tahun 50-an, saat keberadaan Rusia, Kuba dan China menonjol. Ideologi dan musuh bersama tersebut menyatukan media dan pandangan publik. Sehingga,
opini publikdapat disetir sesuai dengan ideologi yang ada di negara tersebut, yang kemudian menempatkan posisi aman secara nasional.
II.4. Teori Agenda Setting
Agenda setting diperkenalkan oleh Mc Combs dan DL Shaw dalam Public Opinion Quarteley tahun 1972, berjudul The Agenda Setting Function of Mass
Media. Asumsi dasar teori agenda setting adalah jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan memengaruhi khalayak untuk
menganggapnya penting. Bungin, 2008: 281 Media menata men-setting sebuah agenda terhadap peristiwa ataupun isu
tertentu sehingga dianggap penting oleh publik. Caranya, media dapat menampilkan isu-isu itu secara terus menerus dengan memberikan ruang dan
waktu bagi publik untuk mengkonsumsinya, sehingga publik sadar atau tahu akan isu-isu tersebut, kemudian publik menganggapnya penting dan meyakininya.
Dengan kata lain, isu yang dianggap publik penting pada dasarnya adalah karena media menganggapnya penting.
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam Bungin, 2008: 282, teori agenda setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa,
dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya. McCombs dan Donald Shaw mengatakan pula, bahwa audience tidak
hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi
Universitas Sumatera Utara
juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.
II.5. Analisis Framing
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 Sobur, 2004: 161. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual
atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi
realitas. Tetapi akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan
penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Framing
adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara
pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan, serta hendak dibawa
ke mana berita tersebut Sobur, 2004: 162. Menurut Imawan dalam Sobur 2004:162 pada dasarnya framing adalah
pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media memaknai, memahami, dan
membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi
realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada
Universitas Sumatera Utara
kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan
untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan.
Ada dua aspek penting dalam framing. Pertama, memilih faktarealitas. Proses memilih fakta ini didasarkan kepada asumsi, wartawan tidak mungkin
melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan, yaitu apa yang dipilih included dan apa yang dibuang excluded.
Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan
melupakan aspek lainnya. Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda kalau media
menekankan aspek atau peristiwa yang lain. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta
yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu, penempatan yang
menyolok, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa
yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi simplifikasi dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas.
Prinsip analisis framing menyatakan bahwa pada fakta yang diberitakan dalam media terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi-dimensi
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Fakta tidak ditampilkan secara apa adanya, namun diberi bingkai frame sehingga menghasilkan konstruksi yang spesifik.
Adapun dalam penelitian ini, model analisis yang digunakan adalah model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model analisis
framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah salah satu model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis teks media. Bagi Pan dan Kosicki,
analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Framing didefinisikan sebagai proses
membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada
yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu Eriyanto, 2004: 252.
Menurut Pan dan Kosicki ada dua dari konsepsi framing yang saling berkaitan yaitu konsepsi psikologi internal individu dan konsepsi sosiologis
sosial. Bagaimana kedua konsepsi yang berlainan tersebut dapat digabungkan dalam suatu model dijelaskan dan dilihat dari bagaimana suatu berita diproduksi
dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan. Model Pan dan Kosicki ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai
frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka “Framing
Analysis: An Aproach to News Discourse” mengoperasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan
retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi
global Sobur, 2004: 175.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar: 1.
Sintaksis Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan
bagan berita –headline, lead, latar informasi, sumber, penutup, dalam suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan.
a. Headline
Berita yang menjadi topik utama media. b.
Lead Alinea pembuka atau alinea pertama suatu berita. Lead atau teras
berita berisi pokok-pokok penting yang dapat mewakili isi berita. c.
Latar informasi Merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang
ingin ditampilkan wartawan. Wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis.
Latar yang dipilih menentukan arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
d. Kutipan sumber berita
Orang atau hal-hal yang dijadikan sumber berita. Dimaksudkan untuk membangun objektivitas prinsip keseimbangan dan tidak
memihak. e.
Pernyataan Merupakan kalimat-kalimat yang dibuat untuk mendukung isi
berita.
Universitas Sumatera Utara
f. Penutup
Bagian akhir berita. 2.
Skrip Skrip berhubungan dengan bagaimana strategi cara bercerita atau
bertutur wartawan dalam mengisahkan menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita.
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah unsur kelengkapan berita, yaitu:
a. Who siapa, siapa yang terlibat
b. What apa, apa peristiwa yang diberitakan
c. When kapan, waktu terjadinya peristiwa
d. Where dimana, lokasi peristiwa
e. Why mengapa, mengapa bisa terjadi
f. How bagaimana, bagaimana terjadinya peristiwa
3. Tematik
Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis, bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke
dalam preposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Tematik memiliki perangkat framing: a.
Detail Elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara
Universitas Sumatera Utara
berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi yang tidak
menguntungkan dirinya dalam jumlah sedikit bahkan kalau perlu tidak disampaikan.
b. Koherensi
Merupakan elemen untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan perangkat bahasa untuk menjelaskan fakta
atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau sebab akibat.
c. Bentuk kalimat
Bentuk kalimat dipakai untuk menjelaskan fakta yang ada, berhubungan dengan kalimat pasif atau kalimat aktif dan kalimat
deduktif atau kalimat induktif. d.
Kata ganti Kata pengganti subjek atau objek dalam suatu kalimat, misalnya:
aku, dia, mereka, itu, dan lain-lain. 4.
Retoris Struktur retoris suatu wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau
kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memaknai
pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada
pembaca.
Universitas Sumatera Utara
Retoris memiliki framing sebagai berikut: a.
Leksikon Pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau
menggambarkan peristiwa. b.
Grafis Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain
dibandingkan tulisan yang lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran
yang lebih besar, termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, dan tabel untuk mendukung arti penting
suatu pesan. c.
Metafora Kalimat pengandaian atau perumpamaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Harian Media Indonesia
Harian Media Indonesia, pertama kali terbit pada tanggal 19 Januari 1970. Sebagai surat kabar umum, Media Indonesia pertama kali terbit hanya terdiri
empat lembar halaman dengan jumlah tiras yang sangat terbatas. Kantor yang terletak di Jl. M.T Haryono di Jakarta, menjadi awal dari sejarah panjang Media
Indonesia. Lembaga yang berwenang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia.
Harian Media Indonesia terbit perdana dengan motto “Pembawa Suara Rakyat“ berdasarkan surat izin terbit SIT No. 0856SK Dir-PKSIT1969,
tanggal 6 Desember 1969, yang dikeluarkan Departemen Penerangan. Dengan susunan ketentuan sebagai berikut :
Pengasuh PUPRPP : Alm Teuku Yousli Syah
Misi Penerbitan : UmumIndependen
Periode Terbit : 7 kali dalam seminggu
Oplah : 5000 Lima ribu eksemplar
Halaman : Empat halaman
Sistem Cetak : Letter Press
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun-tahun pertama penerbitan, Harian Umum Media Indonesia bukanlah suatu harian politik atau bisnis, akan tetapi merupakan sebuah harian
yang isi pemberitaannya lebih banyak di bidang hiburan, seperti cerita artis dan lain sebagainya. Maka tidak heran pada saat itu harian umum Media Indonesia
dikatakan sebagai koran kuning, yaitu koran yang penuh dengan cerita gosip. Pada tahun 1976, terjadi perubahan aturan dimana Surat Izin Terbit SIT
yang dimiliki oleh semua lembaga pers harus berubah menjadi Surat Izin Usaha Penerbitan Pers SIUPP. Dengan adanya perubahan peraturan ini, pers tidak
hanya dituntut untuk menanggung beban idealis saja namun juga tumbuh sebagai suatu badan usaha.
Oleh karena itu, Teuku Yousli Syah sebagai pendiri Media Indonesia pada tahun 1988 mulai menjalin kerja sama dengan Surya Paloh, mantan pemimpin
surat kabar Prioritas, yang dibredel oleh pemerintah pada tanggal 29 Juni 1987 karena dinilai terlalu berani. Dengan adanya kerjasama ini, otomatis dua kekuatan
bersatu, kekuatan pengalaman yang dimiliki oleh Surya Paloh dan kekuatan semangat yang dimiliki oleh Teuku Yousli Syah digabung menjadi suatu kekuatan
baru, yaitu Media Indonesia dengan format manajemen baru di bawah bendera PT. Citra Media Nusa Purnama.
Surya Paloh diangkat sebagai Direktur Utama pertama yang menangani PT Citra Media Nusa Purnama. Teuku Yousli Syah diangkat sebagai Pemimpin
Redaksi, sedangkan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur. Kantor usaha pun dipindahkan ke Jalan Gondangdia Lama No. 46 Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Dengan Manajemen yang baru Media Indonesia tumbuh dengan pesat, peredarannya pun semakin meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tentu saja
diikuti dengan pertambahan karyawan yang berbeda spesifikasi dan keahlian. Pada awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya yang ke 25 tahun, Media
Indonesia menempati kantor barunya di kawasan Kedoya Jakarta Barat. Di Gedung baru ini semua kegiatan mulai dilaksanakan di bawah satu atap, mulai
redaksi, usaha, percetakan, hingga fasilitas penunjang karyawan. Dengan motto Pembawa Suara Rakyat, Media Indonesia pun melakukan
semua kegiatan jurnalistik. Sejak ditangani manajemen yang baru, Media Indonesia terus berkembang dan melangkah maju dengan terus melakukan
berbagai inovasi. Berbagai inovasi terus dilakukan oleh Media Indonesia, misalnya bentuk
penerbitan edisi khusus, rubrik-rubrik baru, aneka tips informatif, dan berbagai suplemen yang diterbitkan setiap harinya. Hasilnya secara perlahan terjadi
peningkatan yang cukup signifikan, jumlah halaman, mutu sajian redaksional, jumlah tiras dan kepercayaan dari masyarakat yang terus meningkat.
Surya Paloh sebagai pemimpin utama harian umum Media Indonesia, terus berjuang mempertahankan kebebasan pers, pada tahun 1997 Djafar H.
Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai duta besar, dan wartawan yang pernah menjadi pimpinan dibeberapa harian dan majalah terkemuka, ikut
memperkuat jajaran staf Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi Media Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Selain terjun dalam dunia media massa, Surya Paloh juga aktif dalam dunia politik. Karirnya dimulai dari menjadi pendiri sekaligus Ketua Umum
FKPPI Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan ABRI pertama pada tahun 1978. Hingga kemudian di kelembagaan legislatif, Surya pada tahun 1971 tercatat
sebagai Calon Anggota DPRD Tingkat II Medan dari Partai Golkar, lalu sebagai Anggota MPR pada tahun 1977-1982 dan kembali menjadi Anggota MPR tahun
1982-1987. Terakhir, pada tahun 1987 sebagai Calon Anggota MPRDPR RI dari Golkar namun urung dilantik setelah Prioritas, koran miliknya, dibredel.
