Peran Perempuan Nelayan Dalam Produksi Dan Distribusi Hasil Laut (Studi Kasus Pada Perempuan Pencari Kerang di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERAN PEREMPUAN NELAYAN DALAM PRODUKSI DAN DISTRIBUSI HASIL LAUT

(Studi Kasus Pada Perempuan Pencari Kerang di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan oleh:

DINI SAPUTRI

070901061

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

ABSTRAK

Nelayan Desa Percut adalah nelayan tradisional yang masih menggunakan cara tradisional untuk menangkap hasil laut. Mata pencaharian utama ( livelihood ) di desa tersebut bergantung pada sumber daya laut, maka pendapatan mereka juga tergantung kondisi alam. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Hal ini mendorong peran perempuan juga menjadi seorang nelayan untuk menopang kehidupan perekonomian keluarga mereka. Dengan perempuan menjadi seorang nelayan, pendapatan perekonomian keluarga mereka akan bertambah sehingga kehidupan mereka dapat lebih baik lagi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang ingin memaparkan secara komprehensif tentang objek penelitian, dalam hal ini kasus nelayan, yaitu peran perempuan nelayan dalam produksi dan ditribusi hasil laut.Peneliti memfokuskan objeknya adalah nelayan pperempuan pencari kerang. Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain yaitu; observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Observasi partisipasi dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan dan melihat secara langsung kegiatan nelayan dalam kesehariannya juag melihat proses produksi pengolahan hasil tangkapan laut dan proses distribusinya. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan interview guide, hal ini dilakukan untuk mengetahui realita yang ada dengan melihat pendapat dari situasi internal dan eksternal kondisi social ekonomi nelayan. Penelitian ini dilakukan terhadap 12 (dua belas) orang informan, yaitu 10 (sepuluh) orang nelayan perempuan dan 1 ( satu ) orang nelayan laki-laki juga 1 ( satu )orang ketua kelompok nelayan

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa Keterlibatan perempuan dalam melakukan kegitan nelayan merupakan salah satu parameter kutrangnya pendapatan dan kesejahteraan ekonomi rumah tangga nelayan. Cara yang digunakan untuk melaut juga masih sangat tradisional dengan menggunakan uncang yang diiikat dileher dan mengambil kerang dengan tangan diraba sampai ke dasar laut juga merupakan salah satu bentuk penangkapan kerang yang masih sangat sederhana. Hambatan-hambatan ketika mencari kerang hujan, petir, dan bintang liarJenis nelayan yang ada di Desa Percut tersebut terbagi menjadi tiga jenis yaitu nelayan pancing,nelayan pukat trawl,nelayan jaring,dan nelayan tradisional.Kerang yang didapat biasanya ada yang langsung di jual ke pelanggan yang datang,Ada juga yang di olah menjadi kerang rebus.Dari aspek Sosiologis, konsep matripoduksi yamg memberikan ruang produksi yang lebih besar kepada perempuan memberikan peluang yang besar dalam memutus mata rantai ekonomi yang panjang. Ada juga nelayan perempuan yang secara langsung yang terlibat langsung dalam memproduksi dan distribusi kerang yang diambil dari laut.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji bagi Allah SWT, Dzat yang menguasai setiap jiwa, mencengkeram semua nyawa, hanya dengan izin-Nya terlaksana segala macam kebaikan dan teraih segala macam kesuksesan. Shalawat beriring rahmat serta salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebaik-baiknya suri teladan umat.

Alhamdulillah, Atas izin Allah SWT dan juga dukungan, doa, serta motivasi dari keluarga, kerabat, dan sahabat, pada akhirnya peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Perempuan Nelayan Dalam Produksi dan Distribusi Hasil Laut ”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik USU. Dalam penyusunannya, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun sedikit-banyaknya skripsi ini mampu memberikan gambaran mengenai peran Perempuan Nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut.

Akhirul kalam, peneliti memohon maaf atas semua keterbatasan yang terdapat di dalam skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sekali untuk penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi.

Medan, Februari 2012


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, syukur tiada henti peneliti haturkan kepada Allah SWT, Rabb Semesta Alam, hanya kepada-Nya lah semua akan kembali. Salawat dan salam teruntuk pelita sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat dengan cahaya yang benderang.

Hidup adalah perjuangan dan doa. Mengutip hikmah di atas, peneliti menyadari di samping giatnya usaha peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, selalu ada doa dan dukungan yang menyertai. Maka dari itu pada halaman ini izinkan peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik USU, Prof.Dr.Badaruddin M Si, serta Pembantu Dekan I, II,dan III yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan program sarjana di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik USU.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Program Studi Sosiologi, Dra. Lina Sudarwati Msi , dan Drs.T. Ilham Saladin,MSP.


(6)

4. Dosen Pembimbing Bapak Drs.Henry Sitorus Msi yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, dan pengarahan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat peneliti rampungkan.

5. Seluruh staf pengajar Program Studi Sosiologi USU khususnya Kak Feni dan Kak Beti yang telah memberikan pengarahan kepada peniliti selama masa perkuliahan.

6. Terima kasih tak terhingga atas segala dukungan dari Ibu Santi Pratischa Hutabarat tercinta. Terima kasih atas setiap doa tulus yang tak pernah putus. Tiada kata yang dapat mewakili rasa syukur karena menjadi anak. Ayahanda Samsuddin Hutasuhut yang senantiasa memberikan doa dan bantuan moril dan materil selama peneliti dalam masa perkuliahan .

7. Terima kasih juga kepada adik peniliti Alisa Adelia, Sakinah, Rizky Pratama, Ilham Nur, Ridzhan Hutabarat, Syafdan , Hidayat Frans Santoso yang selalu menjadi motivasi dan inspirasi bagi peneliti untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

8. Terima kasih tak terhingga juga kepada Keluarga Hutasuhut dan Hutabarat, Tulang Doli Hutabarat, Sandra Dewi. S.Sos, Ir. Iskandar Hutabarat, Ir. Liliana Simnjuntak, Roy Isnan, Boy Isheriadi, Ismardiana, Ade Ismiati, Ismarini, Isman, Ismail, Reza, Kiki, Khairun nisa, Diah Pangestu, Dr. Ilham Fadli, Fitri Oktavia Hutabarat, Kasrun, M. Husin Hutasuhut, Siti Rama Hutasuhut, Tiasanah Hutasuhut, Fatimah Hutasuhut, Samsidar Hutasuhut, Siti Rohani Hutasuhut, Asnah Hutasuhut, Deliana Purba, Diana Fanderman, Irma Apriani, Ridwan, Billy, Omri, Adi, Ani, Kartika, Abdi, Putra, Rian, Anisa, Hana,


(7)

Yolanda, Sarah, Angga, Zacky, Hafifah, Ganda, Juni , Monang terimakasih tak terhingga peneliti ucapkan atas dukungan yang luar biasa.

9. Untuk Nenek dan Kakek tercinta Almh. Nenek Sariani Siregar, Hj. Hormat Tarigan,Almh. Hj. Riana Hutabarat, Almh. Hj. Rohana Siregar, Nur Aini Ida Siregar, Asnah Pane, Dr.Duma Sari Hutabarat, Maleny, Nila Mariati.SPd , Latifah SE.P. nenek tercinta yang menyadarkan peneliti bahwa belajar itu tidak mengenal usia, dan selalu memberi nasihat kepada Peneliti. Kepada Kakek tercinta, H. Selamat Hutabarat, Alm. H. M. Tohir Hutasuhut, H. Ruslan Ramly, Maratua Hutasuhut, H. Marasaid Hutabarat, H. Sarbeni Hutabarat, H. Syafruddin Hutabarat, Drs. H. Majid Hutabarat, yang selalu memberikan motivasi dan bantuan moril maupun materi kepada peneliti.

10. Keluarga Besar di Medan yang memberikan tempat tinggal bagi peneliti selama menempuh masa perkuliahan , Kepada Dr. Duma Sari Hutabarat, Evi Ganevia Ekadu, Drs. Djoko Basuki, H. Fredi Hutabarat, SE, Amelia Pohan, Amd., Prof. DR. Djohar Arifin Husein, terimakasih atas kemurahan hati yang telah diberi kepada Peneliti.

11.Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Sosiologi ( IMASI ) yang bersama-sama telah melewati masa suka dan duka selama masa perkuliahan.

12. Teruntuk Keluarga Ihtada Yogaisty, Amd. , Ibunda Hj. Endang, Ayahanda Drs. H. Prayugo, Mas Zaki, Spd, Adinda Ahda Segati, Ummu, yang selalu memberi harapan dan inspirasi kepada peneliti.

13. Kepada kerabat, jiran tetangga, Warga Perumahan Pusri, JL. Mataram, Kelurahan Melayu, Warga Kelurahan Bantan, Khususnya Jl. Ampi, Jl. Makasar dan sekitarnya,


(8)

jamaah Masjid Al”Ikhlash, Anggota Posko yang diketuai Pak Supadi, Warga Jalan Ade Irma Suryani , khusunya wilayah belakang Suzuki, Jamaah Masjid Bakti, Warga Jalan Enggang , dan Jamaah Masjid Darul Aman. Terimakasih atas peran yang telah mewarnai perjalanan hidup peneliti.

14. Untuk sahabat dan guru tercinta, TK. Sandi Putra, SD Yayasan Perguruan Keluarga, SLTP N 2 ,dan Madrasah Aliyah Negeri Pematang Siantar, terima kasih untuk setiap hal yang telah dilakukan bersama-sama, Siti Mai Sarah Pane Amd, Rizky Evianti Prawira SE, Melvi , Emy, Alfan, Bibie, Ilham yang telah menjadi teman yang selalu mendukung dan ada di setiap susah dan senang peneliti.

15. Teman-teman Sosiologi FISIP USU Angkatan 2007 semoga silaturahmi tetap terjaga selamanya .

16. Junior dan Senior Sosiologi FISIP USU terima kasih buat pertemanan selama dalam masa perkuliahan.

17. Kepada para tim CSRC UIN Syarif Hidayatullah, dan PT. Pertamina Yang memberikan kepercayaan dan pelajaran kepada saya sebagai enumerator pada penilitiannya.

Setiap bagian kecil dari kalian telah memberikan warna di dalam kehidupan peneliti. Semoga Allah menggantikan segala kebaikan dengan pahala yang berlimpah. Amin...

Akhirnya masa penantian itu telah tiba,


(9)

Selamat datang di dunia yang lebih nyata.

Medan, Februari 2012


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………..1

1.2Perumusan Masalah………...3

1.3Tujuan Penelitian………...4

1.4Manfaat Penelitian………... 4

1.5Defenisi Konsep ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kedudukan Dan Peran Perempuan ... 7

2.2. Sistem Masyarakat Patriarki ... 8

2.3. Sistem Patriakat Pada Masyrakat Nelayan ... 10

2.4. Beban Kerja (double burden) ... 11

2.5. Matriproduksi Pada Masyarakat Nelayan ... 12


(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 15

3.2. Lokasi Penelitian ... 16

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 16

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

3.5. Interpretasi Data ... 20

3.6. Jadwal Kegiatan ... 21

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 22

BAB IV TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

4.1.1. Lokasi Dan Luas Wilayah ... 23

4.1.2. Topografi Kelurahan ... 23

4.1.3. Keadaan Penduduk………...24

4.1.4. Komposisi Penduduk ………...25

4.1.5. Sarana Dan Pasarana Kelurahan ………..28

4.1.6.Sistem Ekonomi……….30

4.2. Profil Informan………32

4.2.1. Profil Nelayan ... 32

4.3. Interpretasi Data Penelitian ... 56

4.3.1.Perilaku Ekonomi Masyarakat Nelayan ... 56

4.3.2.Peran Perempuan Pada Keluarga Nelayan ... 65


(12)

4.3.4.Peran Dalam Kegiatan Produksi Dan Distribusi ... 76 4.3.5.Hambatan-hambatan Nelayan Perempuan ... 79 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 82 5.2. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA ... 96


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.6 Jadwal Kegiatan ... 21 Tabel 4.1.3.1. Jumlah Penduduk Menurut Desa Tahun 2010 ... 24 Tabel 4.1.4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Desa Percut Tahun 2010 ... 26 Tabel 4.3.4. Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Perempuan Di Percut……....76


(14)

ABSTRAK

Nelayan Desa Percut adalah nelayan tradisional yang masih menggunakan cara tradisional untuk menangkap hasil laut. Mata pencaharian utama ( livelihood ) di desa tersebut bergantung pada sumber daya laut, maka pendapatan mereka juga tergantung kondisi alam. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Hal ini mendorong peran perempuan juga menjadi seorang nelayan untuk menopang kehidupan perekonomian keluarga mereka. Dengan perempuan menjadi seorang nelayan, pendapatan perekonomian keluarga mereka akan bertambah sehingga kehidupan mereka dapat lebih baik lagi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang ingin memaparkan secara komprehensif tentang objek penelitian, dalam hal ini kasus nelayan, yaitu peran perempuan nelayan dalam produksi dan ditribusi hasil laut.Peneliti memfokuskan objeknya adalah nelayan pperempuan pencari kerang. Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain yaitu; observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Observasi partisipasi dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan dan melihat secara langsung kegiatan nelayan dalam kesehariannya juag melihat proses produksi pengolahan hasil tangkapan laut dan proses distribusinya. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan interview guide, hal ini dilakukan untuk mengetahui realita yang ada dengan melihat pendapat dari situasi internal dan eksternal kondisi social ekonomi nelayan. Penelitian ini dilakukan terhadap 12 (dua belas) orang informan, yaitu 10 (sepuluh) orang nelayan perempuan dan 1 ( satu ) orang nelayan laki-laki juga 1 ( satu )orang ketua kelompok nelayan

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa Keterlibatan perempuan dalam melakukan kegitan nelayan merupakan salah satu parameter kutrangnya pendapatan dan kesejahteraan ekonomi rumah tangga nelayan. Cara yang digunakan untuk melaut juga masih sangat tradisional dengan menggunakan uncang yang diiikat dileher dan mengambil kerang dengan tangan diraba sampai ke dasar laut juga merupakan salah satu bentuk penangkapan kerang yang masih sangat sederhana. Hambatan-hambatan ketika mencari kerang hujan, petir, dan bintang liarJenis nelayan yang ada di Desa Percut tersebut terbagi menjadi tiga jenis yaitu nelayan pancing,nelayan pukat trawl,nelayan jaring,dan nelayan tradisional.Kerang yang didapat biasanya ada yang langsung di jual ke pelanggan yang datang,Ada juga yang di olah menjadi kerang rebus.Dari aspek Sosiologis, konsep matripoduksi yamg memberikan ruang produksi yang lebih besar kepada perempuan memberikan peluang yang besar dalam memutus mata rantai ekonomi yang panjang. Ada juga nelayan perempuan yang secara langsung yang terlibat langsung dalam memproduksi dan distribusi kerang yang diambil dari laut.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat tradisional nelayan merupakan masyarakat yang mengalami kesulitan dalam kehidupannya di bidang ekonomi, karena ketergantungan mereka pada sumber daya laut, maka pendapatan mereka juga tergantung kondisi alam. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Hal ini mendorong peran perempuan juga menjadi seorang nelayan untuk menopang kehidupan perekonomian keluarga mereka. Dengan perempuan menjadi seorang nelayan, pendapatan perekonomian keluarga mereka akan bertambah sehingga kehidupan mereka dapat lebih baik lagi. Namun di Desa Percut, Kabupaten Deli Serdang sebagian besar masyarakat bernelayan terutama ibu-ibu rumah tangga yang menjadi nelayan pencari kerang. Padahal ancaman bagi nelayan pencari kerang saat melaut seperti serangan hewan air seperti ular air, ubur-ubur dan ikan ikan sembilang yang dapat mebahayakan kesehatan dan keselamatan nelayan. Ancaman lain yaitu kapal yang digunakan mati atau rusak di pertengahan perjalanan. Kerang yang dibawa juga terlalu berat dan tidak baik bagi kesehatan perempuan. Bernelayan dianggap sebagai pekerjaan untuk mendukung atau menopang perekonomian keluarga agar dapat hidup lebih baik lagi.Untuk itu para perempuan juga ikut serta dalam proses produksi dan distribusi hasil tangkapan mereka.

Perempuan di daerah pesisir berprofesi sebagai nelayan merupakan strategi mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Karena sebagian besar masyarakat


(16)

miskin adalah masyarakat pesisir yang berada di pedesaan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Maret tahun 2010, penduduk miskin di indonesia mencapai 32,53 juta jiwa dan 19,93 juta jiwa di antaranya adalah masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. Pada Maret 2009, 63,38 persen penduduk miskin berada di daerah pesisir dan perdesaan, sedangkan pada Maret 2010 sebesar 64,23 perse 2011). Hal ini disebabkan karena ketergantungan masyarakat pesisir pada sumber daya laut sehingga besarnya pendapatan keluarga tergantung pada sumber daya dan begitu sulit mereka melepaskan ketergantungan tersebut. Kesulitan melepaskan ketergantungan terhadap sumber daya laut dan menjadi seorang nelayan berkaitan dengan makna bernelayan yang ada pada masyarakat sendiri khusunya perempuan. Apabila makna bernelayan bagi perempuan hanya sebagai strategi yang mereka lakukan untuk menambah perekonomian keluarga, mereka dapat melakukan pekerjaan lain yang lebih menguntungkan dan lebih menghasilkan pendapatan yang besar.

Dalam Inshore Fisheries Research Project Technical Document No. 5, E. Matthews dalam jurnalnya berjudul “Women And Fishing In Traditional Pacific Island Cultures” menyatakan bahwa sebagian besar perempuan di New Irlandia, Pulau Tanga, Kepulauan Pasifik ikut bernelayan mencari ikan , kerang , dan juga menjadi pemancing di laut dalam. Para perempuan ini memiliki kontribusi yang sangat besar secara substansi daripada laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari data yaitu 32% dari total hasil penangkapan ikan disediakan oleh para wanita meskipun hanya 17% dari mereka yang terlibat dalam penangkapan ikan. Di Kepulauan Pasifik lain


(17)

tepatnya di Samoa Barat 17% dari konsumsi makanan laut sehari-hari terdiri dari invertebrata yang dikumpulkan oleh perempuan, di Kiribati 84% makanan laut yang dikumpulkan oleh kedua laki-laki dan perempuan dan 16% sisanya terumbu gleaning yang ditangkap sepenuhnya oleh perempuan dan anak-anak, dan 11% rumah tangga di Kiribati bergantung sepenuhnya pada kerang yang dikumpulkan oleh perempuan dan anak-anak untuk protein, serta di Papua New Guinea 25-50% makanan laut dikumpulkan oleh perempuan. Bernelayan yang dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki yang ada di Pulau Tanga, New Irlandia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan untuk menyalurkan hobi mereka.

Perempuan di Desa Percut, bagi mereka menjadi nelayan tidak hanya sebagai pekerjaan yang menopang perekonomian keluarga tetapi juga ikut langsung terlibat dalam proses produksi dan distribusi hasil tangkapan di laut. Mereka juga memilih bernelayan daripada mendirikan home industri atau pekerjaaan lainnya. Pekerjaan bernelayan sudah membudaya atau menjadi kebiasaan turun temurun bagi mereka. Hal ini disebabkan karena kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga sampai saat ini mereka masih bernelayan. Keikusertaan perempuan dalam sektor publik dengan bekerja sebagai nelayan di Desa Percut, Deli Serdang, menjadikan perempuan memiliki strategi membangun ekonomi rumah tangga. Perempuan nelayan disini memiliki beban ganda selain di bidang domestik juga dibidang publik sehingga perempuan nelayan yang bekerja adalah menempatkan kaum perempuan ini mempunyai kedudukan yang seimbang dengan suami dalam membangun kehidupan rumah tangga. Ini membuat nilai seorang perempuan tidak hanya tinggi di mata keluarga akan tetapi, juga di mata masyarakat. Banyak alasan yang yang


(18)

melatarbelakangi permpuan ikut serta menjadi nelayan, baik sebagai kebiasaan atau budaya, sebagai hobi semata, sebagai cara mobilitas sosial untuk menempati kedudukan yang seimbang dengan laki-laki, kebutuhan ekonomi, dan lainnya. Peran dan partisipasi perempuan dalam menopang kegiatan ekonomi terlihat dari keikutsertaan perempuan dalam memperkuat daya ekonomi masyarakat pesisir yang melakukan produksi dan distribusi hasil tangkapan berupa kerang. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang apakah peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut di Desa Percut Kecamatan Sei Tuan kabupaten Deli Serdang.

1.2 Perumusan Masalah

Perempuan bekerja sebagai nelayan biasanya disebabkan karena sumber penghasilan suami dalam keluarga relatif sedikit, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan yang ada. Dengan kata lain, perempuan bekerja sebagai nelayan karena alasan perekonomian. khususnya untuk menambah pendapatan keluarga, sehingga pendapatan keluarga dapat terpenuhi. Apabila pendapatan keluarga kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan, maka mendorong perempuan untuk bekerja di sektor publik. Berbeda dengan nelayan perempuan di Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang yang bernelayan untuk memenuhi kebutuhan juga melakukan langsung proses produksi dan distribusi hasil tangkapan mereka berupa kerang. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini


(19)

1. Apa faktor – faktor yang menyebabkan perempuan ikut menjadi nelayan pencari kerang ?

2. Bagaimana peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut? 3. Bagaimana peran ganda perempuan nelayan pencari kerang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor penyebab perempuan ikut menjadi nelayan pencari kerang,dan keterlibatan dalam produksi dan distribusi hasil laut serta melihat peran ganda perempuan nelayan pencari kerang di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi pada khususnya sosiologi ekonomi dan sosiologi gender.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi sumbangan pemikiran terhadap pemerintah daerah maupun pusat mengenai informasi tentang nelayan perempuan dalam pembuatan kebijkan pembangunan daerah dan melakukan pemberdayaan masyarakat.


(20)

b. Untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang membutuhkannya khususnya dunia industri dan dunia usaha.

