Kerangka Teori dan Konsepsi

Akan tetapi dalam penelurusan tersebut ada judul yang menangkat mengenai perjanjian sewa-menyewa, namun permasalahan dan bidang kajiannya sangat jauh berbeda, yaitu : 1. Tesis atas nama Karya Mahmud Khaiyath, dengan judul “Pembatalan Perjanjian Sewa Menyewa Rumah Secara Sepihak Menurut Hukum Perjanjian Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan. 2. Tesis atas nama Syafridawati Tarigan, dengan judul “Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT. PERSERO Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian 19 Kelangsungan perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada unsur- unsur berikut antara lain metodologi, aktivitas penelitian, imajinasi sosial dan juga sangat ditentukan oleh teori 20 . Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan 19 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Cetakan ke I, 1994, hal 80 20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, hal 6 Universitas Sumatera Utara mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis. Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. 21 Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. 22 Teori diartikan sebagai ungkapan mengenal kausal yang logis di antara perubahan variabel dalam bidang tertentu, sehingga dapat di gunakan sebagai kerangka pikir frame of thinking dalam memahami serta menangani permasalahan yang timbul dalam bidang tersebut. Fungsi teori dalam penelitian adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaska gejala yang di amati. 23 Oleh karenanya dalam penelitian ini digunakan teori keadilan sebagai pisau analitis. Teori keadilan ini dipelopori oleh Aristoteles, pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan, yang berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya 21 J.J.J M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, UI Press Jakarta, 1996, hal 203 22 Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis, Andi, Yogyakarta, 2006, hal 6 23 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 35. Universitas Sumatera Utara dengan keadilan”. Yang sangat penting dari pandanganya ialah pendapat bahwa keadilan mesti dipahami dalam pengertian kesamaan. Namun Aristoteles membuat pembedaan penting antara kesamaan numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan numerik mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang sekarang biasa kita pahami tentang kesamaan dan yang kita maksudkan ketika kita mengatakan bahwa semua warga adalah sama di depan hukum. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan sebagainya. Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan banyak kontroversi dan perdebatan seputar keadilan. 24 Aritoleles dalam bukunya “Rhetorica” mengatakan bahwa tujuan dari hukum adalah menghendaki keadilan semata-mata dan isi dari pada hukum ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang dikatakan tidak adil. Menurut teori ini hukum mempunyai tugas suci dan luhur yaitu dengan memberikan keadilan kepada setiap orang yang berhak ia terima serta memerlukan peraturan tersendiri bagi tiap-tiap kasus. Untuk terlaksananya hal tersebut maka menurut teori ini hukum harus membuat apa yang dinamakan “Algemeene Regel” peraturanketentuan umum yang mempunyai sifat sebagai berikut: a. Adanya paksaan dari luar sanksi dari penguasa yang bertugas mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara alat-alatnya. 24 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nuansa dan Nusamedia, 2004, hal. 24. Universitas Sumatera Utara b. Sifat Undang-Undang yang berlaku bagi siapa saja. Namun demikian dalam praktek apabila kepastian hukum dikaitkan dengan keadilan, maka akan kerap kali tidak sejalan satu sama lain. Adapun hal ini dikarenakan di satu sisi tidak jarang kepastian hukum mengabaikan prinsip-prinsip kepastian hukum, Kemudian apabila dalam prakteknya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, maka keadilan pada umumnya lahir dari hati nurani pemberi keadilan sedangkan kepastian hukum lahir dari sesuatu yang konkrit. 25 Roscoe Pound menyatakan hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. 