Pada tahun 2009, Paloh maju menjadi salah satu kandidat calon Ketua Umum Partai Golkar pada Musyawarah Nasional Munas Partai Golkar di Pekan
Baru, Provinsi Riau. Namun, Paloh kalah dalam Munas tersebut. Satu-satunya rivalnya dalam Munas tersebut, yakni Abu Rizal Bakrie, mengunggulinya dan
hingga kini menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Setelah kekalannya tersebut, Paloh tak lagi aktif berkiprah di partai yang kini menjadi partai koalisi terbesar
dalam pemerintahan ini. Alih-alih, Paloh bersama 44 orang deklarator lainnya mendirikan organisasi massa Nasional Demokrat.
Harian Umum Media Indonesia juga mengembangkan industri di jalur media dengan mengembangkan koran-koran di daerah, seperti koran Lampung
Pos di kota Lampung. Kemajuan yang paling menonjol dari Media Indonesia adalah ketika perusahaan Media Grup mendirikan perusahaan penyiaran di media
televisi, yakni Metro TV yang mengusung konsep news television. Sejak 2005, Pemimpin Redaksi Media Indonesia dijabat oleh Djadjat
Sudradjat. Sedangkan Pemimpin Umum yang semula dipegang oleh Surya Paloh,
Universitas Sumatera Utara
di tahun 2005, dijabat oleh Saur Hutabarat dan Wakil Pemimpin Umum dijabat oleh Andy F. Noya.
Pada tahun 2006 sampai dengan saat ini, terjadi beberapa perubahan struktur organisasi. Posisi jabatan saat ini, sebagai berikut: Direktur Pemberitaan
dijabat oleh Saur Hutabarat, Direktur Pengembangan Bisnis dijabat oleh Alexander Stefanus sedangkan Direktur Utama dijabat oleh Rahni Lowhur-Schad.
III.1.2 Visi dan Misi serta Motto Harian Media Indonesia
Harian Media Indonesia memiliki visi: “Menjadi Surat Kabar Independen yang Inovatif, Lugas, Terpercaya dan paling berpengaruh”.
Sementara Misinya adalah: 1.
Sumber informasi terpercaya dan relevan untuk kebutuhan masyarakat dimana kami berada.
2. Mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar
3. Perusahaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan baik nasional
maupun regional. 4.
Tempat berkembangnya sumber daya manusia dan manajemen yang profesional dan unggul.
Sejarah panjang serta motto Pembawa Suara Rakyat yang dimiliki oleh harian Media Indonesia pun berubah seiring perubahan visi dan misi. Motto
harian Media Indonesia juga ikut berubah menjadi “Lugas, Tegas dan Terpercaya”.
Universitas Sumatera Utara
Tepat di usia yang ke-40, pada 19 Januari 2010, bersamaan dengan diluncurkannya buku Editorial Media Indonesia, motto harian Media Indonesia
berubah menjadi “Jujur Bersuara”.
III.1.3 Struktur Organisasi Harian Media Indonesia
o Direktur Utama
: Rahni Lowhur-Schad o
Direktur Pemberitaan : Saur M. Hutabarat
o Direktur Pengembangan Bisnis: Alexander Stefanus
o Ketua Dewan Redaksi
: Elman Saragih o
Anggota Dewan Redaksi : Djafar H. Assegaff
: Saur Hutabarat : Andy F. Noya
: Djadjat Sudradjat : Laurens Tato
: Ana Widjaya : Bambang Eka Wijaya
: Lestari Moerdijat : Sugeng Suparwoto
: Suryo Pratomo : Rahni Lowhur Schad
: Toeti Adhitama o
Deputy Direktur Pemberitaan : Usman Kansong o
Kepala Divisi Pemberitaan : Kleden Suban
Universitas Sumatera Utara
o Redaktur Senior
: Laurens Tato : Elman Saragih
: Saur M. Hutabarat
III.2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian teks. Teks sebagai materi penelitian memiliki fungsi, diantaranya teks
sebagai objek penelitian, kemudian sebagai representasi yakni dari ciri kelompok yang diteliti, dan dari ciri situasi yang diteliti. Dalam penelitian ini konstruksi teks
ataupun berita sebagai objek penelitian dianalisis dengan menggunkan analisis framing yang dibuat oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Framing bersama semiotik dan analisis wacana berada dalam rumpun analisis isi. Sebagai kelanjutan analisis isi konvensional, analisis framing berusaha
meninggalkan analisis isi konvensional disebabkan ketidakmampuan membca urgensi pesan sebagai bagian terpenting dari analisis sosial.
Analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dalam praktiknya mengoperasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai
perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen
semantik narasi berita dalam suatu koherensi global Sobur, 2004: 175. Selanjutnya Pan dan Kosicki mengkonsepsi perangkat framing tersebut seperti
yang tertera pada skema 3.
Universitas Sumatera Utara
PERANGKAT FRAMING
1. Skema berita
2. Kelengkapan berita
7. leksikon 8. Grafis
9. Metafora 3. Detail
4. Koherensi 5. Bentuk Kalimat
6. Kata Ganti
STRUKTUR SINTAKSIS
Cara wartawan menyusun fakta
SKRIP Cara wartawan
mengisahkan fakta
TEMATIK Cara wartawan
menulis fakta
RETORIS Cara wartawan
menekankan fakta
UNIT YANG DIAMATI
Headline, lead, latar informasi,
kutipan sumber, pernyataan,
penutup
5 W + 1H
Paragraf, proporsi, kalimat, hubungan
antar kalimat
Kata, idiom, gambarfoto,
grafik
Gambar 3. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Sumber: Eriyanto, 2004: 256 III.3. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah kumpulan berita tentang hak angket kasus mafia pajak pada harian Media Indonesia yang terbit
dari tanggal 7 Februari sampai 26 Februari 2011. Berita yang menjadi subjek
Universitas Sumatera Utara
penelitian adalah berita yang muncul mengenai hak angket kasus mafia pajak termasuk kolom tajuk rencana editorial dan opini.
III.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Studi dokumenter, yaitu data-data unit analisis dikumpulkan dengan cara mengumpulkan data dari bahan-bahan tertulis pada harian Media
Indonesia yang memuat berita tentang hak angket kasus mafia pajak yang berkaitan dengan partai Golkar. Berita-berita terkait kemudian dikliping,
ditabulasikan dan selanjutnya dilakukan analis data. b.
Studi kepustakaan library research, yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber
bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan
yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
III.5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini akan memusatkan pada penelitian kualitatif dengan perangkat metode analisis isi kualitatif menggunakan analisis framing sebagai
pisau analisis. Selama bulan Februari, tepatnya mulai tanggal 7 Februari hingga 22 Februari 2011, terdapat sepuluh 10 berita yang muncul mengenai pengajuan
hak angket kasus mafia perpajakan di harian Media Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, berita-berita yang muncul setiap edisi berperan sebagai unit-unit analisis dari subjek penelitian ditabulasikandikoding dalam
suatu tabel tabel 1 yang memuat tanggal pemberitaan, judulheadline berita dan
pada rubrik mana berita tersebut ditempatkan.
Tabel 1 Contoh Tabel Daftar Subjek Penelitian 7 Februari sd 22 Februari 2011
No Tanggal
Judul Rubrik
Selanjutnya enam belas berita yang telah diambil tersebut kemudian dianalisis satu per satu dengan menggunakan perangkat framing Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki yang kemudian masing-masing berita tersebut dibahas. Berita-berita tersebut dibagi ke dalam 4 empat struktur besar yaitu Sintaksis,
Skrip, Tematik dan Retoris. Enam belas berita yang telah dianalisis satu per satu dengan menggunakan
perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki kemudian ditarik kesimpulan secara menyeluruh dan umum. Kesimpulan yang didapat akan melihat
bagaimana harian Media Indonesia membingkai dan mengkonstruksikan partai Golkar dalam pemberitaan hak angket kasus mafia perpajakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
Harian Media Indonesia yang terbit pada bulan Februari cukup sering membahas berita mengenai hak angket mafia perpajakan. Selama periode 7
Februari hingga 22 Februari 2011, terdapat 10 berita mengenai hak angket tersebut di berbagai rubrik. Berita-berita tersebut ditampilkan pada rubrik Polkam
sebanyak 7 kali, pada rubrik Selekta dua kali dan pada kolom Editorial tajuk rencana sebanyak satu kali
Keseluruhan berita mengangkat Partai Golkar di dalamnya meskipun ada beberapa judul berita yang tidak menyebutkan Partai Golkar secara langsung.
Kesepuluh berita tersebut dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2 Tabel Daftar Subjek Penelitian 7 Februari sd 22 Februari 2011
No Tanggal
Judul Rubrik
1 7 Februari 2011 Demokrat dan Golkar Adu Kuat
Polkam 2
8 Februari 2011 PDIP Waspadai Penggembosan
Polkam 3
9 Februari 2011 Demokrat Ngotot Golkar Melunak
Polkam 4
11 Februari 2011 Soal Hak Angket Menohok Teman
Seiring Polkam
5 14 Februari 2011
Nasib Angket Tergantung Golkar Polkam
6 16 Februari 2011
Konsistensi Golkar Diuji Polkam
7 19 Februari 2011
Golkar Persilakan Pencopotan Polkam
Universitas Sumatera Utara
Menteri 8
20 Februari 2011 Anggota Setgab Saling Serang Soal
Angket Pajak Selekta
9 22 Februari 2011
Simalakama Angket Pajak Editorial
10 22 Februari 2011
Golkar, PKS Rela Didepak dari Koalisi
Selekta
Analisis Framing Pemberitaan Harian Media Indonesia
Sebagaimana telah ditentukan dalam bab III, sebanyak 10 berita yang terkumpul akan dianalisis per-berita. Analisis dilakukan dengan menggunakan
perangkat framing yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Berikut pembahasannya:
1. Frame berita 7 Februari 2011 Judul: Demokrat dan Golkar Adu Kuat.
Tabel 3. Tabel Frame berita 7 Februari 2011
Frame: Pertarungan hak angket hanya pertarungan kepentingan partai. Elemen
Strategi Penulisan Sintaksis
Tidak menekankan frame pada perlu atau tidaknya hak angket mafia perpajakan ini dilaksanakan. Menampilkan wawancara
dari kedua pihak yang bertolak belakang. Paragraf juga disusun dengan menempatkan pendapat narasumber dari Partai Demokrat
yang menilai hak angket tidak perlu dilakukan, kemudian disusul
Universitas Sumatera Utara
dengan pendapat dari narasumber dari Partai Golkar yang
menilai hak angket perlu dilakukan. Skrip
Perdebatan antara Partai Demokrat dan Partai Golkar yang bersikukuh mempertahankan pendapat dan kepentingan masing-
masing partai. Sementara pandangan MI sendiri tentang apakah hak angket perpajakan itu penting atau tidak, sama sekali tidak
terlihat. Tematik
1 Partai Demokrat menjadi satu-satunya partai yang tidak menyetujui usulan hak angket mafia perpajakan. 2 Partai
Golkar yang bersikukuh mempertahankan pengajuan hak angket. 3 Pemilihan fakta juga dihubungkan dengan pengajuan hak
angket kasus Bank Century 2010. Retoris
Penggunaan foto narasumber yang saling menuding semakin memperkuat bahwa hak angket menjadi ajang pertarungan
kepentingan antara dua partai. Selain itu foto juga diperkuat dengan grafis berupa eye catcher yang berisi kutipan dari kedua
narasumber. Seolah kedua narasumber tersebut sedang berdebat. Sumber:Hasil Penelitian
Sintaksis:
Dari segi judul, terlihat bahwa MI tidak menekankan frame pada perlu atau tidaknya hak angket mafia perpajakan ini dilaksanakan. Judul tidak secara
langsung menyebutkan hak angket, malah menyebutkan “adu kuat” antara Partai Demokrat dan Partai Golkar. Pemilihan judul seperti ini seolah memberikan
Universitas Sumatera Utara
penekanan kepada para pembaca bahwa hanya ada dua partai yang bertentangan soal hak angket perpajakan yaitu Partai Golkar dan Partai Demokrat. Selain itu,
judul mengisyaratkan bahwa MI cenderung menjadikan Partai Golkar, yang mengajukan usulan hak angket, menjadi bahasan utama. Seolah-olah hanya Partai
Golkar yang bertentangan dengan Partai Demokrat. Padahal, sebenarnya ada tujuh partai lain selain Golkar yang kontra Demokrat dengan ikut mengusulkan hak
angket ini, seperti Partai Kesejahteraan Sosial PKS dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI-P. Namun, fakta ini cenderung disembunyikan.
Belum lagi kalimat pembuka yang dipilih semakin memperjelas bahwa hak angket menjadi ajang pertarungan kepentingan dua partai terbesar di parlemen
tersebut. Kalimat pembuka yang berbunyi: “Hak angket perpajakan menjadi ajang uji nyali partai politik” ini sangat mendukung judul sekaligus memberikan
gambaran berita. Sementara lead yang dipakai juga mendukung judul. Lead berbunyi:
Dua partai politik terbesar diparlemen, yaitu Fraksi Partai Demokrat F-PD dan Fraksi Partai Golkar F-PG, adu kuat soal
hak angket perpajakan. Dalam teks berita ini, MI mewawancarai Ruhut Sitompul sebagai
representasi dari Partai Demokrat dan Priyo Budi Santoso yang merupakan Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Golkar. Pemilihan narasumber yang hanya dari dua
partai ini juga memperjelas frame MI yang menekankan pada pertarungan politik kedua partai.
Dari segi skema berita, terlihat MI meletakkan paragraf-paragaraf yang berisikan pendapat narasumber dari Golkar setelah paragraf-paragraf yang
Universitas Sumatera Utara
berisikan pendapat narasumber dari Demokrat. Dengan penyusunan berita seperti ini, pendapat narasumber dari Partai Golkar menjadi seolah tidak penting. Apalagi
pendapat Priyo narasumber Golkar disambut dengan pernyataan pesimisme dari ketua DPR Marzuki Alie terhadap hak angket dengan menggunakan kalimat
“Pesimisme dilontarkan oleh Ketua DPR Marzuki Alie” dibeberapa paragraf
akhir. Skema ini seolah menggambarkan pendapat Priyo tidak lagi begitu berarti, karena jika dilihat dari kompetensi narasumber, tentu pembaca lebih menganggap
Ketua DPR merupakan narasumber yang lebih berkompeten dibanding Wakil Ketua DPR dari sebuah fraksi.
Jika dilihat dari segi jumlah paragraf, Media Indonesia memporsikan lebih banyak paragraf yang berisikan pendapat Ruhut Sitompul, yakni empat paragraf.
Sementara pendapat Priyo Budi Santoso hanya diberi porsi tiga paragraf. Berita ini ditutup dengan informasi kapan hak angket akan dibahas.
Meskipun dalam berita ini terdapat subjudul “Harus Otonom”, namun, porsi isi dari subjudul yang hanya dua paragraf seolah tidak bermakna apa-apa.
Informasi yang diberikan pada subjudul pun tidak terlalu berhubungan dengan berita utama. Padahal, informasi yang dikutip dari pernyataan anggota Komisi III
DPR dari Fraksi PDI-P Eva Sundari tersebut sebenarnya cukup penting karena berisikan solusi jika Panitia Khusus Pansus Perpajakan jadi dibentuk.
Skrip:
Frame harian Media Indonesia terhadap berita ini diwujudkan pula dalam cara harian ini mengisahkan peristiwa. Dalam berita ini, unsur who siapa yang
Universitas Sumatera Utara
lebih banyak ditonjolkan adalah Partai Golkar dan Partai Demokrat, sementara partai-partai lain tidak terlihat.
Peristiwa yang diangkat adalah perdebatan antara Partai Demokrat dan Partai Golkar yang bersikukuh mempertahankan pendapat masing-masing partai.
Sementara pandangan MI sendiri tentang apakah hak angket perpajakan itu penting atau tidak, sama sekali tidak terlihat.
Perdebatan tersebut digambarkan dari kalimat-kalimat yang dikutip dari para narasumber. Dapat dilihat dalam kutipan-kutipan berikut:
Ia pun menegasakan bahwa pihaknya tidak takut dengan penilaian fraksi-fraksi lain yang berpandangan bahwa Partai Demokrat
terlibat dengan aksi mafia pajak. pendapat Ruhut ……………………………………………………………………..
Priyo mengingatkan kepada pihak yang tidak setuju terhadap usulan hak angket mafia pajak, agar tidak perlu khawatir dan
disalahartikan. Pasalnya tujuan usulan hak angket itu justru untuk membantu pemerintah meningkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak. Seperti yang diketahui, kasus mafia perpajakan yang dilakukan oleh Gayus
Tambunan disinyalir akan menyeret pemerintah dalam hal ini direpresentasikan melalui Partai Demokrat maupun Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar.
Disini terlihat MI berusaha menghubungkan “adu kuat” kedua partai tersebut dengan permasalahan ini. Dimana digambarkan pernyataan masing-masing
narasumber hanyalah untuk memperkuat posisi partai masing-masing.
Tematik: Dari segi detil, tema yang diangkat dalam berita ini ada tiga tema.
Kesemuanya menunjuk kepada tema utama, yaitu pertentangan antara kedua
Universitas Sumatera Utara
partai. 1 Partai Demokrat menjadi satu-satunya partai yang tidak menyetujui usulan hak angket mafia perpajakan, dengan alasan berkaca pada hak angket
sebelumnya yang tidak memberikan manfaat apapun. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:
Juru bicara Partai Demokrat yang juga anggota Komisi III DPR Ruhut Sitompul bersikukuh, penegakan kasus mafia pajak harus
diselesaikan di ranah hukum. Partai Demokrat menjadi satu- satunya fraksi yang absen dalam usulan hak angket perpajakan
tersebut;
2 Partai Golkar yang bersikukuh mempertahankan pengajuan hak angket. Padahal, ada banyak partai lain yang juga mendukung hak angket ini. Tetapi
Media Indonesia cenderung menyembunyikan fakta tersebut; 3 Pemilihan fakta juga dihubungkan dengan pembentukan Panitia Khusus Pansus Bank Century
2010. Pansus yang terbentuk dari usulan hak angket di DPR ternyata tidak memiliki manfaat apapun. Usulan angket kali ini tidak lebih dari sekadar
kepentingan Parpol. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat pembuka: “Hak angket perpajakan menjadi ajang uji nyali partai politik”.
Dari segi koherensi, dalam berita ini digunakan koherensi pembeda. Hal ini terlihat dari penggunaan kata “sebaliknya” untuk menunjukkan pertentangan
kedua partai. Ia pun menegaskan, pihaknya tidak takut dengan penilaian fraksi-
fraksi lain yang berpandangan bahwa Partai Demokrat terlibat dengan aksi mafia pajak.
……………………………………………………………………... Sebaliknya, Wakil Ketua DPR dari F-PG Priyo Budi Santoso
menilai , hak angket perpajakan yang berujung pada pembentukan pansus, justru menjadi kunci untuk mengungkap mafia pajak.
Retoris:
Universitas Sumatera Utara
Elemen retoris yang dipakai dalam berita ini antara lain adalah foto dan grafis. Penggunaan foto yang menggambarkan Ruhut dan Priyo saling menuding
semakin memperkuat bahwa Media Indonesia mencoba menunjukkan bahwa hak angket menjadi ajang pertarungan kepentingan antara dua partai.
Selain itu foto juga diperkuat dengan grafis berupa eye catcher yang berisi kutipan dari kedua narasumber. Seolah kedua narasumber tersebut sedang
berdebat. Kalimat yang diucapkan oleh Priyo Budi Santoso adalah sebagai berikut:
“Sebenarnya Golkar tidak begitu khawatir, silakan saja angket. Kalau mau buka semua lini termasuk mafia pajak dibongkar lewat
angket.”
Sementara Ruhut Sitompul seolah berkata: “Kita baru dua periode berkuasa. Yang gelapin pajak itu adalah
pihak-pihak yang sudah lama berkuasa.”
Grafis seperti ini semakin memperkuat bahwa MI seolah ingin menunjukkan bahwa pertentangan yang terjadi antara kedua partai tersebut tidak
lain adalah dikarenakan adanya kepentingan dari masing-masing pihak. Kata-kata kiasan seperti “adu kuat” dan “uji nyali” juga digunakan oleh MI untuk
menunjukkan pertarungan kepentingan politik kedua partai.
2. Frame berita 8 Februari 2011 Judul: PDIP Waspadai Penggembosan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Tabel Frame berita 8 Februari 2011
Frame: Partai Golkar adalah partai yang diragukan konsistensinya Elemen
Strategi Penulisan Sintaksis
Menampilkan wawancara dari partai lain yang terkait dalam pertentangan hak angket ini. Menggunakan pendapat PDIP yang
merupakan partai terbesar ketiga di DPR sebagai pendukung opini harian Media Indonesia. Pendapat narasumber mengenai
konsistensi Partai Golkar yang cenderung ditekankan.
Skrip
Penekanan pada pertarungan politik Demokrat dan Golkar melalui lobi-lobi politik.
Tematik 1 PDIP mengkhawatirkan hak angket akan gagal melihat
kemungkinan adanya lobi-lobi politik yang akan dilakukan oleh Partai Demokrat dengan partai koalisi di sekretariat gabungan
setgab; 2 PDIP meragukan konsistensi Partai Golkar. Retoris
Menggunakan metafora ‘babon’ untuk menggambarkan dua partai yang bertarung.