1.5 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,kelompok,atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social.Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istialh untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yamg lainnya.

1. Peran adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencapai pemenuhan kebutuhan tertentu. Peran yang dilihat peneliti disini adalah peran nelayan pencari kerang dalam produksi dan distribusi kerang juga peran ganda perempuan nelayan dalam rumah tangga.

2. Nelayan adalah pekerjaan melaut yang dilakukan untuk mendapat hasil laut guna untuk diproduksi dan distribusi kepada orang lain.Nelayan yang dimaksud dalam penilitian ini adalah perempuan pencari kerang.

3. Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan dan mengolah produk dari hasil tangkapan laut.Produk yang dimaksud adalah kerang.

4. Distribusi adalah suatu proses pemasaran barang kepada konsumen.Pemasaran disini bisa dilakukan di tempat produksi atau di jual ke pasar .


(21)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kedudukan dan Peran perempuan

Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki – laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan mana yang merupakan tuntutan budaya yang dikonstruksikan, dipelajari dan disosialisasikan. Pembedaan itu sangat penting, karena selama ini kita sering kali mencampuradukkan ciri – ciri manusia yang bersifat kodrati dan tidak berubah dengan ciri – ciri manusia yang bersifat non kodrat (gender) yang sebenarnya bisa berubah – ubah atau diubah.

Pembedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada perempuan dan laki- laki. Perbedaan gender dikenal sebagai sesuatu yang tidak tetap, tidak permanen, memudahkan kita untuk membangun gambaran tentang realitas relasi perempuan dan laki – laki yang dinamis yang lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.

Di lain pihak, alat analisis sosial yang telah ada seperti analisis kelas, analisis diskursus (discourse analysis) dan analisis kebudayaan yang selama ini digunakan untuk memahami realitas sosial tidak dapat menangkap realitas adanya relasi kekuasaan yang didasarkan pada relasi gender dan sangat berpotensi menumbuhkan penindasan. Dengan begitu analisis gender sebenarnya menggenapi sekaligus


(22)

mengkoreksi alat analisis sosial yang ada yang dapat digunakan untuk meneropong realitas relasi sosial lelaki dan perempuan serta akibat – akibat yang ditimbulkannya.

Jadi jelaslah mengapa gender perlu dipersoalkan. Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki- laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktifitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender itu melekat pada cara pandang masyarakat, sehingga masyarakat sering lupa seakan–akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri–ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki–laki. Secara sederhana perbedaan gender telah melahirkan pembedaan peran.

Anggapan bahwa sikap perempuan feminim dan laki–laki maskulin bukanlah sesuatu yang mutlak, semutlak kepemilikan manusia atas jenis kelamin biologisnya.

2.2 Sistem Masyarakat Patriarki.

Sebagaimana kita ketahui bersama di dunia Barat ataupun di Timur. Perkembangan peradaban manusia tumbuh dalam lingkup budaya dan ideologi patriarki. Di Negara-negara Barat, Amerika Serikat, dan Eropa Barat, budaya tersebut terlebih dahulu terkikis sejalan dengan perkembangan tehnologi, demokrasi dan lain-lain yang mendudukan persamaan dan keadilan sebagai nilai yang sentral. Di negara-negara Dunia Ketiga, termasuk Indonesia, budaya dan ideologi tersebut masih sangat kental dan mewarnai berbagai aspek kehidupan dan struktur masyarakat serta menciptakan ketimpangan-ketimpangan gender.


(23)

Budaya dan ideologi di bentuk oleh manusia dan disosialisasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam budaya kita, seperti juga di banyak negara dunia ketiga lain, budaya patriarki masih sangat kental. Dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan terlebih lagi dalam budaya, keadaan ketimpangan, asimetris dan subordinatif terhadap perempuan tampak sangat jelas. Dalam kondisi yang seperti itu proses marjinalisasi terhadap perempuan terjadi, pada gilirannya perempuan kehilangan otonomi atas dirinya. Eksploitasi serta kekerasan terjadi terhadap perempuan, baik di wilayah domestik maupun publik.

Bagi masyarakat tradisional patriarki di pandang sebagai hal yang tidak perlu dipermasalahkan, karena hal tersebut selalu dikaitkan dengan kodrat dan kekuasaaan adikodrat yang tidak terbantahkan. Kepercayaan bahwa Tuhan telah menetapkan adanya perbedaan laki-laki dan perempuan, sebingga perbedaan dalam kehidupan manusia pun diatur berdasarkan perbedaan tersebut. Tambah lagi, faktor agama telah digunakan untuk memperkuat kedudukan kaum laki-laki. Determinis biologis juga telah memperkuat pandangan tersebut. Artinya, karena secara biologis perempuan dan laki-laki berbeda maka fungsi-fungsi sosial ataupun kerja dengan masyarakat pun di ciptakan berbeda. Laki-laki selalu dikaitkan dengan fungsi dan tugas di luar rumah, sedangkan perempuan yang berkodrat melahirkan ada di dalam rumah, mengerjakan urusan domestik saja. Perempuan bertugas pokok membesarkan anak, laki-laki bertugas mencari nafkah. Perbedaan tersebut di pandang sebagai hal yang alamiah. Itu sebabnya ketimpangan yang melahirkan subordinasi perempuan pun dipandang sebagai hal yang alamiah pula. Hal tersebut bukan saja terjadi dalam keluarga, tetapi telah melebar ke dalam kehidupan masyarakat.


(24)

2.3. Sistem Patriakhat Pada Masyarakat Nelayan .

Walaupun kosmologi masyarakat pesisir tentang peran laki-laki dan perempuan mengalami pergeseran seiring dengan masuknya teknologi sebagai unsur matrelialisme budaya, namun determinasi laki-laki dalam setiap aspek kehidupan dan relasi sosial dikalangan nelayan masih terlalu kuat. Nilai-nilai patrilineal dan patriakhat merupakan perekat bagi penempatan posisi laki-laki dalam struktur sosial masyarakat pesisir. Dengan demikian, kepesisiran yang menunjukkan bahwa wilayah pesisir lebih terbuka terhadap masuknya peradaban dan kebudayaan dari beragam identitas sosial, sehingga komunitas nelayan memiliki aspek pembauran yang menyebabkan etnik indigenousnya tidak ekslusif karena terimbas dalam peraduan berbagai kultur masyarakat sekitarnya dan tidak dapat digunakan secara ketat untuk menyatakan bahwa keseimbangan gender berlaku secara paralel. Pandangan mengenai kodrat perempuan masih tetap dipengaruhi oleh sikap skeptis dan perlakuan masyarakat pesisir yang menempatkan perempuan pada posisi tawar yang lebih lemah, bila dikaitkan dengan determinasi laki-laki dalam aktivitas harian terutama berhubungan dengan struktur produksi masyarakat pesisir. Dalam bidang perikanan khususnya pada keluarga nelayan pembagian kerja antara pria dan wanita dalam rumah tangga, nelayan terbagi menjadi dua sektor, yaitu dalam sektor produksi, pria dominan pada kegiatan perikanan laut, sedangkan wanita dominan pada kegiatan pengolahan hasil tangkapan juga pemasaran dari olahan hasil tangkapan tersebut namun dalam skala yang kecil. Dalam kegiatan perikanan laut dapat dikatakan bahwa pria terlibat terutama pada tahap-tahap produksi (penangkapan


(25)

ikan), sementara wanita terlibat terutama pada tahap pasca produksi yaitu pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan.

2.4Beban kerja (double burden)

Beban kerja (double burden) yaitu suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender dimana beberapa beban kegiatan diemban lebih banyak oleh salah satu jenis kelamin. Dengan berkembangnya wawasan kemitraan berdasarkan pendekatan gender, maka perkembangan perempuan mengalami perkembangan yang cukup cepat, namun perlu di cermati bahwa perkembangan perempuan tidaklah ”mengubah” peranan yang ”lama” yaitu peranan dalam lingkup rumah tangga. Maka perkembangan peranan perempuan ini sifatnya menambah atau beban kerja terkesan berlebihan. Partisipasi wanita saat bukan sekedar menuntut persamaan hak, tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat Indonesia. Partisipasi wanita menyangkut peran tradisi dan peran transisi. Peran tradisi atau domestik mencakup peran wanita sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan agen pembangunan. Pada peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki serta memanfaatkan lapangan pekerjaan yang tersedia. (Murniati :2004)


(26)

2.5Matriproduksi Pada Masyarakat Nelayan

Matriproduksi didefinisikan sebagai corak (model) produksi berkarakter perempuan, dapat ditelusuri dari curahan waktu, nilai balik (upah) produksi, dan kapabilitas diri terhadap jenis pekerjaan. Matriproduksi yang didasarkan dari curahan waktu berproduksi dibedakan atas bekerja secara mandiri, penuh waktu, dan bekerja secara sambilan dan memperoleh pendapatan atau bukan upahan serta bekerja dengan mendapat upah. Konsep matriproduksi dibingkai dari padanan kata matriarki, matrilineal dan produksi yang digunakan untuk menjelaskan keterlibatan perempuan dalam struktur produksi dan sosial agar integritas masyarakat tetap terpelihara dinamikanya. Selain itu, konsep matriproduksi digunakan untuk reposisi perempuan dalam tatanan sosial sehubungan dengan prestasi dan nilai kerja sosial ekonominya. Model matriproduksi juga digunakan sebagai pola penyeimbangan peran dan posisi antar jenis kelamin dalam struktur ekonomi. Di tataran praktis, matriproduksi dapat dikenali dari ragam corak produksi berlabel perempuan untuk penguatan peran dan posisi tawar dalam struktur masyarakat nelayan . (Sitorus :2002

2.6 Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif.

Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan, dan mengklasifikasinya menjadi empat tipe tindakan dasar, yang dibedakan dalam konteks motif para pelakunya:

1. Tindakan Sosial, Sarana, Tujuan dan Instrumental (berorientasi tujuan/penggunaan) yaitu tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain.


(27)

Harapan-harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional. Dengan kata lain, tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang mempertimbangkan tujuan dan alat-alat apa yang digunakan.

2. Tindakan Rasionalitas Nilai (berorientasi nilai) yaitu tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya atau suatu tindakan sosial yang didasarkan pada nilai dan tujuan yang sudah ditentukan. Dalam tindakan ini, aktor dari tindakan sosial tersebut tidak terlalu memperhitungkan apakah cara-cara yang dipilihnya merupakan cara yang paling tepat atau tidak.

3. Tindakan Afektif yaitu tindakan yang ditentukan oleh kondisi emosi aktor yaitu tindakan sosial yang didominasi oleh perasaan atau emosi, tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.

