BAB IV PERTANGGUNG JAWABAN PENYEWA DAN PERUSAHAAN RENTAL
MOBIL APABILA MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN DALAM MASA SEWA BERJALAN
A. Risiko Pihak Penyewa Dalam Masa Sewa Berjalan Dan Hubungan
Pertanggung Jawaban Dengan Perasuransian.
Mengenai masalah risiko, di dalam KUH Perdata diatur dalam pasal 1553 KUH Perdata, yang mengatakan “bahwa di dalam sewa meyewa, risiko mengenai
barang yang dipersewakan ditanggung oleh si pemilik barang “, dalam hal ini. Di dalam perjanjian sewa-menyewa mobil ini, masalah risiko dalam masa
sewa berjalan pihak penyewa hal ini CV. Shandi Moca Jaya dengan tegas menyatakan di dalam Surat Perjanjian, bahwa pihaknya sudah mengalihkan risiko ke
pihak perusahaan asuransi pemilik akan memperbaiki kembali dengan mempergunakan uang asuransi.
Dalam prakteknya, pihak penyewa yang mengalami kecelakaan yang menyebabkan kerusakan dalam masa sewa berjalan diwajibkan membayar “Own
Risk” OR agar dapat diklaim asuransi diperbaiki ke bengkel. Dan jika kerusakan mobil mengharuskan mobil menginap dibengkel untuk beberapa waktu maka pihak
penyewa diharuskan membayar 75 dari perjanjian harga sewa menyewa mobil. Kedua hal ini dapat dilihat pada surat perjanjian yang sudah ditandatangani
sebelum unit mobil diserahkan kepada pihak penyewa. Peneliti melihat dalam prakteknya, hal pembayaran 75 dari perjanjian harga
sewa mobil tidaklah mutlak terjadi, karena hal ini dapat dikompromi atau terjadi
Universitas Sumatera Utara
negoisasi antara pihak CV. Shandi Moca Jaya dengan penyewa. Peneliti juga melihat di dalam perjanjian sewa menyewa mobil ini, masalah risiko yang diatur secara tegas
hanyalah masalah dalam hal terjadi kerusakan atau kecelakaan atau kehilangan saja, sendangkan hal-hal lainnya tidak diatur secara tegas.
Dalam hal risiko pada perjanjian sewa-menyewa mobil ini, pihak CV. Shandi Moca Jaya sudah mengatur dengan khusus dalam surat perjanjian dan untuk
selebihnya mengikuti peraturan yang berlaku umum, yaitu yang terdapat dalam buku III KUH Perdata. Perjanjian sewa-menyewa sebagaimana telah kita ketahui
merupakan suatu perjanjian konsensuil, tetapi undang-undang mengadakan perbedaan dalam akibat-akibatnya antara perjanjian yang tertulis dan perjanjian tidak tertulis.
Perjanjian sewa-menyewa yang dibuat secara tertulis, diatur dalam pasal 1570 KUH Perdata yang menyatakan: “Jika sewa dibuat secara tertulis maka sewa itu
berakhir demi hukum apabila waktu yang telah ditentukan sudah lampau, tanpa diperlukan suatu pembuktian untuk itu“. Berakhir demi hukum tersebut, maksudnya
adalah berkahir dengan sendirinya tanpa diperlukan suatu peringatan dari pihak yang menyewakan.
Mengenai sewa-menyewa yang dibuat secara lisan diatur dalam pasal 1571 KUH Perdata, yaitu : “ Jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak
berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada penyewa bahwa ia hendak menghentikan sewanya, dengan
mengindahkan tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat“.
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulannya adalah bahwa jika perjanjian sewa-menyewa tersebut dibuat secara lisan ini harus dihentikan oleh si pemilik yang menyewakan.
Di dalam perjanjian sewa-menyewa mobil, perjanjian dibuat secara tertulis. Dengan demikian sewa berakhir pada waktu yang telah ditentukan di dalam
perjanjian itu. Apabila si penyewa bermaksud akan memperpanjang masa sewanya, maka ia harus memberitahukan hal mengenai itu kepada pemilik, sebelum perjanjian
sewa tersebut di atas dibuat sebelumnya berakhir. Dan mengenai syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan perpanjangan waktu sewa itu, akan dibuat oleh para pihak dan
yang isinya telah disetujui secara bersama-sama. Tetapi apabila tidak tercapai persesuaian mengenai syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan perpanjangan waktu
tersebut, maka sewa dianggap telah batal pada tanggal persetujuan persewaan semula berakhir.
Dalam pembatalan perjanjian ini, para pihak melepaskan segala ketentuan dalam Pasal 1266 KUH Perdata yang berlaku di Indonesia. Pasal tersebut berbunyi
antara lain bahwa “ pembatalan harus dimintakan kepada hakim “. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa berakhirnya sewa-menyewa mobil ini adalah
berdasarkan ketentuan yang ada dalam KUH Perdata Pasal 1570. Tetapi dalam perpanjangan masa sewa yang kemudian tidak diperoleh kesepakatan mengenai
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuannya, para pihak tidak menggunakan ketentuan yang ada di dalam KUH perdata.
Hal ini diperbolehkan, sebab di dalam Hukum Perjanjian, ketentuan atau peraturan yang ada dapat dikesampingkan oleh ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
Universitas Sumatera Utara
para pihak asalkan peraturanketentuan itu tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
Pada uraian terdahulu telah dibahas mengenai risiko, yaitu kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi di luar
kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian. Di
dalam perjanjian
sewa-menyewa mobil tersebut juga dapat timbul
pertanyaan, bagaimana jika barang yang disewa itu musnah karena sebab-sebab di luar kuasa si penyewa, misalnya terbakar dan lain-lain. Apabila terjadi hal yang
demikian, maka pihak pemilik dan penyewa bertanggung-jawab terhadap miliknya masing-masing.
Jadi para pihak tersebut tidak dapat saling minta ganti rugi satu sama lainnya, pemilik tidak dapat meminta ganti rugi atas musnahnya mobil tersebut kepada
penyewa, dan si penyewapun tidak dapat meminta ganti rugi atas musnahnya barang- barang miliknya yang berada di dalam mobil yang disewanya itu. Karena jelas dalam
surat perjanjian yang dibuat bahwa pemilik hanya mengasuransikan mobil tersebut 1.
Pengertian Dan Pengaturan Perjanjian Asuransi di Indonesia Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam
Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang menentukan :
“Asuransi adalah perjanjian, dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari
Universitas Sumatera Utara
kerugian karena kehilangan, kerugian atau keuntungan yang diharapkan yang akan diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti”.
92
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian menentukan bahwa :
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau leboh, dengan mana pihak penaggung mengikatkan dirinya kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita pihak tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
93
Adapun syarat-syarat perjanjian perasuransian adalah bersifat konsensuil, dengan demikian, untuk sahnya suatu perjanjian asuransi harus memenuhi syarat-
syarat sah untuk perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, hal ini telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya.
Sedangkan syarat yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah kewajiban pemberitahuan kepada penanggung mengenai keadaan benda yang
diasuransikan, hal ini diatur dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang menyatakan bahwa semua pemberitahuan yang salah, atau tidak benar, atau
penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung tentang objek asuransi, mengakibatkan kontrak asuransi itu batal. Kewajiban pemberitahuan itu berlaku juga
apabila setelah diadakan asuransi terjadi pemberatan risiko atas objek asuransi.
92
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Wetboek Van Koophandel, diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet 22, Pradnya Paramita, Jakarta, 1994, Pasal 246.
93
Undang-Undang Tentang Usaha Perasuransian, UU No. 2 Tahun 1992. TLN. No. 3467, Pasal 1.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah premi yang harus dibayar oleh peserta asuransi adalah suatu kontrak dan tergantung pada perkiraan risiko yang meliputi suatu perhitungan yang dilakukan
oleh pengusaha asuransi. Segera setelah kontrak dilengkapi,peserta asuransi menjadi terikat untuk membayar premi dan pengusaha asuransi menjamin akan pembayaran
ganti rugi. Diterimanya premi oleh pengusaha asuransi merupakan indikasi bahwa kontrak asuransi tersebut telah terpenuhi.
Pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menentukan bahwa “perjanjian pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang
disebut polis”. Polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penaggung. Hak-hak semua
pihak ditentukan dengan jenis polis yang ditawarkan oleh pengusaha asuransi. Bentuk hukum usaha perasuransian, berdasarkan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1992, usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk Perusahaan Perseroan Persero, koperasi, usaha bersama mutual.
Adapun pengaturan asuransi di indonesia secara umum diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang mengutamakan pengaturan asuransi dari segi
keperdataan. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ada 2 dua cara pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.
Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I Bab 9 Pasal 246-286 Kitab Undang-Undang hukum Dagang yang berlaku bagi semua jenis asuransi. Pengaturan
yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 Pasal 287-308 dan Buku II Bab 9 dan Bab 10 Pasal 592-695 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Universitas Sumatera Utara
2. Perjanjian Asuransi Kerugian Dalam Hal Ini Asuransi Kendaraan Bermotor
a Pengertian asuransi kerugian
Asuransi kerugian adalah jenis asuransi yang memberikan pertanggungan finansial pada semua risiko kerugian pada properti atau hak milik tertanggung. Pasal
1 ayat 5, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian menyebutkan bahwa Perusahaan asuransi kerugian merupakan suatu perusahaan yang
memberikan jasa dalam penaggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak
pasti. Jenis-jenis asuransi kerugian di Indonesia antara lain adalah asuransi
kebakaran, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri dan asuransi kebongkaran.
b Asuransi kendaraan bermotor dan pengaturannya
Tidak seperti asuransi kebakaran yang mendapat pengaturan khusus dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, asuransi kendaraan bermotor adalah asuransi
kerugian yang tidak mendapat pengaturan khusus, maka semua ketentuan umum asuransi kerugian dalam Pasal 256 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang berlaku
terhadap asuransi kendaraan bermotor. Kesepakatan bebas yang dibuat secara tertulis dalam akta yang disebut polis menjadi dasar hubungan asuransi kendaraan bermotor
antara tertanggung dan penanggung. Polis asuransi kendaraan bermotor harus memenuhi syarat-syarat umum Pasal
256 Kitab Undang-Undang Hukum dagang, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Hari dan tanggal kapan asuransi kendaraan bermotor diadakan.
2 Nama tertanggung yang mengadakan asuransi kendaraan bermotor untuk
diri sendiri atau untuk kepentingan pihak ketiga. 3
Keterangan yang cukup jelas mengenai benda yang diasuransikan terhadap bahaya yang ditanggung.
4 Jumlah yang diasuransikan terhadap bahaya yang ditanggung.
5 Bahaya-bahaya evenemen penyebab kerugian yang ditanggung oleh
penanggung. 6
Premi asuransi kendaraan bermotor yang dibayar oleh tertanggung 7
Janji-janji khusus yang diadakan antara tertanggung dan penaggung. Dalam polis standar asuransi kendaraan bermotor selain berisi ketentuan
mengenai risiko yang ditanggung dan risiko yang tidak tertanggung, dimuat juga syarat-syarat khusus, sebagai berikut :
1 Wilayah negara berlakunya asuransi kendaraan bermotor
2 Pembayaran premi.
3 Pemberitahuan kecelakaan, tindakan pencegahan, tuntutan dari pihak
ketiga, tuntutan pidana terhadap tertanggung. 4
Kerugian, ganti kerugian, asuransi rangkap, laporan tidak benar, subrogasi Pasal 284 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dan hilangnya hak ganti
kerugian.
5 Perselisihan dan arbitrase.
6 Berakhirnya asuransi kendaraan bermotor.
94
Agar risiko beralih kepada penanggung, maka tertanggung harus membayar
uang premi terlebih dahulu, kecuali apabila diperjanjikan lain. Jika premi tidak dibayar dalam waktu 10 sepuluh hari kerja terhitung mulai tanggal permulaan
asuransi atau tanggal perpanjangan asuransi, maka berlakunya asuransi atau tanggal perpanjangan asuransi, maka berlakunya asuransi ditunda oleh penanggung tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu. Jika sewaktu-waktu terjadi suatu kerugiankerusakan atas kendaraan bermotor yang diasuransikan, tertanggung tidak berhak atas suatu
94
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Cet.2, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 181.
Universitas Sumatera Utara
penggantian kerugian. Penundaan tersebut berakhir 24 dua puluh empat jam sesudah premi diterima oleh penaggung atau asuransi menjadi batal demi hukum
apabila premi tidak dibayar setelah lewat 90 sembilan puluh hari kalender sejak tanggal berlakunya asuransi. Atas pembatalan ini penanggung berhak atas premi
untuk jangka waktu yang sudah berjalan sebesar 20 dua puluh persen dari premi setahun.
