TEMPLELAPSE : VIDEO PROMOSI CANDI KAWASAN CAGAR BUDAYA PRAMBANAN DAN RATU BOKO.

(1)

i

BUDAYA PRAMBANAN DAN RATU BOKO

TUGAS AKHIR KARYA SENI (TAKS)

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nawung Asmoro Girindraswari

10206241010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Sejumlah mimpi memiliki tanggal kadaluwarsa, yakni tanggal ketika kita berhasil membuat impian-impian tersebut menjadi kenyataan.”


(6)

vi

Bersama rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya ini untuk:

Keluarga yang telah memberikan semangat dan doa, terutama Ibu dan Bapak. Teman-teman di Pendidikan Seni Rupa UNY Dan semua orang yang telah memberikan inspirasi dan motivasi bagi saya.


(7)

vii

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Karya Seni yang berjudul “Templelapse : Video Promosi Candi Kawasan Cagar

Budaya Prambanan Dan Ratu Boko” guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir Karya Seni ini baik secara moril maupun spiritual, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih secara tulus kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan untuk saya.

Rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan kepada pembimbing saya, yaitu Bapak Drs. Mardiyatmo, M.Pd. yang penuh kesabaran kearifan, dan kebijaksanaan dalam memberi bimbingan. Arahan dan dorongan yang tak henti-hentinya di sela-sela kesibukanya.

Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yaitu keluarga, dan teman-teman yang mendukung, memberi semangat, dan memberi bantuan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Yogyakarta, 19 Januari 2016 Penulis,


(8)

viii

Halaman

JUDUL i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

ABSTRAK xx BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penciptaan... 1

B. Identifikasi Masalah... 3

C. Batasan Masalah... 3

D. Rumusan Masalah... 3

E. Tujuan Penciptaan………. 4

F. Manfaat Penciptaan………... 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN METODE PERANCANGAN…... 6

A. Kajian Teori... 6

1. Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko ... 6

2. Candi... ... 7

3. Aneka Candi di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko ... 7

a. Candi Prambanan... ... 7

b. Candi Ratu Boko... ... 8


(9)

ix

d. Candi Kalasan ... 9

e. Candi Sari ... 10

f. Candi Sambisari ... 10

g. Candi Barong ... 11

h. Candi Ijo ... 11

4. Fotografi ... 11

5. Timelapse ... 12

6. Komposisi ... 13

a. Garis (Line) ... 13

b. Garis Horizontal ... 14

c. Garis Vertikal ... 15

d. Garis Diagonal ... 15

e. Garis Lengkung ... 16

f. Bentuk (Shape) ... 16

g. Wujud (Form) ... 17

h. Tekstur (Texture) ... 17

i. Pola (Pattern) ... 18

j. Warna (Colour) ... 18

7. Komposisi Dasar ... 19

a. The Golden Ratio ... 20

b. Rules of Thirds ... 21

c. Perspective ... 22

d. Framing ... 22

8. Pelestarian Arsitektur ... 23

9. Branding Tempat ... 23

10.Tinjuaun Tentang Media Promosi... 24

11.Macam-macam Media Promosi ... 25

12.Alat, Bahan dan Teknik ... 26

a. Alat ... 26

1) Kamera ... 27


(10)

x

2) Baterai ... 35

3) Filter ... 36

4) Tripod ... 38

5) Remote Shutter Release ... 39

6) Slider atau Dolly Track ... 39

b. Bahan ... 40

c. Teknik Pemotretan ... 40

B. Karya Sebagai Acuan ... 41

1. Misbachul Munir ... 42

2. Fehmiu Roffytavare ... 43

C. Metode Penciptaan ... 48

1. Ekplorasi ... 48

2. Improvisasi ... 48

3. Skema Perancangan ... 50

BAB III PROSES VISUALISASI ... 51

A. Ide Pemilihan Objek ... 51

B. Konsep Penciptaan ... 52

C. Proses Penciptaan ... 52

D. Tahap Visualisasi ... 53

1. Persiapan(Preparation) ... 53

2. Naskah (Script) ... 53

3. Pra Produksi (Pre-production) ... 53

4. Alat ... 54

5. Pengambilan Gambar ... 54

6. Pengaturan Dana ... 54

7. Visualisai Naskah (Storyboard) ... 55

a. Produksi (Production) ... 55

b. Paska Produksi (Post-Production) ... 55

E. Pembahasan Karya ... 56

1. Foto Berjudul Eksotisme Gerbang Keputren ... 56


(11)

xi

4. Judul Foto : Menuju Pendopo ... 61

5. Judul Foto: Sisi Lain Candi Barong ... 62

6. Judul Foto: Dibalik Relung Barong ... 64

7. Judul Foto: Gerbang Paduraksa ... 66

8. Judul Foto: Diantara Dua Barongan ... 67

9. Judul Foto: Sudut Keindahan Candi Sari ... 68

10.Judul Foto: Indahnya Candi Sari ... 70

11.Judul Foto: Sambisari Berselimut Awan ... 71

12.Judul Foto: The Underground Temple ... 73

13.Judul Foto: Center of Sambisari ... 74

14.Judul Foto: Candi Kalasan ... 75

15.Judul Foto: Yang Tersisa ... 77

16.Judul Foto: Refleksi Candi Sewu ... 78

17.Judul Foto: Sepasang Dwarapala Menyapa ... 80

18.Judul Foto : Prambanan Indah... 82

19.Judul Foto: Amazing Hindu Temples ... 85

20.Judul Foto: Tenggara Prambanan ... 86

21.Judul Foto: Eksotisme Prambanan via Abhayagiri ... 87

22.Judul Foto : Menapaki Relung Sejarah ... 89

23.Judul Foto : The Higest Temple ... 90

24.Judul Foto: Magnificent Panorama Ijo temple ... 91

F. Penjelasan Video ... 92

1. Desain ... 92

2. Rincian Gambar ... 93

a. Pembuka ... 93

b. Bagian I ... 94

c. Ending Credit ... 103

3. Rincian Lain ... 103

a. Musik ... 103

b. Objek ... 104


(12)

xii

G. Perancangan Media Pendukung ... 108

1. Brosur ... 108

2. Booklet... 110

3. Poster ... 115

4. Cover Kotak DVD... 116

5. Stiker DVD ... 118

6. Kalender ... 119

7. Kaos ... 120

BAB VI PENUTUP ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ... 132


(13)

xiii

Halaman

Tabel 1 : Keterangan Foto Eksotisme Gerbang Keputren………56

Tabel 2 : Keterangan Foto Menuju Bukit Kedamaian………...58

Tabel 3 : Keterangan Foto Pesona Keputren……….60

Tabel 4 : Keterangan Foto Menuju Pendopo………...……..61

Tabel 5 : Keterangan Foto Sisi Lain Candi Barong………...62

Tabel 6 : Keterangan Foto Dibalik Relung Barong………...64

Tabel 7 : Keterangan Foto Gerbang Paduraksa ………66

Tabel 8 : Keterangan Foto Di Antara Dua Barongan..………..67

Tabel 9 : Keterangan Foto Sudut Keindahan Candi Sari………..69

Tabel 10 : Keterangan Foto Indahnya Candi Sari……….71

Tabel 11 : Keterangan Foto Sambisari Berselimut Awan……….73

Tabel 12 : Keterangan Foto The Underground Temple……….…74

Tabel 13 : Keterangan Foto Center ofSambisari………..75

Tabel 14 : Keterangan Foto Candi Kalasan………..77

Tabel 15 : Keterangan Foto Yang Tersisa……….…78

Tabel 16 : Keterangan Foto Refleksi Candi Sewu………80

Tabel 17 : Keterangan Foto Dwarapala Menyapa……….………81

Tabel 18 : Keterangan Foto Prambanan Indah……….….83

Tabel 19 : Keterangan Foto Menjulang……….……85

Tabel 20 : Keterangan Foto Amazing Hindu Temples……….…….86

Tabel 21 : Keterangan Foto Tenggara Prambanan………88

Tabel 22 : Keterangan Foto Eksotisme Prambanan via Abhayagiri……….89

Tabel 23 : Keterangan Foto Menapaki Relung Sejarah……….90

Tabel 24 : Keterangan Foto The Highest Temple………..92

Tabel 25 : Keterangan Foto Magnificent Panorama Ijo Temple... 93

Tabel 27 : Rincian Adegan Bagian Pembuka... ….. 96

Tabel 28 : Rincian Adegan Bagian I……….…….…97


(14)

xiv

Halaman

Gambar 1: Foto Garis Horizontal ... 14

Gambar 2: Foto Garis Vertikal ... 15

Gambar 3: Foto Garis Diagonal ... 15

Gambar 4: Foto Garis Lengkung... 16

Gambar 5: Foto Bentuk/ Shape ... 17

Gambar 6: Foto Bentuk/ Shape ... 17

Gambar 7:Foto Tekstur/ Texture ... 18

Gambar 8: Foto Pola/ Pattern ... 18

Gambar 9: Foto Warna/Colour ... 19

Gambar 10: The Golden Ratio ... 20

Gambar 11: Rules Of Thirds ... 21

Gambar 12:Foto Prespective ... 22

Gambar 13: Body DSLR ... 28

Gambar 14: Cara Kerja Lensa pada Kamera... 29

Gambar 15: Lensa Standar ... 30

Gambar 16: Lensa Zoom ... 31

Gambar 17: Lensa Fix ... 32

Gambar 18: Lensa Wide ... 32

Gambar 19:Lensa Tele ... 33

Gambar 20:Lensa Macro ... 34

Gambar 21: Lensa Perspective Correction ... 34

Gambar 22: Lensa Fish Eye ... 35

Gambar 23: Baterai ... 36

Gambar 24: UV Filter ... 37

Gambar 25: FilterCPL ... 37

Gambar 26: Filter ND (Neutral Density) ... 38

Gambar 27:Tripod ... 39


(15)

xv

Gambar 30: Eksotisme Plaosan ... 44

Gambar 31: mBudhur ... 44

Gambar 32: Sisi Lain Borobudur ... 47

Gambar 33: Sisi Lain Borobudur ... 47

Gambar 34: Sisi Lain Borobudur ... 48

Gambar 35: Gerbang Keputren ... 56

Gambar 36: Menuju Bukit Kedamaian ... 58

Gambar 37: Pesona Keputren... 59

Gambar 38: Menuju Pendopo ... 61

Gambar 39: Sisi Lain Candi Barong ... 62

Gambar 40: Dibalik Relung Barong ... 64

Gambar 41: Gerbang Paduraksa... 66

Gambar 42: Diantara Dua Barongan ... 67

Gambar 43: Sudut Keindahan Candi Sari ... 68

Gambar 44: Indahnya Candi Sari ... 70

Gambar 46: The Underground Temple ... 73

Gambar 47: Center of Sambisari ... 74

Gambar 48: Candi Kalasan ... 75

Gambar 49: Yang Tersisa... 77

Gambar 50: Refleksi Candi Sewu ... 78

Gambar 51: Sepasang Dwarapala Menyapa ... 80

Gambar 52: Prambanan Indah ... 81

Gambar 53: Menjulang ... 83

Gambar 54: Amazing Hindu Temples ... 85

Gambar 55: Tenggara Prambanan ... 86

Gambar 56: Eksotisme Prambanan via Abhayagiri ... 88

Gambar 57: Menapaki Relung Sejarah ... 90

Gambar 58: The Higest Temple ... 91

Gambar 59: Magnificent Panorama Ijo temple ... 92

Gambar 60: Desain Tipografi Candi ... 108


(16)

