Aplikasi pemberian biaya hidup anak setelah perceraian di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

DWI PRASETYO

NIM: 106043201330

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011


(2)

APLIKASI PEMBERIAN BIAYA HIDUP ANAK SETELAH

PERCERAIAN DI KELURAHAN SAWANGAN BARU

KECAMATAN SAWANGAN

KOTA DEPOK

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

Dwi Prasetyo

NIM: 106043201330

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. KH.A.Juaini Syukri, Lc.,MA Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag.,M.Si NIP : 95507061992031001 NIP : 197412132003121002

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta oleh Dwi Prasetyo, Nim 106043201330 pada tanggal 24 Agustus 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu, yaitu Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum.

Jakarta, 11 September 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H.Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM NIP. 19550505 198203 1 012

PANITIA UJIAN Ketua : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag

NIP. 19651119 199803 1 002 Sekertaris : Fahmi M. Ahmadi, S.Ag., M.SI

NIP. 197421132003121002

Pembimbing I :Dr. H.A. Juaini Syukri, Lcs., MA NIP. 195507061992031001

Pembimbing II : Fahmi M. Ahmadi, S.Ag., M.SI NIP. 197421132003121002

Penguji I : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag NIP. 19651119 199803 1 002 Penguji II : Kamarusdiana, S,Ag.,MH


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar srata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 September 2011


(5)

v

untaian puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya yang berlimpah kepada Penulis, sehingga Penulis diberi kemampuan, kekuatan serta ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam tidak lupa Penulis hanturkan kepada revolusioner besar junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Para sahabat dan keluarga beliau yang telah memperjuangkan agama Allah SWT dalam berbagai gelombang kehidupan, hingga berakhir dengan kemenangan dan kejayaan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Kini tiba saat dinanti-nantikan, sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan walau dengan tertatih-tatih dan melelahkan, akhirnya Penulis mampu menyelesaikan studi di kampus tercinta Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum Islam. Oleh karena itu, penulis menghanturkan ucapan terima kasih ddan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:


(6)

vi

1. Teristimewa, kedua orang tua yang tercinta yaitu Bapak Sutrisno dan Ibu Sri wayati, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya telah memberikan semua bantuan yang tiada habisnya kepada penulis. Dengan bangga penulis persembahkan skripsi ini sebagai bukti tanggung jawab penulis merinci jasa

dan kebaikan beliau berdua. “ Semoga Allah selalu menyertai dalam setiap langkah beliau”. Semoga penulis bisa menwujudkan cita-cita dan impian kalian. Amin

2. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Muhammad Taufiki. M.Ag. Ketua Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH) dan Bapak Fahmi. M. Ahmadi, Sag, M.si. Sekretaris Program Studi yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk membantu Penulis dalam berbagai hal yang berhubungan dengan akademis.

4. Bapak Dr. KH. A. Juaini Syukri, LC., MA pembimbing I, Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag., M.S.i Pembimbing II., Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag, penguji I dan Kamarusdiana, S.Ag.,MH, penguji II. Terima kasih atas kebaikan dan kesabarannya dalam membimbing penulis, semoga waktu, tenaga dan pikiran yang tersita untuk membimbing penulis selalu dicatat sebagai amal ibadah. Amin

5. Para Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah membantu memberi kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

7. Para Staf Pengadilan Agama Depok dan KUA Kec Sawangan, terima kasih karena telah banyak membantu dan meluangkan waktunya dalam memberikan data ataupun salinan putusan hakim yang penulis butuhkan. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kalian.

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan semoga kebaikan dan bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapatkan Ridha Allah SWT.

Akhirnya Penulis ucapkan mohon maaf yang sedalam-dalamnya jika Penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, karena Penulis sadar tidak ada manusia yang sempurna, melainkan memaafkan satu sama lain adalah hal yang lebih baik, semoga amal baik kalian diterima dan dibalas oleh Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari sistematika bahasa maupun dari segi materi yang terkandung di dalamnya. Atas dasar ini, komentar, saran, dan kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 12 September 2011


(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5

E. Review Kajian Terdahulu ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KONSEP NAFKAH ANAK A. Biaya Hidup Anak Menurut Agama ... 11

B. Biaya Hidup Anak Menurut Tata Hukum Indonesia 1. Menurut Perundang-Undangan Indonesia ... 21


(9)

ix

Sawangan. Kota Depok ... 26

B. Demografis Masyarakat Kelurahan Sawangan Baru, Kec. Sawangan, Kota Depok 1. Kependudukan ... 33

2. Pendidikan Masyarakat ... 34

3. Sosial Dan Ekonomi Masyarakat ... 35

4. Keagamaan ... 35

5. Data-Data perceraian ... 36

BAB IV BIAYA HIDUP BAGI ANAK SETELAH PERCERAIAN A. Kehidupan mantan Istri beserta Anak setelah terjadi Perceraian … 38 B. Putusan Perceraian di Pengadilan Agama Depok Nomor Registrasi. 1329/Pdt.G/2009/PA.Dpk………..… 48

C. Biaya Hidup Anak dan Istri setelah terjadi Perceraian ………....52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran-Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... .. ix LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

A

nak Merupakan Amanah Allah SWT yang telah di anugerahkan kepada pasangan suami istri yang telah menikah. Maka menjadi suatu kewajiban kepada suami istri untuk mendidik dan memelihara anak mereka selagi anak mereka masih belum bisa berdiri sendiri.1

