Faurizkar Rachman, 2015 PENGARUH MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN PRESTASI, MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN KEKUASAAN,
MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN AFFILIASI TERHADAP DISIPLIN KERJA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3.8 Uji Hipotesis
Langkah terakhir dari analisis data yaitu pengujian hipotesis yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup jelas dan dapat
dipercaya antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menguji hipotesisi ini peneliti menggunakan rumus uji signifikansi
korelasi uji T-student sebagai berikut: � =
�√�− √ −�
Sugiyono, 2011:184 Dimana :
t = distribusi student
r = koefisien korelasi dari uji independen kekuatan korelasi
n = banyaknya sampel
dengan kriteria sebagai berikut : taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan dk = N-2
apabila t
hitung
t
tabel
maka H
1
diterima dan H ditolak
apabila t
hitung
≤
t
tabel
maka H diterima dan H
1
ditolak Sedangkan untuk menguji hipotesis secara simultan pengaruh motivasi
Kebutuhan Akan Prestasi, Motivasi Kebutuhan Akan Kekuasaan Dan Motivasi Kebutuhan Akan Affiliasi terhadap disiplin Kerja dapat menggunakan rumus uji F
berikut ini: �ℎ =
� � −� �−�−
Sugiyono, 2011:192
Faurizkar Rachman, 2015 PENGARUH MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN PRESTASI, MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN KEKUASAAN,
MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN AFFILIASI TERHADAP DISIPLIN KERJA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dimana: R = Koefisien korelalsi ganda
k = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel
Bila F
h
lebih besar dari F
t
maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi. Kriteria penolakan
hipotesisnya adalah : Taraf signifikasi 0,05 dengan derajat kebebasan dk= n-k-1
Jika F
hitung
Ft
abel
maka H
1
diterima dan H ditolak
Jika F
hitung
≤
F
tabel
maka H diterima dan H
1
ditolak Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam rangka pengambilan
keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut: 1.
Hipotesis pertama H
1
: � ≠ , artinya terdapat pengaruh antara motivasi kebutuhan akan
prestasi terhadap disiplin kerja 2.
Hipotesis Kedua H
1
: � ≠ , artinya terdapat pengaruh antara motivasi kebutuhan akan
kekuasaan terhadap disiplin kerja 3.
Hipotesis Ketiga
Faurizkar Rachman, 2015 PENGARUH MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN PRESTASI, MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN KEKUASAAN,
MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN AFFILIASI TERHADAP DISIPLIN KERJA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
H1
: � ≠ , artinya terdapat pengaruh antara motivasi kebutuhan akan affiliasiterhadap disiplin kerja
4. Hipotesis Keempat
H1
: � ≠ , artinya terdapat pengaruh antara motivasi kebutuhan akan prestasi, motivasi kebutuhan akan kekuasaan, dan motivasi kebutuhan
akan affiliasi terhadap disiplin kerja pegawai
Faurizkar Rachman, 2015 PENGARUH MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN PRESTASI, MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN KEKUASAAN,
MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN AFFILIASI TERHADAP DISIPLIN KERJA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat Unit Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat untuk
mengetahui pengaruh motivasi kebutuhan akan prestasi, motivasi kebutuhan akan kekuasaan, dan motivasi kebutuhan akan affiliasi terhadap disiplin kerja maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Gambaran motivasi kebutuhan akan prestasi pada pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat Unit Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat berada pada
kategori tinggi. Hal ini berdasarkan skor kriterium yang berada pada kategori kriterium tinggi. Motivasi kebutuhan akan prestasi terdiri dari semangat kerja,
selalu ingin lebih unggul, dan ketepatan kerja merupakan aspek yang memberikan kontribusi paling besar dalam menentukan disiplin kerja, yaitu
indikator keinginan untuk bekerja keras. Pegawai disiplin bila pegawai memiliki keinginan untuk bekerja keras.
2. Gambaran motivasi kebutuhan akan kekuasaan pada pegawai SATPOL PP
Provinsi Jawa Barat Unit Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat berada pada kategori tinggi. Hal ini berdasarkan skor kriterium yang berada pada