xvi

Gambar 63: Final Design Lengkap I Bagian Depan Brosur ... 111

Gambar 64: Final Design Lengkap I Bagian Belakang Brosur ... 112

Gambar 65: Desain Cover Booklet Templelapse– Halaman 20 ... 113

Gambar 66: Desain Booklet Templelapse– Halaman 1 ... 113

Gambar 67: Desain Booklet Templelapse– Halaman 2 ... 113

Gambar 68: Desain Booklet Templelapse– Halaman 3 ... 114

Gambar 69: Desain Booklet Templelapse– Halaman 4 ... 114

Gambar 70: Desain Booklet Templelapse– Halaman 5 ... 115

Gambar 71: Desain Booklet Templelapse– Halaman 6 ... 115

Gambar 72: Desain Booklet Templelapse– Halaman 7 ... 115

Gambar 73: Desain Booklet Templelapse– Halaman 8 ... 116

Gambar 74: Desain Booklet Templelapse– Halaman 9 ... 116

Gambar 75: Desain Booklet Templelapse– Halaman 10 ... 116

Gambar 76: Desain cover belakang Booklet Templelapse ... 117

Gambar 77: Layout Gagasan Ide Poster Film ... 118

Gambar 78: Layout Gagasan Ide Poster Film ... 119

Gambar 79: Layout Gagasan Ide Cover Kotak DVD ... 120

Gambar 80: Desain Cover Kotak DVD ... 120

Gambar 81: Layout Gagasan Ide Stiker DVD ... 121

Gambar 82: Layout Lengkap I Stiker DVD ... 122

Gambar 83: Layout Gagasan Ide Kalender ... 123

Gambar 84: Layout Lengkap I Stiker DVD ... 123

Gambar 85: Layout Gagasan Ide Kaos ... 124


(17)

xvii

Halaman Lampiran 1 : Permohonan Ijin Penelitian... 131 Lampiran 2 : Foto Behind The Scene…... 132


(18)

xviii

PRAMBANAN DAN RATU BOKO Oleh Nawung Asmoro Girindraswari

NIM 10206241010

ABSTRAK

Penulisan laporan Tugas Akhir Karya Seni berjudul Templelapse : Video Promosi Candi Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko ini, bertujuan untuk mendeskripsikan konsep dan menghasilkan produk berupa video promosi candi sebagai brading yang efektif, kreatif, dan komunikatif, untuk mempromosikan gugusan percandian di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko.

Penciptaan karya dilakukan melalui tahapan pengumpulan data (verbal dan visual) dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan teknik SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats).

Media utama berupa video promosi dibuat melalui tahapan persiapan, pra produksi, produksi, dan paska produksi. Media pendukung dirancang melalui tahapan pembuatan layout gagasan, layout kasar dan layout komprehensif. Instrumen yang digunakan adalah alat tulis, kamera DSLR, standing lamp, clip on,

komputer, dan lainnya. Sedangkan software yang digunakan berupa Adobe Premiere, Photoshop, dan Corel Draw.

Hasil penciptaan karya Templelapse berupa video promosi candi berdurasi pendek 3 menit 20 detik mengangkat tema tentang branding situs pecandian melalui fotografi timelapse, yakni menggabungkan sejumlah foto yang dibuat

dengan jeda waktu tertentu menjadi sequence video.

Kata Kunci: Teknik Timelapse, Fotografi, Candi Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko


(19)

1

Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko terletak di perbatasan antara Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Sebagai bekas ibukota dari kerajaan Mataram Kuno yang masyhur, kawasan tersebut memiliki gugusan percandian dan peninggalan-peninggalan sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Candi adalah bangunan arsitektur budaya berbahan batu alam yang berkembang dari masa sebelum Islam ada di Jawa. Candi merupakan tempat diadakan kegiatan pemujaan, makam, dan ritual keagamaan. Pada masa Hindu dan Buddha banyak dibangun berbagai candi di Jawa maupun di Sumatera.

Di kawasan Prambanan terdapat candi-candi yang masing-masing memiliki keunikan arsitektur, diantaranya selain Candi Prambanan, ada Candi Ratu Boko, Candi Kalasan, Candi Ijo, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Sambisari, Candi Barong, dan lainnya. Candi-candi ini menyimpan makna toleransi yang dalam sebagian bercorak Hindu dan sebagian bercorak Buddha yang dibangun saling berdekatan.

Selama ini, wisatawan masih sebatas mengetahui kemegahan Candi Prambanan dan Kraton Ratu Boko saja. Terbukti hanya dua destinasi candi tersebut yang ramai dikunjungi. Hal ini tentu perlu disempurnakan, agar diketahui kemegahan Candi Prambanan dalam perspektif utuh. Wisatawan perlu diajak menyusuri kawasan Candi Prambanan dan sekitarnya untuk mengunjungi candi-candi lainnya. Wisatawan perlu diedukasi lebih dalam untuk mengetahui


(20)

kemegahan bangunan arsitektur berupa candi di kawasan Prambanan yang telah berdiri sejak ribuan tahun silam.

Untuk mendukung promosi wilayah (place marketing) dan pelestarian

bangunan bersejarah candi di sekitar Prambanan perlu tindakan nyata berupa pemberian informasi mengenai kawasan cagar budaya tersebut, supaya masyarakat dapat ikut menjaga dan melestarikan peninggalan candi-candi di Yogyakarta, dan tidak kehilangan aura heritagenya. Keberadaan candi dan bangunan-bangunan heritage lainya adalah jangkar kebudayaan yang menjadi kekuatan untuk memoles Yogyakarta menjadi kota heritage yang memiliki karakter budaya yang representatif dan istimewa.

B. Identifikasi Masalah

1. Kurangnya informasi akan Candi yang ada di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko selama ini masyarakat masih sebatas mengetahui kemegahan Candi Prambanan dan Ratu Boko saja, Terbukti hanya dua destinasi candi tersebut yang ramai dikunjungi. Padahal ada beberapa candi yang memiliki potensi keunikan selain Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko, seperti Candi Kalasan, Candi Ijo, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Sambisari, Candi Barong, dan lainnya.

2. Salah satu upaya untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang candi di kawasan Candi Prambanan dan Ratu Boko adalah dengan membuat media yang informatif, komunikatif, dan menarik, seperti media audio visual berupa video promosi untuk mendukung promosi wilayah (place marketing) dan pelestarian bangunan bersejarah candi di sekitar


(21)

Prambanan. “Templelapse: Video Promosi Candi Kawasan Cagar Budaya

Prambanan dan Ratu Boko” menjadi judul yang sesuai dan mampu

mewakili maksud serta isi yang disampaikan. Kata “Templelapse”

merupakan perwakilan dari temple (candi) dan timelapse (tehnik

fotografi). Kalimat “Video Promosi Candi” merujuk pada salah satu media

efektif dalam mempromosikan identitas candi sedangkan “Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko” mengacu pada lokasi gugusan

percandian diantaranya Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Sewu, Candi Kalasan, Candi Barong, Candi Ijo, Candi Sari, dan Candi Sambisari.

C. Batasan Masalah

Dari uraian di atas, perancangan video promosi berjudul „Templelapse’ Video Promosi Candi Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko beserta media pendukungnya ini, dibatasi pada masalah:

Membuat konsep, proses, kemudian memvisualisasikan sebuah video promosi wisata beserta media pendukungnya, yang mampu menyampaikan informasi tentang potensi gugusan percandian di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko, untuk mendukung promosi wilayah (place marketing)

dan pelestarian bangunan bersejarah candi di sekitar kawasan tersebut, serta mampu menyampaikan persuasi tentang pentingnya benda cagar budaya sebagai nilai kearifal lokal kepada masyarakat secara lugas, jelas, menarik dan optimal.


(22)

D. Rumusan Masalah

Perancangan Tugas Akhir Karya Seni „Templelapse‟ : Video Promosi

Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko ini, mempunyai rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana membuat konsep, proses dan memvisualisasi sebuah video promosi beserta media pendukungnya, yang mampu menyampaikan informasi tentang tentang potensi gugusan percandian di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko, untuk mendukung promosi wilayah (place marketing)

dan pelestarian bangunan bersejarah candi di sekitar kawasan tersebut, serta mampu menyampaikan persuasi tentang pentingnya benda cagar budaya sebagai nilai kearifal lokal kepada masyarakat secara lugas, jelas, menarik dan optimal.

E. Tujuan Penciptaan

Membuat konsep, proses, dan memvisualisasikan sebuah video promosi wisata beserta media pendukungnya, yang mampu menyampaikan informasi tentang potensi gugusan percandian di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko, untuk mendukung promosi wilayah (place marketing) dan pelestarian

bangunan bersejarah candi di sekitar kawasan tersebut, serta mampu menyampaikan persuasi tentang pentingnya benda cagar budaya sebagai nilai kearifal lokal kepada masyarakat secara lugas, jelas, menarik dan optimal.

F. Manfaat Penciptaan 1. Manfaat Teoritis

Penulis berharap penciptaan Tugas Akhir Karya Seni ini dapat memberikan manfaat secara teori bagi Mahasiswa program studi Pendidikan Seni


(23)

rupa di Universitas Negeri Yogyakarta, untuk mengembangkan ide dan kreatifitas menciptakan video promosi yang mampu menyampaikan informasi penting secara jelas, mudah dipahami, dan dapat diterima oleh banyak kalangan.

2. Manfaat Praktis

a. Universitas Negeri Yogyakarta

Memberi sumbangan produk berupa video promosi berjudul

Templelapse kepada Universitas Negeri Yogyakarta, sehingga dapat dijadikan

sebagai bahan acuan yang mampu menambah pengetahuan khususnya fotografi.

b. Masyarakat

Memberikan persuasi tentang pentingnya benda cagar budaya sebagai nilai kearifal lokal kepada masyarakat guna meningkatkan apresiasi secara lugas, unik, jelas, menarik, optimal serta dapat diterima oleh banyak kalangan.


(24)

6

1. Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko

Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko, terdiri dari gugusan percandian diantaranya Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Kalasan, Candi Ijo, Candi Sambisari, Candi Barong, Candi Sewu, Candi Sari dan lain-lain (Ensiklopedi Yogyakarta, 2010: 23).

