Hubungan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

39 karyawan. Jika suatu perusahaan dapat menentukan cara mengukur kontribusi dan kompensasi karyawan yang sesuai, maka karyawannya akan lebih merasa puas dan lebih termotivasi Madura, 2001 : 10. Dikaitkan dengan teori pengharapan, maka pemberian kompensasi berdasarkan keterampilan akan memotivasi karyawan, sebab dalam teori pengharapan dikatakan bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerahkan usahanya dengan lebih baik lagi apabila karyawan merasa yakin, bahwa usahanya akan menghasilkan penilaian prestasi yang baik. Penilaian yang baik akan diwujudkan dengan penghargaan dari perusahaan seperti pemberian bonus, peningkatan gaji atau promosi dan penghargaan itu dapat memuaskan karyawan. Muljani 2002: 119 Menurut Notoatmodjo 1991 : 153 bahwa suatu kompensasi jelas akan dapat meningkatkan ataupun menurunkan prestasi kerja dan kesemuanya itu akan berdampak pada penurunan atau peningkatan kinerja karyawan.

2.2.6. Hubungan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

Hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan tetap dinyatakan dalam teori Hezberg menyatakan bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaannya merupakan suatu hubungan dasar dan bahwa sikapnya terhadap kerja dapat sangat menentukan sukses atau kegagalan individu itu. Menurut Hezberg, faktor-faktor yang menghantar ke kepuasan kerja terpisah dan beda dari faktor-faktor yang menghantar ke ketidakpuasan kerja. Oleh karena itu, 40 manajer yang berusaha menghilangkan faktor-faktor yang menciptakan ketidakpuasan kerja dapat membawa ketentraman, tetapi belum tentu motivasi. Mereka akan menenteramkan angkatan kerja bukannya memotivasi mereka. Akibatnya, karakteristik seperti kebijakan dan administrasi perusahaan, penyeliaan, hubungan antar-pribadi, kondisi kerja dan telah dicirikan oleh Herzberg sebagai faktor-faktor higiene. Jika memadai, orang-orang tidak akan tak terpuaskan; tetapi mereka juga tidak akan puas. Jika kita ingin memotivasi orang pada pekerjaannya, Herzberg menyarankan untuk menekankan prestasi, pengakuan kerja itu sendiri, tanggung jawab dan pertumbuhan. Inilah karakteristik yang dianggap orang sebagai mengganjar secara intristik Robbins, 2001: 169-170. Dapat disimpulkan bahwa untuk tercapainya target yang ditetapkan oleh perusahaan, maka sangat diperlukan sekali suatu kepuasan kerja dalam meningkatkan kinerja karyawan tetap. Karyawan akan merasa puas dalam bekerja apabila faktor-faktor yang dapat menimbulkan rasa puas dapat terpenuhi, maka karyawan akan meningkatkan kinerjanya dalam bekerja. Seseorang yang termotivasi mampu melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting dalam studi tentang kinerja karyawan individual. Motivasi bekerja untuk menghasilkan merupakan syarat pokok bagi manusia yang langsung berpengaruh terhadap tingkat dan mutu kinerja. Secara teoritis tingkat motivasi 41 kerja yang tinggi akan berdampak langsung terhadap tingginya kinerja karyawan tetap. Akumulasi kinerja karyawan merupakan determinan fundamental terhadap terbentuknya kinerja organisasi dan juga kinerja karyawan tetap yang menunjukkan tingkat yang meningkat. Berarti kecenderungan kontribusinya akan meningkatkan kinerja karyawan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam berproduksi dan memperoleh laba yang diharapkan. Hellriegel et al. menyatakan kinerja individu sebagai hasil perkalian atau fungsi dari motivasi dan kemampuan. Gibson et al menyatakan bahwa tingkat kinerja karyawan tetap merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja karyawan. Radig 1998, Soegiri 2004:27-28 dalam Suprayetno dan Brahmasari 2008: 125 mengemukakan bahwa pemberian dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan untuk meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh manajemen. Hubungan motivasi, gairah kerja dan hasil optimal mempunyai bentuk linear dalam arti dengan pemberian motivasi kerja yang baik, maka gairah kerja karyawan akan meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Gairah kerja sebagai salah satu bentuk motivasi dapat dilihat antara lain dari tingkat kehadiran karyawan, tanggung jawab terhadap waktu kerja yang telah ditetapkan. 7

2.3. Kerangka Konseptual