4. Tindakan Tradisional yaitu tindakan yang ditentukan oleh cara bertindak aktor yang sudah terbiasa dan lazim dilakukan atau tindakan sosial yang berdasarkan kepada kebiasaan tanpa perencanaan dan tanpa refleksi yang sadar. Selain itu, tindakan jenis ini mencakup tingkah laku berdasarkan kebiasaan yang timbul dari praktik-praktik yang telah mapan dan menghormati otoritas yang telah ada. Dimana tindakan ini dalam konteks sosial, kepercayaan dan nilai yang sudah mapan dalam suatu masyarakat, maka individu didalamnya tidak mempunyai banyak pilihan untuk bertindak


(28)

dan menjadi makhluk dari struktur normatif yang terikat kepada kestabilan dan kekohersifan kelompok.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan metode yang berusaha menggambarkan, memahami, dan menafsirkan makna suatu peristiwa tingkah laku manusia dalam situasi tertentu serta menginterpretasikan objek sesuai apa yang ada.

Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tingkah laku yang di dapat dari apa yang diamati. Mengungkapkan sesuatu dibalik fenomena, mendapatkan wawasan dari penelitian. Alasan menggunakan penelitian kualitatif agar di dalam pencarian makna dibalik fenomena dapat dilakukan pengkajian secara komphrehensif, mendalam, dan mendetail. Dimana di dalam penelitian ini, penelitian kualiltatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan persoalan peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut di Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Peneliti memilih lokasi ini karena masyarakat khusunya


(30)

perempuan di desa ini sebagian besar perempuan bekerja sebagai nelayan pencari kerang dan melakukan proses produksi juga mendistribusikan kerang langsung ke pasar.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Salah satu cara atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut “unit of analysis”. Hal ini dimungkinkan, karena setiap objek penelitian memiliki ciri dalam jumlah yang cukup luas seperti karakteristik individu tentunya meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial dan tingkat penghasilan. Ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu: individu, kelompok, organisasi sosial. Unit analisis data adalah satuan tertentu yang di perhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis dan obek kajian dalam penelitian ini adalah para Perempuan Nelayan Pencari Kerang di Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian yang aktual dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah : Perempuan Nelayan Pencari Kerang di Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan , Kabupaten Deli Serdang.


(31)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain itu juga panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra yang lainnya (Bungin,2005:133).Dalam peniltian ini akan dilakukan observasi terhadap perempuan nelayan pencari kerang di Desa Bagan Percut,Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang tentang peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi kerang .

b. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam adalah sebuah proses memperoleh keterangan tentang untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara mendalam sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.


(32)

Data ini berupa hasil teks wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel penelitian. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti (Bungin, 2005:127). Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara mendalam kepada para perempuan nelayan yang berhubungan dengan keikutsertaan perempuan sebagai kontributif ketahanan ekonomi melalui kegiatan mencari kerang, juga dalam memperkuat daya ekonomi masyarakat nelayan karena melakukan langsung proses produksi dan distribusi kerang, juga melakukan wawancara seputar peran ganda nelayan perempuan dalam sektor domestik dan publik juga membandingkan pendapatan nelayan perempuan dan laki-laki.

c. Observasi Partisipasi

Observasi Partisipasi adalah peniliti ikut aktif dalam proses pengambilan data. Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung. Data yang diperoleh melalui observasi langsung terdiri dari rincian tentang kegiatan, perilaku interaksi interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman dan aktivitas objek yang diamati (Bungin .2005 :135 ). Peniliti ikut aktif dalam kesehariaan nelayan perempuan mulai dari mencari kerang di Palung 80, Berangas, dan Kuala juga melihat proses produksi pengolahan kerang melalui proses perebusan kerang, serta melihat langsung proses distribusi penjualan kerang di Desa Percut, Pasar Cemara, Pekan Selasa, Pasar Putih,dan Pasar Gambir juga Pasar Tuasan.


(33)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal, dan data-data dari internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Buku, jurnal dan lainnya diarahkan untuk mendapatkan gambaran-gambaran mengenai data kependudukan yang menjadi sasaran program, teori-teori yang mendukung masalah penelitian dan lainnya.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi Data adalah pencarian pengertian yang lebih luas tentang data yang telah dianalisis. Dengan kata lain, interpretasi merupakan penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya dari data yang telah dianalisis atau diapaparkan. Dengan demikian, memberikan interpretasi dari data berarti memberikan arti yang lebih luas dari data penelitian.

Interpretasi mempunyai dua aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menegakkan keseimbangan satu penelitian, dalam pengertian menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penemuan-penemuan lainnya.

2. Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat menerangkan atau menjelaskan.

Interpretasi data merupakan tahap penyederhanaan data, setelah data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul. Data-data yang telah diperoleh dalam


(34)

penelitian ini akan diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka yang telah ditetapkan, sampai pada akhirnya sebagai laporan penelitian.

3.6 Jadwal kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Pra Proposal 

2. ACC Judul 

3. Penyusunan proposal penelitian

 

4. Seminar proposal penelitian  5. Revisi proposal penelitian 

6. Penelitian ke lapangan   

7. Pengumpulan data dan interpretasi data

 

8. Bimbingan skripsi   

9. Penulisan laporan akhir  

10. Sidang meja hijau 

3.7. Keterbatasan penilitian.

Sebagai peneliti yang belum berpengalaman penulis merasakan banyak kendala yang dihadapi, salah satu diantaranya penulis masih belum menguasai secara penuh teknik dan metode penelitian, sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam


(35)

mengumpulan dan menyajikan data. Kendala tersebut dapat diatasi melalui proses bimbingan dari dosen pembimbing skripsi, selain bimbingan dengan dosen pembimbing, penulis juga berusaha untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat mendukung proses penelitian ini. Terbatasnya waktu yang dimiliki informan juga mempengaruhi pengerjaan tulisan ini, hal ini disebabkan para informan yang melakukan kegiatan mencari kerang di laut waktunya pada malam hari mereka melaut dan siang hari. Para nelayan perempuan mengolah dan menjual kerang hasil tangkapannya . Untuk itu, peniliti harus menyesuaikan jadwal dengan informan.


(36)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Lokasi dan Luas Wilayah

Desa Percut merupakan desa pesisir yang terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Desa ini mempunyai tofografi dengan batas - batas wilayah secara administratif :

Sebelah Utara : Selat Malaka Sebelah Selatan : Desa Cinta Rakyat Sebelah Timur : Desa Tanjung Rejo

Sebelah Barat : Desa Cinta Damai dan Pematang Lalang

4.1.2 Topografi Kelurahan

Desa Percut pada umumnya adalah daerah dataran rendah dan ketinggian dataran pada daratannya diantara 0 – 100 m diatas pernukaan laut. Dalam suhu udara 23˚C-30˚C, pada dasarnya tidak menentu, karena ada kalanya musim hujan dan ada kalanya juga musim kemarau. Di Kelurahan Percut ini biasanya rata - rata hari hujan yang turun tidak merata dalam setiap bulannya dengan curah hujan rata – rata 278 mm/tahun . Luas Desa 1063 Ha.


(37)

4.1.3 Keadaan Penduduk

1. Jumlah Seluruh Penduduk Dan Penyebaran Dari masing – masing Lingkungan. Pada Desa Percut memiliki jumlah penduduk secara menyeluruh, yaitu 12.946 jiwa dengan terdiri dari penduduk laki – laki sebanyak 6610 jiwa, sedangkan pada penduduk perempuan sebanyak 6336 jiwa. Jumlah penduduk sebanyak 12.946 jiwa tersebut dengan terdiri dari 2776 KK (Kepala Keluarga)

Tabel 1.1

Daftar Jumlah Penduduk Desa /Kelurahan Percut Berdasarkan Lingkungan

No Dusun Jumlah KK Jumlah Penduduk

LK PR Jumlah

1. Dusun I 275 638 575 1213

2. Dusun II 135 338 306 644

3. Dusun III 49 108 113 221

4. Dusun IV 190 401 451 852

5. Dusun V 157 364 347 711

6. Dusun VI 141 317 317 634

7. Dusun VII 108 242 224 466

8. Dusun VIII 150 379 399 778


(38)

10. Dusun X 121 262 266 528

11. Dusun XI 166 399 369 767

12. Dusun XII 100 231 255 486

13. Dusun XIII 146 364 318 682

14. Dusun XIV 138 319 299 618

15. Dusun XV 156 355 358 713

16. Dusun XVI 206 579 445 924

17. Dusun XVII 161 342 201 543

18. Dusun XVIII 211 484 473 957

Jumlah 2776 6610 6336 12.946

(Sumber :Kelurahan Percut Tahun 2010 )

4.1.4 Komposisi Penduduk

a. Komposisi Penduduk Kelurahan Percut Berdasarkan Agama Yang Dianut Tahun 2010

Pada Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang ini terdapat Jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut oleh masyarakat yang ada yaitu sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk di Desa Percut yang menganut agama Islam sebanyak 9418 jiwa.


(39)

2. Jumlah penduduk di Desa Percut yang menganut agama Kristen Protestan sebanyak 839 jiwa.

3. Jumlah penduduk di Desa Percut yang menganut agama Katholik sebanyak 85 jiwa.

4. Jumlah penduduk di Desa Percut yang menganut agama Hindu sebanyak 8 jiwa.

5. Jumlah penduduk di Desa Percut yang menganut agama Buddha sebanyak 13 jiwa.

b. Komposisi Penduduk Kelurahan Percut Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2010

Di dalam Desa Percut ini terdapat banyaknya penduduk sebagai tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaannya, yaitu sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai PNS sebanyak 154 jiwa.

2. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai ABRI sebanyak 5 jiwa.

3. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 120 jiwa.

4. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai pedagang dan wiraswasta sebanyak 600 jiwa

5. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai petani sebanyak 300 jiwa.


(40)

6. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai pertukangan sebanyak 45 jiwa.

7. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai buruh tani sebanyak 400 jiwa.

8. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai Nelayan sebanyak 950 jiwa.

c. Komposisi Penduduk Kelurahan Percut Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

Di Desa Percut ini terdapat banyaknya penduduk menurut tingkat pendidikan seperti yang tertulis di tabel 1.2 ini, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.2

Jumlah penduduk Kelurahan Percut Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah/Jiwa

1 Tidak Sekolah 124

2 SD 1883

3 SMP 1618

4 SMA 3788

5 AKADEMI 25

6 PERGURUAN TINGGI 45


(41)

4.1.5 Sarana dan Prasarana Serta Ruang Aspek Fisik Kelurahan Percut Di dalam Kelurahan Percut ini terdapat delapan belas (18 ) Lingkungan, yaitu Lingkungan I, Lingkungan II, Lingkungan III, Lingkungan IV, Lingkungan V, Lingkungan VI, Lingkungan VII, Lingkungan VIII, Lingkungan IX, Lingkungan X, Lingkungan XI, Lingkungan XII, Lingkungan XIII, Lingkungan XIV, Lingkungan XV Lingkungan XVI, Lingkungan XVII, Lingkungan XVIII Kepala Desa yang menjabat sampai sekarang ini adalah bernama Bapak Faisal dan Sekretaris Kelurahan adalah Ibu Hanah. Dalam hal ini kantor resmi atau formal Kelurahan sudah ada di Jl. Dalam hal ini Kelurahan Percut beralamat di Jalan. M. Yusuf Jintan Dusun XI yang menjadi tempat kantor untuk pelayanan kepada masyarakat Kelurahan Percut untuk mengurus seperti Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Keterangan Miskin (SKTM), Surat Keterangan lainnya.