Keluarga adalah tonggak setiap masyarakat dan segala bentuk kegoncangan didalamnya akan melahirkan problema dalam masyarakat itu, pembahasan ini berkisar pada perceraian wanita dan laki-laki, dalam ayat ini nasib anak-anak khususnya para bayi setelah perceraian, akan dijelaskan pada ayat ini dengan memperhatikan emosional para ibu dan pentingnya pemberian air susu ibu (asi) untuk anak, menganjurkan penyusuan anak selama dua tahun penuh, sekalipun ibunya sudah bercerai dengan suaminya ataupun si ayah sudah meninggal dunia, ibu harus memperhatikan hak anak dan perselisihan antara dirinya dengan suaminya jangan menyebabkan terganggunya jasmani maupun jiwa anak. Sebagai timbal balik dari kewajiban yang di tetapkan Allah terhadap si ibu kepada anaknya itu, maka si ayah (meskipun telah menceraikannya)

1


(11)

berkewajiban untuk memberi nafkah dan pakaian kepada ibu secara patut dan baik. Jadi kedua-duanya mempunyai beban dan tanggung jawab terhadap si kecil yang masih menyusui ini. Seorang ibu merawatnya dengan menyusui dan memeliharanya dan ayah harus memberi pakaian kepada si ibu agar dia dapat memelihara anaknya.2

Pemeliharaan anak adalah wajib hukumnya bagi kedua orang tua dan sekiranya terjadi perceraian, maka anak tidak boleh menjadi korban perceraian tadi. Dalam Islam, laki-laki bertanggung jawab memenuhi keperluan-keperluan mendasar keluarga dan wanita tidak memiliki tanggung jawab mengenai pemenuhan biaya hidup.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa anak merupakan penerus bangsa yang mengemban tugas bangsa yang belum terselesaikan oleh generasi-generasi sebelumnya. Sebagai penerus cita-cita bangsa dan negara, anak harus dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat rohani dan jasmani, cerdas, bahagia, berpendidikan dan bermoral tinggi. untuk itu, anak tersebut harus memperoleh kasih sayang, perlindungan, pembinaan, dan pengarahan yang tepat.

Selain mempunyai hak untuk dihormati dan dilindungi anak juga memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan perkembangan psikologisnya. Anak secara Alamiah sebagai makluk Tuhan yang membutuhkan perlakuan dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensinya,

2


(12)

3

sehingga tercerabutnya anak dari keadaan demikian berpotensi menghambat pencapaian kesejahteraan jiwa dan perkembangan yang optimal.3

Anak adalah titipan Allah yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik, tapi pada kenyataannya masih banyak orang tua yang lalai dalam memelihara dan mendidik anaknya, baik dalam segi ekonomi ataupun sosial, banyak orang tua yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja, tanpa memikirkan nasip Anaknya. Di dalam wilayah kelurahan Sawangan Baru kecamatan Sawangan Kota Depok masih banyak yang terjadi masalah seperti ini yang dimana setelah terjadi pernikahan dan berakhir dalam perecaraian orang tua yang seharusnya berkewajiban membesarkan anak dari segi materi atau kasih sayang tapi tidak melaksanakanya, hal ini sering terjadi di pihak mantan suami, dimana mantan suami berkewajiban membiayayai anak sampai kelak sang anak dapat membiayai hidupnya sendiri tetapi kenyataannya tidak, biaya hidup anak di tangguhkan atau di bebankan kepada pihak mantan istri, hal ini sungguh memberatkan pihak istri tersebut,di karenakan berbagai faktor-faktor yang menyebabkan hal itu terjadi.

Mengenai biaya hidup anak, seorang bapak yang seharusnya bertanggung jawab dalam membiayai penghidupannya, namun seorang bapak sering mengabaikan tanggung jawabnya terhadap pemenuhan nafkah hidup anak. Dari hasil penelitian diwilayah Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok penulis mengambil putusan untuk dijadikan bahan untuk analisis yaitu

3

Yuli Fajar Susetyo, Mengembangkan Perilaku Mengajar Yang Humanis, (Jakarta: Warta Hukum dan Perundang-Undangan Vol. 8 No. 2, 2007), h. 26.


(13)

salinan putusan perceraian dengan No.Reg.Perkara: Nomer :1329/Pdt.G/2009/PA.Dpk yang mana pemohon ( HARRIS YUDHO BASKORO bin R. SOETRISNO ADI)Dengan termohon ( FEBBY SRI HANDAYANI binti HERI) .

Dari hasil analisis yang dilakukan juga dapat diketahui bahwa pembiayaan hidup anak pasca perceraian adalah orang tua perempuan (ibu) dengan dibantu oleh keluarga ibunya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembiayaan hidup yang seharusnya menjadi kewajiban seorang ayah, namun mengabaikan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Dan putusan pengadilan juga tidak dihiraukan oleh pihak ayah atau orang tua laki-laki.

B. Identifikasi Masalah

Dari pembahasan latar belakang diatas, yang penulis akan bahas dalam perkembangan masyarakat terdapat sebuah perubahan dalam pola kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat diantaranya yaitu dengan cara melakukan perkawinan dimulai dari menyatukan dua individu dan mendapat keturunan sampai terjadinya perceraian yang berimbas kepada anak. oleh karena itu penulis

selaku mahasiswa Syari‟ah dan Hukum berkeinginan mengangkat sebuah judul

skripsi dengan judul “Aplikasi Pemberian Biaya Hidup Bagi Anak Setelah Perceraian Di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok”


(14)

5

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Dalam pembahasan latar belakang diatas, maka penulis membatasi penulisan skripsi ini pada ruang lingkup wilayah kelurahan Sawangan baru, kecamatan Sawangan, kota Depok dan hanya membatasi mengenai biaya hidup bagi anak setelah perceraian di pengadilan agama kota depok saja.

