I.5.4 Teori Agenda Setting
Agenda setting diperkenalkan oleh Mc Combs dan DL Shaw dalam Public Opinion Quarteley tahun 1972, berjudul The Agenda Setting
Function of Mass Media. Asumsi dasar teori agenda setting adalah jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
memengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting Bungin, 2008: 281.
Media menata sebuah agenda terhadap peristiwa ataupun isu tertentu sehingga dianggap penting oleh publik. Caranya, media dapat
menampilkan isu-isu itu secara terus menerus dengan memberikan ruang dan waktu bagi publik untuk mengkonsumsinya, sehingga publik sadar
atau tahu akan isu-isu tersebut, kemudian publik menganggapnya penting dan meyakininya. Dengan kata lain, isu yang dianggap publik penting
pada dasarnya adalah karena media menganggapnya penting. Dalam penelitian ini, teori agenda setting digunakan untuk melihat bagaimana
harian Media Indonesia memberikan penekanan terhadap Partai Golkar melalui peristiwa hak angket mafia perpajakan ini sebagai sesuatu yang
penting untuk dikonsumsi publik.
I.5.5 Analisis Framing
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 Sobur, 2004: 161. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan
Universitas Sumatera Utara
politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Tetapi akhir-akhir ini, konsep
framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus
sebuah realita oleh media. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa.
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan
menulis berita. Cara pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana
yang dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut Sobur, 2004: 162.
Menurut Imawan dalam Sobur 2004:162 pada dasarnya framing adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media
mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media memaknai, memahami, dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab
media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang
diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting.
Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah,
wajar, atau tak terelakkan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun dalam penelitian ini, model analisis yang digunakan adalah model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki. Model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah salah satu model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis
teks media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan
dinegosiasikan. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain
sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu Eriyanto, 2004: 252. Setiap media memiliki konstruksi dan pembingkaian yang berbeda-
beda atas suatu realitas atau peristiwa. Demikian juga dengan harian Media Indonesia dalam memberitakan Partai Golkar melalui peristiwa
kontroversi hak angket mafia perpajakan ini. Melalui pembingkaian, wartawan mampu membuat peristiwa yang
rumit menjadi sederhana dan dapat diterima oleh khalayak. Bahkan budaya, pengetahuan, lingkungan, atau faktor lain yang dimiliki oleh
wartawan dapat memengaruhi bagaimana ia mengkonstruksi realitas menjadi suatu berita. Dengan kata lain, penelitian ini akan melihat
bagaimana pandangan dan posisi Harian Media Indonesia dalam mengkonstruksi berita terkait Partai Golkar saat ini, terutama dalam
pemberitaan tentang hak angket kasus mafia pajak.
I.6 Instrumen Penelitian