Latar Belakang Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Mobil Di CV. Shandi Mocha Jaya Medan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini diketahui bahwa Negara Indonesia dalam taraf membangun, adapun pembangunan itu merupakan usaha untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, hal ini tentunya harus diimbangi oleh peningkatan kemampuan di bidang perekonomian. Membicarakan masalah pembangunan, dewasa ini kita melihat suatu perkembangan yang menggembirakan, salah satunya dapat dilihat dibidang perdagangan, perkembangan dunia perdagangan itu sendiri yang membawa suatu konsekuensi kepada perkembangan sarana maupun prasarana yang mendukung dunia perdagangan tersebut, yang salah satunya adalah sarana pengangkutan seperti mobil. Sarana pengangkutan seperti mobil bukan hanya sebagai penyedia jasa pengangkutan, juga merupakan kegiatan ekonomi atau siklus perekonomian dikhalayak ramai atau masyarakat luas dengan maksud dan tujuan tentunya untuk mencapai kesejahteraan disetiap indivudu masyarakat tersebut. 1 Maksud dari hal ini ialah keterkaitan antara si penyedia jasa dengan si pemakai jasa dimana terjadi hubungan menguntungkan diantaranya. Menguntungkan artinya bagi pihak penyedia jasa tentunya mendapat imbalan berupa uang dari jasa 1 Mobil dapat dijadikan salah satu usaha meningkatkan perekonomian, diakses tanggal 19 Juni 2010. http:kelompokusaha.blogspot.com200705mobil-dapat-dijadikan-salah-satu-usaha- meningkatkan-perekonomian.html. Universitas Sumatera Utara yang telah diberikannya kepada pihak pemakai jasa tersebut, dan pihak pemakai jasa juga mendapat keuntungan oleh karena telah tercapai maksud dan tujuannya. 2 Dalam hal tersebut, seiring dengan berjalannya pembangunan seperti hal yang disebut diatas, banyak masyarakat umum membuka suatu usaha penyediaan jasa pengangkutan atau yang berkaitan dengan penyewaan angkutan dalam hal ini mobil yang juga sering disebut perusahaan-perusahaan rental mobil. Perusahaan rental mobil ini kenyataannya dapat membantu perekonomian para pengusaha yang bergerak dibidang jasa ini. Tidak hanya itu seperti uraian diatas, bahwa hal lain yang menguntungkan juga kepada si pemakai jasa tersebut. Dimana si pemakai jasa atau si penyewa mobil dapat leluasa menjalankan urusannya karena telah mendapat fasilitas yang diberikan oleh perusahaan rental mobil tersebut. Misalnya saja pemakai jasa tersebut bukanlah orang yang berdomisili di suatu daerah dimana tempat perusahaan rental mobil tersebut berada, melainkan orang yang datang dari daerah lain karena hal-hal yang berkaitan dengan tugas atau urusan lain yang membutuhkan transportasi darat seperti mobil untuk menuju ketempat tujuan nantinya. Melihat hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk membahas masalah pengangkutan yakni tertuju pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa penyewaan mobil atau disebut juga rental mobil, sebagai suatu sarana yang banyak dibutuhkan seiring dengan perkembangan pembangunan dewasa ini. Karena dalam hal ini penulis melihat akan banyak dijumpai persoalan-perseoalan yang 2 Ibid Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan hukum yang nantinya akan bermanfaat juga bagi pengusaha- pengusaha atau perusahaan rental mobil dan masyarakat luas tentunya. Salah satu persoalan dalam hal ini ialah mengenai bentuk perjanjian sewa- menyewa oleh para pihak, baik pihak perusahaan sebagai penyewa atau pihak si pemakai jasa dalam hal ini si menyewa. Sebelum mengupas mengenai apa dan bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa itu, yang dalam hal ini objek sewa- menyewa tersebut adalah jasa pengangkutan mobil, sebaiknya di latar belakang ini peneliti menguraikan bahwa perjanjian sewa-menyewa tersebut berlandaskan pada suatu pendirian badan hukum artinya pihak penyedia jasa atau pihak penyewanya haruslah berbentuk perusahaan, baik Persero PT maupun Persero Komanditer