Setelah adanya pembatasan masalah, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dengan tujuan dalam penulisan skripsi agar lebih sistematis dan pembahasannya tidak melebar. Perumusan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana Apikasi Pemberian Biaya Hidup Bagi Anak Setelah Perceraian ? 2. Bagaimana Putusan PA Depok Mengenai Perceraian Dan Biaya Hidup Anak Pasca

Cerai?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Selain gambaran di atas, pembuat skripsi dengan judul: “Aplikasi

Pemberian Biaya Hidup Bagi Anak Setelah Perceraian Di Kelurahan Sawangan

Baru, kec. Sawangan kota Depok”Mempunyai tujuan, diantaranya :

1.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu hukum khususnya hukum perdata yang berkaitan dengan hukum perkawinan.

2.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada penegak hukum, praktis dan masyarakat umum.


(15)

Manfaat penulisan yang dapat dikutip dari skripsi ini antara lain :

- Menambah wawasan pembaca terhadap ilmu hukum perdata khususnya hukum keluarga yang berkaitan dengan hak pemeliharaan anak di bawah umur dan kewajiban pemberian nafkah terhadap anak

E. Review Kajian Terdahulu

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1 Mohamad

fazrulizan bin mohd (skripsi) Problematika Perceraian Dan Pengaruhnya Terhadap Nafkah Iddah Dan Biaya Anak Studi Di Mahkamah Syariah Kuching, Sarawak dari tahun 1996 hingga tahun 2007 Sama-sama membahas tentang biaya anak setelah cerai. membahas mengenai perceraiannya saja secara umum, tidak membahas mengenai masalah biaya hidup anak secara khusus, biaya hidup anak hanya di bahas secara umum saja, tidak ada penjelasan mengenai biaya hidup anak secara lebih mendalam atau spesifik

2 Nizam, S H (Tesis)

Kewajiban Orang Tua Laki-Laki (Ayah) Atas Biaya Nafkah Anak Sah Setelah Terjadinya Perceraian Kajian Putusan Pengadilan Agama Depok Sama-sama membahas tentang biaya anak setelah cerai.

Tesis ini membahas secara terperinci mengenai

KEWAJIBAN ORANG TUA LAKI-LAKI saja setelah perceraian, pembahasan mengenai biaya hidup bagi anak hanya di bahas secara umum saja, tidak ada ke khususan yang mendalam mengenai cakupan biaya hidup anak, dalam penulisan tesis yang penulis tulis ini

membahas perceraian secara secara umum, dan ketentuan


(16)

7

anak menurut hukum, sehingga tidak membahas secara detail mengenai biaya hidup anak.

F. Metode Penelitian

Metode Yang di gunakan dalam penulisan Skripsi ini adalah metode kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

Proses penelitian Kualitatif supaya dapat menghasilkan temuan yang benar-benar bermanfaat memerlukan perhatian yang serius terhadap berbagai hal yang dipandang perlu. Dalam memperbincangkan proses penelitian kualitatif paling tidak tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu kedudukan teori, metodologi penelitian dan desain penelitian kualitatif

1. Jenis penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Hukum Empiris, yaitu penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara mendalam suatu individu, kelompok, institusi atau masyarakat tertentu tentang latar belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi-interaksi (sosial) yang terjadi di dalamnya. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analitik. Deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu , keadaan, gejala atau


(17)

kelompok tertentu, atau untuk menetukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala lain dalam masyarakat.4 Analitik yaitu studi terhadap serangkaian gagasan primer dalam bentuk perbandingan, hubungan, pengembangan, model rasional dan penelitian historis.

2. Objek (lokasi ) dan subjek penelitian

Objek penelitian hanya pada wilayah kelurahan sawangan baru Kecamatan Sawangan Kota Depok,. Sedangakan subjeknya terdiri dari isteri yang telah bercerai serta informan dan pejabat-pejabat instansi terkait yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini yang berada diwilayah Kelurahan Sawangan Baru , Kecamatan Sawangan, Kota Depok.

1. Sumber Data a. Data Primer

Data primer yaitu data yang di peroleh secara langsung melalui wawancara dari masyarakat yang berada di Wilayah Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan , Kota Depok Dan Kantor Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Data ini juga meliputi hasil interview warga sekitar yang mengalami hal seperti ini.

4


(18)

9

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari hasil bahan pustaka. Data ini terdiri dari fiqh, kompilasi hukum Islam, undang-undang dan buku yang terkait dalam penulisan skripsi ini.

2. Teknik pengumpulan data

Dalam upaya mengumpulkan data yang di perlukan, digunakan Teknik sebagai berikut:

a. Wawancara/interview

Teknik interview ini digunkan untuk memperoleh informasi tentang praktik biaya hidup anak, dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penulis atau pewawancara dengan informan, wawancara tersebut menggunakan instrument pengumpulan data yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).5

Penulis menggunakan teknik ini karena merupakan teknik tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada pertanyaan tertulis dan terbuka untuk mencari informasi secara detail dan terperinci, Dengan demikian diperoleh jawaban secara langsung sedalam-dalamnya tentang masalah yang di bahas.

