commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Burung Walet merupakan burung spesies Aerodramus yang menghasilkan sarang dari campuran air liur. Sarang Walet menjadi
komoditas penting dan harganya mencapai jutaan rupiah per kilogram. Indonesia adalah negara produsen sarang Burung Walet terbesar di dunia.
Mayoritas sarang Burung Walet asal Indonesia berasal dari panen gua dan panen rumahan Mardiastuti, 1997.
Burung Walet merupakan burung liar, dan selama ini telah dilakukan metode pemikatan Burung Walet untuk dikembangbiakkan. Selain itu, saat
ini telah dikembangkan pula sistem beternak Burung Walet yaitu menangkarkan dari anakan sampai menjadi Burung Walet dewasa yang
kawin dan membuat sarang. Salah satu kendala yang dialami peternak Burung Walet adalah tingginya tingkat kematian dan pertumbuhan yang
relatif lambat pada anakan umur 1-21 hari. Tingginya tingkat kematian dan pertumbuhan yang lambat pada fase ini karena burung mengalami kelaparan
yang kemungkinan disebabkan belum diketahui tentang kualitas pakan yaitu telur semut rang-rang Oecophyla smaragdina dan pola pemberian
pakan yang tepat seperti saat anakan diasuh oleh induknya Marzuki, 1997 Dalam beternak Walet pakan memegang peranan yang sangat
penting. Pakan dibutuhkan untuk kelangsungan hidup, membentuk sel-sel
commit to user
2 baru, mengganti bagian tubuh yang rusak, pertumbuhan, dan reproduksi
Marzuki, 1997. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi tubuh menurut Williams 1998 adalah pakan, genotip, jenis kelamin, dan
hormon. Pakan merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan dan pertumbuhan. Kualitas pakan terutama ditentukan oleh kandungan kalori dan protein, bila
kandungan kalori dan protein dalam pakan kurang mencukupi maka masukan senyawa tersebut pada burung akan rendah sehingga pertumbuhan
menjadi lambat, daya tahan tubuh rendah sehingga burung menjadi rentan penyakit Bairlein, 1996.
Pakan yang semula digunakan pada ternak Burung Walet Sarang Putih Aerodramus fuciphagus adalah campuran telur dan larva O.
smaragdina. Kandungan nutrisi larva O. smaragdina telah diketahui dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada pertumbuhan anakan A. fuciphagus.
Tetapi pemberian campuran pakan tersebut menyebabkan beberapa anakan A. fuciphagus mengalami diare. kondisi ini kemungkinan disebabkan
kandungan kitin pada larva O. smaragdina yang sulit dicerna oleh anakan A. fuciphagus, sehingga saat ini pakan yang digunakan peternak A. fuciphagus
adalah O. smaragdina walaupun kandungan nutrisinya belum diketahui Marzuki, 1997.
Selain kualitas pakan, frekuensi pemberian pakan yang tepat dapat meningkatkan konsumsi pakan maupun zat makanan, serta dapat
meningkatkan daya
cernanya sehingga
produktifitas meningkat.
commit to user
3 Pemanfaatan suatu bahan pakan dapat ditingkatkan dengan pengaturan
pemberian pakan yang optimal Siregar, 1994. Menurut Schneider dan William 1975 penentuan waktu pemberian pakan harus cermat dilakukan
dengan mengamati kebiasaan burung sehari-hari terutama perilaku induk pada saat memberi makan anakan A. fuciphagus. Dengan latar
belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan nutrisi O. smaragdina dan frekuensi pemberian pakan yang tepat untuk dapat
meningkatkan pertumbuhan, kecepatan pertumbuhan bulu, dan menurunkan angka kematian pada anakan A. fuciphagus.
B. Perumusan Masalah