7
tebal lipatan kulit punggung mencit dengan jangka sorong digital setiap 1 jam selama 6 jam untuk melihat penghambatan inflamasinya.
6. Pembuatan larutan Karagenin
Karagenin 3 dibuat dengan melarutkan 0,75 g karagenin dalam larutan NaCl 0,9 dalam gelas beker kemudian dimasukkan ke dalam labu
ukur 25 mL, selanjutnya ditambahkan NaCl Fisiologis 0,9 hingga tanda. 8.
Tata Cara Analisis Hasil a.
Analisis hasil dilakukan dengan mengukur ketebalan lipat kulit punggung mencit menggunakan jangka sorong digital.
b. Nilai selisih edema tiap jam diukur dan dihitung nilai AUC total masing-
masing perlakuan dengan menggunkan rumus berikut ∑[
] Keterangan :
= area di bawah kurva dari jam ke-0 hingga jam ke-6 mm.jam = tebal lipatan kulit pada jam ke-n-1 mm
= tebal lipatan kulit pada jam ke-n mm = jam ke-n-1 jam
Ikawati, Supardian, dan Asmara; 2007 c.
Nilai persen penghambatan inflamasi dihitung dengan rumus berikut : Penghambatan inflamasi
Keterangan : = rata-rata AUC total kontrol negatif mm.jam
= nilai AUC total pada kelompok perlakuan replikasi ke - mm.jam Ikawati, Supardian, dan Asmara; 2007
d. Nilai AUC total masing-masing perlakuaan di analisis dengan uji Shapiro-
Wilk. Kemudian dilakukan dengan analisis One-Way Anova dengan taraf kepercayaan 95 dengan LSD Post Hoc Test.
8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Bahan yang digunakan dalam penelitian efek antiinflamasi topikal ini adalah buah lada hitam yang diperoleh dari Merapi Farma, kaliurang, Yogyakarta.
Tanaman lada hitam dideterminasi untuk memastikan kebenaran tanaman yang akan digunakan dalam penelitian. Determinasi tanaman yang dilakukan hanya
membutuhkan buah lada hitam saja. Determinasi tanaman uji merupakan langkah awal sebelum dilakukan penelitian. Pembuktian determinasi berdasarkan surat
keterangan yang telah menyatakan bahwa tanaman lada hitam Lampiran 4.
B. Ekstraksi Etanol Buah Lada hitam.
Buah lada hitam yang dipilih yaitu buah yang sudah masak bewarna coklat kemerahan yang sudah dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 40-
50
o
C dan diserbuk dengan mesin penyerbuk setelah itu diayak menggunakan pengayakan no 60 mesh.
Serbuk buah lada hitam yang sudah diayak selanjutnya di ekstraksi untuk mendapatkan ektrak etanol buah lada hitam. Proses ekstraksi yang
digunakan adalah maserasi, yaitu dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Tujuan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari adalah
agar cairan penyari menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986. Maserasi adalah proses pengekstrakan
simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan. Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat
berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan Depkes RI, 2000.
9
Dalam hal ini, kandungan fitokimia yang terkandung dalam buah lada hitam tidak diketahui apakah tahan terhadap panas atau tidak sehingga sudah tepat
pemilihan metode maserasi pada tahap ekstraksi. Selain itu, keuntungan lain dari maserasi adalah pengerjaannya lebih mudah, sederhana, dan peralatannya lebih
murah Badan POM RI, 2013. Serbuk buah lada hitam ditimbang seberat 30 g dan direndam dalam 150 ml etanol 70 di dalam 250 ml erlenmeyer yang tertutup
rapat selama lima hari. Setelah lima hari, hasil rendaman disaring dengan kertas saring dan ampas dari serbuk buah lada hitam diremaserasi kembali dengan cara
dilarutkan kembali dalam jumlah dan volume pelarut yang sama selama dua hari kemudian disaring untuk mendapatkan filtrat. Proses remaserasi yang dilakukan
bertujuan untuk mengangkat kembali senyawa-senyawa yang masih tertinggal pada ampas serbuk dengan pemberian pelarut baru yang ditambahakan karena
pelarut pertama sudah jenuh , sehingga dengan adanya remaserasi ini senyawa yang didapatkan lebih banyak serta proses ekstraksi akan lebih cepat. Hasil filtrat
maserasi dan remaserasi disatukan dan selanjutnya diuapkan di atas evaporator menggunakan labu alas bulat pada suhu 50-60
o
C sampai bisa diperkirakan bahwa sudah mulai menguap etanolnya sedikit demi sedikit setelah itu dilanjutkan
penguapan diatas waterbath menggunakan cawan porselin dengan suhu berkisar 40-50
o
C juga dan diuapkan hingga bobotnya tetap sehingga didapatkan ekstrak kental. Hasil ekstrak kental yang didapatkan yaitu seberat 6.1 g selama 14 kali
penimbangan. Ekstrak kental ini yang kemudian digunakan untuk pengujian antiinflamasi dalam penelitian ini.
Proses ekstraksi menggunakan 30 g serbuk simplisia yang dilarutkan dalam 150 ml etanol 70 berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Farhana, dkk, 2014 yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah lada hitam ditemukan adanya kandungan fitokimia yang bertindak sebagai
antiinflamasi dengan memperlihatkan penghambatan prostagladin-sitetase sehingga produksi mediator inflamasi dari jalur lipooksigenase dan siklooksigense
juga terhambat, dan juga flavonoid dapat menangkap radikal bebas, sehingga pembentukan asam arakidonat yang dipicu oleh radikal bebas juga terhambat.
Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan ekstrak etanol 70 buah lada
10
hitam karena kandungan fitokimia dari hasil ekstraksi yang diduga bertindak sebagai antiinflamasi.
C. Orientasi konsentrasi pemberian karagenin
Sebelum dilakukan pengujian terhadap ekstrak etanol buah lada hitam maka perlu dilakukan uji orientasi terlebih dahulu. Tujuan dilakukan uji ini adalah
agar peneliti bisa mengetahui konsentrasi karagenin optimal yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Hasil yang diharapkan dari orientasi ini adalah adanya
perbedaan selisih penebalan lipat kulit punggung mencit sebesar dua hingga tiga kali lipat dari tebal lipat kulit normal dan mampu mempertahankan ketebalan
tersebut hingga enam jam. Hasil dari orientasi yang dilakukan pada 2 konsentrasi yaitu 2 dan 3
memperlihatkan bahwa konsentrasi 3 menunjukan hasil yang diharapkan oleh peneliti, dikarenakan dengan adanya puncak tebal lipat kulit hingga tiga kali kulit
normal pada jam ke-1 dan mampu mempertahankan ketebalannya hingga jam ke- 6. Sehingga peneliti mengambil keputusan bahwa karagenin yang digunakan
dalam menginduksi edema kulit punggung mencit adalah karagenin 3. Hasil dari orientasi konsentrasi pemberian karagenin pada hewan uji
dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Tebal lipat kulit punggung mencit yang terinduksi karagenin 2 dan 3
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
1 2
3 4
5 6
T e
b a
l Li
p a
t K
u li
t m
m
Waktu Pengamatan jam
Karagenin 2 Karagenin 3