3. Teknik Penulisan

Adapun teknik Penulisan Skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

Pedoman Skripsi Fakultas Syari‟ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

5


(19)

Jakarta, Yang Di Terbitkan Oleh Fakultas Syariah Dan Hukum Tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Secara Keseluruhan Persoalan Yang Akan Dibahas Dalam Skripsi Ini Akan Penulis Sajikan Atau Paparkan Dalam 5 Bab, Diantaranya :

Bab I Bab Ini Memuat Tentang Pendahuluan, Terdiri Dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Review terdahulu, Metodelogi Penelitian Dan Sistematika Penulisan.

BAB II Dalam Bab Ini Membahas Tinjauan Hukum Mengenai Konsep Nafkah Anak Menurut Agama Dan Tata Hukum Indonesia

BAB III Dalam Bab Ini Menjelaskan Tentang Letak Geografis dan Demografis Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

BAB IV Bab Ini Menjelaskan hasil dari penelitian, mengenai biaya hidup bagi anak setelah terjadinya perceraian yang di lakukan di daerah kelurahan sawangan baru, kecamatan sawangan, kota. Depok, analisa putusan Pengadilan Agama Depok Dengan No Reg. 1329/Pdt.G/2009/PA.Dpk. BAB V Bab Ini Menjelaskan Tentang Kesimpulan, Penutup, Dan Saran-Saran.


(20)

11

BAB II

KONSEP NAFKAH ANAK

A. Biaya Hidup Anak Menurut Agama

Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. undang-undang memandang perkawinan hanya dari hubungan keperdataan, demikian pasal 26 Burgerlick Wetboek. Menurut pasal 26 BW bahwa suatu perkawinan yang sah, hanyalah perkawinan yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan dalam kitab undang-undang hukum perdata.6

Anak adalah salah satu tujuan dari adanya suatu pernikahan atau perkawinan, yang dikatakan dengan anak adalah seseorang yang dilahirkan dari rahim seorang wanita, bila hanya dikaitkan dengan ibu. bila dikaitkan dengan kedua orangtua , ibu dan bapak maka anak adalah seseorang yang dilahirkan setelah adanya pernikahan yang sah antara kedua orangtuanya. Anak merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada hambanya, tidak semua insan di dunia diberi kepercayaan untuk memiliki dan mengasuh anak. oleh karena itu kehadiran anak dalam rumah tangga adalah suatu kenikmatan yang tiada tara, oleh karena itu harus dan wajib disyukuri dan tidak disangsikan lagi bahwa putra dan putri

6


(21)

merupakan cinderamata yang tidak diragukan lagi, karena merupakan belahan jiwa setiap jiwa. Mereka adalah sumber kebahagiaan dan kesejukan yang mampu membuat setiap insan menjadi lebih bahagia. karena mereka jugalah rezeki dicari dan lantarannya pula cita-cita dan harapan di gapai.

Nafkah hadhanah secara bahasa nafkah yang berarti membiayai. Dengan demikian, kata Nafaqah berarti biaya. Maksudnya ialah menyangkut biaya penghidupan. Disebutkan juga oleh Ahmad Warson Munawir dalam Al-Munawir kamus bahasa arab indonesia bahwa nafkah mempunyai arti yaitu biaya, belanja dan biaya pengeluaran, dibelanjakan.7

Nafkah menurut istilah berarti sesuatu kewajiban sang suami memberikan suatu penghasilan pekerjaan (nafkah) kepada dirinya, isterinya dan anak-anaknya.8 Hadhanah sendiri berasal dari kata Alhidn yang artinya rusuk,

kemudian kata hadanah dipakai sebagai istilah “Pengasuhan Anak” karena sang

ibu yang sedang mengasuh anak sering meletakkan disebelah rusuk. Istilah ahli fiqh hadhanah berarti memelihara dan menjaga kesehatan jasmani dan rohani anak.9 nafkah hadanah adalah yang wajib oleh ayah terhadap anak untuk

7 Ahmad Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Progresif), cet. 14, h. 1449.

8 Ash-Shabuni, Hadiyyatul Afraa lil’Aruusain) Hadiah untuk pengantin, (Jakarta : Mustaqim), h. 229.

9

Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), h. 138.


(22)

13

pemeliharaan dan pengasuhan, baik pemberian itu berupa sandang, pangan, papan maupun pendidikan berdasarkan kemampuannya.

Dasar hukum Nafkah Hadhanah dalam Al-Qur‟an yaitu nafkah yang merupakan hak istri dan anak maka ayah wajib membiayainya, hal ini tertuang dalam Q.S al-Baqarah: 233



















































































































































.

(

رق لا

/

2

:

233

)

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh


(23)

orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan

ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah/2: 233).

Abu Ali al-Fahdli berpendapat bahwa kewajiban suami memberi nafkah itu bukan disebabkan karena isteri itu menyusui anaknya,10 melainkan karena isteri itu sendiri yang diceraikan oleh suaminya dan suami wajib memberi nafkah atas isteri sesuai dengan keadaan pada waktu itu.dapat diartikan bahwa kewajiban nafkah kepada mantan isteri yang telah mempunyai anak, adalah satu kesatuan yaitu nafkah istri dan pemeliharaan anak (Hadhanah).