Infrastruktur yang telah ada di Kelurahan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang cukup baik. Hal ini dapat dlihat dari pembangunan pada infrasturktur Kelurahan yaitu seperti : keadaan jalan – jalan protokol dan jalan – jalan primer (kecil) telah beraspal, penyebaran arus listrik juga telah ada di Kelurahan Percut . Untuk penyebaran air juga telah ada di Kelurahan Percut melalaui air PAM. Namun, di daerah Bagan ujung masih banyak masyarakatnya yang menggunakan fasilitas air laut sebagai MCK. Kemudian lampu – lampu penerang jalan juga ada di jalan – jalan protokol di Kelurahan Percut tersebut. Dipasangnya lamu-lampu dari Philipps di sepanjang jalan ke tangkahan.

Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Percut , yaitu dalam bidang kesehatan terdapat sembilan (9) unit bangunan Posyandu, dimana Posyandu ini


(42)

dijadikan sebagai tempat untuk memeriksa bayi – bayi yang baru lahir, balita – balita yang terserang oleh wabah penyakit, dan juga memeriksa Ibu – Ibu yang sedang hamil. Terdapat juga dua (2) unit bangunan Rumah Sakit yang merupakan lemabaga atau institusi kesehatan ini dijadikan juga sebagai tempat pengobatan bagi masyarakat setempat yang sedang berobat. Terdapat juga satu (1) unit bangunan Puskesmas yang merupakan lembaga atau institusi kesehatan ini dijadikan juga sebagai tempat pengobatan pertolongan pertama bagi masyarakat setempat yang sedang berobat sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang ada di Kelurahan Percut tersebut. Ada beberapa tenaga – tenaga kesehatan yang ada di Kelurahan Percut , yaitu ada tiga (3) Bidan yang bekerja menjadi tenaga kesehatan ini. Untuk jumlah masyarakat di Kelurahan Percut yang menerima kartu Askeskin yang sekarang berubah menjadi kartu Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) dalam setahun terakhir ini sebanyak 356 KK (Kepala Keluarga) . Sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan yang ada di Kelurahan Percut, yaitu terdapat empat (4) unit bangunan Sekolah Dasar Negeri (SD Inpres), sedangkan bangunan Sekolah Dasar Swasta (SD) tidak ada, tidak ada terdapat bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP Negeri), sedangkan Sekolah Menengah Pertama Swasta terdapat empat (4) unit bangunan sekolah, kemudian terdapat satu (1) unit bangunan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta (SMK), dan terdapat dua (2) unit bangunan Sekolah Menengah Atas (SMA Swasta). Pada bidang agama terdapat sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan ini , yaitu terdapat enam (6) unit bangunan Gereja yang berdiri di ruas – ruas jalan tertentu, ada tiga (3) unit bangunan Musholla/Langgar yang berdiri di ruas – ruas jalan tertentu, dan terdapat juga empat


(43)

(4) unit bangunan Mesjid di ruas – ruas jalan tertentu, sedangkan rumah ibadah Vihara dan Kelenteng tidak ada.

Kemudian dari pada itu pada sarana dan prasarana di bidang olahraga dan hiburan yang ada di Kelurahan, yaitu terdapat lapangan sepak bola, lapangan bola voli, dan lapangan bulu tangkis. Untuk kegiatan–kegiatan hiburan kepada masyarakat di Kelurahan Percut ada di tempat atau daerah ini.

Dalam bentuk perumahan penduduk atau masyarakat Kelurahan Percut terdapat banyaknya rumah menurut jenis pembuatannya, yaitu sebagai berikut.

1. Jumlah rumah penduduk Kelurahan Percut yang permanen sebanyak 345 unit bangunan rumah.

2. Jumlah rumah penduduk Kelurahan Percut yang semi permanen sebanyak 67 unit bangunan rumah.

3. Jumlah rumah penduduk Kelurahan Percut yang tidak permanen sebanyak unit 754 bangunan rumah.

4.1.6. Sistem Ekonomi

Dalam masyarakat di Kelurahan Percut ini kegiatan – kegiatan di bidang perekonomian yang dilakukan oleh sebagian besar oleh anggota–anggota masyarakat adalah kegiatan ekonomi yang menggantungkan pendapatan pada ekonomi rumah tangga nelayan. Pada kawasan di Kelurahan Percut ini terdapat dua (2) unit industri kecil dengan jumlah tenaga kerja sebesar tiga belas (13) orang pekerja. Oleh karena itu, untuk kegiatan perekonomian pada kelompok – kelompok nelayan yang terdekat pada Kelurahan Percut yaitu berjarak sekitar 1


(44)

Km. Kemudian dari pada itu kegiatan – kegiatn untuk jual beli di pasar terdekat pada kawasan di Kelurahan ini, yaitu berjarak sekitar 1 km atau 1.000 m. Pada Rumah Makan yang ada di Kelurahan Percut ini terdapat lima (5) unit, sedangkan untuk warung atau kedai yang bergerak pada bidang makanan dan minuman yang ada di Kelurahan Percut ini, yaitu sebanyak sepuluh (10) unit serta warung kelontong yang ada di Kelurahan Percut ini terdapat sebanyak sebelas (11) unit. Dalam hal untuk memperoleh pinjaman modal sebagai biaya tambahan untuk usaha –usaha oleh warga setempat biasanya dari para renternir koperasi yang yang datang ke Kelurahan Percut ini. Sebagai salah satu Desa nelayan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh nelayan di Desa Percut ini terbagi atas dua sektor yaitu sektor perikanan dan kerang.


(45)

4.2. Profil Informan

4.2.1. Profil nelayan perempuan

Dalam penelitian ini terdapat informan untuk mengetahui banyak hal yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini. Para informan ini mempunyai pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam memberi gambaran tentang peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut berupa kerang.

1.Ibu Dumasari Harahap

Ibu Duma Sari Harahap 60 tahun yang beralamat di Pasar Belakang, Desa Percut adalah nelayan pencari kerang di daerah pesisir Desa Percut.Sudah 25 tahun beliau menggantungkan hidup menjadi nelayan . Ibu ini akrab dipanggil Nek Sari, seorang janda yang mempunyai 7 orang anak, dan sudah tinggal menetap 40 tahun di Desa Percut ini. Semasa suaminya masih hidup, suami Beliau bekerja sebagai nelayan pencari ikan, sedangkan ibu Duma juga ikut melaut mencari kerang. Keikutsertaan beliau ikut melaut merupakan kemauan sendiri untuk mendapat tambahan hasil pendapatan rumah tangga. Jam waktu melaut antara jam 04.00 WIB dini hari sampai pukul 12.00 WIB Siang, Awalnya Beliau hanya ikut ke laut pada pagi hari saja dengan hasil yang di dapat hanya 8-15 Kg kerang dengan menggunakan sampan milik juragan yang di sewanya setiap pergi melaut sebesar Rp.1000/nelayan sepulangnya di rumah sekitar pukul 13.00 WIB. Beliau menjual hasil kerangnya ke juragan atau lebih dikenal dengan sebutan pengempul, kemudian sesudah mengurus perlengkapan di rumah Beliau ikut merebus dan mengopek kerang di tempat


(46)

pengempul. Melihat keterbatasan hasil yang didapat, sekitar pukul 17.00 ibu Duma juga ikut melaut untuk mencari kerang kembali untuk tambahan penghasilan.

Berikut hasil wawancara :

ibu biasanya melaut kalau pagi mulai dari jam 04.00 WIB sampai kira-kira sekitar pukul 12.00 siang, biasanya kami pergi pake sampan punya pengempul, hasil yang di dapat ndak menentu kalau lagi banyak dapatnya sampai 15 kg, tapi kalau ga ada kerang paling hanya 5 kg. Biasanya sesudah pulang melaut, ibu mengerjakan rumah lagi. Baru siap itu ikut merebus dan mengopek kerang, lumayanlah buat tambahan belanja”.

(Hasil wawancara, bulan November 2011)

Bagi Ibu Duma Sari Harahap, melaut merupakan ladang pencari nafkah untuk menopang kehidupan sehari-hari. Awalnya Beliau hanya ikut melaut dengan menggunakan sampan milik pengempul yang di bayarnya setiap pergi melaut Rp.1000/nelayan, dan kerang hasil tangkapannya juga di jualnya ke pengempul tersebut dengan harga kerang/kilogram nya hanya Rp.1500 untuk jenis kerang yang kasar dan Rp.800 untuk jenis kerang yang halus. Penghasilan yang didapatnya bisa berkisar antara Rp.10.000-Rp.15.000. Sebagai tambahan, sesudah pulang melaut siang hari dan usai mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak buat makan malam, sekitar pukul 15.00 WIB diisinya dengan ikut merebus dan mengopek kerang yang di hargai 1 mugnya Rp.500, terkadang satu jam dapat juga 20 mug dapat sekitar


(47)

Rp.10.000 . Beliau merasa masih kurang hasil yang di dapat. Untuk itu, ibu ini juga ikut melaut sore hari sekitar pukul 18.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB. Hal ini diutarakan dalam wawancara berikut:

awalnya ibu hanya melaut satu kali sehari aja, pagi saja ,tapi ibu rasa masih kurang, orang melaut ga ada larangan kok ,jadi sore harinya ibu ikut melaut lagi kan lumayan bisa dapat tambahan lagi, walaupun hasilnya ga banyak tapi kan bisa lah buat tambahan jajan anak-anak sekolah, palingan yang jadi hambatannya kalau melaut malam hari ini kalau hujan deras dan petir kan gelap kami juga hanya memakai cahaya dari bulan aja jadi remang-remang meraba kerangnya, air juga jadi dalam jadi ambil kerangnya agak susah terpaksa harus menyelam. Tapi dapat jugalah dek sekitar 8-12 kg kerang . ”

(Hasil wawancara dengan informan Ibu Duma Sari Harahap, 2011). Sekitar tahun 2001 suami Beliau meninggal dunia ,dengan status orang tua tunggal ibu ini memutuskan untuk membeli sampan dengan meminjam uang dari saudaranya, Sampan tersebut di belinya dengan harga Rp.5.000.000, sejak saat itu beliau menjadi nelayan pencari dan pengempul. Sekitar 9 orang anggotanya perempuan semua yang ikut mengambil kerang di laut. Beliau juga langsung memasarkan kerangnya ke Pasar di sekitar pekan Jum’at dan pasar Tuasan. Ada juga yang mengambil kerang langsung kerumahnya untuk


(48)

di jual ke pasar. Kerang yang masih segar di jual nya seharga Rp.4000/Kg, dan kerang yang sudah di kupas dan di rebus Rp.12.000/Kg.

“….. saya membeli sampan ini saya berani-beranikannya hutang ama saudara, hitung-hitung modal usaha, kalau ga begitu ga nampak uangnya kemana, kalau udah punya sampan sendiri awak kan tahu mau langsung diapakan kerang ni, mau awak jual langsung kalau ga di rebus ,harganya pun lebih banyak dikit ,adalah sedikit untung buat awak olah dan simpan buat bayar sampan ni dek. Usaha ni harus berani kita mulai dek. Kalau untung Alhamdulillah ,kalau rugi akibat awak lah. Lagi pula anak ibu kan udah besar-besar bisa lah ibu tinggal jualan ke pajak jadi orang tu pun bisa bantu-bantu ibu juga merebus dan mengopek kerang, jadi semualah dek kami ikut mengolah kerang ini”.

(Hasil wawancara November , 2011) 2. Ibu Salmiah

Ibu Salmiah adalah seorang ibu yang tinggal di Dusun X Desa Percut Ibu ini berusia 45 tahun yang mempunyai 4 orang anak, yang paling besar sedang duduk di kelas 5 SD, sedangkan yang paling kecil masih berumur 2 tahun. Suami beliau bekerja sebagai nelayan pencari udang, sedangkan beliau bekerja sebagai nelayan pencari kerang. Sudah 15 tahun pekerjaan ini digelutinya, semenjak sebelum menikah. Menjadi nelayan adalah warisan turun-temurun di dalam silsilah keluarga


(49)

ibu Salmiah ini. Faktor ekonomi yang menyebakan keikutsertaan ibu ini mencari nafkah dengan mengantungkan pendapatan di laut. Awalnya Beliau mengikut ibunya melaut sewaktu masih gadis, yang dulu pendapatannya hanya di gunakan untuk membeli keperluan buat perempuan saja. Sejak umur 16 tahun Ibu ini sudah ikut melaut.Selang 3 Tahun kemudian beliau menikah, sempat berhenti melaut karena beliau hamil kira-kira 2 tahun tidak ikut mengambil kerang di Laut. Kira-kira anaknya berumur 2 tahun ibu ini memutuskan untuk kembali melaut dengan alasan menambah uang belanja. Beliau melaut hanya sore hari saja, karena anaknya masih kecil.Sekitar pukul 18.00 WIB, beliau pergi melaut, sebelumnya Beliau harus menyiapkan makan malam buat anak-anaknya. Kegiatan mencari kerang itu dilakukannya dengan menggunakan sampan pengempul yang di bayarnya Rp.1000/nelayan sekali melaut. Hasil yang didapatnya paling banyak 20 kg. Hal ini diutarakan dalam wawancara berikut :

kalau awak melaut hanya sore hari karena anak ibu masih kecil dek, jadi kalau di tinggal sore yang penting dia udah ibu kasih makan sore , kalau malam udah tidurnya dia. Pulang ibu melaut jam 23.00 WIB, kalau hasil yang didapat ga tentu dek , paling banyak 20 kg, nanti paginya siap masak jam 09.00 udah siap nyuci dan tidurkan anak ibu baru kerang hasil tangkapan tadi malam kadang ibu jual ke pengempul, kalau ibu sempat ibu rebus kerangnya”.


(50)

3 Ibu Fatimah .

Ibu Fatimah yang berusai 53 tahun merupakan ibu yang tinggal lama di Desa Percut ini beralamat di Dusun XVIII Desa Percut. Ibu ini mempunyai 6 orang anak yang semuanya sudah berumah tangga. Ibu ini mulai dari awal berumah tangga sudah menjadi nelayan pencari kerang. Pekerjaan menjadi nelayan sudah menjadi kebiasaan nya sehari-hari.Sudah 30 tahun ibu ini menjadi nelayan pencari kerang .Alasan Beliau tertarik menjadi nelayan karena faktor ekonomi yang lemah, Suami beliau mempunyai sakit yang agak serius jadi tidak bisa kerja berat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga mereka, suaminya hanya bekerja sebagai pembuat jala penangkap ikan. Untuk itu, ibu Fatimah harus ikut juga bekerja membantu pendapatan keluarga. Faktor ekonomi yang menjadi salah satu pendorong utama ibu ini menjadi nelayan. Berikut hasil wawancara :

kalau ibu ga melaut ga ngepullah asap dapur kami dek, walaupun dapatnya cuma sedikit tapi bisalah buat beli lauk sehari,biasanya kerang yang di dapat paling banyak 20 Kg.Kira-kira dapat Rp.30.000 lah sekali melaut”.

(Hasil Wawancara November : 2011 )

Ibu Fatimah ini menjual kerang yang di dapatnya ke pengempul dengan harga Rp.2000 /Kg . Biasanya penghasilan yang di dapatnya tidak tetap. Walaupun hanya dapat sedikit tetapi setiap hari ada yang di jualnya ke pengempul.


(51)

4.Ibu Ida

Ibu Ida merupakan salah satu nelayan perempuan berusia 48 tahun yang bekerja sudah 18 tahun dalam sektor perairan. Beliau seorang ibu yang belum dikarunia anak. Suami Beliau bekerja sebagai Nelayan Buruh yang bekerja dengan nelayan Fish Net. Keikutsertaan ibu ini langsung mengambil kerang ke laut karena turun temurun keluarganya bekerja melaut. Sejak usia 18 tahun beliau sudah ikut melaut bersama ibunya. Awalnya ibunya tidak setuju kalau anak perempuannya juga ikut melaut, namun karena rasa penasaran dan keinginan dari ibu Ida yang begitu besar untuk mencari uang jajan sendiri maka ibunya membolehkan dirinya untuk ikut melaut. Selain itu, karena keterbatasan pendidikan yang hanya belakang tamatan sekolah dasar maka dengan pertimbangan rumah didekat pesisir maka beliau memutuskan untuk melaut. Setelah menikah Ibu Ida tetap melanjutkan kegiatan melautnya, suaminya juga tidak mempermasalahkan pekerjaannya itu. Ibu Ida pergi melaut hanya satu kali saja sore hari antara pukul 17.00 WIB - 23.00 WIB dengan menggunakan sampan milik keluarganya . Kebetulan keluarga Ibu Ida termasuk salah satu pengempul di Desa Percut di daerah Serdang. Beliau tidak perlu membayar uang sewa lagi kalau hendak pergi melaut. Biasanya jatah Ibu Ida melaut malam hari. Adanya pembagian peran dalam keluarga dapat terlihat dalam hasil wawancara berikut ini :

kalau awak pergi melaut sore hari ampe malam hari, sekitar pukul 23.00 WI. Sampelah dirumah awak diamkanlah kerang yang didapat tu. Besok pagi awak pergi ke Pajak yang menjualnya, Si Bapak merebus kerang yang awak dapat tadi


(52)

malamlah, udah itu Bapak jugalah yang menunggu pelanggan yang beli di rumah”.

( Hasil Wawancara November : 2011 ) 5.Ibu Deliana

Ibu Deli merupakan salah satu nelayan perempuan berusia 48 tahun yang bekerja sudah 18 tahun sebagai Nelayan Pencari Kerang. Ibu Deli adalah Ibu yang sudah mempunyai tiga orang putri. Suaminya bekerja sebagai supir angkot. Ibu Deli adalah orang pendatang di Desa Bagan Percut, Sebelumnya Ibu Deli berdomisili di Kota Tebing Tinggi. Karena dijodohkan dengan suaminya yang masih ada hubungan saudara dalam istilah orang Batak disebut “pariban” maka, Ibu Deli sejak menikah tinggal bersama suaminya di Desa Bagan Percut. Beliau baru menjadi Nelayan Pencari Kerang sejak putri keduanya berusia 3 tahun. Awalnya, Ibu Deli merasa takut dan asing dengan profesi seorang Nelayan Perempuan. Hal ini disebabkan karena Beliau adalah pendatang yang belum terbiasa dengan keadaan di Desanya. Berbeda dengan Nelayan Perempuan yang lain , yang pada umumnya menjadi Nelayan sudah menjadi warisan turun-temurun. Namun, lama-kelamaan Ibu Deli sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Untuk itu, sejak putri keduanya berusia tiga tahun Ibu Deli meminta izin pada suaminya untuk menjadi Nelayan Penangkap Ikan dengan alasan membantu suami mencari uang karena menyadari kebutuhan mereka mulai bertambah, karena mereka telah memiliki dua orang putri dan Putri pertamanya juga akan masuk sekolah. Adanya faktor ekonomi


(53)

yang melatar belakangi Ibu Deli menjadi Nelayan Pencari Kerang dapat terlihat dalam hasil wawancara berikut ini :

.. Kalau awak, sejak anak Ibu yang kedua umur tiga tahunnya baru ikut melaut. Awalnya Ibu datang ke Desa ini, masih belum berani Ibu melaut, Ibu kan yang pendatangnya disini. Kalau aslinya dari Tebingnya Ibu, karena kawin Ibu sama pariban Ibu dibawalah Ibu kesini. Tinggallah Ibu dirumah mertua Ibu yang juga Nelayan. Sejak anak Ibu yang kedua umur tiga tahun udah makin ga cukup gaji itu kayaknya, Tahulah yang beli susu, beli baju, belum lagi udah sekolah anak Ibu yang besar. Kalau dulu masih satu anak dan masih kecik , masih bisalah Ibu cukup-cukupkan. Tapi bertambah anak, makin besar pula makin banyaklah kebutuhan, terpaksalah melaut. “

( Hasil Wawancara November : 2011 )

Ibu Deli melaut hanya satu kali dalam sehari , yaitu di pagi hari dari pukul 04.00 wib sampai pukul 12.00 wib, Untuk proses pendistribusian Ibu Deli menggunakan jasa Pengempul, selain itu Ibu Deli menjual kerang mentah bukan yang direbus, alasannya karena lelah dan tidak adanya alat perebusan.

“Ibu melaut sekali aja , pagi jam 4 sampai jam 12, pulangnya langsung Ibu jual ke pengempul , ga” usahlah pala direbus , yang mentah aja Ibu jual, karena udah capek dan ga’ ada juga alat-alat merebusnya”


(54)

6.Ibu Kanang

Ibu Kanang adalah salah satu warga Desa Percut yang berumur 32 tahun yang sudah sepuluh tahun bekerja sebagai pengempul kerang. Ibu dari saru anak ini hanya melakukan aktivitas merebus dan mendistribusikan kerang ke Pasar Tuasan dan Pasar Cempaka. Alasan Beliau tidak ikut melaut karena Beliau merasa nyaman dengan hanya sebagai distributor. Selain itu Beliau juga punya modal untuk melakukan kegiatan ini. Jadi Ibu Kanang membeli kerang mentah dari para Nelayan Pencari Kerang, kemudian merebus dan memasarkannya ke Pasar menggunakan becak barang yang dibelinya empat tahun lalu, sebelum mempunyai becak sendiri Beliau menggunakan jasa sewa becak. Ibu Kanang dan suaminya bersama-sama bekerja sebagai Pengempul, untuk kegiatan mengopek kerang Ibu Kanang memeanfaat tenaga warga sekitar. Upah yang diberikan untuk Satu mug kerang yang sudah dikopek adalah Rp. 500. Setiap hari Ibu Kanang pergi dengan menggunakan becak yang dikendarai oleh suaminya ke Pasar untuk mengantarkan kerang kepada para customer mereka. Banyaknya kerang yang dipasok perharinya sekitar 50 kg. Dan keuntungan yang didapat dari setiap kilogram kerang yang dijual sekitar Rp.1500. Proses kegiatan Pengempul kerang yang dilakukan Ibu Kanang dapat terlihat dari wawancara berikut ini:

‘…. Kalau Ibu , Cuma pengempulnya. Ga” ikut melaut. Karena ada modal Ibu, Ibu belilah dari Nelayan-nelayan disini. Terus Ibu Rebuslah di Tong ini dek. Udah itu, Ibu kasih ke warga yang mau ngopeknya, Ibu kasihlah uang capeknya Rp.500/mug. Udah itu, ke Pajaklah dek Ibu ama Bapak naik Becak ini pagi-pagi……”


(55)

(Hail Wawancara November : 2011).