CV dan individual seseorang maupun badan hukum sebagai pihak pemakai jasa atau si menyewanya. Karena dalam hal sewa-menyewa individu seseorang dengan individu lainnya seseorang lainnya dapat melakukan perjanjian sewa-menyewa tersebut asalkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang terkait didalamnya. Hal ini bertujuan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan nantinya. Selanjutnya dalam hal sewa-menyewa ini maka para pihak tersebut tentunya akan dibuat suatu perjanjian yang khusus berlaku bagi mereka. Istilah ”perjanjian” dalam ”hukum perjanjian” merupakan kesepadanan dari istilah ”Overeenkomst” dalam bahasa Belanda, atau ”Agreement” dalam bahasa inggris. 3 Karena itu, istilah ”hukum perjanjian” mempunyai cakupan yang lebih sempit dari istilah ”hukum 3 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001. Hal 2 Universitas Sumatera Utara perikatan”. Jika dengan istilah ”hukum perikatan” dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk perikatan dalam buku ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang selanjutnya dalam hal ini disingkat menjadi KUH Perdata, jadi termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang- undang, maka dengan istilah ”hukum perjanjian” hanya dimaksudkan sebagai pengaturan tentang ikatan hukum dari perjanjian saja. 4 Suatu perjanjian adalah semata-mata suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia usaha, dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang. 5 Sebagaimana diketahui bahwa, perjanjian itu ada bermacam-macam, ada ”perjanjian bernama” benoemd verbintennis dan ada ”perjanjian tidak bernama” onbenoemd verbintennis. Perjanjian bernama diatur dalam titel V-XVIII Buku III KUH Perdata, seperti jual beli, sewa-menyewa dan lain sebagainya. ”Perjanjian tidak bernama” adalah perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi ada di dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, sewa beli. Perjanjian ini lahir dalam praktek, karena kita ketahui bahwa hukum perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak dimana KUH Perdata memberikan pedoman tentang perjanjian tidak bernama ini pada Pasal 1319 KUH Perdata yang berbunyi: “Semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum. 4 ibid 5 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2006 hal 93. Universitas Sumatera Utara Ketentuan umum pada pasal tersebut di atas ialah dapat terlihat jelas dari Pasal 1338 ayat 1 KUH perdata: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya“. Dari uraian tersebut, maka perjanjian sewa-menyewa mobil ini termasuk perjanjian bernama yang diatur dalam Buku III Bab VII mengenai sewa-menyewa. Tetapi oleh karena hukum perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana para pihak mempergunakan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam KUH Perdata tersebut dan menerapkannya dalam perjanjian sewa-menyewa mobil. KUH Perdata memberikan pengertian bahwa kontrak adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 6 Penerapan ketentuan mengenai perjanjian sewa-menyewa tersebut tentunya dijumpai dalam KUH Perdata Buku ke 3 mengenai perjanjian dalam. Sewa-menyewa ini ada bermacam-macam, ada sewa-menyewa rumah, tanah, maupun barang-barang lainnya yang dapat dijadikan obyek sewa-menyewa. Penulis disini membatasi diri, hanya membahas mengenai sewa-menyewa mobil. Hal ini perlu untuk menghindarkan salah tafsir mengenai apa yang akan dibahas dalam tesis ini. Menurut R. Subekti, pengertian sewa-menyewa yang diatur dalam Pasal 1548 KUH Perdata adalah: “Suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari suatu barang selama suatu waktu tertentu dan dengan membayar suatu harga yang oleh pihak yang 6 Ibid hal 4 Universitas Sumatera Utara tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya“. 