Begitu juga Ash-Shabuni menyatakan bahwa makna Ayat diatas adalah seorang ayah wajib memberikan Nafkah dan pakaian kepada isterinya yang telah diceraikan jika ia menyusui anak-anaknya.11 Dalil itu merupakan wajibnya seorang ayah menafkahi anak-anaknya, sebab mereka belum mampu dan lemah.12

Keharusan Nafkah dari seseorang suami tak hanya sewaktu dia masih menjadi isteri sahnya dan terhadap anak-anak dari isteri itu, tetapi suami wajib memberi mereka nafkah bahkan saat perceraian. Apabila terhadap perawatan anak dan kesejahteraan ibu merupakan tanggung jawab seorang ayah, meskipun terjadi

10

Abu Ali al-Fadhli Bin al-Hasan ath-Thabrasi, Majmaul al-Bayan Fi Tafsiri, (Beirut : Dar al-Fikr), h. 115.

11

Ali ash-Shabuni, Shafwat at-Tafsir, Juz I, T.t, h. 150.

12


(24)

15

perceraian jangan sampai mengurangi nafkah yang wajar bagi ibu dan anaknya sesuai keadaannya.13

Islam sebagai agama yang praktis, tidak memaksakan beban yang berlebihan kepada salah satu pihak, tetapi mereka harus melakukan yang terbaik untuk kepentingan anak sesuai dengan kemampuan mereka. Apalagi mereka bertindak dengan tulus, maka Allah memberi solusi untuk mengatasi masalah pemeliharaan yang dijelaskan dalam al-Quran surat at-Thalq ayat 6 yang berbunyi:











































































(

قاطلا

/

65

:

6

)

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (QS. At-Thaq/65: 6)

13

A. Rahman I Doi, Penjelasan Lengkap Hukum Allah (Syariah), (Jakarta: PT. Raja Grafindo), h. 270.


(25)

Ayat diatas mempertegas hak-hak wanita itu tempat tinggal yang layak. Hal ini perlu dalam rangka mewujudkan yang ma‟ruf, sekaligus memelihara hubungan agar tidak semakin keruh dengan perceraian itu, dimana kamu yang menceraikannya bertempat tinggal. Kalau dahulu kamu bertempat tinggal yang mewah sedangkan penghasilan menurun atau sebaliknya tempatkanlah mereka ditempat menurut atau sesuai dengan kemampuannya kamu sekarang dan janganlah sekali-kali kamu menyusahkan mereka dalam hal tempat tinggal atau selainnya dengan tujuan untuk menyempitkannya hati dan keadaan mereka sehingga mereka terpaksa keluar atau minta keluar.14

M. Quraish Shihab berpendapat bahwa ayat diatas menjelaskan prinsip umum mencakup penyusuan dan sebagainya sekaligus menengahi kedua pihak dengan menyatakan bahwa hendaklah yang lapang yakni mampu dan memiliki banyak rezeki memberi nafkah untuk isteri dan anak-anaknya sebatas kemampuan suami dan dengan demikian hendaknya ia memberi sehingga anak dan isterinya itu memiliki pula kelapangan dan keluasan berbelanja dan siapa yang disempitkan rezekinya yakni terbatas penghasilannya.15

Dalam jumlah nafkah, M. Quraish Shihab mengatakan tidak ada ketentuan yang pasti melainkan melihat kondisi masing-masing dan adat kebiasaan yang berlaku pada suatu masyarakat atau apa yang diistilahkan oleh al-Quran dan

14

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keseharian. (Al-Qur‟an juz 14), h.

300.

15


(26)

17

sunnah dengan „urf” yang tentu saja dapat berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain serta waktu dan waktu yang lain.16 pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam Maliki dan Abu Hanifah.17

Berbeda dengan pendapat Imam Syafi‟i bahwa nafkah itu ditentukan

besarnya, bagi orang-orang yang kaya dikenakan dua mud, 1 mud dikenakan 6 ons gandum/beras. Orang-orang menengah dikenakan satu setengah Mud, sedangkan orang-orang yang miskin dikenakan satu Mud.18

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa seseorang yang telah menjalani perceraian, maka seorang suami diwajibkan pula untuk menafkahkan istri dan anak-anaknya. Besaran penafkahan ini disesuaikan kepada kemampuan seorang suami dan keikhlasan antara kedua belah pihak.

1. Kadar Nafkah Hadanah

Tentang ukuran nafkah yang harus diberikan suami kepada isteri dan anak-anaknya baik pada waktu perkawinan atau setelah perceraian tidak diatur batas-batasnya hanya diatur secara umum yaitu menurut kemampuan suami.

Namun ketika suami menentukan pemberian nafkah kepada isteri atau anak-anaknya, maka hendaklah diperhatikan beberapa hal, yaitu:

16

Ibid, h. 300.

17

Al-Faqih Abu Wahid Muhammad Bin Ahmad Bin Muhammad Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid (Analisa Fiqih para mujtahid), h. 519.