Selama menjadi pengempul, banyak hambatan-hambatan yang dihadapi Ibu Kanang, diantaranya: masalah Permintaan Pasar yang naik turun, kemudian masalah Harga Eceran Terendah ( floor price) yang tidak ditetapkan Pemerintah. Jadi, dalam situasi persaingan dengan pengempul lain, ada para pengempul yang menjual kerang dibawah harga pasar. Hal ini disebabkan karena mereka lebih efisien dalam pengolahan, sehingga ini dapat menyebabkan para pengempul seperti Ibu Kanang dapat kehilangan pelanggan. Selain itu, dari segi barang dagang (Merchandise Inventory) yang diperoleh dari para Nelayan pun tidak seluruhnya berkualitas baik. Karena tidak ada audit kualitas , sehingga terkadang saat proses pengopekan kerang baru diketahui bahwa ada kerang yang kopong. Hal ini dapat mengurangi profit yang diperoleh. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara berikut:

“…….. Kalau hambatan ya pasti adalah dek, kadang-kadang ada para pengempul yang jual ke pajak lebih murah, ga tau awak gimana bisa murah. Jadi beralihlah pelanggan awak ke dia dek, tapi ada juga yang udah kenal tetaplah dia ambil ke awak. Selain itu, kendalanya ada juga masalah kalau kerang ini tak bagus, awak kan dek ngambil dari Nelayan itu mana ada awak tengok-tengok. Di dalam goni itu awak timbang langsung aja. Pas mau dikopeklah baru nampak banyak juga yang kopong dan busuk kerang itu. …..”


(56)

7. Ibu Salbiah

Ibu Salbiah adalah warga Dusun V , Desa Percut. Beliau berumur 52 tahun yang sudah lebih dari 20 tahun bekerja menjadi nelayan .Ia mempunyai 4 orang anak yang seluruhnya sudah berumah tangga. Suaminya yang juga seorang Nelayan sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Pada awalnya tujuan Ibu Salbiah melaut adalah untuk biaya sehari-hari termasuk biaya anak-anaknya. Namun, setelah seluruh anaknya telah berumah tangga , maka kebutuhannya pun semakin berkurang. Namun karena sudah menjadi kebiasaan, maka Ibu Salbiah pun tetap menjalani aktivitasnya menjadi seorang Nelayan. Motif yang dulunya adalah karena faktor ekonomi kini telah berubah menjadi kebiasaan. Karena kebutuhan yang tidak begitu mendesak , maka Beliau tidak mengambil uang hasil tangkapan kerangnya kepada Pengempul setiap hari, namun uang tersebut diambilnya setiap satu minggu sekali. Ibu Salbiah menganggap pekerjaan Nelayan adalah pekerjaan yang menyenangkan, selain tidak membutuhkan modal , menjadi Nelayan juga sudah merupakan warisan turun-temurun. Sehingga pekerjaan ini sudah sangat melekat di hati masyarakat Desa Percut. Selain itu, menjadi Nelayan juga dapat dilakukan kapan saja, dalam artian kita dapat memanage sendiri waktu bekerja. Namun, menurut Ibu Salbiah ada juga hal yang tidak menyenangkan dalam bernelayan, yaitu tidak adanya jaminan sosial untuk pekerjaan ini. Ibu Salbiah memaparkan


(57)

tentang pekerjaan bernelayan yang dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:

“ Kalau melaut sudah dari lama, Awalnya kalau dulu memang untuk cari duit. Namanya juga anak banyak, suami pun Nelayan juganya . Tapi, sekarang udah pada kawinnya anak Ibu semua. Sebenarnya ga” harus kalinya Ibu melaut lagi. Tapi kayaknya enakannya ke laut, daripada di rumah aja malah, sakit badan Ibu semua. Lagian lumayan jugalah duitnya untuk ditabung mana tahu sakit, uangnya Ibu ambil seminggu sekali, biar ga” terasa udah banyak”

(Hasil Wawancara :2011) 8. Ibu Tuti

Ibu Tuti adalah salah seorang Nelayan Perempuan yang berdomisili di Dusun V yang berusia 40 tahun yang sudah mejadi nelayan pencari kerang di Desa Percut sudah 20 tahun. Beliau hanya menamatkan pendidikan sampai sekolah dasar saja. Hampir seluruh anggota keluarga Ibu Tuti bekerja sebagai Nelayan. Dari lima bersaudara hanya Abangnya yang paling besar saja yang bukan seorang Nelayan, karena Abang Beliau merantau ke Malaysia dan bekerja sebagai buruh bangunan. Faktor Ekonomi dan latar belakang pendidikan yang hanya lulusan Sekolah Dasar menyebabkan Ibu Tuti memilih pekerjaan ini. Ibu Tuti bersama tiga orang saudara kandung dan dua orang sepupunya setiap pagi dan sore pergi


(58)

melaut dengan menggunakan sampan milik keluarga mereka sendiri. Berbeda denga para Nelayan lain, Ibu Tuti dan saudaranya tidak menjual kerang kepad pengempul, dan kerang yang dijual juga tidak direbus terlebih dahulu, karena mereka tidak mempunyai fasilitas untuk merebus kerang. Mereka langsung menjual hasil tangkapan kerang yang didapat Ibu Tuti bersama keluarganya langsung ke Pasar. Ibu Tuti mengatakan karena jika menjual langsung ke Psar harganya lebih tinggi, walaupun harus mengeluarkan cost untuk biaya transportasi, namun jika biaya tersebut dibagi rata dengan saudaranya yang lain maka biayanya akan berkurang. Misalnya saja , jika ke Pengempul hanya dihargai Rp. .1500/kg, kalau langsung dijual ke Pasar bisa harganya mencapai Rp. 5.000. Untuk perhitungan biaya distribusi ke Pasar , Ibu Tuti dan saudaranya yang lain menggunakan jasa mobil pick-up yang sewanya Rp. 50.000 satu kali antar, biaya tersebut di bagi enam sehingga hanya di bebani sekitar Rp.8.500/nelayan. Strategi ini baru dijalani dua tahun terakhir. Awalnya Ibu Tuti menjual kepada pengempul. Namun setelah mengetahui target pasar, maka Ibu Tuti dan saudaranya langsung mencari daerah distribusi beserta para pelanggannya. Strategi ini juga memiliki hambatan, dimana para Nelayan seperti Ibu Tuti, Jika harga kerang turun dan permintaan sedikit , maka hal ini tidak berpengaruh terhadap biaya distribusi (baca: biaya transportasi). Resiko ini yang tidak dihadapi oleh Nelayan yang menjual hasil tangkapannya kepada Pengempul. Informasi mengenai kegiatan yang dilakukan Ibu Tuti dapat dilihat dari hasil wawancara dibawah ini:


(59)

“ …………Ibu jadi Nelayan karena memang udah pekerjaan umum disini , Saudara kandung Ibu semua Nelayan, Cuma Abang yang besarlah yang ga” melaut, karena di Malaysia dia kerja.Lagian awakpun ga” ada sekolah, Cuma SD nya. Yang lain pun saudara Ibu perempuan melaut semua , sama ada sepupu Ibu dua orang, kami pakeklah sampan punya mamak Ibu dulu. Kalau menjualnya kami langsung ke pajak, ongkos angkat kami bagi enamlah, lebih enak, bisa sampek beda 2.000 kalau awak jual langsung ke Pajak. Tapi peningnya awak kalau sedikit permintaan, berkuranglah pendapatan, tapi ongkos angkut sama aja harganya……….”

(Hail Wawancara November : 2011). 9. Ibu Dahlia

Ibu dahlia adalah seorang Nelayan Perempuan yang tinggal di Dusun IV , Desa Percut. Ibu Dahlia adalah seorang ibu yang berusia 38 tahun yang hanya bisa mengenyam pendidikan samppai sekolah dasar saja. Sudah 9 tahun beliau menjadi nelayan. Alasan memilih bekerja sebagai Nelayan karena faktor ekonomi. Suaminya yang juga seorang Nelayan mengizinkan Ibu Dahlia untuk melaut sejak Sembilan tahun yang lalu. Awalnya Ibu Dahlia hanya mengopek dan merebus kerang dari Pengempul. Namun melihat para tetangga yang lain sudah banyak yang melaut, maka Ibu Dahlia memutuskan untuk melaut. Ibu Dahlia hanya satu kali melaut yatiu di pagi hari yaitu, dari pukul 04.00 wib sampai pukul 12.00 wib. Setelah itu Ibu Dahlia beristirahat di rumah. Untuk


(60)

pekerjaan rumah dilakukan oleh anak ke dua Beliau yang putus sekolah ketika duduk di kelas satu SMP. Di mata Ibu Dahlia menjadi seorang Nelayan adalh pekerjaan yang susah diungkapkan.

“Bagaimanalah ya , jadi Nelayan ini susah kali diungkapkan, di bilang enak enggak, di bilang enggak enak juga enggak, kalau enak dibilang, apalah enaknya, capek, uangnya sikit, bahayanya besar. Terus kalau ga” melaut pun, ga” puas rasanya hati ini, rindu sama kawan-kawan itu…”

Untuk pendistribusian hasil tangkapan, Ibu Dahlia memilih untuk menjual ke pengempul dan tidak menjual langsung ke Pasar dengan alasan ongkos angkutan yang cukup mahal. Selain itu Ibu dahlia juga tidak begitu memahami proses pendistribusian langsung ke Pasar, termasuk penetapan harga. Untuk proses pengopekan dan perebusan kerang Ibu Dahlia ridak melakukannya, Dia hanya menjual kerang mentah ke Pengempul.