Sumber: Hasil Penelitian Sintaksis:
Pemilihan judul maupun kalimat pembuka dalam berita ini, seolah memperlihatkan tidak ada keterkaitan Partai Golkar dalam berita. Namun, jika
melihat skema dan bagian isi berita maka akan terlihat bagaimana MI memposisikan diri pada berita ini.
Universitas Sumatera Utara
Lead berita masih seputar frame MI mengenai pertarungan politik antara Partai Demokrat dan Partai Golkar. Melalui sudut pandang orang ketiga sebagai
narasumber, yakni Eva Kusuma Sundari, Anggota Komisi III DPR dari F-PDIP, MI seolah membuktikan opininya tersebut dalam berita ini. Hal itu dapat dilihat
pada kutipan lead berikut: Fraksi terbesar ketiga di DPR, Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan PDIP, mewaspadai lobi-lobi yang saat ini kian gencar dilakukan Partai Demokrat dan Partai Golkar.
Paragraf-paragraf berikutnya berisikan kutipan-kutipan dari narasumber
tentang kewaspadaan narasumber terhadap kedua partai tersebut. Meski tidak terlalu mencolok, namun dari pengamatan peneliti, pada berita ini MI terlihat lebih
menyudutkan Partai Golkar melalui pernyataan-pernyataan dari narasumber. Berikut beberapa kutipannya:
“Saya mengkhawatirkan lobi-lobi yang dilakukan Demokrat dengan koalisi Setgab Sekretariat Gabungan, terutama Golkar.
Jangan sampai ada sandera-menyandera di antara anggota Setgab yang malah menjadikan hak angket melemah,” kata Eva saat
ditemui di Gedung Nusantara III DPR Jakarta, kemarin.
Karena itu, ujarnya, PDIP sulit memastikan apakah perjalanan hak angket akan berjalan mulus. Menurutnya, saat ini semuanya
bergantung pada kesungguhan Golkar selaku pengusung hak angket agar tak terpengaruh oleh lobi Demokrat.
Dari kutipan diatas, MI secara implisit berusaha menunjukkan kepada pembaca bagaimana PDIP meragukan kesungguhan Partai Golkar dalam
memperjuangkan hak angket. MI menunjukkan frame-nya bahwa Partai Golkar adalah partai yang tidak konsisten yang bisa saja terpengaruh iming-iming Partai
Universitas Sumatera Utara
Demokrat. Hal ini akan berpengaruh secara tidak langsung kepada citra Partai Golkar yang menjadi negatif setelah dibingkai negatif oleh MI.
Skrip:
Dalam berita ini, MI masih menekankan fakta pada peristiwa pertarungan politik dua partai besar di DPR tersebut. Kali ini MI menggunakan second opinion
untuk lebih memperkuat opininya, yakni pernyataan dari anggota komisi III DPR dari F-PDIP yang mewaspadai adanya lobi-lobi politik di tubuh DPR dalam
mengajukan hak angket kasus mafia perpajakan. Menurut anggota Komisi III DPR dari F-PDIP Eva Kusuma
Sundari, bukan tak mungkin usulan pembentukan panitia khusus hak angket kasus mafia pajak menemui kegagalan akibat lobi-lobi
dua partai pendukung pemerintah itu.
Tematik:
Ada dua tema yang diangkat dalam berita ini. 1 PDIP mengkhawatirkan hak angket akan gagal melihat kemungkinan adanya lobi-lobi politik yang akan
dilakukan oleh Partai Demokrat dengan partai koalisi di sekretariat gabungan setgab; 2 PDIP meragukan konsistensi Partai Golkar.
Dari segi koherensi, dalam berita ini MI menggunakan koherensi penjelas pada paragraf pertama.
Fraksi terbesar ketiga di DPR, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, mewaspadai lobi-lobi yang saat ini kian gencar
dilakukan Partai Demokrat dan Partai Golkar. Koherensi yang dipakai menekankan bahwa PDIP merupakan fraksi
terbesar ketiga di DPR setelah Partai Demokrat dan Partai Golkar. MI ingin
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa PDIP merupakan narasumber yang berkompeten dan pendapatnya dapat dipercaya khalayak pembaca.
Retoris:
Elemen yang dipakai antara lain grafis dan metafora dalam kalimat. Dalam berita ini terdapat foto dari narasumber, yakni Eva Kusuma Sundari. Di bawahnya
terdapat eyecatcher yang berisikan kalimat: “Jangan sampai ada sandera-menyandera di antara anggota setgab
yang malah menjadikan hak angket melemah.”
Kalimat tersebut digunakan untuk memperkuat gagasan utama bahwa Eva meragukan kesungguhan setgab dalam mempertahankan pengajuan hak angket.
Selain itu, MI juga mengutip kalimat narasumber yang mengandung metafora dalam berita ini.
“….. dua ‘babon’ itu kuncinya,” tegasnya Kata babon dalam kalimat ini menggambarkan dua partai besar yaitu
Partai Golkar dan Partai Demokrat. Dalam arti sebenarnya, ‘babon’ merupakan hewan yang besar dan rakus. Maka, melalui pernyataan narasumber, MI seolah
memberikan kesan dua partai tersebut sebagai babon yang berbadan besar dan rakus kekuasaan.
3. Frame berita 9 Februari 2011 Judul: Demokrat Ngotot Golkar Melunak
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Tabel Frame berita 9 Februari 2011
Frame: Partai Golkar terbukti mulai tidak konsisten. Elemen
Strategi Penulisan Sintaksis
Wawancara petinggi partai yang masing-masing berlawanan pendapat terhadap hak angket. Partai Demokrat yang tetap
‘ngotot’ menolak angket dan akan melakukan berbagai cara untuk menghambat angket dan sebaliknya Partai Golkar yang
meski tetap akan mempertahankan hak angket, namun kali ini perlawanan Golkar terlihat melemah. MI juga menambahkan
pendapat dari pengamat politik dan salah satu partai besar lain yang berpendapat bahwa hak angket hanya akan dijadikan alat
akrobat politik dalam subjudul ‘akrobat politik’.
Skrip Penekanan pada pertarungan politik kedua partai. Partai
Demokrat masih bersikukuh untuk mempertahankan hak angket, sementara Golkar mulai tidak begitu ngotot. Memperlihatkan
inkonsistensi Partai Golkar.
Tematik 1 Partai Demokrat tetap ngotot menolak pengajuan hak angket
perpajakan dengan berusaha membendungnya melalui pembicaraan di Setgab; 2 Partai Golkar mulai melunak karena
hak angket ini akan dibicarakan secara adat di Setgab; 3 Fraksi PDIP dan seorang pengamat politik mengkhawatirkan hak
angket hanya akan menjadi alat akrobat politik.
Universitas Sumatera Utara
Retoris Penggunaan eyecatcher yang berisikan kutipan dari narasumber
Golkar, Priyo Budi Santoso. Sebagai pendukung judul yang memperlihatkan bahwa Golkar mulai melunak.
Sumber: Hasil Penelitian
Sintaksis:
Perseteruan dalam setgab partai koalisi mengenai pengajuan hak angket kasus mafia perpajakan masih menjadi isu utama berita MI. Namun, kali ini MI
menghubungkannya dengan rencana presiden me-reshuffle kabinet. Dari judul, MI berusaha membentuk citra Partai Golkar yang tidak konsisten, dengan
menggunakan kata ‘melunak’ pada berita sebelumnya MI menggunakan kata ‘ngotot’ sementara Partai Demokrat digambarkan masih ‘ngotot’ menolak
pengajuan hak angket. Kalimat pembuka yang digunakan dalam berita ini adalah:
Di tengah menguatnya kabar perombakan kabinet reshuffle, usulan hak angket perpajakan akan diselesaikan secara adat di
setgab. Kalimat ‘akan diselesaikan secara adat di setgab’ diatas menggambarkan
bahwa MI mulai menghubungkan hak angket mafia perpajakan dengan isu reshuffle kabinet. Pada lead, MI memberikan porsi pemberitaan kepada Partai
Demokrat dengan mengutip pernyataan dari Sekretaris Fraksi Partai Demokrat, Saan Mustofa, yang menyatakan bahwa Demokrat tetap ngotot untuk menolak
pansus perpajakan dan akan berusaha menggagalkan hak angket melalui pembicaraan di Setgab partai koalisi. Berikut kutipannya:
Sekretaris Fraksi Partai Demokrat F-PD Saan Mustofa mengatakan pihaknya tetap ngotot menolak rencana pembentukan
Universitas Sumatera Utara
pansus perpajakan. Demokrat mengaku akan membendung lolosnya hak angket itu melalui Sekretariat Gabungan Setgab
yang beranggotakan enam parpol koalisi pendukung pemerintah. Kemudian, barulah pada paragraf-paragraf selanjutnya MI memberikan
porsi kepada Partai Golkar dengan mengutip pernyataan Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Golkar, Priyo Budi Santoso yang terkesan melunak dalam
mempertahankan pengajuan hak angket ini. Kesan melunak itu ditunjukkan dengan kutipan yang diberikan berkaitan dengan pembicaraan di Setgab dari Priyo
adalah kalimat berikut: “Kita kan menginginkan satu titik temu. Tapi apakah akan seragam
kan belum tentu,”
Dalam berita ini juga ada subjudul “Akrobat Politik” yang membahas tentang kekhawatiran Pramono Anung Wakil Ketua DPR dari Fraksi PDIP dan
J. Kristiadi pengamat politik Centre for Strategic and International Studies CSIS terhadap pengusulan hak angket ini hanya akan dijadikan alat akrobat
politik. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut: Kekhawatiran Pramono itu wajar. Sebelumnya, pengamat politik
Centre for Strategic and International Studies CSIS J Kristiadi menangkap sinyalemen buruk atas pengajuan hak angket
perpajakan. Ia menduga hak angket ini bertujuan membubarkan Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum.
Keterlibatan Satgas telah menyentuh perusahaan
yang
menyumbang ke parpol tertentu.
Dari kutipan di atas, MI terdapat pula frame MI yang secara implisit ingin menggiring pembaca untuk mereka-reka kira-kira parpol mana yang dimaksud.
Maka, pembaca yang jeli pasti dapat menangkap bahwa parpol yang dimaksud adalah Partai Golkar. Karena, dari awal menurut MI, Golkar adalah partai yang
paling ngotot mengajukan hak angket. Maka dapat disimpulkan pula ‘perusahaan’
Universitas Sumatera Utara
yang dimaksud adalah perusaan yang dimiliki oleh Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar.
Bagian penutup berita berisi tentang perjalanan kasus mafia perpajakan yang dilakukan oleh Gayus Tambunan.
Skrip:
Dari unsur skrip, MI lebih menekankan fakta pada peristiwa Partai Demokrat yang masih bersikukuh untuk menolak hak angket dan berusaha untuk
membendung lolosnya hak angket melalui konsolidasi dengan partai koalisi di Setgab. Sementara Golkar digambarkan tidak lagi begitu ‘ngotot’.
Pada subjudul, MI menunjukkan frame-nya bahwa hak angket hanya menjadi alat akrobat politik salah satu parpol, dalam hal ini secara tidak langsung
MI menyenggol Partai Golkar dan perusahan Bakrie.
Keterlibatan Satgas telah menyentuh perusahaan yang
menyumbang ke parpol tertentu.
Tematik:
Detail ataupun tema utama yang diangkat dalam berita ini antara lain: 1Partai Demokrat tetap ngotot menolak pengajuan hak angket perpajakan
dengan berusaha membendungnya melalui pembicaraan di Setgab; 2Partai Golkar mulai melunak karena hak angket ini akan dibicarakan secara adat di
Setgab; 3Fraksi PDIP dan seorang pengamat politik mengkhawatirkan hak angket hanya akan menjadi alat akrobat politik.
Universitas Sumatera Utara
Retoris:
Unsur retoris yang terdapat pada berita ini adalah unsur grafis yaitu adanya eyecatcher yang berisikan kutipan dari narasumber Golkar, Priyo Budi Santoso.
Kalimat eyecatcher itu berbunyi: “Kita kan menginginkan adanya satu titik temu, tapi apakah akan
seragam kan belum tentu,”
Kalimat ini dijadikan eyecatcher untuk mendukung judul yang memperlihatkan bahwa Golkar mulai melunak. Melalui eyecatcher ini, pembaca
akan dituntun untuk terlebih dahulu berpikir bahwa Golkar memang mulai melunak. Dari segi pemilihan kata, kata ‘melunak’ yang digunakan MI
menunjukkan inkonsistensi dari Partai Golkar.
4. Frame berita 11 Februari 2011 Judul: Soal Hak Angket Menohok Teman Seiring
Tabel 6. Tabel Frame berita 11 Februari 2011
Frame: Partai Golkar adalah pengkhianat koalisi Elemen
Strategi Penulisan Sintaksis
Judul ditujukan kepada partai Golkar. Judul seolah memposisikan Partai Golkar sebagai pengkhianat dalam koalisi.
Menggunakan pendapat seorang pakar politik untuk memberikan penekanan kepada Partai Golkar sebagai pengkhianat koalisi.
Skrip Penekanan fakta pada hanya Partai Golkar yang mengajukan hak
Universitas Sumatera Utara
angket. Fakta lain bahwa hak angket juga diajukan oleh partai lain cenderung disembunyikan.
Tematik
1 Partai Golkar sebagai penggagas hak angket mengkhawatirkan kegagalan hak angket. 2 Partai Golkar yang
seharusnya sejalan dengan pemerintahan malah menggugat
pemerintah. 3 Partai Golkar pengkhianat koalisi. Retoris
Penggunaan kata ‘menohok’ dalam kalimat ‘menohok teman seiring’ mengesankan pengkhianatan Partai Golkar terhadap
koalisi. Sumber: Hasil Penelitian
Sintaksis:
Pilihan judul menunjukkan bagaimana MI memposisikan Partai Golkar sebagai pengkhianat dalam koalisi. Kalimat ‘menohok teman seiring’
menggambarkan bahwa Partai Golkar membuat resah Partai Demokrat yang merupakan ‘teman seiring’ Golkar dalam koalisi.
Kalimat pembuka menunjukkan frame MI terhadap hak angket yang menggambarkan bahwa hak angket mafia perpajakan hanya akan menjadi sebuah
kesia-siaan belaka. Berikut kutipan kalimat pembuka: Perjalanan hak angket perpajakan akan melalui onak dan duri.
Nasibnya akan serupa dengan hak angket Century, tidak jelas. Sementara itu, lead berbunyi:
Gerilya fraksi-fraksi yang kontra terhadap usulan hak angket perpajakan dinilai semakin menguat. Para inisiator pun semakin
resah sebab para pengusul hak angket akan masuk angin.
Universitas Sumatera Utara
Kutipan lead diatas menunjukkan bahwa MI masih tetap dalam bingkai hak angket kasus mafia perpajakan hanyalah ajang pertarungan antara partai-
partai politik. Paragraf-paragraf awal dari berita ini berisikan informasi yang dikutip dari
narasumber yang berasal dari Partai Golkar Bambang Soesatyo, yang berisikan tentang kekhawatiran Partai Golkar akan nasib hak angket yang mulai tidak jelas.
Pada paragraf pertengahan dikutip pernyataan Bambang yang menilai bahwa pemerintah enggan membongkar mafia pajak.
Namun, di paragraf-paragraf akhir, MI mengutip pendapat seorang pakar politik dari Universitas Indonesia UI, Arbi Sanit yang menilai Golkar dan PKS
sebagai pengkhianat dalam koalisi. Pola penulisan berita seperti ini menunjukkan bahwa MI mencoba memberikan gambaran kepada pembaca bahwa Partai Golkar
adalah pengkhianat dalam partai koalisi. Meskipun PKS juga disebutkan, namun dalam berita ini tidak ada pernyataan dari narasumber PKS. Hal ini menyebabkan
PKS menjadi subjek yang tidak mencolok. Partai Golkar sebagai hanya satu- satunya narasumber yang diwawancara diawal akan menuntun pembaca untuk
berpendapat bahwa hanya Partai Golkar yang mengajukan hak angket dan menjadi satu-satunya partai yang menjadi pengkhianat koalisi meskipun pada
akhir berita, PKS juga disebutkan. Pemilihan narasumber kedua yakni pakar politik dari UI Arbi Sanit,
dapat memperjelas bingkai MI. Seorang pembaca tentu lebih mempercayai pendapat pakar politik yang berkompeten. Dalam berita ini juga terdapat subjudul
Universitas Sumatera Utara
‘layak reshuffle’. Namun, peneliti tidak memasukkan subjudul sebagai subjek penelitian karena tidak berkaitan dengan penelitian.
Skrip:
Dari struktur skrip, MI menekankan fakta pada hanya Partai Golkar yang mengajukan hak angket. Padahal, ada fakta lain yang disembunyikan oleh MI,
yakni selain Partai Golkar ada partai-partai lain yang mendukung usulan pengajuan hak angket. Namun, pada berita ini terlihat seolah hanya Partai Golkar
yang mengajukan hak angket tersebut. Fakta bahwa ada partai lain yang mendukung hak angket disembunyikan dalam berita ini.
Unsur who siapa dalam berita ini juga menunjukkan hal tersebut. Narasumber pendukung hak angket yang diwawancarai oleh MI hanya Bambang
Soesatyo, inisiator hak angket dari Partai Golkar, padahal ada banyak pendukung hak angket dari partai lain.
Tematik:
Dari segi detil, ada tiga tema yang diangkat dalam berita ini: 1 Partai Golkar sebagai penggagas hak angket mengkhawatirkan kegagalan hak angket.
Dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Kami merasa ada spekulasi dari kelompok-kelompok yang
berupaya menggagalkan hak angket ini. Kami curiga fraksi-fraksi yang menolak upaya kami melanjutkan hak angket perpajakan
sudah memasukkan para pemain pajak,” cetus Bambang Soesatyo, inisiator dari fraksi Partai Golkar.
Universitas Sumatera Utara
2 Partai Golkar yang seharusnya sejalan dengan pemerintahan malah menggugat pemerintah. Terlihat dalam kutipan berikut:
Bambang menilai, ada keengganan pemerintah untuk membongkar mafia pajak. ….. ”Penolakan menghadirkan Tjiptarto
mencerminkan ketakutan Kementrian Keuangan dalam upaya membongkar mafia pajak,” cetusnya.
; 3 Partai Golkar pengkhianat koalisi.
Retoris:
Dari segi leksikon, dapat terlihat bahwa MI memberikan bingkai negatif kepada Partai Golkar. Kata-kata ‘menohok teman seiring’ yang digunakan pada
judul memperlihatkan seolah-olah Partai Golkar merupakan pihak yang bersalah. Kata ‘menohok’ mengesankan pengkhianatan Partai Golkar terhadap ‘teman
seiring’ yakni Partai Demokrat dalam koalisi. Selain itu, penggunaan kata ‘ulah’ dan ‘berkhianat’ pada paragraf keenam, semakin mempertegas hal tersebut.
Karena ulah partai koalisi mengajukan hak angket telah menyandera hak prerogatif presiden.
Ia menilai, Golkar dan PKS telah berkhianat kepada koalisi. Dari segi grafis, dalam berita ini hanya terdapat foto dari Bambang
Soesatyo, Inisiator hak angket dari Partai Golkar. Sejalan dengan narasumber dari partai yang diwawancarai memang hanya Bambang.
5. Frame berita 14 Februari 2011 Judul: Nasib Angket Tergantung Golkar
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Tabel Frame berita 14 Februari 2011
Frame: Partai Golkar dianggap tidak konsisten Elemen
Strategi Penulisan Sintaksis
Wawancara narasumber dari PDIP yang meragukan konsistensi Partai Golkar untuk mempertahankan hak angket.
Skrip Menggunakan pendapat narasumber dari partai lain untuk
memperburuk citra Golkar.
Tematik
1 Pesimisme PDIP terhadap kesungguhan Partai Golkar dalam mempertahankan hak angket perpajakan; 2 Ketidakjelasan
sikap Partai Golkar dalam mengusung hak angket; 3 Pernyataan sikap PDIP untuk konsisten mendukung hak angket
perpajakan. Retoris
Penggunaan eyecatcher bernada negatif untuk Partai Golkar yang dikutip dari pernyataan narasumber. Eyecatcher dapat
berpengaruh terhadap pendapat awal pembaca. Sumber: Hasil Penelitian
Sintaksis:
Pada berita ini, MI memberitakan Partai Golkar sebagai kunci utama dalam pengajuan hak angket perpajakan di DPR. Judul berita memperkuat hal
tersebut. Meskipun sebenarnya partai manapun bisa saja menjadi kunci dalam pengajuan hak angket perpajakan, tetapi MI memilih bingkai yang seolah
Universitas Sumatera Utara
menekankan bahwa memang Partai Golkar yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya terhadap hak angket.
Lead berbunyi: Menjelang Rapat Paripurna DPR yang akan membahas usulan
pembentukan panitia khusus hak angket kasus mafia pajak pada Rabu 162, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP
justru pesimistis pansus itu bakal terbentuk. PDIP melihat Fraksi Partai Golkar bakal berbalik arah, mengikuti
langkah langkah fraksi lainnya yang tergabung dalam sekretariat gabungan setgab.
Dari lead di atas dapat dilihat bahwa MI masih menekankan bingkai pada
pertarungan partai-partai di DPR. Lagi-lagi PDIP meragukan konsistensi Partai Golkar dalam memperjuangkan hak angket ini. Hal tersebut dapat dilihat melalui
pernyataan Eva Kusuma Sundari, Anggota Fraksi PDIP yang dijadikan narasumber dalam berita ini.
“Saya sudah ragu sekarang karena setgab mulai berkoordinasi. Kami dengar sudah ada semacam komunikasi dan lobi-lobi dari
Partai Demokrat ke Partai Golkar,” ujar anggota Fraksi PDIP di DPR Eva Kusuma Sundari saat dihubungi.
…………………………………………………………………….. “Golkar ini menjadi kunci. Tetapi tidak bisa dibaca, mereka akan
melihat mana yang lebih menguntungkan, tergantung lobi-lobi juragan. Mereka sudah berhitung di dalamnya, ada peluang untuk
mengomoditaskan atau barter kasus. Di paripurna mereka seolah pecah, tetapi sebenarnya itu sudah ditentukan sejak awal untuk
membangun citra politik,” terangnya. Berita ini tidak memuat pernyataan dari perwakilan Partai Golkar sebagai
penyeimbang. Sehingga opini yang terbentuk di kepala pembaca adalah kesan Partai Golkar yang plin-plan dan tidak konsisten. Strategi penyusunan berita
seperti ini memberikan citra negatif terhadap Partai Golkar.
Universitas Sumatera Utara
Berita ini ditutup dengan pernyataan sikap dari PDIP yang tetap mempertahankan hak angket. Selain itu, berita ini juga dilengkapi dengan
subjudul ‘politisasi’ yang menceritakan sikap dari partai-partai lain mengenai hak angket ini. Namun, peneliti tidak menggunakan subjudul sebagai subjek penelitian
karena tidak sesuai dengan penelitian.
Skrip:
Dari segi pengisahan berita, berita ini lebih menonjolkan fakta melalui pendapat narasumber dari PDIP yang meragukan konsistensi Partai Golkar untuk
mempertahankan hak angket. Dari awal hingga akhir, MI mengisahkan bagaimana Partai Golkar mungkin saja membelot dari rencana semula akibat lobi-lobi politik
partai Demokrat.
Tematik:
Berdasarkan struktur tematik, terdapat dua tema yang diangkat dalam berita ini. 1 Pesimisme PDIP terhadap kesungguhan Partai Golkar dalam
mempertahankan hak angket perpajakan; 2 Ketidakjelasan sikap Partai Golkar dalam mengusung hak angket; 3 Pernyataan sikap PDIP untuk konsisten
mendukung hak angket perpajakan.
Retoris:
Unsur retoris yang terlihat pada berita ini adalah dari segi grafis, terdapat eyecatcher yang dikutip dari pernyataan narasumber. Kutipan tersebut berbunyi:
Universitas Sumatera Utara
“Golkar ini menjadi kunci. Tetapi tidak bisa dibaca, mereka akan melihat mana yang lebih menguntungkan, tergantung lobi-lobi
juragan.” Eva Kusuma Sundari, Anggota Fraksi PDIP. Pemilihan grafis berupa kalimat bernada negatif untuk Partai Golkar
seperti ini akan mengarahkan pendapat pembaca meski belum membaca berita secara keseluruhan. Golkar dibingkai sebagai partai yang oportunis.
6. Frame berita 16 Februari 2011 Judul: Konsistensi Golkar Diuji
Tabel 8. Tabel Frame berita 16 Februari 2011
Frame: Konsistensi Partai Golkar dipertanyakan Elemen
Strategi Penulisan Sintaksis
Penggunaan judul mengesankankan seolah-olah hanya Partai Golkar yang kurang konsisten. Sehingga konsistensinya harus
diuji. Dikuatkan dengan pernyataan narasumber dari Partai Golkar yang merasakan adanya bargaining politik yang
dilancarkankan untuk menggagalkan hak angket.
Skrip Menonjolkan fakta konsistensi Partai Golkar yang diuji. Fakta
bahwa banyak partai lain yang bisa saja inkonsisten cenderung disembunyikan oleh MI.
Tematik 1 Pernyataan sikap Partai Golkar yang tetap mempertahankan
hak angket perpajakan; 2 Pengakuan Partai Golkar bahwa tantangan untuk meloloskan hak angket pajak semakin berat
Universitas Sumatera Utara
menjadi tantangan bagi konsistensi partai; 3 Kemungkinan
PDIP masuk ke dalam kabinet. Retoris
Penggunaan tabel yang menjelaskan perjalanan hak angket. Tabel ini tidak menyebutkan Partai Golkar.
Sumber: Hasil Penelitian
Sintaksis:
Dalam berita ini, lagi-lagi MI mengesankankan seolah-olah hanya Partai Golkar yang kurang konsisten. Sehingga konsistensinya harus diuji. Terbukti dari
judul, hanya Partai Golkar yang disebutkan. Sementara pada kalimat pembuka, MI juga memasukkan PDIP sebagai pemegang kunci lolosnya pansus pajak.
Bunyi kalimat pembuka: Partai Golkar dan PDIP pemegang kunci lolosnya pansus pajak.
Pemilihan lead berita tidak begitu sesuai dengan judul. Hal ini memperlihatkan bahwa MI memiliki strategi tertentu untuk mencitrakan Partai
Golkar. Lead memberikan pernyataan sikap Partai Golkar untuk tetap mempertahankan hak angket.
Partai Golkar PG mengaku tetap maju mengusung hak angket perpajakan, yang akan dibacakan pada rapat paripurna, pekan ini.
“Kami tetap komitmen. Golkar memiliki tekad kuat untuk meloloskan hak angket pajak ini. Ada tujuh fraksi yang solid
mendukung, kecuali PKB dan Demokrat,” kata anggota F-PG Bambang Soesatyo.
Pada paragraf keenam baru dimunculkan fakta pengujian konsistensi
Partai Golkar. Terlihat dari kutipan berikut: Sebagai pengusung terbanyak hak angket perpajakan, Bambang
mengaku, Golkar adalah salah satu pihak yang dilobi pertama kali. “Kami menyadari adanya serangan dan lobi-lobi dari Demokrat,
Universitas Sumatera Utara
mulai iming-iming hingga ancaman reshuffle kabinet. Itu membuat tantangan meloloskan hak angket pajak semakin berat,” beber
Bambang. Pola penyusunan berita seperti ini menunjukkan bagaimana MI ingin
menunjukkan bagaimana konsistensi Partai Golkar. Pada paragraf akhir MI memilih untuk menutup berita dengan mengangkat wacana masuknya PDIP ke
dalam kabinet. Meskipun hal tersebut dibantah melalui pernyataan Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat.
Skrip:
Dari segi penekanan fakta, MI memilih menonjolkan fakta konsistensi Partai Golkar yang diuji. Fakta bahwa banyak partai lain yang bisa saja
inkonsisten cenderung disembunyikan oleh MI.
Tematik:
Beberapa tema yang diangkat dalam berita ini antara lain: 1 Pernyataan sikap Partai Golkar yang tetap mempertahankan hak angket perpajakan; 2
Pengakuan Partai Golkar bahwa tantangan untuk meloloskan hak angket pajak semakin berat menjadi tantangan bagi konsistensi partai; 3 Kemungkinan PDIP
masuk ke dalam kabinet.
Retoris:
Unsur retoris yang terdapat dalam berita ini adalah penggunaan grafis. Grafis yang digunakan berupa tabel yang menjelaskan perjalanan hak angket.
Tabel ini tidak menyebutkan bahwa pengusul hak angket adalah Partai Golkar.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, malah Partai Demokrat yang mengusulkan hak angket tersebut dan kemudian menarik lagi dukungan tersebut.
7. Frame berita 18 Februari 2011 Judul: Golkar Persilakan Pencopotan Menteri
Tabel 9. Tabel Frame berita 18 Februari 2011
Frame: Partai Golkar bukan partai yang berani mengambil posisi sebagai oposisi dalam pemerintahan partai pengecut
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Penyusunan paragraf diawali dengan wawancara terhadap
narasumber Partai Golkar yang tetap berkomitmen memperjuangkan hak angket. Disusul dengan batahan dari Ketua
Umum PAN yang menganggap angket perpajakan tidak efisien. Selain itu terdapat paragraf khusus yang berisikan pendapat
pengamat politik yang berpendapat, Golkar bukan partai yang berani menjadi oposisi dalam pemerintahan.
Skrip Penekanan pada sikap Golkar yang tak akan mengambil posisi
sebagai oposisi dalam pemerintahan.
Tematik 1 Komitmen Partai Golkar yang tetap akan mempertahankan
hak angket perpajakan; 2 PAN menganggap usulan hak angket tidak efisien; 3 Partai Golkar tidak akan berani menjadi oposisi
pemerintahan.
Universitas Sumatera Utara
Retoris Pemilihan kata ‘pencopotan menteri’ dibanding menggunakan
kata yang lebih halus maknanya seperti ‘reshuffle’. Sumber: Hasil Penelitian
Sintaksis:
Dalam berita ini, MI masih mengangkat frame bahwa ancaman reshuffle membayangi langkah Partai Golkar. Hal ini terlihat dari judul dan lead berita yang
diperkuat dengan pendapat Priyo Budi Santoso, Ketua DPP Partai Golkar. Berikut kutipan lead-nya:
Partai Golkar masih berkomitmen untuk memperjuangkan usulan hak angket atas kasus pajak meskipun harus kehilangan jatah kursi
di kabinet. “Kami bersalah jika ikut mendukung hak angket untuk
menggoyang kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono. Selama ini kan kami sudah mendukung. Tapi kalau menteri kami dicopot,
ya monggo. Terserah kepada yang mencopot,” kata Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso.
Meskipun begitu, MI tetap menganggap Partai Golkar tidak akan berani
mengambil langkah untuk menjadi oposisi. Kalimat pembuka mengisyaratkan hal tersebut.
Kecil kemungkinan Partai Golkar berani mengubah posisi menjadi oposisi pemerintah terkait dengan pengajuan hak angket
perpajakan. Penggunaan kalimat pembuka yang juga berfungsi sebagai eyecatcher ini
menunjukkan frame MI yang menganggap Partai Golkar bukanlah partai yang berani mengambil posisi sebagai oposisi dalam pemerintahan. Pemilihan kalimat
pembuka seperti ini akan membentuk pendapat awal bagi pembaca bahwa Partai Golkar adalah partai yang pengecut dan sangat menginginkan kekuasaan.
