Standar Kinerja Kriteria Umum untuk Mengukur Kinerja

b Mengurangi kemungkinan terjadinya ketidaksepakatan selama pertemuan evaluasi berjalan sesuai proses perencanaan kinerja. c Lebih memungkinkan menempatkan manajer dan karyawan di pihak yang sama, tidak seperti sistem penilaian maupun peringkat. d Merupakan pendekatan terhadap evaluasi kinerja yang paling mudah dibela secara hukum. Adapun kerugian dari penggunaan sistem evaluasi kinerja, yakni sebagai berikut. a Memakan waktu yang relatif banyak, karena perlunya menginvestigasikan waktu di muka untuk melakukan perencanaan kinerja. b Meminta manajer dan pegawai mengembangkan keahlian dalam menuliskan tujuan serta standar yang penting dan dapat diukur. c Dapat menimbulkan lebih banyak pekerjaan administrasi ketimbang sistem penilaian maupun sistem peringkat. d Dapat disalahgunakan atau digunakan sambil lalu saja oleh para manajer.

2.1.4 Standar Kinerja

Dalam evaluasi kinerja, terdapat standar yang disebut sebagai standar kinerja. Evaluasi kinerja tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa standar kinerja. Secara umum, evaluasi kinerja membandingkan kinerja ternilai dengan suatu standar kinerjanya. Jika evaluasi kinerja dilaksanakan tanpa standar kinerja, hasilnya tidak mempunyai nilai. Menurut Wirawan 2009, standar kinerja adalah tolok ukur minimal kinerja yang harus dicapai karyawan secara individual atau kelompok pada semua indikator kinerjanya. Berikut disajikan diagram proses penyusunan standar kinerja. Fungsi utama standar kinerja adalah sebagai tolok ukur benchmark untuk menentukan keberhasilan dan ketidakberhasilan kinerja ternilai dalam melaksanakan pekerjaannya. Standar kinerja merupakan target, sasaran, atau tujuan upaya kerja karyawan dalam kurun waktu tertentu. Di bawah ini disajikan diagram hubungan antara pelaksanaan pekerjaan, kinerja karyawan, evaluasi kinerja, dan standar kinerja karyawan. Karyawan melaksanakan pekerjaannya Kinerja karyawan Evaluasi kinerja Hasil evaluasi kinerja Instrumen Kinerja Rekaman kinerja karyawan Keputusan SDM Standar Kinerja Hasil Analisis Pekerjaan Analisis Pekerjaan Deskripsi Pekerjaan Untuk menyusun dimensi dan indikator pekerjaan Hasilnya digunakan untuk menyusun standar kinerja dan indikator pekerjaan Survei mengenai keluaran pelaksanaan pekerjaan- pekerjaan yang sama Alat, biaya, dan resiko untuk melaksanakan pekerjaan Gambar 2.1 – Proses Penyusunan Standar Kinerja Gambar 2.2 – Hubungan Kinerja, Standar Kinerja, dan Evaluasi Kinerja

2.1.5 Kriteria Umum untuk Mengukur Kinerja

Menurut Wirawan 2009, setiap indikator kinerja diukur berdasarkan kriteria standar tertentu. Dalam mengukur kinerja, terdapat kriteria atau ukuran. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut. 1 Kuantitatif seberapa banyak. Ukuran kuantitatif merupakan ukuran paling mudah untuk disusun dan diukurnya, yaitu hanya dengan menghitung seberapa banyak unit keluaran kinerja harus dicapai dalam kurun waktu tertentu. 2 Kualitatif seberapa baik. Melukiskan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus dicapai. Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi, penampilan, kemanfaatan, atau efektivitas. Standar kualitas dapat diekspresikan sebagai tingkat kesalahan seperti jumlah atau presentase kesalahan yang diperbolehkan per unit hasil kerja. 3 Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk. Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi suatu produk, membuat sesuatu atau melayani sesuatu. Kriteria ini menjawab pertanyaan seperti kapan, berapa cepat, atau dalam periode apa. 4 Efektivitas penggunaan sumber organisasi. Efektivitas penggunaan sumber dijadikan indikator jika syarat untuk mengerjakan suatu pekerjaan yakni menggunakan jumlah sumber tertentu, seperti uang dan bahan baku. 5 Cara melakukan pekerjaan. Digunakan sebagai standar kinerja jika kontak personal, sikap personal, atau perilaku karyawan merupakan faktor penentu keberhasilan melaksanakan pekerjaan. 6 Efek atas suatu upaya. Pengukuran yang diekspresikan akibat akhir yang diharapkan akan diperoleh dengan bekerja. Standar jenis ini menggunakan kata- kata ‘sehingga’ dan ‘agar supaya’ yang digunakan jika hasilnya tidak dapat dikualifikasikan. 7 Metode melaksanakan tugas. Standar yang digunakan jika ada undang- undang, kebijakan, prosedur standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas atau jika cara pengecualian ditentukan tidak dapat diterima. 8 Standar sejarah. Standar yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu dengan standar sekarang. Standar masa sekarang dinyatakan lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar masa lalu dalam pengertian kuantitas dan kualitas. 9 Standar nol atau absolut. Standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu. Standar ini dipakai jika tidak ada alternatif lainnya. 2.2 Logika Kabur 2.2.1 Kekaburan Fuzzy