Daerah Prambanan, perbatasan antara Yogyakarta dan Surakarta, terdapat suatu daerah percandian yang candi-candinya terpencar dengan jarak antara satu dengan yang lain tidak lebih dari 1 kilometer. Keadaan demikian memberikan gambaran kepada kita, bahwa kira-kira pada abad ke-8 dan ke-9 daerah tersebut merupakan pusat-pusat kerajaan, baik daerah beragama Budha maupun beragama Siwa. Candi-candi yang masih ada maupun yang sudah tidak ada terlihat bekas-bekasnya terpencar sebagian dataran prambanan dan letaknya di sebelah utara gunung Boko dan lainya di dataran Sorogedug sebelah selatan gunung (Soetarno, 2002: 1).

Daerah seluas itu berisi kira-kira 20 buah candi yang memberikan gambaran kepada kita, bahwa daerah tersebut pada waktu dahulu merupakan daerah yang sangat indah menunjukan nilai kebudayaan yang tinggi dari penciptanya. Daerah candi ini merupakan kelanjutan dari gunung Sewu yang berakhir pada kali opak dan dibagi dalam dua dataran, bagian utara dataran


(25)

Prambanan dan bagian selatan dataran Sorogedug. Sebagian besar dari candi-candi tersebut didirikan oleh para pengikut Kapilawastu (Soetarno, 2002: 1-2).

2. Candi

Pengertian candi menurut Maryanto (2007 :8), kata candi berasal dari kata

Candika Grha, artinya rumah Dewi Candika. Dewi Candika adalah Dewi Maut.

Pada zaman dahulu Dewi Candika dipuja oleh orang-orang beragama Hindu. Manusia memuja Dewi Candika karena takut kematian mereka berharap akan mendapat pertolongannya ketika mereka meninggal pada umumnya candi di Indonesia merupakan monumen atau tanda peringatan bagi seorang raja yang telah wafat.

Candi seperti sandhi, artinya ia menyimpan suatu sistem tanda yang

disamarkan. Untuk memperoleh makna dan pengertian yang dikandungnya memerlukan upaya-upaya sedemikian rupa sehingga dapat mendekati makna aslinya, begitu yang dituturkan Ma‟rup (2009: 1).

3. Aneka Candi di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko

a. Candi Prambanan

Menurut Mudhiuddin (2009: 3), nama Prambanan berasal dari akar ketuhanan ajaran Hindu, yaitu kata Bhrama, Bhrahman, Brahmana, dan Atman. Candi Prambanan disebut juga candi Rara Jonggrang, termasuk jenis tempat peribadatan Hindu atau perabuan raja terbesar di Indonesia. Maryanto (2007: 13), juga mengungkapkan bahwa candi Prambanan oleh masyarakat sekitar disebut juga sebagai candi Rara Jonggrang, karena di dalamnya ada arca yang diyakini


(26)

sebagai Dewi Rara Jonggrang, namun sebenarnya arca Dewi Durga Mahesasuramardhini.

Candi Prambanan pertama ditemukan oleh C.A. Lons tahun 1733 dalam kondisi rusak, dibersihkan tahun 1885 dan perawatan candi ditangani oleh J.W. Yzerman, Gronemann dan Th. Van Erp tahun 1918. Usaha pemugaran dilakukan tahun 1937 dipimpin berurut oleh Bosch, Stutterheim, Van Ramoundt hingga berakhir pemugaran Candi Siwa 20 Desember tahun 1953, di tanda tangani prasastinya oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno. Pada halaman terdapat candi induk, yaitu Candi Brahman (20x20 m) di selatan, Wisnu setinggi 33 m di utara, dan Siwa (34x34 m) candi tertinggi di pusat, dengan masing-masing setinggi 27 meter di depan Candi Siwa seperti diungkapkan oleh Mudhiuddin, (2009: 3).

b. Candi Ratu Boko

Candi Ratu Boko atau Keraton Ratu Boko letaknya kira-kira 2 kilometer dari Candi Prambanan. Disebut Keraton Ratu Boko karena menurut legenda disitulah letak Istana Ratu Boko, saudara Roro Jonggrang. Mungkin juga keraton tersebut milik raja-raja Mataram yang membuat candi-candi di dataran Prambanan. Soetarno, (2002: 67). Pada Prasasti Walaing Berangka tahun 792 M dijelaskan bahwa Rakai Panangkaran membangun sebuah Wihara Agama Budha yang bernama Abhayagiri wihara selanjutnya pada tahun 856 M difungsikan menjadi Keraton oleh penguasa beragama Hindu yaitu Rakai Walaing Pu Khumbayoni dan sekarang kompleks tersebut dikenal sebagai Keraton Ratu Boko (kutipan : buku Yogyakarta Istimewa Budaya Membuktikanya, 2011: 23).


(27)

c. Candi Sewu

Candi Sewu terletak di sebelah utara Candi Prambanan, diperbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Candi tersebut selesai dibangun sekitar tahun 1098 M. Candi Sewu terdiri dari sebuah candi Induk, dan dikelilingi oleh candi perwara yang tersusun dalam empat baris. Candi ini termasuk Candi Budha, semua bangunan terbuat dari batu kali Candi Sewu mempunyai pagar tembok batu kali yang melingkari lapangan candi dan berbentuk persegi empat (Soetarno, 2002: 53). Selain itu Mudhiuddin (2009: 34) mengatakan bahwa nama sewu bukan mengacu pada jumlah candi, melainkan perlambang dari banyaknya bangunan dari pusat ke pinggir masing-masing 1, 8, 28, 44, 80, dan 88 tentang jumlah totalnya 249 candi. Pada pintu masuk candi terdapat delapan raksasa (yaksa) sebagai penjaga bangunan, dan bukan merupakan pengaruh Hindu. Secara keseluruhan tata letak Candi Sewu mengandung konsep kosmologis, yaitu sebuah gunung di pusat benua dikelilingi lautan tak terbatas. Bukti-bukti tersebut melemahkan pendapat bahwa perpindahan kerajaan Mataram Hindu ke timur adalah kesengsaraan rakyat.

d. Candi Kalasan

Candi Kalasan terletak di pinggir jalan raya Yogyakarta-Prambanan, merupakan candi Buddha peninggalan dinasti Syailendra (778M) oleh Tejahpurnaparna Panangkaran, sebagai bukti kekuasaan beda orientasi agama dengan sebelahnya yaitu Sanjaya. Candi ini direnofasi tahun 1927-1928, tubuhnya berhias 52 stupa, memiliki empat buah ruang dengan pintu masuk berhias kala, ruang ditengah yang terbesar berisi arca Dewi Tara setinggi 3-6 meter. Bagian


(28)

atas badan candi terdapat arca Dhyani-Budha di empat penjuru mata angin yaitu Aksobhya, Amoghasidi, Amitaba, dan Ratnasambhawa. (Mudhiuddin, 2009: 33). Sedangkan Soetarno (2002: 47) mengungkapkan bahwa Candi Kalasan sama seperti halnya Candi Sari, berbeda dengan candi-candi yang lain. Perbedaan tersebut ialah, bahwa dua candi tersebut dindingnya dilekati dengan campuran pasir, seperti halnya pembuatan tembok pada waktu sekarang. Plester tersebut sampai sekarang masih dapat terlihat.

e. Candi Sari

Candi Sari juga disebut Candi Bendah, letaknya tidak jauh dari Candi Kalasan, tetapi berada disebelah kiri jalan dan masuk ke desa sehingga tidak terlihat dari jalan besar. Pada abad ke-19 ditemukan reruntuhan candi disekitar Candi Kalasan, suatu reruntuhan candi yang menurut perkiraaan candi ini sebagai tempat para pendeta pada zaman dahulu (Soetarno, 2002: 49).

f. Candi Sambisari

Menurut Maryanto (2007: 13) Candi Sambisari merupakan salah satu contoh candi yang diberi nama sesuai dengan nama desanya. Candi Sambisari ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani yang sedang mencangkul sawah, dan menemukan bongkahan batu yang mempunyai ukiran. Setelah dilakukan peneltian oleh Dinas Purbakala, ternyata batu tersebut adalah secuil batu kecil dari komplek candi yang sangat besar seperti yang terlihat saat ini.

g. Candi Barong

Menurut Mudhiuddin (2009: 13), Candi barong merupakan candi peninggalan agama Hindu yang terletak di Dusun Candisari, Bokoharjo,


(29)

Prambanan. Disebut Candi Barong karena terdapat hiasan kala di relung tubuh candi yang tampak seperti Barong. Keberadaan Candi Barong yang juga bernama Candi Sari Suragedug disebutkan dalam Prasasti Ratu Baka (856 M) dalam bahasa Sansekerta dan ditulis menggunakan huruf Jawa kuno.

h. Candi Ijo

Candi Ijo adalah sebuah candi yang terletak di Bukit Ijo. Nama candi tersebut diambil dari lokasi candi tersebut dibangun. Candi Ijo sendiri merupakan candi tertinggi di Jogja dibandingkan dengan candi lainnya di wilayah Yogyakarta, karena bukit ijo ini mempunyai ketinggian sekitar 357,402 mdpl – 395,481 mdpl. Wilayah Candi Ijo masih terletak diantara perbukitan yang sama dengan candi lain seperti Candi Ratu Boko, Candi Barong dan Candi Banyunibo yang terletak di atas perbukitan kecamatan Prambanan. Menurut perkiraan, Candi Ijo ini dibangaun sekitar abad ke-9 Masehi(Mudhiuddin, 2009: 55).

4. Video Promosi

Video promosi adalah video yang diunakan untuk mempromosikan sesuatu. Ciri dari video promosi adalah mempromosikan sesuatu dengan durasi lebih panjang dari pada video iklan karena proses pengambilan gambar untuk promosi harus dilakukan secara berkala dari objek yang ingin di promosikan agar hasil dari video promosi tersebut lebih terperinci dan mencakup semua hal yang berhubungan dengan objek tersebut (Nugroho, 2014:45).

5. Fotografi

Fotografi (photography) adalah gabungan dari kata dalam bahasa Yunani


(30)

dengan merekam cahaya (Tjin, 2014: 66). Fotografi mulai dikenal sejak abad ke-19 dan menjadi sesuatu yang istimewa di waktu itu karena bisa menampilkan gambar dengan detail yang lebih lengkap dan sesuai keadaaan aslinya, dibandingkan dengan lukisan atau gambar. Fotografi terus berkembang dan mengalami kemajuan pesat saat memasuki era digital yang tidak lagi memerlukan media film.

Fotografi disebutkan pada Canon EOS 60D User’s Guide (2010: 1) sebagai, "a delicate blend of opportunity, creativity and the right

hardware.”Artinya, sebuah perpaduan indah dari kesempatan, kreativitas, dan piranti keras yang benar.