18


(27)

a. Hendaklah jumlah nafkah itu mencukupi istri dalam memelihara dan mengasuh anak dan disesuaikan keadaan kemampuan mantan suami, baik yang berhubungan dengan sandang, pangan maupun pendidikan anak. b. Hendaklah nafkah itu ada pada waktu yang tepat, yaitu ketika mantan istri

itu membutuhkan atau dengan cara yang ditentukan waktunya.

c. Sebaiknya ukuran nafkah tersebut didasarkan pada kebutuhan pokok dan pendidikan anak, dan hal ini disesuaikan keadaan perekonomian dimasyarakat.19

Dengan demikian, kadar nafkah keluarga bagi isteri atau anak pada waktu perkawinan atau setelah perceraian yang menjadi tanggung jawab suami harus disesuaikan dengan:

1. Kemampuan Suami

Dalam nafkah keluarga begitu juga nafkah anak baik pada waktu perkawinan atau setelah percerian, bahwa isteri dituntut untuk tidak membebani suami diluar kemampuannya. Suami hanya berkewajiban memberikan nafkah sesuai dengan kemampuanya. Seperti dijelaskan dalam Surat at-Thalaq Ayat 7:











































(

قاطا

/

65

:

7

)

19


(28)

19

Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan” (QS. at-Thalaq/65: 7)

2. Tidak Kikir Dan Berlebihan

Jika suami bakhil, tidak memberikan Nafkah secukupnya kepada isteri tanpa alasan yang benar, maka isteri berhak menuntut jumlah nafkah tertentu baginya dan anak-anaknya. Dalam hal ini hakim boleh memutuskan beberapa jumlah nafkah yang harus diterima oleh istri serta mengharuskan suami untuk membayarnya jika tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh istri ternyata benar. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Isra Ayat 29 Yaitu:

























(

أرسإا

/

17

:

29

)

Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu

kamu menjadi tercela dan menyesal”. (QS. al-Isra/17: 29)

Maksud dari ayat ini adalah jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah karena berlaku kikir dalam memberikan nafkah keluarga.


(29)

2. Dasar Hukum Nafkah Hadhanah Dalam Al-Hadits

Dalam hal Nafkah adalah kewajiban seorang suami terhadap istri maupun anaknya, Dalam Islam, disebutkan dalam Hadist yang berbunyi :

ﻋ ﻋ

ﻣﻋ

ﻘ ﻣ

ﺴ ﯿﺕ

ﻁ ﻜ

ﺀ ﺤ

ﺤﺟ ﺀ

Artinya: “Dari Abdullah Bin Umar bahwasanya seorang wanita berkata: Ya Rasulullah, bahwasanya anakku ini perutkulah yang mengandungnya, asuhankulah yang mengawasinya, air susukulah yang diminumnya. Bapaknya hendak mengambilnya dariku. Maka berkatalah Rasulullah: engkau lebih berhak atasnya selama engkau belum menikah lagi dengan laki – laki lain”.

Serta didalam riwayat lain Abu Bakar berkata, bahwa “Ibu adalah satu-satunya yang menguatkan tentang hak asuh anak ini, bahwasanya anaknya cenderung ke ibunya. Namun apabila si anak telah menginjak dewasa/baligh maka diantara kedua belah pihak menanyakan kepadanya tanpa ada penekanan, agar si anak bisa memilih untuk tinggal bersama ibu atau bapaknya. Yang paling berhak melakukan hadhanah adalah ibu baik masih terikat perkawinan, ataupun masa iddah, selama dia masih belum menikah lagi dengan laki – laki lain.


(30)

21

Jika ibu telah meninggal ataupun tidak ada maka yang berhak menjadi hadhanah adalah ibu dari ibunya anak itu terus keatas, begitupun sebaliknya ibu dari bapaknya hingga keatas

Dan juga hadis dari Fatimah bin Qais yang artinya: “Dari Fathimah Bin Qais Dari Nabi SAW bersabda bahwa ia telah ditalak tiga oleh suaminya baginya tidak ada hak tempat tinggal dan nafkah (HR. Muslim). 20

Dari uraian hadis diatas dapat dipahami bahwa seorang suami setelah terjadinya perceraian dibebankan pula untuk menafkahkan keluarganya dan tidak dibenarkan untuk berbuat kikir.

B. Biaya Hidup Anak Menurut Tata Hukum Indonesia

1. Dasar Hukum Nafkah Hadanah Dalam Hukum Undang-undang

Keluarga adalah tonggak setiap masyarakat dan segala bentuk kegoncangan di dalamnya melahirkan problema dalam masyarakat itu. Anda ingat bahwa dalam ayat-ayat sebelum ini, pembalasan kita berkisar pada perceraian wanita dan laki-laki, dalam ayat ini nasib anak-anak khususnya para bayi setelah perceraian akan dijelaskan. Ayat ini dengan memperhatikan emosional para ibu dan pentingnya pemberian air susu ibu (asi) untuk anak, menganjurkan penyusuan anak selama dua tahun penuh, sekalipun ibunya sudah bercerai dengan suaminya ataupun si ayah sudah meninggal dunia, ibu

20

Imam Abi Husen Muslim Bin Hujaz bin muslim, Shahih Muslim, (Riyadh : dar as-salam), h. 641


(31)

harus memperhatikan hak anak dan perselisihan antara dirinya dengan suaminya jangan menyebabkan terganggunya jasmani maupun jiwa anak.

Sebagai timbal balik dari kewajiban yang di tetapkan Allah terhadap si ibu kepada anaknya itu, maka si ayah (meskipun telah menceraikannya) berkewajiban untuk memberi nafkah dan pakaian kepada ibu secara patut dan baik. Jadi kedua-duanya mempunyai beban dan tanggung jawab terhadap si kecil yang masih menyusui ini. Ibu merawatnya dengan menyusui dan memeliharanya, dan si ayah harus memberi pakaian kepada si ibu agar dia dapat memelihara anaknya.21

Adapun dalam masalah nafkah hadhanah dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dalam pasal 41 dikemukakan akibat putusnya perkawinan ialah bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut langsung memikul biaya tersebut.

Berdasarkan firman Allah pada surat al-Baqarah ayat 233 yang telah disebutkan diatas, kita dapat mengambil beberapa pelajaran, diantaranya:

21


(32)

23

a. Pemeliharaan Anak adalah wajib hukumnya bagi kedua orang tua dan sekiranya terjadi perceraian, maka anak tidak boleh menjadi korban perceraian.

b. Dalam pemerintahan Islam, laki-laki bertanggung jawab memenuhi keperluan-keperluan mendasar keluarga dan wanita tidak memiliki tanggung jawab mengenai pemenuhan biaya hidup.

2. Dasar Hukum Nafkah Hadhanah dalam Kompilasi Hukum Islam

Dasar hukum nafkah hadhanah dalam Kompilasi Hukum Islam terdapat pada Pasal 104 sampai pasal 106 yaitu:

Pasal 104

a. Semua biaya penyusuan anak dipertanggung jawabkan kepada ayahnya. Apabila Ayahya telah Meninggal dunia, maka biaya Penyusuan dibebankan kepada orang yang berkewajiban membeir Nafkah kepada Ayahnya atau Walinya.

b. Penyusuan dilakukan untuk paling lama dua tahun, dan dapat dilakukan penyapihan dalam masa kurang dua tahun dengan persetujuan Ayah dan Ibunya.

Pasal 105

Dalam hal terjadinya perceraian:

a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya;

b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah

c. Atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaanya; d. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.

Pasal 106

a. Orang tua berkewajiban merawat dan mengembangkan harta anaknya yang belum dewasa atau dibawah pengampunan, dan tidak diperbolehkan memindahkan atau menggadaikannya kecuali karena


(33)

keperluan yang mendesak jika kepentingan dan keselamatan anak itu menghendaki atau suatu kenyataan yang tidak dapat dihindarkan lagi. b. Orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena

kesalahan dan kelalaian dari kewajiban tersebut pada ayat (1).22

Pasal 80 ayat (d) sesuai dengan dengan penghasilan, suami menanggung:

1. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri

2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak

3. Biaya pendidikan anak

Dalam membangun keluarga tidak akan tercapai keluarga yang bahagia tanpa tercukupnya nafkah. Hal ini merupakan kewajiban suami sebagai kepala keluarga, meskipun telah terputus perkawinannya.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat an-Nisa ayat 34:































































































22


(34)

25





























(

ءاسنلا

/

4

:

34

)

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya

Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”(QS. an-Nisa/4: 34)

Dari ayat diatas Imam Ash-Shabuni menyatakan bahwa kaum pria memiliki wewenang untuk mengeluarkan perintah maupun larangan yang wajib ditaati oleh para wanita (istri-istrinya) serta memiliki kewajiban untuk memberikan belanja (Nafkah) dan pengarahan sebagaimana kewajiban seorang wali (penguasa) atas rakyatnya.

Karena itu suami harus menyadari kewajiban dan tanggung jawabnya dalam memenuhi Nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Maka suami hendaknya berusaha sekuat tenaga, agar dapat mencukupi nafkah yang hal dan diperoleh dengan jalan yang diridhoi Allah Swt. Suami tidak pantas jika berpangku tangan dan tidak selayaknya berlaku kikir terhadap orang yang menjadi tanggung jawabnya.


(35)

26

BAB III

MASYARAKAT KELURAHAN SAWANGAN BARU

KECAMATAN SAWANGAN KOTA DEPOK

A. Sejaran dan Letak Geografis Keluraan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok

Awalnya Depok merupakan sebuah dusun terpencil ditengah hutan belantara dan semak belukar. Pada tanggal 18 Mei 1696 seorang pejabat tinggi VOC, Cornelis Chastelein, membeli tanah yang meliputi daerah Depok serta sedikit wilayah Jakarta Selatan, Ratujaya dan Bojonggede. Chastelein mempekerjakan sekitar seratusan pekerja. Mereka didatangkan dari Bali, Makassar, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Jawa, Pulau Rote serta Filipina. Selain mengelola perkebunan, Cornelis juga menyebarluaskan agama Kristen kepada para pekerjanya, lewat sebuah Padepokan Kristiani. Padepokan ini bernama De Eerste Protestante Organisatie van Christenen, disingkat DEPOK. Dari sinilah rupanya nama kota ini berasal. Sampai saat ini, keturunan pekerja-pekerja Cornelis dibagi menjadi 12 Marga. Adapun marga-marga tersebut adalah :

1. Jonathans 2. Laurens 3. Bacas


(36)

27

4. Loen 5. Soedira 6. Isakh 7. Samuel 8. Leander 9. Joseph 10.Tholense 11.Jacob 12.Zadokh

Tahun 1871 Pemerintah Belanda mengizinkan daerah Depok membentuk Pemerintahan dan Presiden sendiri setingkat Gemeente (Desa Otonom). Keputusan tersebut berlaku sampai tahun 1942. Gemeente Depok diperintah oleh seorang Presiden sebagai badan Pemerintahan tertinggi. Di bawah kekeuasaannya terdapat kecamatan yang membawahi mandat (9 mandor) dan dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta Kumitir atau Menteri Lumbung. Daerah teritorial Gemeente Depok meliputi 1.244 Ha, namun dihapus pada tahun 1952 setelah terjadi perjanjian pelepasan hak antara Pemerintah RI dengan pimpinan Gemeente Depok, tapi tidak termasuk tanah-tanah Elgendom dan beberapa hak lainnya. Sejak saat itu, dimulailah pemerintahan kecamatan Depok yang berada dalam lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung, yang meliputi 21 Desa. Pada tahun 1976 melalui proyek perumahan nasional di era Orde Baru,


