Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berhadapan dengan situasi menjelaskan letak suatu barang pada orang lain. Menurut S, Nora Janellen, H 2004 anak-anak maupun orang dewasa seringkali berhadapan dengan permintaan dari orang lain untuk menjelaskan tentang letak suatu barang yang hilang, misalnya kunci rumah, kacamata, atau dimana mereka meletakkan sepatu mereka untuk terakhir kalinya. Menjelaskan letak suatu barang tersebut melibatkan kemampuan yang berhubungan dengan spasial atau keruangan. Kemampuan spasial merupakan konsep abstrak, meliputi persepsi spasial yang melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi sampai pada kemampuan yang rumit yang melibatkan manipulasi serta rotasi mental. Didalamnya diperlukan adanya pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan angka dan kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual Hegarty, 2005. Kemampuan spasial digunakan dalam aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan. Misalnya ketika sedang berada di luar kota yang sebelumnya belum pernah dikunjungi, dibutuhkan peta untuk melihat dimana saja tempat-tempat yang ingin dikunjungi di kota tersebut. Demikian halnya ketika melakukan orientasi diri terhadap lingkungan yang baru. Misalkan, baru saja pindah ke sekolah yang baru lalu mencoba untuk berjalan mengelilingi gedung sekolah tersebut. Dalam aktivitas – aktivitas seperti itulah dibutuhkan kemampuan spasial yang tinggi Hegarty, 2005. Kita juga seringkali berada dalam suasana lalu-lintas yang crowded sehingga membuat kita berkeinginan untuk memilih jalan lain untuk menghindari kemacetan. Saat itulah kemampuan spasial yang kita miliki bekerja. Selain itu, saat harus mengemas sebuah paket, kita berpikir apakah kotak tertentu cukup besar untuk sebuah objek yang dimasukkan ke dalamnya. Lebih lanjut Hegarty 2005 menyampaikan bahwa dalam keseharian, hampir tidak pernah lepas dari penggunaan kemampuan spasial, contohnya saja saat bercermin. Dalam dunia pendidikan, kemampuan spasial sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam menerapkan ilmu yang didapatkan, contohnya pada ilmu matematika, ilmu alam, teknik, ekonomi, meteorologi, dan juga arsitektur. Dalam bidang meteorologi, seorang astronom harus dapat memvisualisasi struktur tata surya dan gerakan benda-benda yang ada di dalamnya. Dalam bidang arsitek, seorang insinyur harus mampu bervisualisasi tentang interaksi bagian-bagian yang ada dalam mesin. Ahli radiologi harus mampu menafsirkan gambar pada medical X-ray. Dalam sub-kimia-formula juga dapat dilihat sebagai model abstrak molekul dengan sebagian besar informasi spasial yang dihapus, ketrampilan spasial penting dalam memulihkan informasi bahwa model mental yang lebih rinci dari molekul diperlukan S, Nora Janellen, H, 2004. Dalam pendidikan matematika dan sains, fitur penting dari kemampuan spasial telah menjadi ketrampilan yang dibutuhkan untuk membangun model mental yang efisien dari objek dari deskripsi verbal buku teksinstruksi. Kemampuan spasial ini menjadi sangat penting dengan adanya pengembangan teknologi baru, seperti: pencitraan, komputer grafis, visualisasi data, dan juga supercomputing S, Nora Janellen, H, 2004. Di bidang teknologi komputer grafis, kemampuan spasial yang kuat digunakan untuk membuat gambar visual yang kompleks dari proses yang terjadi di alam. Teknik ini digunakan untuk menggambarkan cara kerja yang rumit dari sistem kekebalan tubuh, interaksi meteorologi kompleks yang terjadi dalam mengembangkan badai, angin topan, tornado, atau hubungan atom dan molekul dalam kimia S, Nora Janellen, H, 2004. Meskipun penting dalam berbagai bidang, dalam pendidikan ilmu pengetahuan, ketrampilan spasial jarang bekerja berelasi dengan kemampuan lain. Contohnya seperti penalaran logis, pengambilan memori yang efisien, dan kemampuan verbal Hegarty, 2005 Piaget dan Inhelder 1971 menyebutkan bahwa kemampuan spasial sebagai konsep abstrak yang di dalamnya meliputi hubungan spasial kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek dalam ruang, kerangka acuan tanda yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan posisi objek dalam ruang, juga hubungan proyektif kemampuan untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang. Selain itu juga termasuk di dalamnya terdapat konservasi jarak kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua titik, representasi spasial kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial dengan memanipulasi secarakognitif, rotasi mental membayangkan perputaran objek dalam ruang. Kemampuan spasial ini sangat penting karena kemampuan spasial erat hubungannya dengan aspek kognitif secara umum. Kemampuan spasial ini juga dapat membantu dalam proses belajar mengajar serta mengenali lingkungan sekitarnya. S, Nora Janellen, H 2004 mengatakan bahwa dengan mempunyai kecerdasan spasial yang baik, maka anak dapat tumbuh kreatif dan inovatif. Kemampuan spasial yang tidak terolah dengan baik akan berdampak pada kesulitan belajar yang dialami oleh seorang individu. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh Baurnel dan Harvell 2004 yang memberikan beberapa ciri-ciri kelemahan dalam persepsi visual terhadap penelitiannya pada kemampuan spasial anak. Kekurangan pada bagian persepsi spasial dapat dikenali karena anak nampak bermasalah untuk mempelajari abjad dan sering terbalik melihat huruf tertentu seperti bd, pq, mw dan juga angka. Konsep membaca dan mengejanya juga lebih lambat dibandingkan yang lain. Gerakan yang dilakukan juga menjadi canggung, mudah terantuk dan jatuh, sukar memahami konsep kiri-kanan, atas-bawah, depan belakang, pertama-terakhir juga merupakan ciri yang paling khas pada kelemahan hubungan antara kemampuan spasial dan kesadaran tubuh. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kemampuan spasial dapat ditingkatkan secara temporal dengan musik Mozart. Yaitu dengan cara mendengarkan musik Mozart, yang disebut Efek Mozart. Penelitian dilakukan pada 36 mahasiswa perguruan tinggi yang kecerdasan spasialnya meningkat secara temporal setelah mendengarkan Sonata Mozart selama 10 menit. Dengan mendengarkan musik, dapat membangkitkan neuron yang juga digunakan untuk kinerja spasial, yang dalam hal ini merupakan kemampuan seseorang untuk merotasi mental benda 3 dimensi Rauscher, Shaw, Ky 1993. Penelitian yang dilakukan oleh Martin H. Jones, Stephen D. West dan David B. Estell 2006 dari Indiana membuktikan bahwa Efek Mozart mampu mengaktifkan jalur syaraf yang digunakan untuk kemampuan spasial. Argumen ini menjelaskan bahwa Efek Mozart pertama kali datang dari model Trion Cerebal Cortex Leng dan Shaw, 1991. Model trion tersebut adalah representasi matematis dari model kolumnar cerebal cortex Mountcastle, 1978. Dalam model ini, pola penembakan syaraf yang serupa terjadi selama adanya tugas spasial dan kognisi musik. Leng dan Shaw 1991 menghipotesiskan bahwa mendengarkan musik mungkin dapat mengaktifkan neuron sebelum menyelesaikan tugas spasial. Artinya, mendengarkan musik meningkatkan kinerja spasial dengan mengaktifkan neuron tertentu yang ada dalam cerebal cortex. Penelitian Rauscher, Shaw, dan Ky 1995 mendukung alasan biologis tersebut dengan adanya peningkatan skor kecerdasan spasial pada 36 mahasiswa setelah mereka mendengarkan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K.448”selama 10 menit. Seluruh mahasiswa berpartisipasi pada treatment yang berbeda selama 10 menit musik Mozart, relaksasi, dan diam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart Sonata menghasilkan skor spasial paling tinggi. Para penulis mencatat bahwa perbaikan spasial berlangsung selama 10 – 15 menit setelah mendengarkan musik. Hipotesis yang kedua adalah Mozart meningkatkan mood suasana hati, gairah, dan juga performansi. Steele, Bass, dan Crook 1991 memberikan hipotesis bahwa musik mengubah suasana hati seseorang, yang mana hal tersebut mempengaruhi bagaimana seseorang berperformansi dalam tes kecerdasan spasial. Untuk pengujian hipotesis, peneliti membandingkan antara 2 genre musik yang berbeda sebuah lagu dari Philip Glass musik Mozart. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam kinerja spasial. Tetapi mereka yang mendengarkan lagu dari Philip Glass dilaporkan memiliki skor yang lebih tinggi dalam hal kemarahan dan ketegangan. Steele 2000 kemudian mengklaim bahwa mendengarkan musik dapat mempengaruhi suasana hati dan meningkatkan gairah, yang mana akan mempengaruhi kemampuan spasial. Pada hipotesis terakhir dikatakan bahwa individu yang menyukai preference terhadap musik Mozart, jenis musik yang lainnya, atau bahkan dalam keadaan diam dapat mengoptimalkan hasil tes performansinya. Nantais dan Schellenberg 1999 menyampaikan bahwa peningkatan kinerja spasial mungkin karena hasil stimulus yang disukai, bukan karena perubahan biologis yang sementara dalam kemampuan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja spasial menjadi lebih baik saat mendengarkan musik Mozart daripada kelompok kontrol yang hanya dalam situasi diam. Para peneliti juga telah mencatat preferensi dari para partisipan baik untuk musik Sonata Mozart atau membaca sebuah novel berjudul “The Last Rung On The Ladder” karya Stephen King. Skor spasial menjadi lebih tinggi ketika para partisipan menyukai stimulus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stimuli yang disukai dapat meningkatkan tes performansi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Martin H. Jones, Stephen D. West dan David B. Estell 2006 menunjukkan bahwa terdapat efek yang positif dari mendengarkan musik Mozart, meskipun gairah dijadikan sebagai mediasi dari hubungan ini. Namun, tidak ada efek preferensi yang tampak jelas. Ketertarikan terhadap musik Mozart tersebut tidak tampak jelas. Penelitian yang dilakukan oleh Simon dan Chabris 1999 menunjukkan bahwa otak manusia menggunakan area distribusi yang luas untuk mendengarkan musik. Rhytm dan pitch cenderung diproses di sebelah kiri, sedangkan timbre dan melodi di sebelah kanan. Bagian – bagian dari otak yang kita gunakan untuk tugas-tugas spasialtemporal sebenarnya tumpang tindih dengan bagian pengolahan musik. Pada tahun 1999 neoruscientist Harvard, Christopher memeriksa 16 studi secara terpisah dan menemukan memang adanya peningkatan kreativitas pada remaja. Christopher juga melihat adanya penelitian yang menunjukkan peningkatan kreativitas dalam kelompok siswa yang telah membaca novel Stephen Kingmendengarkan musik Yanni. Penjelasan Christopher untuk hasil tersebut adalah aktivitas yang menyenangkan mampu merangsang dan mengaktifkan daerah kreatif otak Simons, 1999. Pendekatan korelasional paling banyak ditemukan dalam teori-teori Piaget 1957, misalnya penelitian terhadap anak pra sekolah yang tidak dapat melaksanakan tugas operasional konkret termasuk angka dan sulit mengombinasikan suara musik ke dalam memorinya. Pemahaman anak terhadap metermetris dalam musik akan meningkat sesuai dengan kemajuan yang dicapai dalam tahapan perkembangannya. Beberapa ahli perkembangan juga menemukan korelasi yang positif dalam teori Piaget. Hasil uji korelasional terhadap teori tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kreativitas dalam musik secara signifikan berkorelasi dengan kemampuan spasial. Sebuah penelitian eksperimen juga dilakukan kepada hewan tikus. Tikus yang diberikan musik Yanni “Acroyali Standing In Motion” dapat melampaui labirin lebih cepat daripada tikus yang hanya diperdengarkan suara-suara lirih, tidak diperdengarkan apa-apa, maupun yang diperdengarkan musik yang minimalis. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa musik Yanni Acroyali ini memang memiliki efek mendalam pada otak. Tikus yang dibesarkan dengan rutinitas diperdengarkan musik Yanni Acroyali dapat berjalan melalui labirin dengan cepat dan akurat dalam Chabris, 1999. Musik klasik kontemporer diperkirakan dapat menjadi media yang cukup efektif untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan spasial. Walaupun secara teoretis dinyatakan bahwa musik klasik kontemporer Yanni dapat meningkatkan kemampuan spasial, namun pada kenyataannya penelitian dalam bidang psikologi musik belum banyak dilakukan di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian apakah musik klasik kontemporer Yanni mampu menjadi media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan spasial secara temporal. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh dari musik klasik kontemporer yang dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah komposisi “AcroyaliStanding In Motion” dari seorang komposer bernama Yanni terhadap kemampuan spasial. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik klasik kontemporer. Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan spasial.

B. Rumusan Masalah