commit to user
39 smaragdina 5 kali lebih lambat daripada anakan A. fuciphagus dengan
pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari.
B. Kelangsungan Hidup Anakan A. fuciphagus
Berdasarkan hasil penelitian selama 21 hari dapat diperoleh gambaran mengenai pertumbuhan berat, pertumbuhan bulu, kelangsungan
hidup anakan A. fuciphagus. Parameter tersebut didukung dengan hasil analisis kualitas media pemeliharaan.
Mortalitas atau kelangsungan hidup adalah peluang hidup pada periode tertentu. Tingkat kematian pada suatu populasi dipengaruhi oleh
faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar meliputi kondisi lingkungan abiotik, kompetisi antar spesies, pemangsa dan kekurangan pakan. Faktor
dalam meliputi umur dan kemampuan untuk mencerna makanan Klasing, 1998.
Tabel 4. Kelangsungan hidup atau Survival Rate SR anakan A. fuciphagus berdasarkan frekuensi pemberian telur O. smaragdina pada akhir
penelitian. Jenis Pakan
Frekuensi Pemberian Pakan
Kelangsungan Hidup± SD
Kelangsungan Hidup ± SD
Telur O. smaragdina
3 kali 46,62±18,23
a
75,52±26,64
a
5 kali 79,96±18,29
b
7 kali 100±0,00
c
Larva O. smaragdina
3 kali 13,32±18,23
d
37,74±24,74
b
5 kali 46,62±18,23
e
7 kali 53,28±18,23
f
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada beda nyata P0,05 antara perlakuan
SD : Standar Deviasi
commit to user
40 Gambar 3. Grafik rata-rata kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus
setiap 7 hari pengamatan setelah berdasarkan frekuensi pemberian telur O. smaragdina.
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5
hari ke-1 hari ke-7
hari ke-14 hari ke-21
jum la
h ind
iv id
u e
k o
r
3 kali pemberian telur O. smaragdina
5 kali pemberian telur O. smaragdina
7 kali pemberian telur O. smaragdina
3 kali pemberian larva O. smaragdina
5 kali pemberian larva O. smaragdina
7 kali pemberian larva O. smaragdina
Pada gambar 3 terlihat bahwa dari pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari diperoleh kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus rata-rata
sebesar 100 dan dari hasil uji DMRT 5 lampiran 2, perlakuan tersebut berbeda nyata P0.05 dengan pemberian telur O. smaragdina 3
kali per hari 66,6, dan pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari 33,3. Hasil pengukuran kelangsungan hidup rata-rata anakan A.
fuciphagus tiap perlakuan untuk setiap waktu pengamatan disajikan pada gambar 2.
Sebagai kontrol, pemberian larva O. smaragdina dengan frekuensi 3, 5, dan 7 kali per hari. Pada tabel 4 terlihat bahwa dari perlakuan
pemberian telur O. smaragdina diperoleh kelangsungan hidup rata-rata
commit to user
41 sebesar 75,52 . Perlakuan tersebut beda nyata P0,05 dengan perlakuan
pemberian larva O. smaragdina sebesar 37,74 . Dari analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memperlihatkan beda nyata pada pemberian
telur O. smaragdina memperlihatkan respon kelangsungan hidup lebih baik daripada pemberian larva O. smaragdina.
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan A. fuciphagus sangat ditentukan oleh dua faktor utama yaitu nutrisi dalam pakan dan kualitas
lingkungan sebagai
media pemeliharaan
anakan A.
fuciphagus. Pertumbuhan yang maksimal dapat dicapai apabila kuantitas dan kualitas
penyediaan makanan cukup baik, serta didukung oleh kondisi media pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan anakan burung Klasing, et al.,
1997. Menurut Marzuki 1997 rendahnya kelangsungan hidup pada anakan A. fuciphagus pada fase starter yang dibudidayakan banyak
disebabkan oleh penyakit, kelaparan, media pemeliharaan yang kurang ideal. Penyakit yang sering menjangkiti anakan A. fuciphagus adalah diare
Marzuki, 1997, yang kemungkinan disebabkan oleh kurang sterilnya media pemeliharaan dan kandungan kitin pada larva serangga yang biasa
diberikan pada budidaya anakan A. fuciphagus. Pada penelitian ini, pakan yang diberikan adalah telur O. smaragdina karena tidak mengandung kitin
dan larva O. smaragdina sebagai kontrol, dan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus.
commit to user
42 Hasil budidaya anakan A. fuciphagus dilakukan Marzuki 1997
dengan pemberian larva serangga sebanyak 30 berat badan anakan A. fuciphagus selama 18 hari dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali per
hari. Namun hasil penelitian pemberian telur O. smaragdina pada anakan A. fuciphagus selama 21 hari pemeliharaan dengan dosis pakan yang sama
tetapi dengan frekuensi pemberian pakan yang lebih besar yaitu 7 kali per hari memberikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang lebih baik.
