90 Tahun 1994-2004, area mangrove yang mengalami decline marjinal km
2
akan kehilangan produksi udang sebesar 31,28 ton dan mengalami kehilangan pendapatan revenue sebesar Rp 954.758.883,00 setiap
tahunnya, 5 Berdasarkan perhitungan valuasi ekonomi, nilai ekonomi total sumberdaya
mangrove di Pulau Belakang Padang adalah sebesar Rp 6.626.385.000,00 dengan luasan 110,5 Ha atau sebesar Rp 59.967.285,00 per Ha,
6 Nilai optimal dari produksi udang adalah 63,790 ton pada tahun 1999, luas mangrove optimal adalah 117, 368 Ha pada tahun 1999, nilai TR
pendapatan optimal adalah Rp 462.719.000.000,00 pada pertengahan tahun 2000 dan nilai effort optimal adalah 2.393 trip pada pertengahan
tahun 2000, 7 Pengelolaan mangrove yang tidak baik dalam jangka panjang akan
mengakibatkan manfaat ekosistem mangrove menjadi hilang.
7.2 Saran
Rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan kebijakan pengelolaan sumberdaya mangrove adalah sebagai
berikut : 1 Pemerintah daerah setempat dapat membuat kebijakan dan terus
mengawasi penyebab menyusutnya luasan mangrove di Pulau Belakang Padang yang merupakan daerah asuhan, tempat pemijahan
berbagai jenis ikan dan sebagai ekosistem yang mendukung keberlangsungan mata pencaharian masyarakat sekitar,
91 2 Pemerintah daerah setempat dapat menetapkan kebijakan area
mangrove sebagai kawasan lindung atau konservasi pada tingkat luasan optimal agar sumberdaya ikan, mangrove dan fauna lainnya
dapat terjaga, 3 Perlunya sosialisasi pentingnya pengelolaan mangrove dan capacity
building pada masyarakat sekitar untuk tetap menjaga sumberdaya
mangrove yang lestari, 4 Melakukan rehabilitasi area mangrove terlebih karena pada tahun
2000 ekosistem tersebut telah mengalami kerusakan dengan adanya tumpahan minyak ”Natuna Sea”,
5 Perlu dilakukan penelitian lanjutan potensi tegakan dan kerapatan, juga Biologi Modelling per jenis untuk melihat kualitas ekosistem
mangrovenya, 6 Melakukan zoning lokasi penanaman kembali pada wilayah mangrove
yang telah terdegradasi oleh masyarakat sekitar dan pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto L. 2005. Bahan Pengantar Survey Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove. Bogor. Kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan
dan PT. Plarenco c.q.PKSPL-IPB. Adrianto L. 2005. Konsep dan Pengertian Ekonomi Sumberdaya Alam Pesisir dan
Laut dalam Working Paper Kebijakan Pengelolaan Perikanan dan Wilayah Pesisir. Bogor. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan PKSPL-
IPB. Aksornkoae S. 1993. Ecology and Management of Mangroves. Thailand
Bangkok. IUCN. Barbier EB ; Ivar Strand. 1998. Valuing Mangrove-Fishery Linkages.
Netherlands. Kluwer Academic Publishers. Barbier EB ; Ivar Strand; Sathirathai S. 2002. Do Open Access Condition Affect
the Valuation of Externality? Estimating the welfare Effects of Mangrove- Fishery Linkages in Thailand. Netherlands. Kluwer Academic Publishers.
Barton D N. 1994. Economic Factors and Evaluation of Tropical Coastal Resources. SMR-Report 1494. Norway. Center For Studies of
Environment and Resources. University of Bergen. Bengen D G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut
serta Prinsip Pengelolaannya. Bogor. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kecamatan Belakang Padang. 2005. Kecamatan Dalam Angka Tahun 2004. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Kota Batam Tahun 2000. 2003.
Batam Dalam Angka Tahun 2003. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kota Batam. 2005. Batam Dalam Angka Tahun 2004. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kota Batam. 2006. Batam Dalam Angka Tahun 2005. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Badan Pusat Statistik BPS Kota Batam dan BAPPEDA Kota Batam. 2003. Kecamatan Belakang Padang Dalam Angka 2002. Badan Pusat Statistik.
93 Clark C. 1976. Mathematical Bioeconomics. ; Conrad JM. 1995. Bioeconomic
Models of the Fishery. Di dalam Barbier EB ; Ivar Strand. 1998. Valuing Mangrove-Fishery Linkages. Netherlands. Kluwer Academic Publishers.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2001. Panduan Nilai Tukar Nelayan. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
Dahuri R. 2002. Integrasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil. Jakarta. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional
Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Direktur Jenderal RLPS, Departemen Kehutanan. 2002. Kebijakan Departemen
Kehutanan dalam Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove.Jakarta. Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Batam 2004. Data Statistik Perikanan Kota
Batam 1994-2004. Dinas Perikanan dan Kelautan. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Kepulauan Riau 2004. Data Statistik
Perikanan Propinsi Kepulauan Riau 1994-2004. Dinas Perikanan dan Kelautan.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Batam 2004. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan dan Pertanian Tahun 2004. Dinas Perikanan dan
Kelautan. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan
Aplikasi. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka Utama. Fauzi A dan Anna S. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan.
Jakarta. PT.Gramedia Pustaka Utama. Kenneth F D. 1979. Forest Management Regulation and Valuation. New York.
MC, Graw Hill Book co Ltd. Kusumastanto T. 2000. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Bahan Kuliah
Program Pascasarjana. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Kusmana C. 2002. Pengelolaan Ekosistem Mangrove Secara Berkelanjutan dan
Berbasis Masyarakat. Jakarta. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Meyer H; B Pecknagel; D Stevenson; Batto. 1961. Forest Management, Second Edition. New York. Ronald Press Company.
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Noor Y R; M Khazali; I N N Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove
di Indonesia. Bogor. Wetlands International-Indonesia Programme.
94 Paryono T J. 1999. Kajian Ekonomi Pengelolaan Ekosistem Mangrove di
Kawasan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. 2001. ATLAS Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Riau Kepulauan-Propinsi Riau. Bogor. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Laut-Institut Pertanian Bogor. Russell F S; M Yonge. 1968. Advances in Marine Biology. Volume 6. USA, New
York. Academic Press, Inc. Ruitenbeek J. 1991. Mangrove Management : An Economic Analysis of
Management Options wiyh A Focus on Bintuni Bay. Irian Jaya. Ministry of the Environment
Saenger P; E J Hegerl; J D Davie. 1983. Global Status of Mangrove Ecosystems. Commission on Ecology Paper No.3. Switzerland, Gland. International
Union For Conservation of Nature and Natural Resources. Seijo J.C; Defeo; Salas.S. 1998. Fisheries Bioeconomics. Theory, Modelling and
Management. Rome, FAO. FAO Fisheries Technical Paper No. 368. Soemodihardjo S; I Soerianegara. 1989. Country Report : Indonesia Status for
Mangrove Forestry in Indonesia. Bogor. Biotrop Special Publication No.37.
Singarimbun M; Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta. LP3ES. Yani E I. 2002. Pendekatan Ekologi-Ekonomi dalam Pengelolaan Hutan
Mangrove di Pulau Bengkalis Propinsi Riau. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
95
Lampiran 1.
Nama-nama Pulau Berpenghuni dan Tidak Berpenghuni dirinci per Kelurahan di Kecamatan Belakang Padang Tahun 2003
Kelurahan Berpenghuni Tidak
Berpenghuni
Pulau Terong Pl. Terong
Pl. Penganak Tumbar Pl. Tumbar
Pl. Lutong Pl. Granting
Pl. Dangkat Pl. Buce
Pl. Karang Tunggal Pl. Tg. Ladan
Pl. Kelapa Gading Pl. Seberang
Pl. Kalumba Pl. Bukit riang
Pl. Daun
Pl. Akar
Pl. Sepatu
Pl. Telan
Pl. Badas
Pl. Ploi besar Pl. Ploi Kecil
Pecong Pl. Pecong
Pl. Brunut Pl. Semukit
Pl. Daun Pl.
Siantu Pl.
Sisik Pl.
Nangka Pl.
Jerpit Pl.
Tengah Pl.
Bolak Pl.
Beder Pl.
Miang Pl. Tg. Katong
Pl. Galang kecil Pl.
Galang Besar
Pl. Kecil
Pl. Dongdang
Pl. Panjang
Kasu Pl. Kasu
Pl. Betina Pl. Lumba
Pl. Batu Ampar Pl. Bertam
Pl. Mamat Pl. Kepala Jeri
Pl. Pelangi Pl. Panjang
Pl. Kera Pl. Siali
Pl. Secudung Pl. Tandur
Pl. Ketapa Pl. Botong B.
Pl. Anak Boseng Pl. Lumut
Pl. Lara Pl. Kasu Kecil
Pl. Lontok
96
Lampiran 1.
Lanjutan
Kelurahan Berpenghuni Tidak
Berpenghuni
Pl. Rawa Pl. Semakau Arus
Pl. Boseng Pl. Semakau Besar
Pl. Semakau Kecil Pl.
Penyalong Pl.
Bulat Pl.
Saban Pl.
Kabil Pl. Suba Besar
Pl. Suba Kecil Pl.
Catok Pl.
Raha Pemping
Pl. Pemping Pl. Labun kecil
Pl. Labun Besar Pl. Takong Besar
Pl. Takong Kecil Pl. Air Johor
Pl. Pelampung Pl. Sei Ketem
Belakang Padang Pl.
Belakang Padang
Pl. Dendang Pl. Melawa
Pl. Sambu Kecil Pl. Sekanak
Pl. Jagung Pl. Lengkanak
Pl. Air Asam Pl. Amat Belanda
Pl. Kapal Kecil Pl. Sambu
Pl. Tolop Kecil Pl. Meriam
Pl. Kijang Pl. Sekilak
Pl. Daun Pl. Leroi
Pl. Sarapat Pl. SuweAir manis
Pl. Anak Mecan Pl.
Lengkang Pl. Kapal Besar
Pl. Anak Lengkang Pl. Tolop Besar
Pl. Taman
Pl. Sarang
Pl. Mecan Besar Pl.
Nirup
Sumber : Kecamatan Belakang Padang Dalam Angka, 2002.
97
Lampiran 2.
Banyaknya Penduduk di Kota Batam Tahun 2003
Wilayah WNI Jiwa
WNA Jiwa Jumlah
WNI+WNA Pria Wanita
Jumlah Pria Wanita Jumlah
I.Belakang Padang
9.997 9.740 19.737 1 3
4 19.741
Pulau terong 1.446
1.372 2.818
2.818 Pecung 382
387 769
769 Kasu 1.640
1.552 3.192
3.192 Pemping 482
410 892
892 Belakang Padang
6.047 6.019
12.066 1
3 4
12.70
II. Bulang