26 Berarti bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat. Dari pandangan Pound ini dapat disimpulkan bahwa unsur normatif ratio dan empirik pengalaman dalam suatu peraturan hukum harus ada. Kedua-duanya adalah sama perlunya. Artinya, Hukum yang ada pada dasarnya berasal dari gejala-gejala atau nilai-nilai dalam masyarakat sebagai suatu pengalaman, kemudian dikonkretisasi menjadi norma- norma hukum melalui tangan–tangan para ahli hukum sebagai hasil kerjanya ratio, yang seterusnya dilegalisasi atau diberlakukan sebagai hukum oleh Negara. 27 Menurut Roscoe Pound keadilan dikonsepsikan sebagai hasil- hasil konkrit yang bisa diberikan kepada masyarakat. Dimana hasil yang di peroleh itu hendaknya 25 ibid 26 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung, 2007, hal 66 27 Mulhadi, Relevansi Teori Sociological Jurisprudence dalam Upaya Pembaharuan Hukum di Indonesia, Medan, 2005, hal 9 Universitas Sumatera Utara berupa pemuasan kebutuhan manusia tersebut, maka akan semakin efektif menghindari pembenturan anatara manusia. 28 Selanjutnya penelitian ini juga menggabungkan teori keadilan sebagaimana telah disebut diatas, dengan teori hasrat Will Theory yang menekankan kepada pentingnya “hasrat” dari pihak yang memberikan janji. Ukuran dari eksistensi, kekuatan berlaku, dan substansi dari suatu kontrak diukur dari hasrat tersebut. Jadi yang terpenting adalah “manifestasi” dari kehendak para pihak, bukan kehendak yang “aktual” dari mereka. Jadi suatu kontrak mula-mula dibentuk dahulu, sedangkan pelaksanaan kontrak merupakan persoalan belakangan 29 Menurut Subekti, “perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”. 30 Menurut R. Wirjono Prodjodikoro, mendefinisikan “perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”. 31 Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa “definisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan pula terlalu luas”. Perjanjian mengandung pengertian yaitu: suatu hubungan Hukum 28 Keadilan dan kepastian hukum, http:yahyazein.blogspot.com200807keadilan-dan- kepastian-hukum.html diakses pada tanggal 26 Mei 2010 29 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001. Hal 5 30 R. Subekti, Op Cit, Hal 5 31 R. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1991, hal 9. Universitas Sumatera Utara kekeayaanharta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi. Dari uraian singkat di atas dijumpai di dalamnya beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain hubungan hukum rechtsbetrekking yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Kalau demikian, perjanjian adalah hubungan hukum rechtsbetrekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hukum antara perorangan adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum. Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang kita jumpai dalam harta benda kekeluargaan. Dalam hubungan hukum kekayaan keluarga, dengan sendirinya timbul hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orangtuanya seperti yang diatur dalam hukum waris. Lain halnya dalam perjanjian. Hubungan hukum antara pihak yang satu dengan pihak yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya “tindakan hukum”rechtshandeling. Tindakanperbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani dengan “kewajiban” untuk menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh prestasi Universitas Sumatera Utara “hakrecht” dan pihak sebelah lagi memikul menyerahkanmenunaikan prestasi “kewajibanpdicht”. Prestasi ini adalah “objek” atau “voorwerp”, tanpa prestasi, hubungan hukum yang dilakukan berdasar tindakan hukum; sama sekali tidak mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas prestasi mempunyai kedudukan sebagai “schuldeiser” atau kreditur”. Pihak yang wajib menunaikan prestasi berkedudukan sebagai “schuldenaar” atau “debitur”. Vermogenrecht hukum kekayaan yang bersifat pribadi dalam perjanjianverbintenis baru bisa tercipta apabila ada tindakan hukum rechtshandeling. Sekalipun yang menjadi objek atau voorwerp voorwerp der verbintenis itu merupakan benda, namun hukum perjanjian hanya mengatur dan mempermasalahkan hubungan bendakekayaan yang menjadi objek perjanjian antara “pribadi tertentu” bepaalde persoon. Sedangkan pengertian lain tentang perjanjian yaitu pada pasal 1313 KUH Perdata. Menurut ketentuan pasal ini, “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Ketentuan pasal ini sebenarnya kurang begitu memuaskan, karena ada beberapa kelemahan, seperti diuraikan berikut ini. 1 Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata kerja “mengikatkan” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusan itu “saling mengikatkan diri”. Universitas Sumatera Utara 2 Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian perbuatan termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa zaakwaameming, tindakan melawan hukum onrechtmatige daad yang tidak mengandung suatu konsensus. Seharusnya dipakai kata “persetujuan”. 3 Pengertian perjanjian terlalu luas. Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut diatas terlalu luas, karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin, yang diatur dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang di kehendaki oleh buku ketiga KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan perjanjian yang bersifat personal. 4 Tanpa menyebut tujuan. Dalam perumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri tidak jelas untuk apa. Dalam defenisi yang dikemukakan diatas, secara jelas terdapat konsensus antara pihak-pihak. Pihak yang satu setuju dan pihak yang lainnya juga setuju untuk melaksanakan sesuatu, kendatipun pelaksanaan itu datang dari satu pihak, misalnya dalam perjanjian pemberian hadiah hibah. Dengan perbuatan memberi hadiah itu, pihak yang diberi hadiah setuju untuk menerimanya, jadi ada konsensus yang saling mengikat. Universitas Sumatera Utara Perjanjian yang dibuat itu dapat berbentuk kata-kata secara lisan, dapat pula dalam bentuk tertulis berupa satu akta. Perjanjian yang dibuat secara tertulis akta biasanya untuk kepentingan pembuktian, misalnya polis pertanggungan. Hukum perjanjian merupakan peristiwa hukum yang selalu terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga apabila ditinjau dari segi yuridisnya, hukum perjanjian itu tentunya mempunyai perbedaan satu sama lain dalam arti kata bahwa perjanjian yang berlaku dalam masyarakat itu mempunyai coraknya yang tersendiri pula. Corak yang berbeda dalam bentuk perjanjian, merupakan bentuk atau jenis dari perjanjian. Bentuk atau jenis perjanjian tersebut, tidak diatur secara terperinci dalam undang-undang, akan tetapi dalam pemakaian hukum perjanjian oleh masyarakat dengan penafsiran pasal dari KUH Perdata terdapat bentuk atau jenis yang berbeda. Pada dasarnya, perjanjian sewa-menyewa mobil mempergunakan ketentuan yang terdapat dalam KUH Perdata, namun dalam satu hal mereka para pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian, tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam KUH Perdata sesuai dengan asas konsensualisme kebebasan yang dianut dalam hukum perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Maka dalam hal meminta pertanggung-jawaban para pihak jika mobil yang disewakan mengalami kerusakan akan dilihat terlebih dahulu kepada susunan peristiwa penyebab timbulnya kerusakan tersebut. Jika memang jelas kelihatan bahwa ada pihak yang telah melalaikan kewajibannya dan dengan sebab tersebut terjadi kerusakan maka pihak tersebutlah yang menanggung kerugian. Universitas Sumatera Utara 2. Konsepsi Suatu konsep merupakan “abstraksi” 32 mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu”. 33 Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian, perlu dirumuskan serangkaian pengertian yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai berikut: b. Perjanjian sewa menyewa adalah suatu persetujuan yang dilakukan antara CV. Shandi Mocha Jaya dengan pihak kedua, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan dari suatu barang selama waktu tertentu kepada pihak yang lainnya dengan disanggupi pembayarannya. 34 c. Para pihak adalah pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa-menyewa mobil, sesuai surat perjanjian sewa-menyewa mobil yang masing-masing dikeluarkan oleh perusahaan rental mobilsebagai penyedia jasa. 35 d. Mobil adalah alat transportasi atau pengangkutan yang dijadikan obyek sewa menyewa untuk dinikmati kegunaannya. 36 32 Abstraksi berarti proses atau perbuatan memisahkan; keadaan linglung; metode untuk mendapatkan hukum atau pengertian melalui penyaringan terhadap gejala atau peristiwa sehingga menunjukkan sebab akibat atau penegertian umum., Kamus Bahasa Indonesia, ed.2-cet.10, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hal. 3 33 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 19 34 Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek ,diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet.8, Jakarta: Pradnya Paramita, 1976, Pasal 1548 35 Lihat lamipran, perjanjian sewa-menyewa mobil oleh beberapa perusahaan rental mobil. 