Tingkat kelangsungan hidup yang dicapai pada penelitian ini dengan pemberian telur O. smaragdina dengan frekuensi pemberian 7 kali sehari
adalah 100 sedangkan pada budidaya yang dilakukan Marzuki 1997 hanya mencapai 55. Perbedaan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
pada anakan A. fuciphagus mungkin disebabkan oleh pemberian telur O. smaragdina yang tidak mengandung kitin sehingga meningkatkan energi
metabolisme dibanding pencernan larva serangga yang mengandung kitin. Selain itu frekuensi pemberian pakan yang tinggi juga berpengaruh pada
kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan A. fuciphagus. Pemberian frekuensi pakan yang berbeda pada penelitian ini
menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang berbeda pula. Pemberian pakan 7 kali sehari memberikan pertumbuhan berat badan dan
kelangsungan hidup tertinggi sedangkan pemberian pakan 3 kali sehari memberikan hasil terendah. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa frekuensi
pemberian pakan paling banyak yaitu 7 kali sehari selain sesuai dengan
commit to user
43 frekuensi pemberian pakan induk burung pemakan serangga di alam liar ,
juga memungkinkan makanan masuk sedikit demi sedikit ke dalam lambung. Anakan A. fuciphagus memiliki kapasitas lambung yang terbatas,
sehingga makanan yang masuk sedikit demi sedikit tetapi kontinyu akan memberikan kesempatan makanan untuk dicerna, sedangkan pemberian
pakan 3 kali sehari dengan jumlah pakan yang sama memberikan hasil pertumbuhan dan kelangsungan hidup terendah, hal ini diduga karena
volume makanan yang masuk terlalu banyak maka makanan yang ditelan pun melebihi kapasitas lambung anakan A. fuciphagus. Bila terjadi demikian
maka makanan yang masuk tidak dapat dicerna dengan sempurna, karena makanan berdesakan dalam saluran cerna yang melebihi kapasitas lambung,
dan makanan akan keluar lagi dari usus dalam keadaan belum tercerna dengan baik dan belum terserap sarinya oleh usus Voronov, 1974. Selain
itu volume makanan yang berlebih menyebabkan anakan A. fuciphagus lekas kenyang sehingga menurunkan nafsu makannya Royama, 1976. Hal
ini terlihat saat masuk minggu yang kedua, nafsu makan anakan pada pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari mulai turun dan mengalami
puncaknya pada saat anakan A. fuciphagus memasuki minggu ketiga yaitu pada umur 14 hari. Perilaku anakan A. fuciphagus saat mencium bau pakan
yang didekatkan di sekitar paruhnya adalah dengan membuka mulutnya. Hal ini terjadi karena penglihatan anakan burung pada fase starter belum
sempurna Klasing, 1998. Tetapi pada saat memasuki minggu ke-2, anakan
commit to user
44 A. fuciphagus terutama pada pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari
tidak menghabiskan seluruh telur O. smaragdina yang diberikan. Nafsu makan yang turun menyebabkan konsumsi makan menjadi berkurang,
sehingga asupan nutrisi yang diperlukan anakan A. fuciphagus tidak terpenuhi yang menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat yang pada
akhirnya bisa menyebabkan kematian. Pada saat memasuki hari ke-9, beberapa anakan A. fuciphagus pada kelompok pemberian telur O.
smaragdina 3 kali per hari dan kelompok pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari terlihat pucat, lemah, dan nafsu makan menurun. Memasuki
hari ke-10 beberapa anakan A. fuciphagus pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari mengalami kematian dan terjadi kematian
setiap hari secara acak pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari dan kelompok pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari
sampai berakhirnya penelitian. Anakan A. fuciphagus yang mengalami kematian memiliki ciri-ciri yang hampir seragam yaitu tubuh kurus dan
pucat. Jumlah kematian yang terjadi pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari lebih banyak daripada kematian yang terjadi
pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari yang diberi perlakuan pemberian telur O. smaragdina dengan frekuensi yang lebih
tinggi, sedangkan pada pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari, kelangsungan hidup mencapai 100. Dari keseluruhan parameter yang
diukur dan diamati pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian telur
commit to user
45 O. smaragdina 7 kali per hari merupakan perlakuan yang paling baik
karena menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain.
C. Kualitas Media Pemeliharaan