Risiko yang ditanggung oleh penanggung terdiri dari 2 dua jenis, yaitu kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor dan tanggung jawab hukum tertanggung
terhadap pihak ketiga. Penanggung memberikan penggantian kepada tertanggung terhadap hal berikut ini, yakni :
95
1 kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor yang diasuransikan yang
disebabkan oleh : a
tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari jalan, termasuk juga akibat dari kesalahan material, konstruksi, cacat sendiri atau sebab-sebab lainnya
dari kendaraan bermotor yang bersangkutan; b
perbuatan jahat orang lain; c
pencurian termasuk pencurian yang didahului atau disertai atau diikuti dengan kekerasan ataupun ancaman dengan kekerasan kepada orang dan
atau kendaraan bermotor yang diasuransikan dengan tujuan mempermudah pencurian kendaraan bermotor atau alat perlengkapan
kendaraan bermotor yang diasuransikan dalam polis ini;
95
Ibid, hal. 183
Universitas Sumatera Utara
d kebakaran termasuk kebakaran benda atau kendaraan bermotor lain yang
berdekatan atau tempat penyimpanan kendaraan bermotor yang diasuransikan, atau karena air dan atau alat-alat lain yang dipergunakan
untuk menahan atau memadamkan kebakaran, demikian juga karena dimusnahkannya seluruh atau sebagain kendaraan bermotor yang
diasuransikan atas perintah yang berwenang dalam upaya pencegahan menjalarnya kebakaran itu;
e sambaran petir
2 kerugian atau kerusakaan yang disebabkan oleh peristiwa yang tersebut dalam
butir a dan sebab-sebab lainnya selama penyebrangan dengan feri atau alat penyebrangan resmi lain yang berada dibawah pengawasan Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat. 3
Kerusakan roda bila kerusakan tersebut mengakibatkan pula kerusakan kendaraan bermotor itu yang disebabkan oleh kecelakaan.
4 Biaya yang wajar yang dikeluarkan oleh tertanggung untuk penjagaan atau
pengangkutan ke bengkel atau tempat lain guna menghindari atau mengurangi kerugian atau kerusakan yang dijamin dalam polis, setinggi-tingginya sebesar
0,5 setengah persen dari jumlah asuransi tanpa diperhitungkan dengan risiko sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Penanggung juga memberikan penggantian kepada tertanggung atas hal berikut ini, yakni :
96
1 Tanggung gugat tertanggung terhadap suatu kerugian yang diderita oleh pihak
ketiga yang secara langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor yang diasuransikan, baik yang diselesaikan melalui musyawarah maupun melalui
pengadilan, kedua-duanya yang mendapat persetujuan lebih dahulu dari penanggung, setinggi-tingginya sejumlah yang tercantum dalam ikhtisar
asuransi yang meliputi : a
kerusakan atas harta benda, dan b
cedera badan atau kematian. 2
Biaya perkara atau biaya bantuan para ahli yang berkaitan dengan tanggung gugat tertanggung yang telah lebih dahulu disetujui oleh penaggung secara
tertulis. Dalam hal perasuransian ini tertanggung diwajibkan memberitahukan
kecelakaan atau pencurian atas kendaraan bermotor yang diasuransikan kepada penaggung selambat-lambtanya 3 tiga hari kerja, baik secara tertulis ataupun secara
lisan yang diikuti dengan laporan tertulis. Khusus untuk kerugian total total loss akibat pencurian tertanggung diwajibkan melaporkannya dan mendapat surat
keterangan dari Polisi Daerah Polda setempat. Tertanggung wajib melakukan segala usaha yang patut guna menjaga dan memelihara kendaraan bermotor itu. Penaggung
berhak untuk setiap waktu untuk melakukan pemeriksaan atas kendaraan bermotor
96
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang diasuransikan. Apabila tertanggung dituntut oleh pihak ketiga sehubungan dengan kerugian atau kerusakaan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor yang
diasuransikan tersebut, maka tertanggung wajib memberitahukan kepada penaggung tentang adanya tuntutan tersebut selambat-lambatnya 3 tiga hari kerja sejak tuntutan
tersebut diterima.
97
Selanjutnya dalam hal kerugian dan ganti kerugian, jika harga sebenarnya kendaraan bermotor yang menjadi obyek asuransi lebih besar dari pada harga
asuransi, maka penanggung akan menggantinya menurut hitungan dari bagaian yang diasuransikan terhadap bagian yang diasuransikan. Kerugian ini disebut kerugian
sebagaian partial loss dan asuransi ini disebut asuransi dibawah harga under insurance. Selain itu, ada pula yang disebut kerugian total total loss. Kerugian total
adalah kerusakan atau kerugian yang biaya perbaikannya diperkirakan sama dengan atau lebih dari 75 tujuh puluh lima persen dari harga sebenarnya kendaraan
bermotor tersebut bila diperbaiki atau hilang karena dicuri dan tidak ditemukan dalam waktu 60 enam puluh hari sejak terjadinya pencurian atas kendaraan bermotor yang
diasuransikan.
98
Penanggung akan memberikan ganti kerugian berdarsarkan harga sebenarnya sesaat sebelum terjadi kerusakaan atau kehilangan tersebut atau tuntutan pihak ketiga,
setinggi-tingginya sebesar jumlah, setelah dikurangi dengan risiko sendiri retensi
97
Ibid, hal. 187
98
Ibid, hal. 188
Universitas Sumatera Utara
sendiri yang tercantum dalam ikhtisar pertanggungan dan setelah dikenakan perhitungan dibawah harga dengan ketentuan sebagai berikut, yakni :
99
1 Tertanggung wajib memberikan kesempatan kepada penaggung untuk
memeriksa kerusakan atau penggantian kendaraan tersebut. 2
Penanggung berhak memilih di bengkel mana untuk memperbaiki, atau mengganti dengan kendaraan bermotor yang sama atau mengganti dengan
uang. 3
Tertanggung berhak mengajukan ketidakpuasan secara tertulis atas bengkel yang ditunjuk penaggung dalam waktu 14 empat belas hari sejak selesai
diperbaiki dan diserah terimakan kepada tertanggung. Dalam melaksanakan ganti kerugian penanggung akan memperhitungkannya
dengan premi yang masih terhutang untuk masa pertanggungan yang masih berjalan atas kendaraan bermotor tersebut.
Hak tertanggung atas ganti kerugian berdasarkan polis ini hilang dengan sendirinya apabila tidak memenuhi kewajiban berdasarkan polis ini, tidak
mengajukan tuntutan ganti kerugian dalam waktu 12 dua belas bulan sejak terjadinya kerugian atau kerusakan, tidak mengajukan keberatan atau menempuh
penyelesaian melalui upaya hukum dalam waktu 6 enam bulan sejak penaggung memberitahukan secara tertulis bahwa tertanggung tidak berhak untuk mendapatka
ganti kerugian . hak tertanggung atas ganti rugi yang lebih besar dari yang disetujui
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
penanggung memberitahukan secara tertulis bahwa tertanggung tidak mengajukan keberatan atau menempuh penyelesaian melalui hukum.
Apabila timbul persengketaan atau perselisihan antara penanggung dan tertanggung sebagai akibat pelaksanaan atau penafsiran perjanjian pertanggungan ini
dan persengketaan dan perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam tempo 30 tiga puluh hari kerja sejak terjadnya kerugian yang
menjadi pokok perselisihan tersebut kepada Dewan Asuransi Indonesia cq Ketua Bidang Asuransi Kerugian, yang akan membentuk Badan Arbitrase ad-hoc dalam
tempo paling lama 30 tiga puluh hari kerja sejak surat permohonan arbitrase diterima Sekretariat Jenderal Dewan Asuransi Indonesia. Badan Arbitrase ad-hoc
beranggotakan 3 tiga orang arbiter, yang salah seorang diantaranya adalah sarjana hukum, yang diangkat menjadi ketua merangkap anggota. Dua orang arbiter lainnya,
dipilih dan diangkat dari orang-orang yang berpengalaman dalam cabang asuransi yang bersangkutan dan diutamakan orang yang tidak aktif lagi diperusahaan
asuransireasuransi, pialang asuransi atau menjadi agen asuransi tertentureasuransi. Para arbiter menetapkan peraturan arbitrase dan biaya arbitrase serta pihak-pihak
yang memikul biaya arbitrase tersebut dan berkewajiban memutuskan persengketaan atau perselisihan dalam waktu 90 sembilan puluh hari kalender sejak tanggal
pembentukannya. Keputusan Badan Arbitrase merupakan keputusan final dan mengikat kedua belah pihak.
100
100
Ibid, hal. 191.
Universitas Sumatera Utara
Penanggung dan tertanggung masing-masing berhak setiap waktu menghentikan pertanggungan ini tanpa diwajibkan memberitahukan alasannya.
Pemberitahuan penghentian ini dilakukan secara tertulis yang dikirim melalui pos tercatat oleh pihak yang menghendaki penggantian pertanggungan kepada pihak
lainnya di alamat terakhir yang diketahui. Penanggung bebas dari segala kewajiban berdasarkan polis ini, 3 tiga hari kerja terhitung sejak tanggal pengiriman surat
pemberitahuan tersebut, pukul 12.00 siang waktu setempat.
101
Asuransi juga akan berakhir dengan sendirinya sesudah berakhirnya jangka waktu asuransi menurut polis
ini.
B. Perbandingan Perjanjian Sewa Menyewa Antara CV. Sandi Mocha Jaya