7 Mengingat banyaknya perusahaan penyewaan mobil tersebut, peneliti tertarik mengangkat persoalan-persoalan hukum yang ada pada suatu perusahaan. Perusahaan sebagaimana dimaksud ialah perusahaan yang bernama CV. Shandi Mocha Jaya, berkedudukan di Kota Medan. Sebagai perbandingan nantinya akan diteliti pula beberapa perusahaan rental mobil sebagai pendukung dalam kesempurnaan penelitian ini. Pasca penulisan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan penelitian pendahuluan oleh peneliti sebagai pendukung dalam hal pelaksanakan penelitian nantinya. Oleh karenanya dapat diuraikan bahwa perusahaan CV. Shandi Mocha Jaya pada saat ini mengalami permintaan rental mobil yang semakin lama semakin meningkat, seiring nama baik dan meluasnya relasi. Dapat diuraikan bahwa pada bulan pertama CV. Shandi Mocha Jaya menerima permintaan rental mobil sebanyak 15 lima belas unit perbulan. Selanjutnya pada bulan berikutnya meningkat menjadi 25 dua puluh lima unit perbulan. Sampai akhirnya saat ini menjadi 190 seratus sembilan puluh unit per bulan. 8 Oleh karena hal tersebutdiatas pula lah yang melatar belakangi pertumbuhan dan perkembangan khususnya dibidang perekonomian yang tujuannya adalah mencapai kesejahteraan. Tetapi kenyataanya sampai saat sekarang belum dapat ditemui pengaturan hukum yang jelas dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana 7 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni Bandung, 1979 II. Hal 7 8 Hasil wawancara dengan Ibu Derhana Ritonga, Komisaris pada CV. Shandi Mocha Jaya, Medan, 23 Juni 2010. Universitas Sumatera Utara dimaksud. Misalnya saja seringnya dijumpai pertikaian mengenai tanggung jawab atas perjanjian sewa-menyewa yang telah disepakati antara kedua belah pihak yang berjanji tersebut atau muncul konflik-konflik baru yang berkaitan dengan perjanjian sewa-menyewa antara kedua belah pihak, sampai-sampai berurusan juga dengan pihak yang berwajib atau aparatur penegak hukum seperti polisis, bahkan ada juga yang harus diselesaikan melalui pengadilan atau jalur litigasi. Hal ini tentunya akan menguras waktu yang lama dan juga menggorbankan uang yang banyak jumlahnya untuk proses penyelesaiannya. Yang tidak lain permasalahan tersebut timbul oleh karena kurang sempurnanya pengaturan hukum yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Pada dasarnya sewa-menyewa merupakan masalah pokok dalam hukum perdata dan merupakan bagian dari hukum perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata yang menganut asas konsensualisme. Artinya ialah hukum perjanjian menganut suatu asas bahwa untuk melahirkan perjanjian cukup dengan sepakat saja dan perjanjian itu sudah ada pada saat terjadinya konsensus tersebut. 9 Hal lain ialah pada suatu objek yang diperjanjikan, yang dalam hal ini adalah jasa transportasi atau mobil sebagai satu prasarana pengangkutan. Mobil merupakan alat angkutan atau transportasi yang sekarang ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk melakukan aktivitas berpergian, tetapi dalam masa sulit, bagi sebahagian orang, mobil merupakan barang mewah yang mahal untuk dibeli oleh sebab itu, masyarakat memilih cara lain yaitu dengan melakukan penyewaan yang menurut mereka lebih 9 R. Subekti, Op Cit, hal. 31. Universitas Sumatera Utara sanggup untuk menyewanya. Dan dari peristiwa ini juga akan timbul suatu hubungan hukum antara masyarakat konsumen sebagai pemakai jasa atau penyewa dan pihak perusahaan rental atau si menyewakan jasa tersebut dalam hal ini mobil, sehingga perbuatan sewa-menyewa ini dinamakan sebagai satu perikatan. Dalam penyewaan mobil dapat terjadi hal yang tidak diinginkan baik pihak penyewa maupun yang menyewakan seperti kerusakan pada mobil maupun kehilangan. Di dalam perjanjian sewa-menyewa mobil ini, masalah risiko dalam masa sewa berjalan pihak si pemberi sewa dalam hal ini CV. Shandi Moca Jaya dengan tegas menyatakan di dalam Surat Perjanjian, bahwa pihaknya sudah mengalihkan risiko ke pihak perusahaan asuransi pemilik akan memperbaiki kembali dengan mempergunakan uang asuransi. 