Kayu Bakar Arang Kayu Perikanan Mangrove

76 Rekreasi X Keanekaragaman Hayati X Stabilisasi pantai dan pengendali abrasi X Tempat pemijahan X Sumber : Data Primer, September 2005

6.3.1. Manfaat Langsung Direct Use Value A. Nilai Tegakan Pohon

Berdasarkan hasil analisis citra satelite Landsat +7 ETM, diketahui bahwa di wilayah Pulau Belakang Padang pada tahun 2004 terdapat hutan mangrove seluas 110,5 ha. Dengan jenis utama adalah Bakau Rhizopora spp dan Nipah Nypa fruticans dan memiliki kerapatan rata-rata 275 pohonha dengan potensi 0,0524 m 3 pohon atau 14m 3 ha Hasil wawancara dengan Dinas Kehutanan, 2005. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa rata-rata harga kayu mangrove sebesar Rp 400.000,00m 3 , maka nilai kayu mangrove di lokasi ini adalah Rp 5.600.000,00hatahun atau total nilai kayu mangrove di Pulau Belakang Padang sebesar Rp 618.800.000,00. Biaya tegakan diperhitungkan sebesar 30 dari nilai tegakan, sehingga nilainya sebesar 1.680.000,00hatahun. Total biaya pengelolaan hutan mangrove Pulau Belakang Padang adalah sebesar Rp 185.640.000,00. Dengan demikian, maka nilai manfaat langsung bersih hutan mangrove dari nilai tegakan adalah sebesar Rp 433.160.000,00.

B. Kayu Bakar

Nilai fungsi hutan mangrove secara langsung berikutnya berupa kayu bakar. Pengambilan kayu bakar ini dilakukan oleh masyarakat untuk dijual dengan harga rata-rata Rp 13.500,00 per ikat. Berdasarkan survei diperoleh hasil bahwa dalam setahun kayu bakar yang dihasilkan per ha hutan mangrove dapat mencapai 600 ikat, sehingga total penerimaan yang dapat diperoleh per hektarnya sebesar Rp 77 8.100.000,00 atau total penerimaan dari nilai kayu bakar sebesar Rp 895.050.000,00. Biaya pengambilan kayu bakar yang dikeluarkan kurang lebih sebesar Rp 3.000,00 per ikat atau sebesar Rp 1.800.000,00 per hektar atau totalnya sebesar Rp 198.900.000,00. Dengan demikian nilai manfaat bersih hutan mangrove dari kayu bakar adalah sebesar Rp 696.150.000,00.

C. Arang Kayu

Nilai manfaat langsung dari hutan mangrove di Pulau Belakang Padang berikutnya adalah arang kayu. Produksi arang kayu di Pulau Belakang Padang kurang lebih mencapai sebesar 50 ton setahun, dimana harga satu kilo gram arang kayu rata-rata sebesar Rp 11.500,00 sehingga nilai arang kayu tersebut secara keseluruhan mencapai Rp 575.000.000,00 dalam setahun atau Rp 5.203.620,00 per hatahun. Adapun biaya pengolahan mangrove menjadi arang kayu untuk 1 ton mencapai Rp 1.500.000,00, sehingga biaya pengolahan keseluruhan mencapai Rp 75.000.000,00. Dengan demikian manfaat bersih dari arang kayu kurang lebih mencapai Rp 500.000.000,00.

D. Perikanan Mangrove

Nilai perikanan mangrove merupakan salah satu manfaat langsung dari hutan mangrove. Ikan umpan merupakan ikan yang digunakan untuk umpan dalam kegiatan perikanan tangkap di wilayah Pulau Belakang Padang. Jenis utama perikanan umpan ini adalah ikan Belanak. Harga ikan Belanak rata-rata sebesar Rp 12.000,00 per kilo gram. Dalam setahun produksi ikan belanak kurang lebih sebesar 34 kuintal per ha, sehingga nilai perikanan mangrove tersebut kurang lebih sebesar Rp 40.800.000,00 per hatahun. Sehingga manfaat keseluruhan dalam setahun dengan luas mangrove 110,5 ha adalah sebesar Rp 4.508.400.000,00. 78 Sedangkan biaya eksploitasi perikanan mangrove berdasarkan hasil survei kurang lebih mencapai Rp 2.700,00 per kilogram. Dengan investasi diperhitungkan sebanyak Rp. 3.000.000,00 per tahun dan biaya tetap tahunan sebanyak Rp 3.000.000,00, sehingga biaya keseluruhan mencapai Rp 1.020.390.000,00. Sehingga manfaat bersih yang didapat sebesar Rp 3.488.010.000,00.

E. Pendidikan