minta di sulangin makan juga ama ibu Jadi sambil mengopek kerang ibu mengasih makan anak jugalah , baru siap itu ibu tidurkanlah dia di ayunan, ibu sambilllah menggosok atau ga kerja rumah lain lagi , kalau ga begitu ga beres juga kerjaan rumah”. Hasil Wawancara dengan Ibu Fatimah November : 2011 2. Peran Transisi Peran perempuan yang juga berperan atau terbiasa bekerja untuk mencari nafkah. Partisipasi tenaga kerja perempuan atau ibu-ibu disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya bidang pertanian dalam memenuhi kebutuhan pokoknya tenaga kerja. Perempuan dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada. Sedangkan dibidang industri yang membuka peluang bagi para wanita untuk bekerja karena dengan berkembangnya industri berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi perempuan sehingga terbukalah kesempatan kerja bagi perempuan. Dalam penelitian ini dapat dilihat alasan keikuksertaan perempuan dalam masalah ekonomi dan ketersediaan sumber daya laut yang ada di sekitar tempat tinggal mereka mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja mencari nafkah sebagai nelayan mencari kerang . Hal ini terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara “kalau kami ndak ikut melaut juga dek sayang kalilah dek orang laut ini ndak ada yang punya , dan ndak ada juga yang ngelarang mengambil hasilnya kan dek, jadi ibu juga bisa ikut melaut, ya hitung-hitung kalau kita yang ambil sendirikan dek bisa kita jual sendiri juga dek, jadi adalah sedikit simpanan buat bayar bulanan”. Hasil wawancara dengan Ibu Salmiah November : 2011 3. Peran Kontemporer Peran kontemporer adalah peran dimana seorang perempuan hanya memiliki peran diluar rumah tangga sebagai wanita karier. Peran wanita terbagi atas : 1 Peran Produktif Yaitu peran yang dihargai dengan uang atau barang yang menghasilkan uang atau barang atau yang berkaitan erat dengan kegiatan ekonomi. Contoh: petani, penjahit, guru dan pengusaha. 2 Peran Reproduktif Yaitu : peran yang tidak dapat dihargai dengan nilai uang atau barang, peran ini terkait dengan kelangsungan hidup manusia. Contoh : sebagaimana peran istri seperti mengandung, melahirkan,dan menyusui anak adalah kodrat dari seorang ibu serta mendidik anak, memasak, menyiram tanaman, mencuci, memandikan anak, menyapu walaupun bisa dikerjakan secara bersama-sama. Universitas Sumatera Utara 3 Peran Sosial Yaitu : peran yang berkaitan dengan peran istri untuk mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Contoh: kegiatan pengajian, arisan, organisasi kemasyarakatan.

4.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan perempuan menjadi nelayan.