Candi Ratu Boko merupakan sebuah keraton. Selanjutnya W.F Stuterheim mengadakan pengamatan di Candi tersebut pada tahun 1926. Kemudian pada
tahun 1938 Van Romond mengadakan penelitian. Pada masa Van Romond inilah mulai dilakukan pemugaran. Pemugaran Candi Ratu Boko sudah
dimulai sejak masa penjajahan Belanda. Pemugaran pertama kali dilakukan pada tahun 1938 oleh Van Romond. Teknologi pemugaran pada masa itu
sudah menggunakan kerangka beton bertulang dan menggunkan perekat semen. Kemudian pada masa pendudukan Jepang usaha pelestarian Candi
Ratu Boko terus dilakukan dengan melakukan penggantian batu-batu outer stone berupa batu andesit yang hilang. Sehingga diganti dengan batu putih.
Pemasangan batu putih sengaja dibuat tidak rapi atau menonjol, cara tersebut digunakan orang Jepang untuk menandai komponen batu baru. Pada masa
pemerintahan RI pemugaran dilakukan mulai tahun 1949. Pemugaran terus berlanjut dengan berhasil memugar beberapa bangunan antara lain tahun
1950-1954 pemugaran difokuskan pada gapura I dan gapura II. Kemudian tahun 1960-1965 berhasil menyelesaikan pemugaran gapura kolam.
Pemugaran di Candi Ratu Boko semakin dilakukan secara intensif dalam rentang waktu tahun 19781980 sampai sekarang, dengan memugar berbagai
bangunan antara lain gapura, talut kolam, pagar pendapa batur keputren, batur paseban, tangga selasar dan candi pembakaran. Pemugaran dilaksanakan oleh
Bagian Proyek Pelestarian Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta dan setelah itu dilaksanakan oleh Balai
Pelestarian Purbakala BP3 Yogyakarta yang sekarang bernama Balai Pelestarian Cagar Budaya BPCB Yogyakarta.
B. Arsitektur atau Ornamen Candi Ratu Boko
Candi Ratu Boko berada pada lokasi seluas 250.000 meter persegi , dan diatas puncak bukit. Candi Ratu Boko memiliki banyak sekali bangunan, namun saat
ini hanya tersisa puing dan reruntuhan yang menyisakan beberapa bekas bangunan.
1. Gerbang utama Candi Ratu Boko
Gambar IV.1 Gerbang masuk ke Candi Ratu Boko ada di area sebelah barat Candi.
Gerbang ini terdiri dari 2 gerbang, yaitu gerbang luar yang berukuran kecil dan gerbang dalam yang berukuran lebih besar dan merupakan
gerbang utama Candi Ratu Boko. Gapura luar terdiri dari 3 gapura paduraksa yang berjajar. Sedangkan gapura dalam atau gapura utama
terdiri dari 5 gapura paduraksa. Pada gapura utama terdapat tulisan Panabwara, hal ini mengacu pada nama Rakai Panabwara yaitu
keturunan dari Rakai Panangkaran yang juga menguasai Candi Ratu Boko.
2. Candi Pembakaran dan Sumur Suci
Gambar IV.2 Gambar IV.3
Candi pembakaran terbuat dari batuan andesit, dan memiliki panjang 22,60 m, lebar 22,33 m dan tinggi 3,82 m. Candi ini di namakan
pembakaran karena ditemukan abu bekas pembakaran di Candi pembakaran. Ukuran sumurnya 2,30 m x 1,80 m, kedalaman airnya pada
musim kering 2 m. Dalam sejarah Candi Ratu Boko pada zaman dahulu orang-orang menggunakan air dari sumur suci untuk untuk upacara
keagamaan di Candi pembakaran dan air dari sumur tersebut dapat di percaya membawa keberuntungan bagi siapa saja yang menggunakannya.
Para pemeluk agama hindu menggunakan air dari sumur tersebut untuk perayaan Tawur Agung sehari sebelum Nyepi untuk menyucikan diri.
3. Paseban Terdiri dari 2 Batur. Paseban timur memiliki panjang 24,6 m, lebar 13,3
m, serta tinggi 1,16 m. sedangkan Paseban barat memiliki panjang 24,42 m, lebar 13,34 m, dan tinggi 0,8 m. kedua paseban tersebut didirikan
saling berhadapan antara satu dengan lainnya, namun demikian belum di ketahui secara pasti fungsi paseban tersebut. Nama paseban berdasarkan
pada sebuah analogi istana diwaktu yang sesungguhnya, dalam sejarah Candi Ratu Boko paseban merupakan sebuah ruang tunggu bagi siapa
saja yang hendak menemui raja atau tempat penghadapan. 4. Pendopo
Gambar IV.4 Pendopo memiliki panjang 40,80 m, lebar 33,90 m, dan tinggi 3,45 m.
bagian dasar dan atapnya terbuat dari batuan andesit namun bagian tubuhnya terbuat dari batuan halus. Ada 2 batur di dalam pagar, batur
bagian utara memiliki panjang 20,57 m, lebar 20,49 m, dan tinggi 1,43m. Pendopo dalam sejarah Candi Ratu Boko merupakan bangunan pusat
yang memiliki tiang-tiang yang terbuat dari kayu. Karena tiang, tembok, dan atap terbuat dari bahan yang mudah rusak maka hanya tiang yang
terbuat dari batu yang masih utuh, sedangkan bagian banguanan yang terbuat dari kayu sudah termakan usia.
5. KeputrenKolam
Gambar IV.5 Gambar IV.6
Kompleks kolam terbagi menjadi 2 bagian, bagian utara dan bagian selatan. Kedua bagian dipisahkan oleh sebuah dinding penyekat dan
terhubung oleh sebuah pintu. Kompleks bagian utara berbentuk persegi. Terdiri dari 7 kolam 5 kolam besar dan 2 kolam kecil sedangkan
kompleks bagian selatan terdiri dari 28 kolam 14 kolam besar, 13 kolam kecil berbentuk bilat dan 1 kolam berbentuk kotak. Dalam sejarah Candi
Ratu Boko kolam-kolam ini digunakan untuk berendam atau berenang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI