Kemampuan Spasial LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Spasial

1. Definisi

Thurstones 1938, menyatakan bahwa intelegensi manusia tersusun atas beberapa faktor kemampuan spesifik yang independen dan tidak hanya terdiri dari satu faktor kemampuan secara umum. Salah satu faktor kemampuan spesifik yang dihasilkan dari usahanya dikenal dengan nama “space”, yaitu kecakapan untuk memiliki gambaran atau bayangan mental dan secara mental dapat menggulung, memutar, atau membalikkannya ke suatu posisi yang berbeda, kemudian menyesuaikannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Inilah yang kemudian menjadi istilah pertama dalam definisi kemampuan spasial. Lohman 1988 berpendapat bahwa kemampuan spasial dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan, menguasai, dan memanipulasi gambaran visual. Lohman 1993 mendefinisikan kemampuan visual spasial merupakan kemampuan untuk menghasilkan, menyimpan, mengambil, dan mengubah gambar visual yang terstruktur dengan baik. Piaget dan Inhelder 1971 menyebutkan bahwa kemampuan spasial adalah konsep abstrak yang di dalamnya meliputi hubungan spasial kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek dalam ruang, kerangka acuan tanda yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan posisi objek dalam ruang, hubungan proyektif kemampuan untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang, konservasi jarak kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua titik, representasi spasial kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial dengan memanipulasi secara kognitif, rotasi mental membayangkan perputaran objek dalam ruang. Gardner 1983 mengutarakan bahwa kecerdasan spasial dapat diartikan sebagai kecerdasan gambar dan visualisasi. Kemampuan mempersepsi dan mentransformasikan dunia spasial-visual secara akurat. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi atau kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam 3 cara dimensi. Kecerdasan spasial memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik. Menurut S, Nora 2003 kecerdasan spasial tidak hanya berkaitan dengan kemampuan mengenal arah dan lokasi, namun juga menyusun rancang bangun dan struktur masalah. Kecerdasan spasial juga sangat berkaitan dengan pemecahan masalah dan aktivitas sehari-hari, misalnya dalam hal mengukur mana yang lebih besar dan kecil, lebih jauh dan dekat, lebih tinggi dan pendek, dan lain-lainnya. Salim 2010 mendefinisikan bahwa kemampuan spasial merupakan kapasitas kemampuan yang berkaitan dengan penalaran atau memanipulasi mental terhadap hubungan keruangan. Kognisi spasial banyak digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan tipe-tipe proses mental seraya melibatkan perbedaan atau pengelompokan tugas. Kemampuan spasial telah didefinisikan ke dalam cara yang berbeda-beda. Namun biasanya sulit dicari ketepatan dari makna definisi tersebut untuk digunakan sebagai satu definisi yang komprehensif. Diketahui pula bahwa orang dengan kemampuan spasial yang kuat bisa membayangkan bentuk dari sudut pandang yang berbeda, dapat lebih cepat memahami apa yang mungkin terlihat seperti sesuatu yang tidak pas, atau mungkin lebih efektif mengingat dan menciptakan gambar dan urutan gambar. Berdasarkan dari definisi kemampuan spasial yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan spasial adalah kemampuan untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang, yang berkaitan dengan penalaran dan manipulasi mental terhadap sifat – sifat hubungan keruangan, dengan menggunakan kemampuan untuk membayangkan suatu objek visual imagery di dalam kepala tanpa menggunakan suatu peraga, dan kemudian merepresentasikannya.

2. Aspek-Aspek

Whiteborn dan Slater dalam Salim, 2010 membagi aspek-aspek kecerdasan spasial ke dalam 2 bagian, yaitu: a. Bagian yang berhubungan dengan relasi spasial, terdiri dari: - Kemampuan untuk menentukan hubungan antara stimulus dan respon yang ditata secara spasial. - Kecakapan menyusun elemen-elemen ke dalam bentuk suatu stimulus visual. b. Bagian yang berkaitan dengan visualisasi, terdiri dari: - Kemampuan untuk membayangkan atau mengimajinasikan perputaran objek lukisan. - Kemampuan untuk melipat dan membuka lipatan, membungkus dan membuka bungkusan pola-pola datar. - Kemampuan untuk mengenali perubahan relative posisi suatu objek di dalam ruang. Menurut Lohman 1979, pada tingkat yang paling dasar, pemikiran spasial membutuhkan kemampuan untuk memberi kode, mengingat, mengubah, dan mencocokkan stimulus spasial. Variabel-variabel yang ada dalam kemampuan spasial contohnya seperti closure speed kecepatan dalam mencocokan stimuli spasial yang belum sempurna dengan gambaran ingatan jangka panjang, perceptual speed kecepatan dalam mencocokkan stimuli visual dan kinesthetic kecepatan untuk membedakan kanan-kiri. Lohman 1979 mengusulkan penegasan atas tiga aspek dasar dari kemampuan spasial, yakni: a. Spatial Relation. Faktor ini ditegaskan melalui tes seperti cards, flags, dan fgures b. Spatial Orientation. Faktor ini mencakup kemampuan untuk membayangkan bagaimana sebuah stimulus hadir dari perspektif lain perspective taking. c. Visualization. Faktor ini terdapat dalam bermacam-macam tes, seperti Paper Folding, Form Board, WAIS Block Design , dan Hidden Figures. Kemudian Lohman 1979 mengembangkan lagi aspek-aspek tersebut menjadi berikut: a. Vz Gv Visualization atau General Visualization dapat diukur dengan tes Paper Folding, Paper Form Board, Surface Development, Block Design, Shepard-Metzler Mental Rotation, Mechanical Principles. b. SO Spatial Orientation dapat diukur dengan tes Aerial Orientation dan Chair-Window Test. c. Cf Flexibility of Closure dapat diukur dengan tes Embedded Figure Test. d. SR Spatial Relation dapat diukur dengan tes Cards, Flogs, Figures. e. Ss Spatial Scanning dapat diukur dengan tes Maze Tracing, Choosing a Path. f. Ps Perceptual Speed dapat diukur dengan tes Identical Forms. g. SI Serial Integration dapat diukur dengan tes Succesive Perception III, Picture Identification. h. Cs Closure Speed dapat diukur dengan tes Street Gestalt, Harsman Figure, Close Ups. i. Vm Visual Memory dapat diukur dengan tes Memory of Design. j. K Kinesthetic dapat diukur dengan tes Hands. French 1951 memaparkan 9 aspek yang dianggap sebagai ranah kemampuan spasial: a. S: Space, kemampuan untuk merasakan pola spasial secara akurat dan membandingkannya dengan pola lain faktor ini terkorelasi dengan faktor VZ, Visualization b. SO: Space Orientation, kemampuan untuk tidak mengalami kebingungan dalam memahami pola spasial dengan bentuk penyajian yang berbeda. c. Vi: Visualization , kemampuan memahami pergerakan bayangan dalam ruang 3 dimensi atau kemampuan untuk memanipulasi objek dalam imajinasi faktor ini berkorespondensi dengan faktor SR, Spatial Rotation d. GP: Gestalt Perception, kemampuan untuk menyatukan stimuli visual yang tidak jelas, menjadi suatu keutuhan yang memiliki makna faktor ini berkorespondensi dengan faktor CS, Closure Speed dan SI, Serial Integration e. GF: Gestalt Flexibility, kemampuan untuk memanipulasi dua konfigurasi secara serempak dan merangkainya dalam suatu urutan faktor ini berkorespondensi dengan faktor CF, Closure Flexibility f. P: Perceptual Speed, kemampuan untuk menemukan suatu konfigurasi dalam suatu material yang dikacaukan, dimana konfigurasi tersebut sebelumnya sudah diperkenalkan kepada subjek faktor ini berkorespondensi dengan faktor P, Perceptual Speed g. LE: Length Estimation, kemampuan untuk membandingkan panjang suatu garis atau jarak pada secarik kertas. h. PA: Perceptual Alternations, kemampuan untuk mencari alternative persepsi visual i. FI: Figure Ilusions, kemampuan untuk memahami ilusi pola geometrical. Selain aspek, ada juga beberapa ahli yang menyebutkan dengan sebutan faktor. Caroll 1993 melakukan analisis ulang terhadap faktor-faktor kemampuan spasial yang telah diajukan oleh French 1951 dan Lohman 1979. Dari hasil analisisnya, Caroll menetapkan beberapa aspek utama dari kemampuan spasial, yakni: a. VZ Visualization: Kemampuan untuk memanipulasi pola spasial yang dinyatakan lewat keberhasilan menyelesaikan tingkat yang sulit dan kompleks dari suatu materi stimulus spasial tanpa memperhitungkan faktor kecepatan dalam menjawabnya. b. Sr Speeded Rotation: Kecepatan memanipulasi pada pola visual yang sederhana mental rotation, transformation, atau yang lainnya c. CS Closure Speed: Kecepatan memahami dan mengidentifikasi sebuah pola visual tanpa mengetahui terlebih dahulu pola yang harus dipahami dan diidentifikasi. d. CF Flexibility of Closure: Kecepatan untuk menemukan, memahami dan mengidentifikasi sebuah pola spasial, dengan terlebih dahulu mengetahui pola spasial yang harus dipahami saat pola tersebut tersembuyi dan disamarkan dengan cara tertentu e. SR Spatial Relation: Kemampuan untuk memanipulasi pola spasial, dan menemukan hubungan-hubungan antar pola. f. P Perceptual Speed: Kecepatan untuk menemukan pola spasial yang sudah dikenali sebelumnya, membandingkan satu pola atau lebih, secara akurat, dalam sebuah bidang visual yang mana pola tersebut tidak disamarkan. Caroll 1993 juga menambahkan tentang keberadaan beberapa bukti dari sejumlah faktor lain mengenai kemampuan visual. Faktor-faktor tersebut adalah: a. PI Perceptual Integration: Kemampuan untuk memahami dan mengidentifikasi pola visual saat bagian dari pola tersebut dihadirkan secara berurutan dengan kecepatan yang tinggi. b. SS Spatial Scanning: Kecepatan dalam mengikuti jalur yang ditunjukkan lewat pola spasial secara akurat. c. IM Imagery: Kemampuan untuk membentuk gambaran mental internal dari pola visual untuk memecahkan masalah spasial. d. LE Length Estimation: Kemampuan untuk membuat perkiraan yang tepat atau perbandingan atas suatu jarak visual. Berdasarkan uraian beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 aspek utama dalam kecerdasan spasial, yakni: Visualisasi Spasial Vz dan Orientasi Spasial SO, dan Relasi Spasial SR.