“Kalau awak, langsung jual ke Pengempul. Kalau ke Pajak , ga” adalah uang untuk ongkos. Lagi pula ga” pala ngerti awak caranya ke sana, ga” ada yang kenal disana, jadi ke Pengempul ajalah. Ibu jual kerang mentah aja ke Pengempul, karena udah capek kali melaut, ga” sanggup lagi merebus dan mengopeknya dek, Anak Ibu pun udah capek beresin rumah dan masak”

(Hasil Wawancara November : 2011) 10.Ibu Nur


(61)

Ibu Nur adalah seorang Nelayan berusia 30 tahun yang tinggal di Dusun VI Desa Percut. Ibu Nur menjadi Nelayan pagi dan soren yang bekerja sudah 5 tahun sebagai nelayan pencari kerang. Di Pagi hari Beliau melaut dari pukul 04.00 wib sampai pukul 12.00 wib. Sedangkan di sore hari , Beliau melaut dari pukul 17.00 wib sampai pukul 23.00 wib. Setiap hari beliau harus menempuh perjalanan dua jam unutk tiba di Berangas (lokasi pencarian kerang). Beliau bekerja sebagai Nelayan sejak lima tahun, pasca perceraian dengan suaminya. Semenjak menjadi single parents untuk kedua orang putrinya, Beliau pun bekerja fullday menjadi seorang Nelayan. Untuk proses produksi Ibu Nur memanfaatkan jasa Perahu yang disewa Rp.1000 /nelayan, pulang dari melaut Ibu Nur langsung menjual kerang mentah kepada Pengempul. Sedangkan untuk perebusan dan pengopekan Ibu Nur tidak melakukannya. Alasannya karena proses perebusan harus membutuhkan waktu yang cukup lama, karena Beliau harus melaut dua kali dalam sehari, selain itu Beliau juga tidak memiliki fasilitas yang memadai. Beliau merupakan salah satu Nelayan yang produktif, hasil tangkapan satu kali melaut bisa mencapai 10kg, hal ini mungkin disebabkan faktor usia yang masih muda, dan semangat untuk produkstif mengingat Nelayan adalah pekerjaan utama dan satu-satunya sumber mata pencarian untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

“ Sejak cerai sama suami lima tahun yang lalu, baru itu awak melaut. Hidup di laut itulah awak dek dari pagi sampai malam, jam 4 pagi sampai jam 11 malamlah awak di laut itu, adalah pulang siang, ngantar kerang yang didapat pagi, awak tengoklah


(62)

dulu anak yang dijaga neneknya, siap itu sore melautlah lagi, ga” sempat lagi ikut ngopek dan mererbus.”

(Hasil Wawancara November : 2011) 4.2.2 Profil Nelayan Laki-Laki

11.Pak Zauhari

Zauhari adalah seorang nelayan yang sudah berumur 45 tahun, ia merupakan penduduk asli desa Percut bersuku melayu , keturunan keluarganya rata-rata menggantungkan hidup pada dunia pesisir, ayahnnya dahulu adalah seorang nelayan pula. Karena kesulitan ekonomi sejak kelas 3 SD beliau sudah ikut melaut membantu mengerjakan usaha ayahnya. Sudah hampir 19 tahun bapak ini bekerja sebagai nelayan di Desa ini.

Informan memiliki dua orang anak sudah menikah,tinggal beliau dan istrinya yang masih tinggal di desa Percut,anak beliau merantau ikut dengan suaminya.Beliau adalah seorang nelayan pencari kerang sejak tahun 2000. Sebelumnya beliau nelayan pencari ikan,tetapi semenjak banyak nelayan yang menggunakan cara modern atau sering disebut nelayan langgai sehingga kegiatannya beralih menjadi nelayan pencari kerang ikut bersama istrinya yang sudah terlebih dahulu mengambil kerang.Terkadang ,hasil yang didapat beliau sama dengan istrinya,karena di laut ini prinsipnya siapa yang bertahan lama dia bisa dapat banyak hasil. Kegiatan Pak Zauhari hanya mengambil kerang saja,setelah itu di olah oleh istrinya untuk di jadikan kerang kupas


(63)

yang sudah direbus.Menurutnya,beban kerja istrinya lebih banyak dari pada dirinya.

12.Pak Sofian

Pak Sofian merupakan salah satu nelayan pencari ikan yang sudah lama tinggal di Desa Percut. Usia beliau 47 Tahun ,pendidikan terakhir yang didapat hanya sampai sekolah dasar. Pria suku melayu ini sudah 22 tahun beliau menggantungkan hidup hanya pada wilayah pesisir. Banyak ragam pekerjaan yang di gelutinya yang berkaitan dengan pengambilan hasil laut seperti mengambil ikan, kerang . Beliau tinggal bersama istrinya dan lima orang anaknya .Rata-rata keluarga beliau juga berprofesi sebagai nelayan.Bapak ini termasuk salah satu nelayan pengempul kerang yang mempunyai sampan dan bagan boat.Selai itu,belaiu juga adalah seorang ketua kelompok nelayan. Pak Sofian ini sering ikut melakukan kegiatan melaut dengan para nelayan perempuan. Perempuan bekerja sebagai nelayan karena faktor ekonomi dan keterbatasan pilihan pekerjaan yang ada di daerah Pesisir Desa Bagan Percut.

4.3 Interpretasi Data Penilitian.

4.3.1.Perilaku ekonomi masyarakat wilayah Pesisir.

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang bertempat tinggal di lingkungan pesisir pantai. Karena masyarakat ini hidup di lingkungan pesisir pantai maka masyarakat ini menggantungkan hidupnya pada kekayaan alam yang ada di laut. Pekerjaan masyarakat pesisir ini secara umum sebagai nelayan. Para nelayan ini ada yang menggunakan teknologi sederhana atau sering dikenal dengan sebutan nelayan


(1)

Gbr.10. Kondisi rumah Nelayan di Desa Percut

Pedoman Wawancara

Profil Informan

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Agama :

5. Suku :

6. Pendidikan terakhir : 7. Jumlah anggota keluarga :

8. Alamat :

9. Lama Tinggal :

10.Lama Bekerja :

Daftar Pertanyaan:

Kategori Nelayan


(2)

2. Bagaimana sejarah atau riwayat kehidupan anda sebagai nelayan dan hingga menetap di desa ini?

3. Apa pekerjaan orang tua anda dulunya?

4. Apakah anda sebagai nelayan upahan atau bekerja sendiri (usaha sendiri)?

Proses Kerja Penangkapan Kerang

5. Bagaimanakah proses pekerjaan anda sebagai nelayan mulai dari sebelum berangkat sampai pulang kembali ke rumah?

6. Dengan menggunakan apa anda mengambil kerang ? 7. Dimana sajakah lokasi anda menangkap kerang ?

8. Kesulitan atau kendala apasajakah yang saudara hadapi ketika melaut?

9. Apakah kondisi alam ataupun cuaca selalu mendukung hasil penangkapan anda?

10.Bagaimana cara anda menangkap kerang ?

11.Bagaimana cara yang anda lakukan untuk memperoleh hasil tangkapan yang banyak ?

12.Bagaimana sistem pemasaran hasil tangkapan anda pada pelanggan?

13.Apakah anda memanfaatkan TPI untuk memasarkan kerang yamg anda dapat? 14.Apakah pekerjaan menjadi nelayan semakin bertambah dari tahun ke tahun ,

mengapa hal itu terjadi?

15.Jenis nelayan apa yang banyak digeluti masyarakat di Desa ini ? 16.Keadaan seperti apa yang anda ketahui tentang keadaan laut?


(3)

17.Bagaimana kuantitas jumlah kerang yang anda dapat ? 18.Bagaiman juga kualitas kerang yang anda dapat ?

19.Apakah ada perubahan, misalnya cara tangkap atau peralatan yang anda gunakan pada zaman dulu dengan sekarang ?

Kondisi Ekonomi Keluarga

20.Berapakah pendapatan bersih saudara perhari dari hasil tangkapan anda? 21.Apakah anda mempunyai penghasilan sampingan selain menjadi nelayan ? 22.Berapa orang tanggungan yang saudara biayai ?

23.Apa pekerjaan suami anda ?

24.Berapa pengeluaran sandang keluarga dalam sebulan ?

25.Berapa pengeluaran untuk pangan seluruh keluarga perbulan? 26.Berapa pengeluaran untuk perlengkapan rumah tangga perbulan? 27.Pengeluaran pengobatan dan kesehatan seluruh keluarga perbulan?

28.Dari total pengeluaran anda, cukupkah untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan,papan, keluarga anda ?

29.Apakah anda mengikuti arisan ?

30.Apakah anda masih dapat menabung dari pendapatan anda? 31.Kebutuhan apa saja yang menjadi prioritas untuk dipenuhi?

32.Jika anda sedang mengalami kesulitan dalam hal keuangan, pada siapakah anda meminta bantuan atau pinjaman ?

33.Apakah anda ikut dalam kelompok nelayan ?


(4)

35.Menurut anda, apakah pekerjaan sebagai nelayan pencarian memberikan banyak penghasilan kepada keluarga anda?

Kehidupan sosial ekonomi nelayan prempuan

36.Apakah bernelayan ini merupakan pekerjaan utama ibu?

37.Apa alasan anda memilih untuk bernelayan dibanding dengan pekerja lain?

38.Apakah bernelayan ini merupakah hobi ibu juga?

39. Apakah ada kepuasan tersendiri saat mencari kerang?

40.Berapa kali anda bernelayan dalam sehari?

41.Apa yang paling menarik bagi anda ketika mencari kerang?

42.Apakah perempuan menjadi nelayan ini dianggap memiliki kedudukan atau derajat yang tinggi dalam bernelayan?

43. Apakah bernelayan menjadi suatu warisan yang sudah turun temurun?

44.Apakah bernelayan ini merupakan kebiasaan ibu?

45.Apakah pendapat ibu terhadap hambatan-hambatan ketika mencari kerang?

Proses produksi kerang.


(5)

47. Apakah ibu langsung melakukan proses produksi kerang ?

48. Apa saja peralatan yang ibu gunakan untuk mengolah hasil tangkapan ibu ?

49. Siapa saja yang membantu ibu mengolah kerang ini ?

50.Di olah jadi apa saja kerang ini ?

51.Berapa biaya produksi pengolahan kerang ini ?

52.Berapa harga kerang yang sudah direbus anda jual ?

53.Menurut anda lebih untung mana kerang yang mentah atau sudah direbus ?

54.Dari mana ide produksi kerang ini anda peroleh ?

55.Apakah ada pernah anda mendapat pelatihan tentang produksi hasil kerang ?

56. Sudah berapa lama anda memproduksi kerang rebus ini ?

57.Menurut anda ,apa sajakah hambatan anda dalam proses produksi ini ?

58. Apakah anda melakukan produksi ini dengan para kelompok pengambil kerang anda ?

Proses distribusi kerang

59. Kemana saja hasil tangkapan ibu jual ?

60. Siapa yang membantu ibu menjual kerang ?


(6)

62. Apakah ibu mempunyai langganan tetap untuk membeli kerang ibu ?

63.Menurut ibu,mudah tidak ibu menjual hasil tangkapan laut ibu?

64. Apa sajakah hambatan ibu dalam memasarkan hasil tangkapan ibu ?

65. Menurut ibu , dengan aktivitas nelayan perempuan mulai dari ikut dalam penangkapan kerang sampai menjualnya menjadi pemutus mata rantai tengkulak ?

Peran ganda nelayan perempuan

66 . Apa tanggapan keluarga ibu dengan aktivitas ibu menjadi nelayan ?

67. Bagaimana cara ibu membagi waktu antara mengurus rumah tangga dengan aktivitas menjadi nelayan ?

68. Apakah ada masalah yang ibu hadapi dalam mengurus rumah tangga ibu,khususnya dalam merawat anak-anak ibu ?

69. Apakah aktivitas melaut ibu tidak mengganggu aktivitas sosial ibu dalam masyarakat seperti,perwiritan ?

70. Menurut ibu, apa dengan ibu menjadi nelayan merupakan salah satu bentuk pemenuhan peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga?