Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat tradisional nelayan merupakan masyarakat yang mengalami kesulitan dalam kehidupannya di bidang ekonomi, karena ketergantungan mereka pada sumber daya laut, maka pendapatan mereka juga tergantung kondisi alam. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Hal ini mendorong peran perempuan juga menjadi seorang nelayan untuk menopang kehidupan perekonomian keluarga mereka. Dengan perempuan menjadi seorang nelayan, pendapatan perekonomian keluarga mereka akan bertambah sehingga kehidupan mereka dapat lebih baik lagi. Namun di Desa Percut, Kabupaten Deli Serdang sebagian besar masyarakat bernelayan terutama ibu-ibu rumah tangga yang menjadi nelayan pencari kerang. Padahal ancaman bagi nelayan pencari kerang saat melaut seperti serangan hewan air seperti ular air, ubur-ubur dan ikan ikan sembilang yang dapat mebahayakan kesehatan dan keselamatan nelayan. Ancaman lain yaitu kapal yang digunakan mati atau rusak di pertengahan perjalanan. Kerang yang dibawa juga terlalu berat dan tidak baik bagi kesehatan perempuan. Bernelayan dianggap sebagai pekerjaan untuk mendukung atau menopang perekonomian keluarga agar dapat hidup lebih baik lagi.Untuk itu para perempuan juga ikut serta dalam proses produksi dan distribusi hasil tangkapan mereka. Perempuan di daerah pesisir berprofesi sebagai nelayan merupakan strategi mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Karena sebagian besar masyarakat Universitas Sumatera Utara miskin adalah masyarakat pesisir yang berada di pedesaan. Menurut data Badan Pusat Statistik BPS bulan Maret tahun 2010, penduduk miskin di indonesia mencapai 32,53 juta jiwa dan 19,93 juta jiwa di antaranya adalah masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. Pada Maret 2009, 63,38 persen penduduk miskin berada di daerah pesisir dan perdesaan, sedangkan pada Maret 2010 sebesar 64,23 persen. http:www.bps.go.idindex.php?news=776, diakses tanggal 4 September 2011. Hal ini disebabkan karena ketergantungan masyarakat pesisir pada sumber daya laut sehingga besarnya pendapatan keluarga tergantung pada sumber daya dan begitu sulit mereka melepaskan ketergantungan tersebut. Kesulitan melepaskan ketergantungan terhadap sumber daya laut dan menjadi seorang nelayan berkaitan dengan makna bernelayan yang ada pada masyarakat sendiri khusunya perempuan. Apabila makna bernelayan bagi perempuan hanya sebagai strategi yang mereka lakukan untuk menambah perekonomian keluarga, mereka dapat melakukan pekerjaan lain yang lebih menguntungkan dan lebih menghasilkan pendapatan yang besar. Dalam Inshore Fisheries Research Project Technical Document No. 5, E. Matthews dalam jurnalnya berjudul “Women And Fishing In Traditional Pacific Island Cultures” menyatakan bahwa sebagian besar perempuan di New Irlandia, Pulau Tanga, Kepulauan Pasifik ikut bernelayan mencari ikan , kerang , dan juga menjadi pemancing di laut dalam. Para perempuan ini memiliki kontribusi yang sangat besar secara substansi daripada laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari data yaitu 32 dari total hasil penangkapan ikan disediakan oleh para wanita meskipun hanya 17 dari mereka yang terlibat dalam penangkapan ikan. Di Kepulauan Pasifik lain Universitas Sumatera Utara tepatnya di Samoa Barat 17 dari konsumsi makanan laut sehari-hari terdiri dari invertebrata yang dikumpulkan oleh perempuan, di Kiribati 84 makanan laut yang dikumpulkan oleh kedua laki-laki dan perempuan dan 16 sisanya terumbu gleaning yang ditangkap sepenuhnya oleh perempuan dan anak-anak, dan 11 rumah tangga di Kiribati bergantung sepenuhnya pada kerang yang dikumpulkan oleh perempuan dan anak-anak untuk protein, serta di Papua New Guinea 25-50 makanan laut dikumpulkan oleh perempuan. Bernelayan yang dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki yang ada di Pulau Tanga, New Irlandia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan untuk menyalurkan hobi mereka. Perempuan di Desa Percut, bagi mereka menjadi nelayan tidak hanya sebagai pekerjaan yang menopang perekonomian keluarga tetapi juga ikut langsung terlibat dalam proses produksi dan distribusi hasil tangkapan di laut. Mereka juga memilih bernelayan daripada mendirikan home industri atau pekerjaaan lainnya. Pekerjaan bernelayan sudah membudaya atau menjadi kebiasaan turun temurun bagi mereka. Hal ini disebabkan karena kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga sampai saat ini mereka masih bernelayan. Keikusertaan perempuan dalam sektor publik dengan bekerja sebagai nelayan di Desa Percut, Deli Serdang, menjadikan perempuan memiliki strategi membangun ekonomi rumah tangga. Perempuan nelayan disini memiliki beban ganda selain di bidang domestik juga dibidang publik sehingga perempuan nelayan yang bekerja adalah menempatkan kaum perempuan ini mempunyai kedudukan yang seimbang dengan suami dalam membangun kehidupan rumah tangga. Ini membuat nilai seorang perempuan tidak hanya tinggi di mata keluarga akan tetapi, juga di mata masyarakat. Banyak alasan yang yang Universitas Sumatera Utara melatarbelakangi permpuan ikut serta menjadi nelayan, baik sebagai kebiasaan atau budaya, sebagai hobi semata, sebagai cara mobilitas sosial untuk menempati kedudukan yang seimbang dengan laki-laki, kebutuhan ekonomi, dan lainnya. Peran dan partisipasi perempuan dalam menopang kegiatan ekonomi terlihat dari keikutsertaan perempuan dalam memperkuat daya ekonomi masyarakat pesisir yang melakukan produksi dan distribusi hasil tangkapan berupa kerang. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang apakah peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut di Desa Percut Kecamatan Sei Tuan kabupaten Deli Serdang.

1.2 Perumusan Masalah