36 Ibid Universitas Sumatera Utara e. Risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian. 37 Mengenai masalah risiko, di dalam KUH Perdata diatur dalam Pasal 1553 KUH Perdata, yang mengatakan “bahwa di dalam sewa-menyewa, risiko mengenai barang yang dipersewakan ditanggung oleh si pemilik barang“, dalam hal ini adalah pihak yang menyewakan. Semua mobil dari CV. SHANDI MOCHA JAYA telah diasuransikan pada perusahaan-perusahaan asuransi ternama seperti Jasa Raharja, Garda Oto, Jaya Proteksi, dan sebagainya. 38 f. Perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya pada perjanjian itu. Pendapat Asser menyatakan bahwa “setiap orang yang menandatangani perjanjian baku, bertanggung jawab pada isi dan apa yang ditanda tanganinya. Jika ada orang yang membubuhkan tanda tangan pada formulir perjanjian baku, maka tanda tangan itu akan membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertanda tangan mengetahui dan menghendaki isi dari formulir yang telah ditanda tanganinya. Tidak mungkin seseorang menandatangani apa yang tidak diketahui isinya. 39 37 R. Subekti, Op Cit, hal. 67 38 Hasil wawancara dengan Ibu Derhana Ritonga, Komisaris pada CV. Shandi Mocha Jaya, Medan, 23 Juni 2010. 39 Ibid, hal 53. Universitas Sumatera Utara g. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 40 h. CV. SHANDI MOCHA JAYA adalah suatu persekutuan komanditer yang bergerak dibidang jasa penyewaan mobil. Bermula pada akhir tahun 2004, sewa-menyewa mobil diawali dengan satu unit mobil saja, dan pemasaran kepada konsumen dilakukan dari mulut ke mulut. 41 Seiring berjalannya waktu dan sebagai respon terhadap permintaan pasar atau konsumen yang semakin meningkat, didaftarkanlah CV. SHANDI MOCHA JAYA kepada notaris pada tanggal 26 Juli 2008. Barang atau Mobil ditambah demi memuaskan konsumen sebanyak 8 delapan unit. Karena bergerak dibidang jasa penyewaan mobil, maka hal-hal seperti perawatan kendaraan, asuransi kenderaan, kendaraan pengganti, layanan darurat dan perpanjangan STNK merupakan cakupan layanan jasa standar yang disediakan. Jasa yang disediakan juga meliputi pengemudi yang telah diberi program pelatihan mengemudi yang aman dan baik, serta etika kerja dan sikap mental yang positif. Pengemudi atau karyawan CV. SHANDI MOCHA JAYA, sekarang ini berjumlah 8 delapan orang yang memiliki SIM A yang masih berlaku mendapatkan 40 Ahmadi Miru Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal 1. “Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut Undang-Undang Perlindungan KonsumenUUPK tersebut cukup memadai. Kalimat yang menyatakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen”. 41 Hasil wawancara dengan Ibu Derhana Ritonga, Komisaris pada CV. Shandi Mocha Jaya, Medan, 23 Juni 2010. Universitas Sumatera Utara gaji perbulannya dan demi kesejahteraan karyawan, CV. SHANDI MOCHA JAYA terdaftar pada asuransi kesehatan dan kecelakaan tenaga kerja JAMSOSTEK. Asas kebebasan berkontrak contractvrijheid berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu kebebasan menentukan “apa” dan dengan “siapa” perjanjian itu diadakan. Perjanjian yang diperbuat sesuai Pasal 1320 KUH Perdata mempunyai kekuatan mengikat. Dengan demikian maka, kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang sangat penting di dalam Hukum Perjanjian. Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia Penulis dalam hal ini cenderung mengikuti apa yang dikemukakan oleh Prof. Mariam Darus, bahwa perjanjian baku atau klausula baku yang terdapat pada peranjian sewa-menyewa mobil antara CV. SHANDI MOCHA JAYA dengan penyewa mobil konsumen adalah bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak yang bertanggung jawab. Kesepakatan yang tercipta pada perjanjian sewa-menyewa mobil itu bukan merupakan hasil murni dari tawar-menawar antara penyewa mobil di satu pihak dengan CV. Shandi Mocha Jaya di pihak lainnya. Perbedaan posisi para pihak ketika perjanjian sewa-menyewa mobil itu disepakati adalah tidak adanya kesempatan pihak penyewa mobil untuk mengadakan real bargaining dengan pihak CV. Shandi Mocha Jaya. Penyewa mobil hanya mempunyai pilihan take it atau leave it. 42 42 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal 84. Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penelitian