Universitas Sumatera Utara
Dari segi isi berita, paragraf awal berisi kutipan mengenai komitmen Golkar untuk tetap mempertahankan hak angket. Narasumber yang
memperkuatnya adalah Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso. Sementara di pertengahan paragraf, MI menampilkan bantahan terhadap hak angket yang
tidak efisien dari Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa. Di akhir berita juga terdapat subjudul ‘Tidak Biasa’ yang berisikan
pendapat dari pengamat politik, Yunarto Wijaya. Pendapat Yunarto ini membantu memperjelas pandangan MI yang meragukan Partai Golkar akan berani mengubah
posisi menjadi oposisi pemerintah. Strategi penyusunan berita seperti ini menunjukkan frame MI yang negatif
terhadap Partai Golkar. Porsi paragraf yang berisikan komitmen Partai Golkar untuk memperjuangkan hak angket meski diancam reshuffle, lebih sedikit
dibandingkan porsi paragraf yang berisikan sanggahan dari Hatta Rajasa Ketua Umum PAN mengenai tidak efektifnya hak angket dan sanggahan dari pengamat
politik Yunarto Wijaya mengenai kemungkinan Golkar untuk menjadi partai oposisi dalam pemerintahan.
Skrip:
Dari struktur skrip, MI menekankan fakta pada sikap Partai Golkar mengenai hak angket perpajakan. Meskipun Golkar tetap konsisten
mempertahankan hak angket, dan ancaman reshuffle dalam kabinet membayangi
Universitas Sumatera Utara
Golkar, namun MI tetap menekankan bahwa Golkar tak akan mengambil posisi sebagai oposisi dalam pemerintahan.
Tematik:
Detail berita disusun dengan menunjukkan beberapa tema sebagai berikut: 1 Komitmen Partai Golkar yang tetap akan mempertahankan hak angket
perpajakan; 2 PAN menganggap usulan hak angket tidak efisien; 3 Partai Golkar tidak akan berani menjadi oposisi pemerintahan.
Retoris:
Dari segi leksikon, dalam berita ini MI lebih memilih menggunakan kata ‘pencopotan menteri’ dibanding menggunakan kata yang lebih halus maknanya
seperti ‘reshuffle’.
8. Frame berita 20 Februari 2011 Judul: Anggota Setgab Saling Serang Soal Hak Angket Pajak
Tabel 10. Tabel Frame berita 20 Februari 2011
Frame: Golkar penyebab perpecahan dalam koalisi Elemen
Strategi Penulisan Sintaksis
Wawancara tiga pihak yang masing-masing mempertahankan pendapat dan kepentingan partainya. Porsi paragraf untuk
narasumber Partai Demokrat yang berpendapat bahwa pengajuan
Universitas Sumatera Utara
hak angket hanya menimbulkan perpecahan dalam setgab jauh lebih besar dibandingkan dengan porsi untuk narasumber Golkar
maupun PKS.
Skrip Menekankan fakta pada pertarungan politik yang masih
memanas pada partai-partai di DPR. Sementara substansi hak angket sendiri tidak diliput.
Tematik 1 Akibat pengajuan angket, Setgab terancam pecah; 2
Demokrat menuding Golkar mengajukan angket demi membersihkan nama Aburizal Bakrie, Ketua Umum Golkar; 3
Golkar memberikan pembelaan bahwa pengajuan hak angket bukan kepentingan pribadi; 4 PKS menuding Demokrat yang
justru memiliki kepentingan politik karena itu menolak hak angket; 5 Golkar sebagai pengusul hak angket adalah penyebab
perpecahan dalam koalisi. Retoris
Foto dan eyecatcher yang berisikan kutipan pernyataan dari masing-masing narasumber yang menunjukkan peristiwa saling
serang antar partai politik di setgab. Sumber: Hasil Penelitian
Sintaksis:
Dalam berita ini, MI kembali menunjukkan bingkainya bahwa hak angket hanya merupakan alat pertarungan politik bagi partai-partai di DPR. Kali ini,
partai-partai dalam koalisi yang bertarung. Judul menunjukkan hal tersebut. Dalam judul dikatakan bahwa anggota Setgab saling menyerang dan menuding
Universitas Sumatera Utara
dalam persoalan angket perpajakan. Meskipun dalam judul MI memilih untuk memperlihatkan bahwa hak angket merupakan ajang kepentingan politik parpol,
namun, isi berita lebih condong menyudutkan Golkar. Lead berita mendukung judul. Lead berbunyi:
Suhu internal sekretariat gabungan Setgab Partai Koalisi pendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
semakin panas menjelang Rapat Paripurna DPR pada Selasa 222. Rapat itu akan mengambil keputusan mengenai hak angket
pajak. Paragraf awal dari berita ini menunjukkan pandangan MI yang
menganggap pengajuan hak angket menyebabkan keretakan dalam koalisi di pemerintahan. Pada paragraf ketiga, terlihat bagaimana pandangan MI terhadap
Partai Golkar. MI berpandangan bahwa Partai Golkar yang tetap mempertahankan hak angket menimbulkan saling serang antar partai anggota koalisi. Hal ini dapat
dibuktikan dari kutipan paragraf berikut.
Saling serang antaranggota setgab mencuat terutama setelah Golkar meneguhkan sikap mendukung angket pajak pada
pertemuan Jumat 182. Pertemuan itu dipimpin Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie.
Secara implisit MI memberikan pandangan hanya Golkar yang menjadi
‘biang kerok’ timbulnya perselisihan dalam setgab. Faktanya yang seolah disembunyikan MI adalah bahwa ada partai lain dalam Setgab selain Golkar yang
tetap mempertahankan hak angket, yakni PKS. Pada paragraf selanjutnya, MI memberikan kutipan dari anggota Dewan
Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok yang memperkuat anggapan MI bahwa Partai Gokar yang menyebabkan timbulnya perpecahan dalam setgab.
Universitas Sumatera Utara
Mubarok juga mengakui angket pajak membuat setgab terbelah. Setgab tidak bisa mengatasi anggota koalisi lainnya karena Golkar
tetap ngotot meloloskan usulan angket. Berita ini juga menampilkan subjudul ‘Tidak Ada Kaitan’ yang berisikan
tentang bantahan-bantahan dari Partai Golkar maupun PKS terkait hak angket pajak. Subjudul mengutip pendapat Setya Novanto Ketua Fraksi Golkar yang
membantah tuduhan Partai Demokrat yang menganggap bahwa sikap Golkar yang mendukung angket pajak tidak ada kaitannya dengan pembersihan nama Ketua
Umum Gokar. Sementara pada akhir paragraf, MI mengutip pernyataan dari pihak PKS,
melalui kutipan dari Mustafa Kamal, Ketua Fraksi PKS, malah menuding Demokrat yang menarik dukungannya dari hak angket pajak malah memberikan
tanda tanya mengenai kepentingan politik Demokrat. Pola penyusunan berita seperti ini menunjukkan bagaimana pandangan MI
yang memberikan citra negatif terhadap Partai Golkar. Tuduhan-tuduhan dari Partai Demokrat yang menuding Golkar diletakkan pada paragraf awal dan
disusun menjadi berita utama dapat mengiring pembaca pada fakta bahwa Golkar yang menyebabkan perpecahan di setgab. Sementara subjudul yang berisi
sanggahan dari dua partai tidak lagi terlihat penting.
Skrip:
Dari unsur skrip, MI menekankan fakta pada sikap Partai Golkar mempertahankan angket yang menjadi penyebab perpecahan dalam setgab. MI
Universitas Sumatera Utara
cenderung menyembunyikan fakta bahwa ada partai lain dalam koalisi yang juga mempertahankan sikap mendukung hak angket, yakni PKS.
Dari unsur who siapa juga terlihat bahwa MI menyebutkan Aburizal Bakrie untuk merujuk kepada Golkar. Sementara untuk partai lain, nama tokoh
yang berkepentingan tidak disebutkan.
Tematik:
Ada beberapa tema yang diangkat dalam berita ini: 1 Akibat pengajuan angket, Setgab terancam pecah; 2 Demokrat menuding Golkar mengajukan
angket demi membersihkan nama Aburizal Bakrie, Ketua Umum Golkar; 3 Golkar memberikan pembelaan bahwa pengajuan hak angket bukan kepentingan
pribadi; 4 PKS menuding Demokrat yang justru memiliki kepentingan politik karena itu menolak hak angket.
Selain itu, berita ini juga menggunakan koherensi sebab akibat. Koherensi tersebut muncul pada paragraf ketiga. Berikut kutipannya:
Saling serang antar anggota setgab mencuat terutama setelah Golkar meneguhkan sikap mendukung angket pajak pada
pertemuan Jumat 182.
Dengan memberi kata penghubung ‘setelah’ pada kalimat di atas, dapat terlihat bahwa MI menjadikan Golkar sebagai penyebab munculnya perpecahan
dalam Setgab.
Retoris:
Universitas Sumatera Utara
Unsur retoris yang digunakan pada berita ini adalah unsur grafis berupa foto dan eyecatcher yang berisikan kutipan pernyataan dari masing-masing
narasumber. Foto dari Setya Novanto, Ketua Fraksi Partai Golkar, berisikan kutipan pernyataanya yang berbunyi “Tidak ada kepentingan pribadi yang
diperjuangkan Golkar, tetapi kepentingan rakyat”. Kemudian foto Ahmad Mubarok, Anggota Dewan Pembina Demokrat, berisikan kutipan yang berbunyi
“Golkar ingin membersihkan nama Ical dalam kasus pajak secara politik”. Selanjutnya foto Mustafa Kamal Ketua Fraksi PKS yang berisikan kutipan “Sikap
Demokrat menentukan tanda Tanya mengenai kepentingan politik Demokrat. Penggunaan grafis seperti ini menunjukkan bagaimana MI
menggambarkan saling serang antar partai politik di setgab.
9. Frame berita 22 Februari 2011 Judul: Golkar, PKS Rela Didepak dari Koalisi
Tabel 11. Tabel Frame berita 22 Februari 2011
Frame: Golkar adalah partai yang tidak loyal dengan koalisi Elemen
Strategi Penulisan Sintaksis
Susunan paragraf memberikan porsi yang lebih banyak terhadap keterangan-keterangan dari narasumber Partai Demokrat yang
cenderung menyudutkan Golkar. Sementara keterangan dari partai lainnya lebih sedikit dan cenderung tidak dominan.
Skrip Menekankan fakta bahwa partai yang berlawanan dengan koalisi
Universitas Sumatera Utara
harus menerima hukuman didepak dari koalisi.
Tematik 1 Partai yang tidak sejalan dengan koalisi pantas di-reshuffle;
2 Golkar dan PKS tetap kukuh mempertahankan hak angket
meski beresiko dikeluarkan dari koalisi. Retoris
Penggunaan tanda koma , pada judul memberikan efek khusus yang menyebabkan kata ‘Golkar’ tampak lebih dominan
dibandingkan dengan PKS. Pemilihan kata ‘didepak’ atau ‘ditendang’ dibanding kata yang berkonotasi lebih halus seperti
‘dikeluarkan’. Sumber: Hasil Penelitian
Sintaksis:
Dari segi judul, terlihat bahwa MI mengangkat mengenai Partai Golkar dan PKS yang rela dikeluarkan dari partai koalisi karena dianggap bertentangan
dengan partai koalisi. Lead memperjelas judul bahwa Partai Demokrat sebagai pemimpin koalisi berencana akan melepaskan kedua partai tersebut dari koalisi.