Menurut Susanto (2012: 141) mengungkapkan bahwa fotografi merupakan alat perekam gambar atau seni yang pengolahan dan pengerjaanya dengan memakai kamera foto.

6. Timelapse

Tjin, dalam Kamus Fotografi (2014: 185) mengungkapkan bahwa

timelapse sebagai, “Teknik fotografi yang menggabungkan sejumlah besar foto yang dibuat dengan jeda waktu tertentu menjadi sequence video”. Contoh subjek

yang sering digunakan untuk timelapse photography adalah perubahan langit saat

matahari terbit dan tenggelam, tumbuh dan berkembangnya tanaman, pergerakan bintang di malam hari, kesibukan aktivitas penduduk kota dan sebagainya. Untuk membuat timelapse photography dibutuhkan tripod, dan interval timer. Timer ini

mengatur berapa jeda waktu setiap foto yang akan dibuat. Ada kamera yang sudah memiliki interval timer, ada yang tidak. Bagi kamera yang tidak memilikinya, ada


(31)

alat tambahan yang dapat digunakan, yaitu shutter release timer/cable. Kamera

wajib didudukkan di tripod dalam proses pembuatan gambar. Marsa menjelaskan (2014: 147), "Timelapse adalah suatu periode waktu yang direkam kemudian

diputar kembali dengan kecepatan tinggi”. Timelapse merupakan sesuatu yang sangat populer untuk dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) dikarenakan DSLR memiliki resolusi yang sangat tinggi

sehingga memungkinkan untuk memperoleh video timelapse yang indah.

The Digital Photographer’s (2002: 448) menjelaskan timelapse sebagai, "a fixed scene taken at predetermited intervals to monitor changes that scene.”

Artinya, beberapa kumpulan foto dari adegan tetap yang diambil pada selang waktu yang telah ditentukan untuk melihat perubahan waktu yang teramati pada adegan tersebut.

7. Komposisi

Komposisi merupakan sebuah unsur dalam fotografi yang memiliki nilai estetika tinggi. Agar sebuah foto memiliki paduan yang serasi dan indah, maka elemen dalam setiap foto perlu ditata sedemikian rupa. Penataan ini dilakukan dengan cara memainkan angle agar subjek utama tampil sebagiai point of interest

berfungsi untuk membuat foto lebih menarik sehingga lebih mudah diterjemahkan maksudnya. Terdapat enam unsur utama di dalam komposisi. Unsur-unsur tersebut yaitu garis (line), bentuk (shape), wujud (form), tekstur (texture), pola

(pattern), dan warna (color). Unsur-unsur komposisi menurut Marsha (2014:


(32)

a. Garis (Line)

Garis adalah komposisi yang paling dasar dari semua unsur komposisi. Jika tidak ada garis, maka tidak ada bentuk. Jika tidak ada bentuk, maka tidak ada wujud. Jika tidak ada wujud maka tidak ada pola, dan seterusnya. Unsur garis sangat mudah kita temui dalam kehidupan sehari-hari Jalan raya, tiang listrik, pepohonan, cakrawala, dan sebagainya, merupakan pemandangan garis alam yang sering kita lihat. Garis terbagi menjadi empat, mereka adalah : b. Garis Horizontal

Garis horizontal merupakan unsur yang mengesankan kestabilan, ketenangan, kekokohan, serta permanen pada sebuah foto.Garis ini berfungsi untuk memberi pondasi pada sebuah foto. Contoh garis horizontal yang paling sering digunakan adalah garis cakrawala yang membagi dua, yaitu antara langit dengan daratan atau lautan, Tips untuk menghindari kebosanan dalam penggunaan garis ini hindari menempatkan garis tepat di tengah foto.

Gambar 1: Foto Garis Horizontal


(33)

c. Garis Vertikal

Kesan yang mampu ditampilkan foto melalui penggunaan garis ini yaitu kesan tinggi, kekuasaan, atau pertumbuhan. Contoh garis ini misalnya pada gedung bertingkat, monumen, lampu jalan, atau pepohonan.

Gambar 2: Foto Garis Vertikal Sumber: www.fotografernet.com

d. Garis Diagonal

Dibandingkan dengan dua garis sebelumnya, garis diagonal mampu memberi kesan lebih dinamis. Garis ini akan membuat foto terasa lebih hidup. Untuk memperoleh garis diagonal, kita dapat menarik garis dari satu ujung ke ujung yang lain bersebrangan dalam frame.


(34)

Gambar 3: Foto Garis Diagonal Sumber: www.fotografia.com

e. Garis Lengkung

Garis lengkung disebut juga garis kurva, mampu memberikan kesan yang lebih lues. Garis lengkung mampu memberikan kesan lebih dari sekadar hidup, dari pada garis diagonal. Garis ini mampu membuat gambar menjadi lebih lembut, santai, dan seolah bergerak. Contoh dari garis lengkung misalnya, ujung daun, lengkung pantai, cekungan pada gelas, dan sebagainya.

Gambar 4: Foto Garis Lengkung Sumber: www.amazingphotography.com f. Bentuk(Shape)

Bentukadalah cara seseorang dalam memberikan identifikasi terhadap objek. Unsur bentuk dalam foto akan memberikan identitas yang jelas akan objek sehingga orang tidak perlu lagi menebak apa maksudnya. Unsur bentuk dapat ditemukan pada kontras pencahayaan yang ekstrim seperti siluet, atau


(35)

penonjolan detail-detail sebuah benda. Unsur ini juga bisa diterapkan menggunakan prinsip geometri dalam penyusunan sebuah objek.

Gambar 5: Foto Bentuk/ Shape

Sumber: www.tipsfotografi.net

g. Wujud (Form)

Wujud merupakan transformasi tiga dimensi dari unsur bentuk. Ketika kita mampu melihat objek secara tiga dimensi, saat itulah terdapat unsur wujud. Unsur wujud berfungsi untuk memberikan kedalaman fokus terhadap sebuah foto. Penggunaan bayangan dan cahaya, sangat penting untuk menekankan bentuk objek dalam sebuah foto.

Gambar 6: Foto Wujud/ Form

Sumber: www. alimentemilyphoto.weebly.com

h. Tekstur (Texture)

Tekstur berfungsi untuk memperlihatkan keadaaan permukaan pada sebuah benda atau objek. Apakah objek tersebut kasar, halus, beraturan, tidak


(36)

beraturan, tajam, atau lembut. Tekstur juga memberikan kesan tiga dimensi. Selain itu, unsur ini mampu memperlihatkan kedalaman foto jika dilakukan dengan pencahayaan yang tepat. Tekstur terutama dapat dilihat ketika cahaya mengenai permukaan objek dengan sudut yang rendah atau miring, sehingga tekstur dapat membentuk bayangan yang sama pada daerah itu.

Gambar 7: Foto Tekstur/ Texture

Sumber: www. interpretasipelawat.blogspot.com

i. Pola (Pattern)

Pola merupakan suatu pengulangan dari bentuk dan tekstur. Pola dapat menarik perhatian jika diambil dari sudut yang tepat. Fungsinya untuk memberikan kesan seragam pada sebuah foto. Pola mungkin terkesan membosankan. Namun dalam fotografi, pola dapat diubah menjadi sesuatu jika menggunakan variasi yang tepat.

Gambar 8: Foto Pola/ Pattern


(37)

j. Warna (Color)

Warna mampu memberikan kesan elegan dan dinamis. Setiap warna memiliki makna. Secara teori warna terbagi menjadi dua, yaitu warna primer dan warna sekunder. Warna primer disebut juga warna dasar. Warna tersebut bukan merupakan percampuran dari warna apapun. Warna primer yaitu merah, biru, dan kuning. Sedangkan warna sekunder merupakan warna yang dihasilkan dari percampuran warna-warna primer. Misal, warna biru dan kuning akan menghasilkan warna hijau, dan warna merah akan menghasilkan warna oranye, kemudian warna biru dan merah akan menghasilkan warna ungu, dan sebagainya. Komposisi warna dapat memberikan kesan anggun. Selain itu, warna juga mampu memunculkan

mood color’ atau keserasian pada foto terutama pada foto-foto artistik. Sebenarnya warna juga dapat dimunculkan melalui pilihan ekposur. Misal,

underexposing akan menghasilkan foto low-key. Sementara overexsposing

akan menghasilkan warna yang kontras.

Gambar 9: Foto Warna/Colour


(38)

8. Komposisi Dasar

Selain enam unsur utama komposisi diatas, perlu disebutkan juga bahwa terdapat bebrapa komposisi yang dapat digunakan sebagai pijakan pemotretan. Penggunaan komposisi ini dapat membantu fotografer menghasilkan foto yang lebih enak di pandang. Selain itu komposisi juga memiliki nilai estetika. Komposisi-komposisi berikut ini hanya merupakan komposisi dasar saja. Fotografer selanjutnya dapat mengembangkan atau menambahkan, berdasarkan kreativitas yang dimiliki, berikut diantaranya:

a. The Golden Ratio

Golden Ratio merupakan sebuah komposisi yang diturunkan dari teori

ahli matematika terkenal., Fibonacci. Menyusun objek dengan komposisi ini dipercaya dapat memberikan efek visual yang kuat. Golden Ratio merupakan

komposisi yang selaras. Fibonacci menemukan golden ratio sebagai susunan

yang banyak ditemukan pada alam semesta, seperti kerang, bunga matahari, dan sebagainya. Golden Ratio menempatkan point of intertest pada titik

persimpangan dua garis horisontal yang memiliki perbandingan 1:1.6 atau 38/62. Secara sederhana persimpangan titik tersebut dapat digambarkan pada skema berikut ini :

Gambar 10: The Golden Ratio


(39)

Pada skema tersebut, dapat dilihat, bahwa terdapat titik pertemuan antara garis diagonal satu dengan yang lainya. Titik pertemuan itulah yang menjadi point of interest pada komposisi golden ratio. Berikut ini adalah foto

yang menggunakan golden ratio.

b. Rules of Thirds

Rules of Thirds disebut juga dengan divisions of thirds, merupakan

komposisi yang paling populer. Komposisi ini paling banyak digunakan oleh kalangan fotografer diseluruh dunia. Rules of thirds memiliki kunci utama,

yaitu penonjolan keseimbangan pada elemen-elemen foto. Penataan elemen foto menggunakan komposisi ini, akan membuat foto tampak lebih seimbang sehingga lebih enak dipandang. Komposisi rules of thirds membagi bidang

foto menjadi tiga bagian yaitu secara vertikal, horizontal, dan menghasilkan

sembilan bagian foto yang sama besar. Dengan membagi bidang foto menjadi sembilan bagian tadi, maka kita akan mendapatkan empat titik dari hasil persimpangan.

Empat titik ini disebut dengan titik mata. Menurut aturan komposisi ini, bila kita mendapatkan point of interest pada salah satu titk dari keempat

titik tadi, maka foto yang kita hasilkan akan lebih menarik secara keseluruhan.

Point of interest tidak perlu ditempatkan pada keempat titik, namun cukup


(40)

Gambar 11: Rules Of Thirds

Sumber: www.mrs-cook.weebly.com

c. Perspective

Komposisi perspektif merupakan turunan dari teori seni rupa. Menurut teori ini, perspektif adalah bagaimana memberi kesan ruang pada sebuah lukisan sehingga benda yang dilukis seperti benar-benar memiliki dimensi ruang. Dalam fotografi perspektif berfungsi memberi skala pada objek. Objek dekat terlihat besar dan makin jauh semakin terlihat mengecil. Kesan yang ditimbulkan oleh komposisi ini yaitu jarak yang jauh pada objek. Prespektif biasanya digunakan dalam fotografi arsitektur. Cara paling efektif untuk memberi kesan perspektif adalah dengan menggunakan titik lenyap atau

vanishing point. Titik lenyapnya yaitu, pada deretan benda-benda. Semakin

dibelakang posisinya, maka akan terlihat semakin mengecil dan mengecil, kemudian menghilang menjadi sebuah titik. Titik ini disebut juga titik lenyap.

Gambar 12: Foto Prespective


(41)

d. Framing

Framing merupakan sebuah komposisisi yang menempatkan objek

utama pada posisi sedemikian rupa. Objek tersebut akan tampak dikelilingi oleh elemen-elemen lain yang membuatnya tampak berada pada sebuah frame. Framing bertujuan untuk memberi konteks pada foto. Bingkai ini seolah

memberi pengantar bagi kita untuk memahami lingkungan sekitar foto.

Framing berfungsi untuk memberi kesan dimensi pada foto. Selain itu,

komposisi ini juga berfungsi untuk mengisi kekosongan bidang diatas foto. Pengisian bidang kosong ini dimaksudkan untuk membuat objek terlihat tidak monoton. Salah satu cara untuk memperoleh komposisi ini yaitu dengan menempatkan objek yang paling dekat dengan kamera sebagai foreground,

kemudian point of interest ditempatkan ditengah-tengah latar tersebut.

Benda-benda seperti jendela, pintu, teralis, pagar, dan lain-lain dapat digunakan sebagai bingkai untuk menyusun komposisi ini. Framing tidak harus

mengisolaso keempat sisi point of interest, bisa hanya satu atau dua sisinya

saja.

9. Pelestarian Arsitektur

Arsitektur adalah tempat kehidupan yang mempunyai nilai fisik dan filosofis bagi penikmatnya, sedangkan perjalanan arsitektur merupakan perjalanan kebudayaan suatu bangsa. Bagaimanapun juga kita tidak akan dapat lepas dengan masalah pelestarian arsitektur dan kota pada saat ini, permasalahan ini merupakan


(42)

bagian dari tujuan pemeliharaan kesinambungan budaya dan penumbuh kembangan dari masalalu ke sekarang (Antariksa, 2015: 223).

10. Branding Tempat

Menurut Yananda (2005: 15), City Branding atau branding kota

merupakan perangkat baru dalam pembangunan wilayah untuk meningkatkan daya saing menghadapi kompetisi global. Sebagai perangkat, branding kota

adalah kelanjutan dari pemasaran tempat ( place marketing), yang telah dilakukan

banyak kota-kota dunia. Branding dan pemasaran tempat berkembang sejalan dengan globalisasi. Sebagai konsep baru, branding kota tidaklah harus menunggu suatu daerah seperti Kota, Kabupaten, dan Provinsi maju secara ekonomi ada daerah yang secara ekonomi masih berbasis pertanian, manufaktur, dan jasa serta perdagangan.

Perbedaan basis ekonomi tidak menghambat daerah tersebut

memanfaatkan perangkat branding dalam pembangunan daerah karena

pembangunan yang memanfaatkan branding berdasarkan identitas atau karakter dari daerah atau wilayah. Identitas atau karakter adalah dasar pembangunan yang memaksimalkan keunggulan komparatif keunggulan komparatif menjaga setiap tempat dan lokasi di permukaaan bumi memiliki daya tawar dengan tempat dan lokasi lainya. Akan tetapi, keunggulan berbasis identitas yang memunculkan daya saing tersebut bila diselenggarakan sejalan dengan kepentingan warga akan membuka keunggulan kompetitif.


(43)

11. Tinjauan Tentang Media Promosi

Dalam memberikan promosi kepada khalayak umum, diperlukan sarana komunikasi agar pesan yang diberikan dapat diterima dengan mudah. Cara yang digunakan sebagai sarana komunikasi melalui media baik cetak maupun non cetak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 829), media adalah alat, sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk yang terletak antara dua pihak. Menurut Pujiriyanto (2005: 15), promosi adalah sarana untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada publik dengan menggunakan berbagai unsur komunikasi grafis seperti teks, atau gambar (foto). Menurut Susanto (2012: 117) dijelaskan pengertian tentang media promosi

electronic art yaitu sebuah bentuk seni yang dibuat dari penggunaan media

elektronik atau lebih luas, berhubungan dengan teknologi atau media elektronik. Ini berkenaan dengan seni informasi, seni media baru (new media art), seni video,

seni digital, seni interaktif, seni internet, dan musik elektronik. Istilah ini dipertimbangkan pula sebagai sebuah perkembangan dari seni ( konseptual dan sistem art)

12. Macam-macam Media Promosi

Media promosi atau komunikasi visual mempunyai banyak macamnya baik yang cetak maupun non cetak. Menurut Rustan (2009: 89), media dibagi menjadi 2 jenis dalam promosi yaitu :


(44)

a. Media Lini Atas (above the line media)

Media lini atas adalah kelompok media promosi yang memerlukan luar ruang, artinya menggunakan sarana komunikasi massa yang media dibayar. Misalnya media cetak, elektronik, serta media luar ruang (iklan majalah,

billboard).

b. Media Lini Bawah (below the line media)

Media lini bawah adalah kelompok media promosi yang tidak memerlukan media luar ruang, media ini cocok digunakan untuk target yang lebih kecil. Direct, mail, publicrelation promotion yang menggunakan flyer,

brosur, iklan di majalah atau di surat kabar dengan segmen terbatas termasuk

below the line. Menurut Basuki dalam Pujiriyanto (2005: 15), secara garis

besar media dapat dikelompokan menjadi :

1) Media cetak/ visual (printed material), contohnya: poster (dalam dan luar),

stiker, sampul buku, pembungkus, selipat (folder), selebaran (leaflet),

amplop dan kop surat, tas belanja, katalog, iklan majalah dan surat kabar. 2) Media luar ruangan (outdoor) contohnya : spanduk (banner), papan nama,

umbul-umbul, neon-box, neon-sign, billboard, baliho, mobile box.

3) Media elektronik (electronic), contohnya : radio, televisi, internet, film,

program video, animasi computer.

4) Tempat pajang (display), contohnya: etalase (window display), point of purchase, desain gantung, floor stand.

5) Barang-barang kenangan (special offer), contohnya : kaos , topi, paying,


(45)

Setiap jenis media promosi memiliki karakteristik sendiri-sendiri tergantung kepada tujuan penggunaan media tersebut, Dalam perancangan media elektronik promosi candi di Kawasan cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko ini menggunakan video berupa fotografi dengan tehnik timelapse . 13. Alat, Bahan dan Teknik

Alat, bahan, dan teknik yang digunakan dalam membuat karya tugas akhir ini meliputi:

a. Alat 1) Kamera

Kamera menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4 (2008: 612) adalah “Kotak kedap sinar yang dipasangkan dengan lensa yang menyambung pada lubang lensa tempat gambar (objek) direkam”. Kamera adalah alat yang dipakai untuk merekam gambar suatu objek yang kemudian dikatakan foto sebagai hasil akhirnya. Menurut Susanto (2012: 141) dalam Kamus Seni Rupa atau Diksi Rupa dijelaskan tentang pengertian kamera yang merupakan perangkat fotografi untuk merekam objek.

a) Kamera DSLR

DSLR merupakan singkatan dari Digital Single Lens Reflect artinya

kamera digital dengan lensa tunggal. Lensa tunggal adalah lensa pembidik sama dengan lensa perekam. DSLR mengadopsi system yang dimiliki SLR yaitu sistem cermin otomatis dan penta prisma, Sistem tersebut berguna untuk meneruskan cahaya dari lensa menuju jendela bidik (view finder). Keunggulan


(46)

dari sistem ini ialah apa yang terlihat, itulah yang terekam. Sehingga kamera DSLR mampu menghasilkan gambar yang lebih sesuai dengan realita (Marsha, 2014: 1).

Kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) adalah kamera digital yang

memiliki cermin dan prisma serta bias berganti lensa. Cermin pada kamera DSLR bertugas untuk membelokkan sinar yang masuk dari lensa ke prisma supaya bisa dilihat di jendela bidik optic. Kamera DSLR memiliki bermacam

ukuran sensor tergantung merek dan jenisnya, dari sensor full frame 35mm,

sensor APS-H, APS-C dan Four Thirds. Didalam kamera DSLR terdapat

modul-modul rumit seperti modul metering dan modul auto focus berbasis

deteksi fasa.

kamera DSLR tidak bisa dibuat kecil dengan adanya cermin dan prisma, serta komponen lain, dan harganya bervariasi dari 4 juta hingga 100 juta rupiah (Tjin, 2014: 45-46).

Gambar 13: Body DSLR

Sumber: http://3.bp.blogspot.com/ b) Lensa Kamera

Komponen kedua setelah body kamera yaitu lensa. Lensa sering diibaratkan “mata” pada kamera. Bagian ini berfungsi untuk menangkap,


(47)

memfokuskan, dan mengantarkan cahaya ke dalam body kamera, untuk

kemudian diolah agar menjadi sebuah gambar. Dalam menjalankan fungsinya, lensa biasanya akan dibantu oleh tiga cincin. Pertama, cincin diafragma (aperture) yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang

masuk. Kedua, cincin focus yang berfungsi untuk memfokuskan objek. Ketiga, cincin zooming yang akan berfungsi untuk memperbesar tampilan

objek, di mana perbesaran ini tergantung pada jarak serta ukuran lensa. Lensa memiliki ukuran. Standar ukuran lensa ditentukan oleh panjang titik api (focal length). Focal length dinyatakan dalam satuan milimeter (mm). Secara

definisi, focal length adalah jarak antara lensa dengan bidang titik api pada

sensor dimana foto akan terbentuk (Marsha, 2014: 3).

Gambar 14: Cara Kerja Lensa Pada Kamera

Sumber: gandirsetyadi.files.wordpress.com

Tjin (2014: 102) menjelaskan lensa merupakan sekumpulan optic yang mentransmisikan cahaya menuju ke kamera, sehingga dapat terbentuk sebuah gambar yang akan direkam oleh kamera. Pada lensa juga terdapat elemen pengatur exposure yang bernama aperture atau diafragma dan pengatur fokus


(48)

kelompok utama, yaitu dengan lensa terpadu dan dengan lensa yang bisa dilepas (interchangeable lenses).

Menurut Paulus Edison (2011 : 9-17) jenis-jenis lensa untuk lebih mudahnya dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut :

1) Jenis lensa menurut kemampuan pembesaran dan cakupan luas sudut pandang, terbagi atas dua jenis :

a) Lensa Standar atau Normal

Lensa ini (lihat gambar 15) memiliki sudut pandang atau pembesaran yang tetap. Dalam menggunakan lensa ini fotografer harus bisa memaksimalkan ruang geraknya dengan maju atau mundur agar mendapatkan perubahan sudut pandang dan pembesaran ruang foto yang maksimal. Bila dilakukan dengan cara yang benar, maka akan menghasilkan sebuah hasil gambar yang optimal.

Gambar 15: Lensa Standar

Sumber : www.canon.co.id

b) Lensa Zoom

Lensa zoom memiliki gelang yang dapat diputar untuk mengubah

sudut pandang dan pembesarannya. Di sini fotografer tidak perlu melangkah majau atau mundur untuk mendapatkan sudut pandang dan


(49)

pembesaran ruang fotonya. Lensa jenis ini (lihat gambar 16) juga cukup digemari para fotografer dengan alasan tidak perlu membawa banyak lensa dalam situasi tertentu. Lensa zoom sekarang ini sudah ada dengan sudut

pandang terlebarnya 18mm dan pembesarannya 200mm.

Gambar 16: Lensa Zoom

Sumber : www.kamera-gue.web.id

2) Jenis-jenis lensa dilihat dari panjang fokusnya, terbagi dalam tiga jenis: a) Lensa Fix (Lensa Tunggal)

Lensa fix adalah lensa yang mempunyai sudut pandang kurang lebih sama dengan sudut pandang mata manusia sekitar 45 derajat, dan mempunyai panjang fokus 50mm pada format kamera 135. Jenis lensa ini (lihat gambar 17) dapat menghasilkan fitur wajah dalam prespektif alami, dan subjek foto berada pada jarak yang nyaman dari kamera. Dinamakan lensa normal artinya setiap objek yang dipotret dengan lensa normal artinya setiap objek yang dipotret dengan lensa ini akan terlihat wajar. Lensa ini sangat baik untuk pemotretan close up karena tidak ada efek distorsinya, dan baik juga untuk

pemotretan dokumentasi atau liputan.


(50)

Gambar 17: Lensa Fix

Sumber : www.infofotografi.com

b) Lensa Wide

Lensa wide adalah jenis lensa dengan sudut pandang lebih dari 45

derajat. Lensa ini (lihat gambar 18) cenderung mengecilkan objek tapi meluaskan sudut pandang. Lensa wide memiliki ruang tajam yang lebih luas sehingga akan baik untuk memotret Landscape, Cityscape, Interior, dan Eksterior. Kekurangan dari lensa ini adalah mempunyai efek distorsi sangat

tinggi, jadi tidak disarankan untuk memotret model secara close up, karena

efek distorsi akan membuat wajah model terlihat lebih gemuk dan tidak proporsional. Namun saat ini, penggunaan lensa wide pada beberapa

pemotretan bangunan atau arsitektur sengaja menonjolkan efek distorsi agar gambar terlihat lebih indah dan dramatis.

Gambar 18: Lensa Wide


(51)

c) Lensa Tele

Lensa tele (lihat gambar 19) cenderung mempersempit sudut pandang, namun mendekatkan objek atau memperbesar objek. Lensa tele sangat baik untuk memotret pertandingan olah raga atau memotret satwa, karena kita tidak bisa terlalu dekat dengan objek yang ingin kita foto. Lensa tele sering juga dipergunakan untuk memotret model, baik seluruh badan atau close up. Lensa

tele dapat membuat latar belakang menjadi dominan atau blur karena ruang tajamnya yang sempit. Efek ini sangat menguntungkan saat memotret model sekaligus membuat latar belakang tidak terlalu mengganggu.

Gambar 19: Lensa Tele

Sumber : http-//oneslidephotography.com

3) Jenis-jenis lensa khusus, terbagi dalam tiga jenis : a) Lensa Macro

Lensa macro adalah lensa yang mempunyai kemampuan lebih dalam

pembesaran gambar dibandingkan lensa lainnya. Lensa ini (lihat gambar 20) biasanya dipergunakan untuk memotret benda-benda kecil atau serangga agar terlihat lebih jelas bentuk maupun teksturnya. Lensa makro baik juga untuk


(52)

pemotretan produk seperti jam tangan, perhiasan atau bahkan memotret makanan. Jenis lensa ini dapat menangkap objek foto yang sangat dekat. Hasilnya adalah objek yang sangat detail dan menghasilkan sebuah gambar yang berdampak menakjubkan.

Gambar 20: Lensa Macro

Sumber : www. static-src.com

b) Lensa PC (Perspective Correction)

Lensa PC atau Perspective Correction biasanya dipergunakan untuk

pemotretan arsitektur. Keunikan lensa ini (lihat gambar 21) adalah dapat diatur lensanya untuk naik atau turun, bahkan digeser ke kiri atau ke kanan untuk mengoreksi prespektif dalam gambar untuk mengurangi distorsi.

Gambar 21: Lensa Perspective Correction

Sumber : www.cnet.com


(53)

Sesuai dengan namanya fish eye yang artinya mata ikan, lensa jenis ini

(lihat gambar 22) mempunyai sudut pandang 180 derajat. Keunikan lensa ini terletak pada distorsinya yang dapat membuat foto lebih unik bahkan lebih artistik.

Gambar 22: Lensa Fish Eye

Sumber : https://ecs4.tokopedia.net

2) Baterai

Menurut Tjin (2014: 18), “Komponen penting dalam kamera sebagai

sumber daya listrik untuk mentenagai kamera, umumnya berjenis lithium yang

bias diisi ulang (recharge) dan ada juga kamera yang menggunakan baterai jenis AA yang lebih mudah di dapat”. Jadi baterai sangat penting dan

merupakan nyawa dari suatu kamera, terlebih jika kamera yang digunakan dengan sistem operasional otomatis atau kamera digital.


(54)

Gambar 23: Baterai

Sumber : www.digitalpoints.com 3) Filter

Filter merupakan aksesori lensa yang memiliki berbagai kegunaan tertentu, sesuai jenisnya. Di masa lalu filter juga digunakan untuk mengubah warna sebuah foto, atau untuk menyesuaikan warna dengan sumber cahayanya (Tjin, 2014: 45-46). Seperti yang ditulis Edison (2011 : 17-19) bahwa filter adalah alat tambahan yang dipasangkan pada bagian depan lensa, baik sebagai pelindung atau untuk mendapat efek khusus. Filter banyak sekali jenisnya, namun yang paling umum dan banyak digunakan para fotografer sekarang ini adalah :

a. Filter UV

Fungsi utama filter UV hanyalah untuk mengurangi efek ultraviolet sinar matahari dan sebagai pelindung lensa dari kontak langsung dengan debu, atau yang sering kali terjadi adalah terkena sentuhan jari tangan. Filter jenis ini (lihat gambar 24) juga dapat menjadi pelindung terhadap benturan kecil atau gesekan benda keras yang dapat menjadi pelindung terhadap benturan kecil


(55)

atau gesekan benda keras yang dapat mengakibatkan kerusakan pada permukaan lensa.

Gambar 24: UV Filter

Sumber : www.cnet.com

b) Filter CPL

Fungsi utamanya yaitu untuk menambahkan kepekatan warna, menambah kontras, serta mengurangi efek refleksi pada saat kita meomtret dari balik jendela kaca atau pada saat memotret di atas permukaan air. Bagi para fotografer yang senang memotret landscape, filter ini sangat berguna,

bahkan bisa dibilang filter wajib.

Gambar 25: Filter CPL


(56)

c) Filter ND (Neutral Density)

Filter ND adalah filter yang membatasi atau mengurangi cahaya yang masuk sehingga berpengaruh pada speed kamera yang akan turun beberapa stop tergantung dari jenis filter ND tersebut (lihat gambar 26). Contohnya adalah pada saat kita ingin membuat efek foto air sungai yang mengalir di antara bebatuan terlihat halus seperti sutra.

Gambar 26: Filter ND (Neutral Density)

Sumber : www.bccamera.comd 4) Tripod

Penyangga kamera berkaki tiga yang digunakan untuk memastikan kamera tidak bergerak dalam waktu pembuatan foto dengan exposure yang lambat. Tripod berbagi dua bagian yaitu bagian kaki dan kepala tripod. Sebagian besar tripod saat ini terbuat dari bahan kayu, besi, alumunium, magnesium, carbon fiber (Tjin, 2014: 188).


(57)

Gambar 27: Tripod

Sumber : http://www.henrys.com/

5) Remote Shutter Release

Remote Shutter Release merupakan alat untuk memicu dan

mengendalikan kamera dari jarak jauh. Alasan menggunakan remote bias bermacam-macam, antara lain supaya kamera tidak mengganggu obyek foto, dan saat ingin menempatkan kamera dalam ketinggian, misal diikat di atas tiang (Tjin, 2014: 156).

Gambar 28: Remote Shutter Release


(58)

6) Slider atau Dolly Track

Slider atau disebut juga dolly track adalah alat untuk mendapatkan

efek perpindahan kamera yang halus serta terkesan professional, gunakan

dolly track ( Marsha, 2014:143)

Gambar 29: Slider/ Dolly Track

Sumber : www.cinema5d.com

b. Bahan

Sebuah media simpan data yang memiliki kapasistas tertentu yang dinyatakan dalam Giga Byte (GB). Ada bebrapa jenis kartu memori dipasaran,

seperti SD card, CF card, dan memori stick. Pada kamera digital alat slot diisi dengan kartu memori sebagai penyimpanan foto dan video. Pada kamera kelas professional bahkan terdapat dua slot kartu yang bias dipakai. (Tjin, 2014 : 113) Pada umumnya kartu memori Secure Digital Card atau yang biasa disingkat SD Card adalah sebuah media penyimpanan digital yang biasanya digunakan untuk menyimpan file gambar atau video. Disebut juga secured digital karena pengguna dapat mengunci kartu ini supaya tidak bisa ditulis dan isinya tidak bisa dihapus (Tjin, 2014: 156).


(59)

c. Teknik Pemotretan

Teknik yang digunakan dalam pemotretan adalah teknik timelapse. Tjin,

dalam Kamus Fotografi (2014: 185) mengungkapkan bahwa timelapse sebagai,

“Teknik fotografi yang menggabungkan sejumlah besar foto yang dibuat dengan

jeda waktu tertentu menjadi sequence video”. Contoh subjek yang sering

digunakan untuk timelapse photography adalah perubahan langit saat matahari

terbit dan tenggelam, tumbuh dan berkembangnya tanaman, pergerakan bintang di malam hari, kesibukan aktivitas penduduk kota dan sebagainya.

Untuk membuat timelapse photography dibutuhkan tripod, dan interval timer. Timer ini mengatur berapa jeda waktu setiap foto yang akan dibuat. Ada

kamera yang sudah memiliki interval timer, ada yang tidak. Bagi kamera yang

tidak memilikinya, ada alat tambahan yang dapat digunakan, yaitu shutter release timer/cable. Kamera wajib didudukkan di tripod dalam proses pembuatan gambar.

Marsa menjelaskan (2014: 147), "Timelapse adalah suatu periode waktu

yang direkam kemudian diputar kembali dengan kecepatan tinggi”. Timelapse

merupakan sesuatu yang sangat populer untuk dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) dikarenakan DSLR memiliki resolusi

yang sangat tinggi sehingga memungkinkan untuk memperoleh video timelapse

yang indah.

The Digital Photographer’s (2002: 448) menyebutkan bahwa timelapse

sebagai, "a fixed scene taken at predetermited intervals to monitor changes that


(60)

selang waktu yang telah ditentukan untuk melihat perubahan waktu yang teramati pada adegan tersebut.

B. Karya sebagai acuan

Terdapat beberapa fotografer yang sekaligus menjadi referensi dalam penyelesaian tugas akhir karya seni fotogrfi ini. Karya-karya disini banyak memberi acuan dalam segi fisik karya, karena penulis banyak terpengaruh dari gaya berkarya mereka. Fotografer tersebut antara lain :

1. Misbachul Munir

Seperti yang ditulis Misbachul Munir (2015) profesi sebagai fotografer sudah di tekuni sejak memasuki dunia perkuliahan, pada awalnya beliau berkonsentrasi memotret pernikahan. Lulusan S1 Sarjana Geologi, UPN Veterean Yogyakarta ini sempat bekerja di tambang selama 9 tahun, kemudian diantara kesibukannya menjadi pekerja, beliau sempatkan di weekend untuk bekerja

sebagai fotografer. Beliau mempelajari fotografi secara otodidak, walaupun ayahnya memang adalah seorang fotografer, namun ayahnya tidak menuntut beliau untuk menjadi seorang fotografer. Awalnya menyukai fotografi berawal dari mendaki gunung, karena ingin mengabadikan indahnya alam negeri diatas awan.

Dari situlah beliau memulai perjalanan di dunia fotografi beberapa pekerjaan beliau adalah Fotografer iklan, mengisi workshop, menjuri perlombaan

fotografi, mentor phototrip dan penulis artikel di chip photo video. Untuk


(61)

iklan nasional. Gunanya sebagai media promosi produk yang akan dipasarkan, selain itu juga memberikan masukan untuk kriteria pasar yang ada. Selanjutnya yaitu mengisi workshop, karena prestasi beliau yang cukup banyak serta karya

yang berkelas, beliau menyempatkan diri untuk sharing di dunia fotografi lewat

workshop, begitu pula dengan phototrip, hampir sama dengan mengisi workshop,

namun phototrip, kita diajak ke suatu atau beberapa tempat hunting foto dan

langsung di mentor di lapangan. Biasanya phototrip berada di satu atau beberapa daerah, namun memiliki beberapa spot hunting.

Pekerjaan seorang fotografer memang tidak mudah perlu banyak belajar dan mencari referensi untuk membuat karya yang baik. Apalagi seperti fotografer agensi, tentu harus memiliki banyak referensi di dunia periklanan. Proses yang dijalani sangat penuh tantangan, mulai dari banyak sharing dari fotografer profesional saat itu, dan tentunya harus selalu berlatih, mencoba sesuatu yang baru dan menantang. Relasi dan cara berkomunikasi dengan baik adalah salah satu hal yang mempengaruhi kemajuan beliau.

Nama : Misbachul Munir

Alamat : Perumahan Taman Kuantan, Jl. Magelang, Sendangdadi, Mlati, Sleman

Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 11 Januari 1977

Pendidikan terakhir : Geologi UPN Veteran Yogyakarta 95

Profesi : Fotografer Agensi, Juri Canon Photo Marathon Indonesia, mentorphototrip, penulis artikel di Chip


(62)

Gambar 30: Eksotisme Plaosan

Sumber : www.instagram.com

Author : Misbachul Munir, Camera : Canon 5 D Mark II, F-Stop : f/11, Shutter Speed : 1/125 sec, ISO :100, Lens : Canon EF-S 10-22 mm

f/3.5-4.5 USM Place : Candi Plaosan

Gambar 31: mBudhur

Sumber : www.instagram.com

Author : Misbachul Munir, Camera : Canon 5 D Mark II, F-Stop : f/11, Shutter Speed : 1/100 sec, ISO :100, Lens : Canon 70-200 mm f/2.8 USM


(63)

2. Fehmiu Roffytavare

Seperti yang ditulis Fehmiu Roffytavare, pria kelahiran Cilacap 24 Juni 1979 dan menyelesaikan pendidikannya di bidang hukum jurusan perdata ini sebenarnya salah arah. Berawal keinginannya menjadi seorang pilot malah tersasar jadi tukang foto, padahal seorang sarjana hukum. Fotografi ditekuninya sejak tahun 1998 setelah menerima kamera Canon AE1 milik ayahnya. Namun hingga kini (2015) ia merasa tak pernah menguasai bidang fotografi sepenuhnya.

Pemilik zodiak Cancer ini, mendengar suara “cekrekan” dari kamera adalah kepuasan tersendiri dibanding hasil fotonya. Foto bagus adalah bonus, sementara foto gagal adalah fenomena mata rabun. Its fun. Pengalaman kerja

dibidang fotografi dimulai saat menjadi crew lighting di salah satu studio kecil di

pinggiran Jalan Magelang. Pekerjaan sambilan disela waktu luang kuliahnya. Tak lama ia pindah dari studio satu ke studio lainnya dan tetap sebagai crew hingga

kemudian memberanikan diri untuk membuka usaha jasa foto perkawinan (manten) dari desa ke desa dengan hitungan harga per rol kala itu. Ia juga menjadi

fotografer lepas untuk beberapa majalah dan tabloid komunitas, seperti majalah

tenis, Dog, dan burung serta beberapa media asing ketika mulai “melek” internet

meski bermodal scan film dan mampir ke warung internet (warnet) yang menyediakan program pengolah foto. Ia sendiri tak memilik komputer dan kamera digital saat dunia fotografi digital mulai merambah Indonesia. Menabung dari hasil jerih payahnya kemudian dibelikan Nikon D100 sebagai kamera professional digital pertamanya, dan berlanjut ke D70s sebagai kamera andalan saat itu sebagai seorang fotografer olahraga di Majalah Tennis Indonesia.


(64)

Tahun 2009-2010 ia mendapat tawaran menjadi fotografer untuk UNESCO ketika Taman Wisata Candi (TWC) Candi Borobudur-Prambanan dan Ratu Boko membenahi candi-candi tersebut untuk keperluan dokumentasi. Selebihnya, ia terjun sebagai fotografer olahraga dengan mengelola sebuah media online Tenis Kita dan dan Redaktur Majalah Tenis hingga akhirnya keluar menjadi freelance fotografer untuk beberapa media online asing hingga sekarang.

Kamera pun berganti dari merek ke merek maupun tipe. Hampir semua kamera DSLR pernah dicoba dari yang paling murah hingga sedikit “berharga”. Namun

tetap silih berganti, easy come easy go sekedar rasa ingin tahunya terpenuhi. Dari

sekian banyak pilihan kamera, ia jatuh cinta justru pada kamera jadul sekelas Canon EOS 20D. Meski sekarang ia menggunakan kamera jenis mirrorles merek

Fuji, tetap dirasa kurang puas, karena suara cekrekannya tak sedasyat

kamera-kamera jadul.

Demikian biografi singkat pecinta JPJP ini (Jalan Poto Jalan Poto- istilah hunting terlalu keren soalnya). Hidup dari memotret dan menjual hasil jepretannya via online. Bahkan menolak tawaran kerja disebuah perusahaan

pertambangan karena telah jatuh cinta pada fotografi (suara cekrekan kamera itu).

Ia merasa profesinya sebagai fotografer tak lebih dari seorang laki-laki panggilan, karena akan bernilai jual jasa fotonya bila ada yang memanggilnya seperti

prewedding maupun wedding. Tapi tetap saja menggilai suara cekrekan kamera


(65)

Nama : Fehmiu Roffytavare

Alamat : Perum Vila Tanah Mas C-4, JL.Gito Gati RT04

RW36 Jetis Denggung, Tridadi, Sleman, Yogyakarta 55111

T.T.L. : Cilacap, 24 Juni 1979

Pendidikan : S1 Hukum Perdata

Profesi : Fotografer

CP : 08311 411 1209

Kamera : Canon EOS 20D dan Fujifilm XE1

Prestasi :

- Juara Foto Kabar Indonesia di Belanda

- Juara Foto Voice of America di Washington DC - Juara Foto Human Photography Award di China

Gambar 32: Sisi Lain Borobudur

Sumber : Dokumen Pribadi Fehmiu Roffytavare

Author : Fehmiu Roffytavare, Camera : Canon 20D , F-Stop : f/11, Shutter Speed : 1/100 sec, ISO :100, Lens : Lensa Tokia Fish Eye 10-17


(66)

Gambar 33: Pesona Borobudur

Sumber : Dokumen Pribadi Fehmiu Roffytavare

Author : Fehmiu Roffytavare, Camera : Canon 20D , F-Stop : f/11, Shutter Speed : 1/100 sec, ISO :100, Lens : Lensa Tokia Fish Eye 10-17

mm f/3.5-4.5 AF DX Place : Candi Borobudur

Gambar 34: Keindahan Relief

Sumber : Dokumen Pribadi Fehmiu Roffytavare

Author : Fehmiu Roffytavare, Camera : Canon 20D , F-Stop : f/11, Shutter Speed : 1/100 sec, ISO :100, Lens : Lensa Tokia Fish Eye 10-17


(67)

C. METODE Penciptaan 1. Data

a. Data Verbal

Data verbal merupakan penyajian hasil penelitian dengan menggunakan kata-kata atau kalimat berupa narasi. Teknik pengumpulan data sangat tergantung dari instrument yang digunakan. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data. Tujuan menggunakan instrumen adalah untuk memudahkan memperoleh data secara sistematis dan bisa dipertanggung jawabkan.

Selanjutnya instrumen yang diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam bentuk lembar pengamatan atau

panduan pengamatan (observation sheet atau observation schedule).

Observasi adalah melakukan pengamatan untuk memperoleh data secara langsung ke objek penelitian sehingga dapat melihat dari dekat tentang hal-hal yang menjadi tujuan pengamatan dikarenakan objek penelitian berupa

aktivitas manusia, fenomena alam, dan bangunan bersejarah.