3. Alat Ukur Kemampuan Spasial

Untuk mengukur kemampuan spasial, terdapat berbagai macam alat ukur yang disesuaikan dengan aspek dari kemampuan spasial yang ingin diukur. Alat-alat ukur tersebut yakni: a. Tes Stanford – Binet Tes ini bertujuan untuk mengukur penalaran verbal, penalaran kuantitatif, memori jangka pendek, dan juga penalaran abstrakvisual. Subtes yang mengukur penalaran abstrakvisual adalah subtes paper folding, paper form board, dan juga block test. Misalkan partisipan diinstruksikan untuk mencoba memecahkan masalah 17 kertas lipat dan pertanyaan tentang memotong. Tugas yang diberikan melibatkan partisipan untuk membayangkan sebuah kertas yang dilipat beberapa kali dan dipotong menjadi bentuk dari lipatan tersebut. Partisipan kemudian menggunakan kemampuan spasial mereka dengan merotasi mental dan membuka kertas imajiner. Partisipan harus memilih kertas apa dan bagaimana seharusnya kertas itu terlihat ketika dibuka. Tes ini ditujukan untuk anak dengan rentang usia 3 – 13 tahun. b. The Card Rotation Tes ini mengukur kecepatan memanipulasi pola spasial yang sederhana speeded orientation. Setiap soal dalam tes ini terdiri dari 1 kartu di sebelah kiri garis vertical dan delapan kartu di sebelah kanan. Tugas dari partisipan adalah memutuskan apakah masing-masing delapan kartu yang berada di sebelah kanan sama atau berbeda dengan kartu yang berada di sebelah kiri. Partisipan diminta untuk menandai kotak disamping S jika itu sama, dan diminta menandai kotak disamping D jika itu berbeda. c. Cube Comparison Test Tes ini juga mengukur kecepatan dalam memanipulasi pola spasial seperti mental rotation, transformation speeded orientation . Setiap item soal dalam tes ini menginstruksikan partisipan untuk memperhatikan bagaimana posisi benda yang telah berubah dalam gambar kedua dari posisi aslinya pada gambar pertama. Setelah itu, partisipan diminta untuk menandai bagaimana perpindahan posisi benda tersebut dengan menggunakan pilihan yang ada disamping kartu. d. GATB General Aptitude Test Battery Tes GATB merupakan test yang digolongkan sebagai test special aptitude , yang mana dikhususkan untuk mengukur bakat secara spesifik. Aptitude yang diukur dengan tes ini adalah: Aptitude G: Intelligence kemampuan belajar secara umum, Aptitude V: Verbal Aptitude kemampuan untuk mengerti arti dari beberapa kata dan penggunaan kata secara efektif, N: Numerical Aptitude Kemampuan melakukan operasi angka secara cepat dan tepat, Aptitude S: Spatial Aptitude Kemampuan untuk berpikir secara visual pada bentuk geometris, kemampuan untuk menangkap objek tiga dimensi dan kemampuan mengingat hubungan yang dihasilkan dari gerakan suatu objek dalam ruang, P: Form Perception Aptitude Mengukur kemampuan untuk melihat bagian dari benda, gambar dan grafik, Q: Clerical Perseption Aptitude Mengukur kemampuan untuk mengungkapkan objek klerikal angka dan huruf, K: Motor kordination Aptitude kemampuan mengordinasikan gerakan otot mata, tangan dan jari dengan terampil dan teliti dalam gerakan yang cepat dan tepat, F: Finger Dexterity Aptitude kemampuan gerakan jari-jemari, memanipulasi objek kecil secara terapil dan teliti, M: Manual Dexterity kemampuan menggerakkan tangan dengan mudah dan terampil, dan mengukur kemampuan bekerja dengan tangan dalam menempatkan dan memindahkan. Di dalam tes ini terdapat subtes Tes Ruang Bidang Three Dimentional Space yang bertujuan untuk mengukur kemampuan untuk berpikir secara visual pada bentuk-bentuk geometris dan kemampuan untuk menangkap objek tiga dimensi visualization, space relation . e. DAT Differential Aptitude Test Tes ini bertujuan untuk mengukur berbagai macam faktor kemampuan mental. Subtes dari tes DAT ini yang mengukur kemampuan spasial adalah subtes Tes Pola Space Relation. Tes pola ini mengukur kemampuan mengenal benda-benda konkrit melalui proses penglihatan khususnya mengenal benda secara 3 dimensi. Butir-butir soal dibuat agar testi dapat mengkonstruksikan benda dengan pola yang tersedia secara tepat. Jadi testi harus dapat memanipulasi secara mental, mempunyai kreasi terhadap struktur benda tertentu dengan perencanaan yang baik spatial relation. Berdasarkan uraian beberapa ahli diatas, diketahui bahwa terdapat 3 aspek utama dalam kecerdasan spasial, yakni Visualisasi Spasial Vz dan Orientasi Spasial SO, dan Relasi Spasial SR. Peneliti tertarik untuk memfokuskan penelitian pada aspek visualisasi dan relasi spasial. Peneliti berpendapat bahwa aspek visualisasi dan relasi merupakan aspek yang paling dekat dengan kegiatan sehari-hari seorang individu. Contohnya ketika seseorang insinyur harus mampu bervisualisasi dengan bagian-bagian mesin dalam pekerjaannya, seorang desain interior harus mampu menyesuaikan isi perabot rumah dengan bentuk rumahnya, dan juga seorang arsitek harus mampu bervisualisasi untuk membentuk suatu rancang bangunan. Oleh sebab itu peneliti menggunakan alat ukur GATB General Aptitude Test Battery subtes Tes Ruang Bidang Three Dimentional Space yang mana alat ukur tersebut menekankan pengukuran kemampuan untuk berpikir secara visual pada bentuk-bentuk geometris dan kemampuan untuk menangkap objek 3 dimensi, serta kemampuan untuk mengingat hubungan yang dihasilkan dari gerakan objek dalam suatu ruang.

4. Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Kecerdasan Spasial

a. Nature faktor biologis Sebagian besar penelitian yang menjelaskan perbedaan gender dalam hal faktor biologis, berfokus pada 2 bidang utama: hormone dan kematangan otak. Studi mengenai kelainan hormonal menunjukkan bahwa kadar hormone berkaitan dengan perkembangan kemampuan spasial Levy dan Heller, 1992. Misalnya wanita yang memiliki androgen yang tinggi selama perkembangan janin dan usia dini mempunyai kemampuan spasial yang tinggi daripada yang lainnya Hampson, Rovelt, dan Altman, 1998. Paparan pra-lahir untuk androgen diduga menjadi faktor penting dalam pengembangan kemampuan spasial. Otak manusia dibagi menjadi 2 belahan, yang mendasari otak kiri adalah bahasa dan kemampuan verbal sedangkan otak kanan mendasari ketrampilan visual-spasial. Hal tersebut telah diketahui, bahwa belahan otak kanan pada laki-laki lebih besar dan berkembang lebih cepat daripada perempuan De Lacoste, Hovarth dan Woodward, 1991, yang diduga berhubungan dengan ketrampilan spasial pada laki-laki Levine et al, 1999. Selain itu, Pakkenberg dan Gundersen 1997 menginformasikan bahwa laki- laki memiliki neuron neokorteks lebih banyak daripada perempuan sebesar 16 dan hal tersebut dapat mengakibatkan lebih banyak koneksi sinaptik dan mempengaruhi perbedaan kognitif. b. Nurture Hegarty 2000 menuturkan bahwa kecerdasan spasial juga dipengaruhi oleh lingkungan. Tingkat kinerja seseorang cenderung berubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut didapatkan melalui praktek, pelatihan, dan pembelajaran. Aktivitas-aktivitas seperti melukis dapat meningkatkan kemampuan spasial. Sesorang dapat kehilangan tingkat kemampuan spasial yang mulanya lebih tinggi dari orang lain, jika orang lain tersebut memperoleh lebih banyak pengalaman yang mendukung kinerja mereka dan membuat kemajuan lebih dalam perkembangan intelektualnya. Oleh karena itu, untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kemampuan spasialnya, seseorang harus mengasahnya melalui praktek, pelatihan, dan juga pembelajaran. Dalam komputer kontemporer juga banyak menawarkan fasilitas untuk melatih kemampuan spasial. Bahkan komputer game yang tidak dikembangkan dengan maksud eksplisit untuk memberikan pelatihan tersebut, seperti Block Out atau Tetris, telah ditemukan berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan spasial temporal Martin, 2009. Penggunaan video visual dalam proses pembelajaran di sekolah juga mampu meningkatkan performa kemampuan spasial pada individu yang mempunyai kapasitas kemampuan spasial yang rendah. Selain itu, aktivitas musik juga dapat mempengaruhi kinerja spasial seseorang. Dari beberapa hasil penelitian dapat diketahui bahwa aktivitas musik mempunyai hubungan dengan proses spasial temporal. Karena dalam aktivitas musik, elemen- elemen musik diorganisir baik secara spasial maupun secara temporal menyusun jarak antar pitch, pola irama. Memainkan atau mendengarkan sebuah melodi lagu termasuk rekonstruksi dari pola-pola spasial temporal karena mengorganisir elemen nada ke dalam kode spasial yang khusus. Sehingga melodi yang terdengar tersebut merupakan rekognisi dari sejumlah pitch melalui proses spasial temporal. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa irama sebuah lagu dapat mempengaruhi medan dimensi spasial secara bebas. Lingkungan sosial budaya yang mencakup isu-isu seperti bermain, peran gender, sosial, harapan orang tua, dan pengalaman pendidikan juga membawa pengaruh. Pengalaman masa kanak- kanak dianggap memiliki pengaruh pada perkembangan kemampuan spasial Saucier, McGeary, dan Saxberg 2002. Pada usia 1 tahun, anak laki-laki bermain dengan kendaraan dan blok yang melibatkan manipulasi spasial, sedangkan anak perempuan bermain dengan boneka yang mengembangkan ketrampilan sosial Etaugh dan Liss, 2002. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spasial seorang individu, yakni faktor nature dan nurture. Faktor nurture yang paling berperan terhadap kecerdasan spasial seorang individu. Contohnya dengan banyak melakukan aktivitas yang menggunakan kemampuan spasial, seperti bermain game TetrisBlock Out, pembelajaran dengan menggunakan video visual, dan juga dengan aktivitas musik.

B. Musik Klasik Kontemporer