Koalisi pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih terganjal sikap Golkar dan PKS yang ngotot mendukung angket
mafia pajak. Demokrat mengikhlaskan partai yang tidak sejalan itu. Paragraf kedua berisi tentang lobi-lobi yang dilakukan Partai Demokrat
sehari sebelum Rapat Paripurna DPR yang akan menentukan keputusan apakah hak angket akan lolos atau tidak. Dalam hal ini, MI terlihat memberikan citra
negatif terhadap Partai Golkar dengan menekankan bahwa hak angket merupakan kepentingan Golkar untuk membersihkan nama baik Ketua Umum Golkar
Aburizal Bakrie.
Universitas Sumatera Utara
Hingga sehari menjelang Rapat Paripurna DPR pengambilan keputusan mengenai angket mafia pajak yang diagendakan hari ini,
lobi-lobi masih gencar dilakukan. Partai Demokrat meyakinkan fraksi-fraksi di DPR bahwa hak angket tersebut digulirkan untuk
kepentingan membersihkan nama Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie.
Meskipun menggunakan subjek Partai Demokrat, tetapi terlihat bahwa MI menggunakan kalimat diatas untuk memberikan frame negatif kepada pembaca
terhadap Partai Golkar. Strategi pemberitaan seperti ini juga memperlihatkan bahwa MI cenderung menekankan bahwa tokoh utama pengusul hak angket
adalah Golkar. Meski ada PKS didalamnya. Paragraf-paragraf selanjutnya berisikan tentang sikap Partai Demokrat
mengenai reshuffle dan perombakan kabinet. Melalui kutipan dari Sekretaris Setgab, dari Partai Demokrat, Syarif Hasan dan Ketua Umum Partai Demokrat,
Anas Urbaningrum, menyatakan Demokrat akan mengikhlaskan partai yang berlawanan dengan Demokrat. Selain itu terdapat pula kutipan-kutipan dari Ketua
DPP Golkar, Priyo Budi Santoso, dan Sekjen PKS, Anis Matta yang tetap bersikukuh mendukung angket meski resikonya akan dikeluarkan dari koalisi.
Strategi penyusunan paragraf seperti ini akan memberikan kesan bahwa pendapat Golkar dan PKS diatas lagi menjadi suatu hal yang penting karena
masing-masing pendapat hanya diberikan porsi satu paragraf. Sangat jauh berbeda dengan paragraf-paragraf yang berisikan pendapat dari Partai Demokrat yang
mendapat porsi empat paragraf. Berita ditutup dengan pendapat dari Fraksi Partai Hanura dan Fraksi
Gerindra. Pada kalimat penutup masih terlihat frame negatif MI terhadap Golkar
Universitas Sumatera Utara
yang mengutip pendapat Ketua Fraksi Partai Gerindra yang menyebutkan bahwa angket merupakan agenda kepentingan Golkar.
Ketua F-Gerindra Ahmad Muzani pun mengatakan fraksinya terbuka untuk tidak ikut agenda kepentingan Golkar.
Skrip:
Dari unsur skrip, MI lebih menekankan fakta bahwa partai yang berlawanan dengan koalisi harus menerima hukuman didepak dari koalisi. Unsur
who siapa dalam berita ini memperlihatkan bahwa Partai Golkar merupakan partai yang memiliki kepentingan dalam mempertahankan angket, yakni untuk
membersihkan nama baik Ketua Umum Golkar.
Tematik:
Beberapa tema yang diangkat dalam berita ini antara lain: 1 Partai yang tidak sejalan dengan koalisi pantas di-reshuffle; 2 Golkar dan PKS tetap kukuh
mempertahankan hak angket meski beresiko dikeluarkan dari koalisi. Dari segi koherensi, MI menggunakan koherensi penjelas pada kalimat
pertama paragraf pertama. Koalisi pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih
terganjal sikap Golkar dan PKS yang ngotot mendukung angket mafia pajak.
Kata ‘yang ngotot mendukung angket mafia pajak’ pada kutipan di atas digunakan sebagai anak kalimat penjelas subjek. Dalam hal ini yang berperan
sebagai subjek kalimat adalah Golkar dan PKS. Penyusunan kalimat, terutama penggunaan kata ngotot, seperti diatas menunjukkan bahwa MI memberikan
Universitas Sumatera Utara
bingkai kepada Partai Golkar dan PKS sebagai pengkhianat koalisi. Peletakan Golkar sebagai subjek yang lebih dahulu disebut daripada PKS juga bisa memiliki
makna bahwa MI ingin Golkar terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan PKS.
Retoris:
Unsur grafis yang terlihat pada berita ini adalah pada judul, MI lebih memilih untuk menggunakan tanda koma , untuk membedakan Golkar dan PKS
dibanding menggunakan kata dan. Secara sekilas, pola seperti ini dapat memberikan efek khusus yang menyebabkan kata ‘Golkar’ pada judul tampak
lebih dominan dibandingkan dengan PKS. Hal ini memperlihatkan bahwa MI lebih mencoba untuk lebih menekankan Partai Golkar dalam berita ini.
Dari segi leksikon atau pemilihan kata, MI lebih memilih untuk menggunakan kata ‘didepak’ atau ‘ditendang’ dibanding kata yang berkonotasi
lebih halus seperti ‘dikeluarkan’.
10. Frame Editorial 22 Februari 2011 Judul: Simalakama Angket Pajak
Tabel 12. Tabel Frame Editorial 22 Februari 2011
Frame: Partai Golkar memiliki kepentingan pribadi dalam pengajuan hak angket.
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Merupakan tajuk rencana yang berisikan opini dan pandangan
Universitas Sumatera Utara
MI secara umum mengenai pengajuan hak angket perpajakan. Paragraf disusun dengan menceritakan bahwa hak angket
sebenarnya perlu dilakukan, kemudian paragraf-paragraf akhir menggambarkan dugaan MI terhadap kepentingan Partai Golkar
dalam mengajukan hak angket perpajakan.
Skrip Penekanan pada perlunya hak angket dilakukan selama didorong
oleh kepentingan tulus dan substansial, bukan hanya karena kepentingan politik partai semata.
Tematik
1 angket pajak perlu dilakukan selama tidak bercampur dengan kepentingan politik partai; 2 DPR telah kehilangan kredibilitas
karena tak lagi mampu menghilangkan kepentingan partai di dalamnya; 3 Baik Partai Demokrat yang menolak hak angket
maupun Partai Golkar yang mengusulkan hak angket sama-sama hanya memikirkan kepentingan partai masing-masing; 4
Dengan kredibilitas DPR seperti sekarang, angket seperti buah
simalakama. Retoris
Menggunakan eyecatcher yang menuntun pembaca untuk memberikan gambaran keseluruhan teks yang berbunyi ‘ketika
lembaga negara kehilangan kredibilitas seperti sekarang, angket seperti buah simalakama’.
Sumber: Hasil Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Sintaksis:
Berita ini merupakan tajuk rencana dari MI yang berisikan opini dan pandangan MI secara umum mengenai pengajuan hak angket perpajakan ini. Dari
judul dapat terlihat pandangan MI yang melihat hak angket dengan ungkapan ‘simalakama’. Ada atau tidaknya hak angket, menurut MI sama ruginya.
Lead menjelaskan bahwa hak angket akan dibahas pada Rapat Paripurna DPR hari ini. Kemudian pada paragraf-paragraf selanjutnya, MI membahas
masing-masing alasan kedua partai besar di DPR, yakni Demokrat dan Golkar yang masing-masing bersikukuh memperdebatkan perlu atau tidaknya hak angket
dilaksanakan. Namun, pada paragraf ketujuh, MI menyatakan bahwa hak angket mafia
perpajakan adalah jawaban yang tepat untuk menjawab permasalahan kasus mafia perpajakan. Dapat terlihat pada kutipan di bawah:
Bila lembaga-lembaga penegak hukum yang telah kehilangan kredibilitas karena terbelit oleh mafia lalu menjadi bagian dari
kepentingan mafia, apakah harus dipercaya terus tanpa keraguan? Dengan pertanyaan itu, angket mafia perpajakan oleh DPR adalah
jawaban yang tepat.
Pada titik ini, MI sebenarnya memiliki pandangan yang sama dengan Partai Golkar mengenai perlu atau tidaknya hak angket diakukan. Namun, pada
paragraf selanjutnya MI mempertanyakan ketulusan Golkar dalam mengajukan hak angket ini. Untuk Golkar, MI seolah memberikan anggapan bahwa ada upaya
kepentingan politik dibalik keinginan Golkar untuk mengajukan hak angket. Lalu murni dan tuluskah Golkar dengan sikap mereka terhadap
angket? Kita tidak menduga-duga apa yang ada di hati para petinggi mereka.
Universitas Sumatera Utara
Bagian penutup berisikan sikap MI terhadap hak angket dengan menyatakan ‘ada angket celaka, tanpa angket juga celaka’.
Skrip:
Dari unsur skrip, MI lebih menekankan fakta bahwa angket perpajakan perlu dilakukan selama didorong oleh kepentingan tulus dan substansial, bukan
hanya karena kepentingan politik partai semata. Diantara semua partai yang bertarung di DPR, MI lebih memilih untuk memberikan penekanan terhadap
Partai Golkar dan Partai Demokrat.
Tematik:
Tema yang diangkat: 1 angket pajak perlu dilakukan selama tidak bercampur dengan kepentingan politik partai; 2 DPR telah kehilangan
kredibilitas karena tak lagi mampu menghilangkan kepentingan partai di dalamnya; 3 Baik Partai Demokrat yang menolak hak angket maupun Partai
Golkar yang mengusulkan hak angket sama-sama hanya memikirkan kepentingan partai masing-masing; 4 Dengan kredibilitas DPR seperti sekarang, angket
seperti buah simalakama.
Retoris:
Dari segi grafis, terdapat eyecatcher yang menuntun pembaca untuk memberikan gambaran keseluruhan teks. Eyecather yang berbunyi ‘ketika
Universitas Sumatera Utara
lembaga negara kehilangan kredibilitas seperti sekarang, angket seperti buah simalakama’ memnunjukkan pendangan MI secara keseluruhan terhadap angket.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang berisikan deskripsi dan interpretasi dari hasil penelitian. Dari bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan-
kesimpulan yang berdasarkan pada model analisis framing Pan dan Kosicki terhadap pemberitaan mengenai Partai Golkar khususnya pada berita-berita
mengenai hak angket mafia perpajakan 2011 di harian Media Indonesia. Selain kesimpulan, pada bab ini juga terdapat saran-saran dari peneliti terhadap hasil
penelitian yang telah dilakukan.
V.1 Kesimpulan