10 Dalam prakteknya, pihak penyewa atau pemakai jasa tersebut tidak dapat menentukan kapan dan akan mengetahui hal-hal yang menyebabkan kerugian. Sebut saja sebagai contoh misalnya terjadi kecelakaankehilangan yang menyebabkan kerusakankerugian dalam masa sewa berjalan diwajibkan membayar “Own Risk” OR agar dapat diklaim asuransi diperbaiki ke bengkel. 11 Perjanjian sewa menyewa di CV Shandi Mocha Jaya menggunakan perjanjian baku atau sepihak. 12 Maksud dari perjanjian baku atau sepihak disini ialah dimana konsumen hanya dapat memilih untuk menyetujui kontrak yang ditawarkan atau tidak 10 Hasil wawancara dengan Ibu Derhana Ritonga, Komisaris pada CV. Shandi Mocha Jaya, Medan, 23 Juni 2010. 11 Ibid. 12 Ibid Universitas Sumatera Utara menyetujuinya yang dikenal juga dengan istilah “take it or leave it contract” 13 . Hubungan hukum yang terjadi dengan menggunakan perjanjian dengan syarat-syarat baku al-gemenevoorwaarden atau standart contract, sebagaimana dimaksud memberikan bermacam-macam batasan diantaranya: ”Perjanjian dengan syarat-syarat baku adalah syarat-syarat konsep tertulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian yang masih akan dibuat, yang jumlahnya tidak tertentu, tanpa membicarakan lebih dahulu isinya”. 14 Pengertian lain dari perjanjian baku yaitu : 1. perjanjian yang di dalamnya dibakukan syarat eksonerasi dan ditungkan dalam bentuk formulir yang bermacam-macam bentuknya. 15 2. perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hhukum dengan pengusaha. Yang distandardisasikan atau dibakukan adalah meliputi model, rumusan, dan ukuran. 16 Isi dari perjanjian sewa-menyewa mobil antara CV Shandi Mocha Jaya dengan penyewa atau konsumen ditentukan dan dibuat secara sepihak oleh CV Shandi Mocha Jaya. Oleh karena itu kedudukan antara CV Shandi Mocha Jaya dengan penyewa atau konsumen tidak seimbang. Maka perlu kiranya hak-hak konsumen dilindungi, agar konsumen tidak dirugikan dalam perjanjian tersebut. 13 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hal. 48 14 E.H. Hondius, Syarat-syarat Baku dalam Hukum Kontrak, termuat dalam Compendium Hukum Belanda, Yayasan Kerjasama Ilmu Hukum Indonesia-Belanda, s-Gravenhage 1978, hal.140. 15 Mariam Darus Badrulzaman, Op Cit, hal. 46 16 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, 1992, hal. 6. Universitas Sumatera Utara Banyak ahli hukum menilai perjanjian baku sebagai perjanjian yang tidak sah, cacat dan bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak. Namun demikian perjanjian baku sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis karena para pengusaha akan memperoleh efisiensi dalam pengeluaran biaya dan waktu, selain itu perjanjian baku berlaku di masyarakat sebagai suatu kebiasaan 17 . Sebagaimana uraian-uraian terdahulu di atas, maka tergambarlah bahwa dalam hal ini peneliti telah menentukan judul dan topik penelitian yang berkaitan mengenai seluruh objek perjanjian maupun aspek-aspek terkait dalam hukum perjanjian sewa-menyewa, baik itu pengaturan perjanjian secara umum dalam KUH Perdata maupun pengaturan perjanjian yang timbul oleh adanya kesepakatan bersama antara para pihak yang dituangkan dalam perjanjian khusus diantara mereka, dan hal lain yang mungkin terkait terhadap penerapan perjanjian sewa-menyewa tersebut seperti permasalahan perlindungan hukum yang ditinjau dari segi perlindungan konsumen, pertanggung jawaban yang mungkin berkaitan pula terhadap perasuransian dan hal-hal lainnya juga. Berdasarkan uraian diatas telah tergambar permasalahan-permasalahan yang perlu diteliti, oleh karenanya perlulah diadakan penelitian untuk melihat bagaimana Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Mobil di CV Shandi Mocha Jaya. 17 Abdul Kadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bandung, 1992, hal 2 Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah