commit to user
25 Perhitungannya :
100 100
2 1
´ -
= B
V V
g g
nitrogen Kadar
V
1 =
Banyaknya ml HCL yang digunakan pada sampel V
2
= Banyaknya ml HCL yang digunakan dalam blanko B
= Berat sampel Kadar protein g100g = N x Faktor konversi
N = Kadar nitrogen Untuk sampel yang belum diketahui nilai factor konversinya,
gunakan 6,25 sebelum memperoleh nilai yang sebenarnya Sudarmaji dkk., 1997.
e. Karbohidrat
Menggunakan metode
carbohydrat by
different. Kadar
karbohidrat dapat diperoleh dari selisih perhitungan berat sampel dikurangi berat air, abu, protein, dan lemak yang dinyatakan dalam
persen Sudarmaji dkk., 1997.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengamatan kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan A. Fuciphagus dilakukan setiap hari, sedangkan pengukuran kelangsungan
hidup dan berat rata-rata untuk masing-masing perlakuan dilakukan pada
commit to user
26 awal dan akhir penelitian. Pengamatan kondisi inkubator yang berupa suhu,
kelembaban, hama, dan predator dilakukan setiap hari.
E. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis varians ANAVA untuk mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh
perlakuan yang diberikan terhadap parameter yang diukur dalam penelitian ini. Apabila diketahui adanya pengaruh yang berbeda nyata, maka
dilanjutkan dengan uji DMRT Duncan’s Multiple Range Test pada taraf signifikan 5 untuk mengetahui tingkat perbedaan antar perlakuan,
sedangkan untuk data kualitas inkubator dibandingkan dengan rentang optimumnya berdasarkan literatur.
commit to user
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Usaha budidaya A. fuciphagus secara intensif membutuhkan kualitas, kuantitas, dan pola pemberian pakan yang tepat sesuai dengan
kebutuhan setiap periode hidup A. fuciphagus. Dalam mengambil makanan, anakan A. fuciphagus umur 0- 7 hari tidak selektif karena anakan belum
dapat melihat sehingga akan memakan apa saja yang dimasukkan ke dalam mulutnya. Akibatnya asupan gizi sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan
yang diberikan. Hal ini penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan anakan A. fuciphagus.
Pakan yang digunakan dalam budidaya A. fuciphagus adalah telur O. smaragdina. Pemberian telur O. smaragdina sebagai pakan pada
budidaya A. fuciphagus karena telur tersebut tidak mengandung kitin. Kitin pada serangga memiliki efek negatif karena relatif tidak dapat dicerna dan
dapat menghambat suplai enzim pencernaan untuk lemak dan protein Bryant Bryant, 2000, menurunkan kuantitas bakteri probiotik,
Bifidibacterium dan Lactobacillus dalam lambung Tanaka, et al., 1997. Efisiensi pada pencernaan tanpa kitin sangat tinggi, koefisien energi
metabolisme bisa mencapai 100, sedangkan pencernaan larva serangga yang mengandung kitin hanya 50-80 Karasov, 2001.
Pada penelitian ini telur O. smaragdina diberikan 30 dari berat badan anakan A. fuciphagus dengan variasi frekuensi pemberian yaitu 3 kali
commit to user
28 per hari, 5 kali per hari, dan 7 kali per hari. Variasi frekuensi yang
digunakan mengacu pada frekuensi pemberian pakan induk burung tropis liar pemakan serangga pada anakannya salah satunya adalah burung jalak
yaitu setiap 169 menit O’Connor, 1985 atau kurang lebih setiap 3 jam sekali. Aktivitas pemberian pakan oleh induk burung dimulai pada pagi
hingga petang hari Klasing, 1997. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka diharapkan dapat menghasilkan frekuensi yang ideal pada budidaya A.
fuciphagus. Pakan yang akan digunakan selama penelitian diujikan terlebih
dahulu kualitasnya untuk mengetahui kandungan protein, karbohidrat, lemak, abu, dan air. Kandungan komponen ini dapat dilihat dalam tabel 1
Tabel 1. Komposisi Senyawa Telur O. smaragdina dan Larva Semut serta Kebutuhan Senyawa Gizi Anakan Burung Pemakan Serangga
Komposisi Nutrien
Telur O. smaragdina
a
Larva O. smaragdina
b
Kebutuhan Senyawa Gizi Anakan Burung
Pemakan Serangga
c
Protein Lemak
Karbohidrat Air
Abu 15,2
3,9 4,1
65,5 0,8
17,7 3,4
2,3 67,2
- 14,1
2,6 3,9
78 -
Keterangan a. Hasil analisis proksimat
b. Redford 1984 c. Street dan Macdonald 1977
commit to user
29 Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu telur O. smaragdina mempunyai kandungan protein dan air lebih rendah daripada pakan berupa larva serangga, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat pada telur O. smaragdina lebih tinggi daripada pada larva semut. Kandungan nutrisi larva semut menurut Redford 1984, adalah
protein 17,7, karbohidrat 2,3, lemak 3,4, dan air 67,2. Saat ini belum ada data yang jelas mengenai kebutuhan nutrisi pakan yang ideal
bagi anakan A. fuciphagus, maka pada penelitian ini menggunakan data penelitian pada tiga jenis burung pemakan serangga yang dinyatakan oleh
Street dan Macdonald 1977 sebagai dasar pembanding, mengingat A. fuciphagus termasuk burung pemakan serangga. Kebutuhan nutrisi pada
anakan burung pemakan serangga meliputi protein 14,15, karbohidrat 3,9, lemak 2,6, dan air 78, sesuai dengan pernyataan tersebut, maka
kandungan nutrisi pakan ini dari hasil analisis proksimatnya dapat dinyatakan sudah dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anakan A. fuciphagus.
Molekul yang paling penting dalam tubuh suatu organisme adalah protein karena menurut Lehninger 1982 protein merupakan makromolekul
penyusun protoplasma aktif dalam semua sel hidup. Adapun fungsi-fungsi protein antara lain sebagai pembentuk hormon, enzim, antibodi,
memperbaiki jaringan rusak, dan membentuk jaringan baru Tacon, 1987. Kadar protein pakan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan
dan kelangsungan hidup anakan burung Beckerton, et al.,2002; Cole, et
commit to user
30 al., 1992. Kualitas protein ditentukan oleh jumlah dan susunan asam
aminonya Hiromoto, et al., 2000. Namun dalam prakteknya, suatu organisme tidak hanya membutuhkan protein dalam mendukung kehidupan,
tetapi juga membutuhkan nutrisi lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah cukup yang masing-masing fungsinya saling
berkesinambungan dalam mendukung kehidupan organisme tersebut Cilleirs dan Hayes, 2000.
Selain kualitas pakan, frekuensi pemberian pakan yang tepat dapat meningkatkan konsumsi pakan maupun zat makanan serta dapat
meningkatkan daya
cernanya sehingga
produktivitas meningkat.
Pemanfaatan suatu bahan pakan dapat ditingkatkan dengan pengaturan pemberian pakan yang optimal Siregar, 1985. Frekuensi pemberian pakan
juga berkaitan dengan frekuensi lapar. Kekerapan frekuensi pemberian pakan diatur untuk memacu pertumbuhan dengan anggapan pemberian
pakan sedikit demi sedikit namun dengan frekuensi lebih sering, mengakibatkan anakan A. fuciphagus tidak lekas kenyang dan nafsu makan
tetap terjaga Nir et al., 1978, juga berkaitan dengan proses sekresi enzim pencernaan yang mendapat rangsangan berupa pakan dalam saluran
pencernaan secara kontinyu. Adanya makanan dalam mulut secara refleks merangsang sekresi lambung. Sekresi enzim dalam saluran pencernaan yang
teratur akan mengurangi gangguan pencernaan yang sering terjadi pada saat anakan berada dalam fase starter Ganong, 2002 dan Nir et al., 1978.
commit to user
31 Asupan makanan yang kontinyu menjaga masukan kalori dan
protein pada anakan A. fuciphagus terpenuhi sehingga pertumbuhan menjadi optimal, kecepatan pertumbuhan bulu meningkat, serta daya tahan tubuh
meningkat, sehingga anakan A. fuciphagus menjadi tahan terhadap penyakit sehingga angka kelangsungan hidup pada fase tersebut meningkat.
A. Pertumbuhan Anakan A. fuciphagus