Hasil pengamatan merupakan data-data atau informasi mengenai segala sesuatu yang ada, yang terjadi, yang dapat diindera oleh panca indera. Peristiwa, kejadian, fenomena yang sedang berlangsung pada saat pengamatan dan dianggap penting dicatat sedetail mungkin.


(68)

b. Data Visual

Sesuai namanya, data visual yang didapat adalah berupa foto yang diambil di lokasi. Pertama dilakukan pada 15 Februari 2014, berikut diantaranya:

Gambar 35: Papan nama kompleks Makam Kotagede Sumber: Dokumen pribadi (10 Februari 2015)

Gambar 36 : Pengunjung kompleks Candi Prambanan Sumber: Dokumen pribadi (15 Februari 2015)

Gambar 37 : Suasana sunset di Candi Ijo Sumber: Dokumen pribadi (21 Februari 2015)


(69)

Gambar 38 : Prambanan dari Abhayagiri Sumber: Dokumen pribadi (23 Februari 2015)

Gambar 39 : Pengunjung Candi Sari Sumber: Dokumen pribadi (23 Februari 2015)

Gambar 40 : Candi Kalasan Sumber: Dokumen pribadi (23 Februari 2015)


(70)

2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan atau peninjauan secara langsung ke tempat penelitian oleh peneliti untuk memperoleh data yang ada. Mengamati lingkungan sekitar, peninggalan dan suasana candi-candi di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko.

b. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi berarti pengumpulan data secara visual atau hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai data, melalui media kamera maupun video, sebagai penyempurna data-data di atas. Data berupa foto lingkungan sekitar, peninggalan dan suasana candi-candi di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko.

3. Alat Atau Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data verbal adalah buku dan alat tulis. Instrumen dalam pengumpulan data visual adalah kamera DSLR Canon 70 D,untuk dokumentasi. Proses pengerjaan video menggunkan kamera Canon 70 D sebagai kamera tunggal. Lensa yang dipakai adalah lensa Lensa Canon EF-S 10-22 mm f/3.5-4.5 USM, LensaTokina Fish Eye 10-17 mm f/3.5-4.5 AF DX,

Lensa Canon Tele70-22 mm f/4 IS, dan dengan tambahan berupa Filter UV, ND,

dan CPL, serta Remote Shutter Release, maupun slider.

Desain dikerjakan menggunakan perangkat manual seperti pensil, penghapus, drawing pen, serta alat tulis lainnya. Kemudian untuk melakukan


(71)

editing dan pengerjaan desain secara digital komputer digunkan hardware

(perangkat keras) berupa seperangkat komputer, dan scanner. Untuk software

(perangkat lunak) yang dipakai meliputi Adobe Premire CS 6, Adobe Adobe Photoshop CS 6, CorelDraw X6, dan Microsoft Word. Video diperbanyak dalam

keping DVD, sedangkan desain di-finishing dengan sistem digital printing. 4. Analisis Data

Dalam penciptaan video ini, terdapat media pendukung yang menyertainya. Setelah mendapat data yang dibutuhkan, data-data tersebut dianalisis mengunakan analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats).

Menurut Gitosudarmo (2001: 115) Kata SWOT merupakan pendekatan dari Strenghts, Weakness, Opportunity, and Threats, yang dapat diterjemahkan menjadi : Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Terjemahan tersebut

sering disingkat menjadi “KEKEPAN”. Dalam metode atau pendekatan ini kita

harus memikirkan tentang kekuatan apa saja yang kita miliki, kelemahan apa saja yang melekat pada diri atau perusahaan kita kemudian kita juga harus melihat kesempatan atau opportunity yang terbuka bagi kita dan akhirnya kita harus mampu untuk mengetahui ancaman, gangguan, hambatan serta tantangan (AGHT) yang menghadang di depan kita.

Berikut adalah penjabaran analisis SWOT berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh Templelapse : video promosi candi di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko yang dibuat:


(72)

a. Strengths (Kekuatan)

1) Prime media dengan format audio visual lebih menarik bagi audience daripada

media cetak maupun suara saja hingga dapat menjaring lebih banyak audience.

2) Informasi prime media akan lebih tersampaikan karena materi disusun secara

runtut dan langsung dari sumber terpercaya.

3) Visualisai video memiliki banyak variasi shot maupun gambar hingga akan

mengurangi tingkat kebosanan.

4) Lokasi sekaligus tema yang diangkat merupakan titik awal pengembangan Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko

5) Video dapat dengan mudah dilihat dan diunduh pada aplikasi media sosial seperti youtube, facebook, maupun instagram.

b.Weekness (Kelemahan)

1) Lokasi dan tema yang diangkat merupakan objek wisata yang kurang diminati (bagi orang yang hanya berniat rekreasi), bisa dibilang hanya menarik bagi orang yang menyukai kebudayaan dan sejarah.

2) Durasi yang singkat akan membuat penonton kurang puas, meski sebenarnya video ini memang merupakan sebuah teaser (penggoda atau pemancing).

3) Pendekatan gaya visual yang dipilih kemungkinan akan membuat bosan beberapa kalangan.

c. Peluang (Opportunities)

1) Menghadirkan terobosan baru format video yang di kerjakan melalui video dengan tehnik Templelapse di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko.


(73)

2) Format media audio visual kemungkinan akan lebih banyak merangkul banyak kalangan daripada media yang mainstream.

3) Lokasi dan tema berpotensi menjadi lokasi tour menarik, khususnya bagi orang

luar kota ataupun turis, meski harus serangkai dengan situs lain supaya tidak membosankan.

6) Dapat dimanfaatakan berbagai kalangan guna memberi persuasi menjaga budaya dan tradisi.

d. Ancaman (Threats)

2) Banyak orang yang tidak tahu dan tidak tertarik mengenai lokasi dan tema yang diangkat, terutama candi-candi kecil selain candi Prambanan dan Ratu Boko yang pengelolaanya diluar wewenang PT. Taman Wisata Candi Prambanan dan Ratu Boko sehingga media promosi akan sedikit terabaikan.

3) Belum adanya transportasi yang memadai untuk menjangkau semua candi yang ada di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko karena kondisi alam geografisnya, sehingga akan menyulitkan penyebaran media informasi berupa video ini.

5. Penciptaan Media a. Srategi Media

Target penonton video Templelapse ini untuk usia kalangan pelajar dan mahasiswa baik lokal maupun internasional, karena tersedia dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Disamping itu, dengan materi yang edukatif (menyampaikan informasi tentang situs budaya) membuat video ini bersifat global, hingga dapat mencakup masyarakat luas.


(74)

Video promosi ini secara tidak langsung merupakan himbauan atau persuasi pada masyarakat untuk ikut peduli akan peninggalan budaya. Tujuan dari video ini untk membantu promosi wilayah (place marketing) dan pelestarian bangunan

bersejarah candi di sekitar Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko, serta mampu menyampaikan persuasi tentang pentingnya benda cagar budaya sebagai nilai kearifal lokal kepada masyarakat secara lugas, jelas, menarik dan optimal.

Penyebar luasan video Templelapse pastinya berfokus pada media online melalui jejaring sosial, facebook, instagram, twitter, dan youtube. Masyarakat terutama kalangan pelajar dan mahasiswa dapat dengan mudah mendapatkan dan mengakses informasi tentang gugusan pecandian yang ada Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko melalui video Templelapse tersebut secara gratis atau tidak dipungut biaya. Video ini juga bisa disebarkan melalui biro perjalanan wisata yang melayani perjalanan wisata sejarah di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko.

6. Proses Pembuatan Karya a. Produksi

Berikut adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk membuat video Templelapse

1) Research and Preparation (Penelitian dan Persiapan)

Hal pertama yang dilakukan ketika akan membuat sebuahvideo promosi tentunya adalah mencari ide. Setelah memutuskan Candi di Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko sebagai tema dan lokasi pengambilan gambar,


(75)

penulis mencari segala informasi yang dibutuhkan melalui buku, internet maupun orang yang memiliki info. Observasi, dan dokumentasi dilakukan untuk mencari materi yang valid.

2) Script (Naskah)

Pada umumnya, penulisan naskah menandai dimulainya produksi, namun karena penulis akan membuat video promosi, maka penulis melakukan observasi

melalui pengamatan atau peninjauan secara langsung ke tempat penelitian oleh peneliti untuk memperoleh data yang ada untuk ditampilkan dalam video promosi.

3) Pre-production (Pra Produksi)

Hal yang dilakukan pada proses pra prosuksi film dokumenter adalah: a) Lokasi

Lokasi yang dipakai sudah direncanakan sejak observasi dan ada 8 candi yang akan dipakai dari bebrapa candi yang ada di Kawasan Caga Budaya Prambanan dan Ratu Boko, diantaranya adalah Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Ijo, Candi Sari, Candi Sambisari, Candi Kalasan,Candi Barong, dan Candi Sewu.

b) Persiapan alat

Diperlukan banyak peralatan yang dipakai selama pengambilan gambar berlangsung seperti kamera, lensa, filter, slider dan sebagainya.

c) Penjadwalan

Penjadwalan sangat penting untuk menyukseskan sebuah produksi. Penulis harus mengatur dan menyesuaikan waktu sehingga pengambilan gambar efektif dan efisien, disamping itu terkadang juga terkendala oleh cuaca..


(1)

152

Gambar III: Pengambilan gambar di Candi Kalasan

Sumber: Dokumen Pribadi (15 Maret 2015)

Gambar IV: Pengambilan gambar di Candi Kalasan Sumber: Dokumen Pribadi (15 Maret 2015)


(2)

Gambar V: Pengambilan gambar di Gerbang Ratu Boko Sumber: Dokumen Pribadi (1 April 2015)

Gambar VI: Pengambilan gambar Candi Prambanan dari puncak bukit Abhayagiri Sumber: Dokumen Pribadi (24 April 2015)


(3)

154

Gambar VII: Pengambilan gambar di Candi Sambisari

Sumber: Dokumen Pribadi (15 Mei 2015)

Gambar VIII: Pengambilan gambar di Candi Sambisari Sumber: Dokumen Pribadi (15 Mei 2015)


(4)

Gambar IX: Bersama narasumber kajian teoritis tentang pembuatan sebuah video. Sumber: Dokumen Pribadi (15 Maret 2015)


(5)

156

LAMPIRAN 3

FOTO DOKUMENTASI PAMERAN

Gambar Lampiran X : Pameran Templelapse Sumber: Jawa Pos, Edisi Kamis, 21 Januari 2016

Gambar Lampiran XI : Dosen Penguji Bersama Mahasiswa Sumber: Dokumen Pribadi


(6)

Gambar Lampiran XI : Suasana Pameran Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar Lampiran XIII : Suasana Pameran Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar Lampiran XIV: Suasana Pameran Templelapse Sumber: Dokumen Pribadi