(37)

dibangunlah Perumnas Depok I dan Perumnas Depok II. Pembangunan tersebut memicu perkembangan Depok yang lebih pesat sehingga akhirnya pada tahun 1981 Pemerintah membentuk kota Administratif Depok yang peresmiannya dilakukan tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negeri (H. Amir Machmud). Sejak tahun 1999, melalui UU nomor 15 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, Depok meningkat statusnya menjadi Kotamadya atau Kota. Menurut Undang-Undang tersebut, wilayah Kotamadya daerah Tingkat II Depok memiliki luas wilayah 20.504,54 Ha yang meliputi :

1. Kecamatan Beji, terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 1614 Ha.

2. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 kelurahan dengan luas wilayah 3.398 Ha.

3. Kecamatan Pancoran Mas, dengan pusat pemerintahan berkedudukan dikelurahan Depok, terdiri dari 6 Kelurahan dan 6 Desa dengan jumlah penduduk 156.118 jiwa dan luas wilayah 2.671 Ha.

4. Kecamatan Limo, terdiri dari 8 desa dengan luas wilayah 2.595,3 Ha.

5. Kecamatan Cimanggis, terdiri dari 1 kelurahan dan 12 desa dengan luas wilayah 5.077,3 Ha.


(38)

29

Pemekaran Kecamatan di Kota Depok dari 6 (enam) menjadi 11 (sebelas) kecamatan merupakan implementasi dari Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok, yang diharapkan akan berdampak positif bagi masyarakat. Dengan bertambahnya jumlah kecamatan tersebut, akan semakin mendekatkan pelayanan sehingga memudahkan masyarakat dalam mengurus berbagai keperluannya yang membutuhkan layanan aparatur pemerintah di kecamatan. Di samping itu, dengan pemekaran ini menjadikan setiap kecamatan hanya akan membawahi empat hingga tujuh kelurahan saja, di mana sebelumnya 6 hingga 14 Kelurahan, diharapkan camat dapat lebih intensif untuk berkoordinasi dengan para Lurah dan aparaturnya sehingga dapat memperkokoh fungsinya dalam mensukseskan program-program yang digulirkan Pemkot melalui berbagai OPD.

Adapun selangkapnya nama-nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 sebagai berikut:

1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru.

2. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.


(39)

3. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.

4. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.

5. Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya. 6. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung,

Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.

7. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.

8. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.

9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.

10. Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.


(40)

31

11. Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.

Kota Depok selain sebagai kota otonom yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air.

Kelurahan Sawangan Baru adalah suatu Kelurahan Kota Depok dengan Kecamatan Sawangan. Terletak di perbatasan kota Negara, Kelurahan Sawangan Baru menempati di persilangan arus transportasi Parung-Depok dan Ciputat-Citayam. Yang mempunyai jarak ke ibukota kecamatan 5,4 km dan lama jarak tempuh ke ibu kota dengan kendaraan bermotor selama 2 jam, jarak Ibu Kota ke kabupaten/ kota 5,4 km dan jarak ke ibukota provinsi 250 km.

Batas wilayah Kelurahan Sawangan Baru ini meliputi:

BATAS DESA/ KELURAHAN KECAMATAN

Sebelah utara Kel. Rangkapan jaya Pancoran mas

Sebelah selatan Kel. Bedahan Sawangan

Sebelah timur Kel. Pasir putih Sawangan


(41)

Luas Wilayah menurut penggunaan, meliputi:

Luas pemukiman 3 ha/m2

Luas kuburan 0,4 ha/m2

Tanah/sawah irigrasi teknis 16 ha/m2

Tanah kering tegal/lading 196,48 ha/m2

Adapun iklim kelurahan sawangan baru beriklim tropis, yaitu dengan rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2010 sebesar 60.00 Mm. Banyak curah hujan tergantung pada kelembapan udara yang tinggi, tetapi tekanan udara yang rendah dengan kecepatan angin, suhu udara dan lama penyinaran matahari serta penguapan sedang-sedang saja. Curah hujan sebanyak 433mm dengan kelembapan 87 persen, tekanan udara 1008,5 hpa, kecepatan angin 4knots, suhu udara rata-rata 29 c dan lama penyinaran matahari 98jam serta penguapan air sebesar 127mm, tinggi tempat dari permukaan laut 100 mdl, kondisi curah hujan di seluruh wilayah di daerah depok relatif sama dengan rata-rata curah hujan sebesar 327 mm/tahun. Kondisi curah hujan seperti diata, mendukung kegiatan di bidang pertanian, terutama pertanian lahan basah di areal irigasi teknis, sedangkan untuk daerah tinggi dan tidak ada saluran irigasi teknis akan lebih sesuai untuk tanaman palawija. Kombinasi dengan padi/lahan basah pada musim hujan sebagai pertanian tadah hujan.selain penting sebagai sumber irigasi, curah hujan juga penting untuk pemberian gambaran penentuan lahan terutama lokasi, pola cocok tanam dan jenis tanaman yang sesuai.


(42)

33

B. Demografis Masyarakat Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok

1. Kependudukan

Jumlah penduduk di kota depok pada berdasarkan data dari BPS adalah 1.204.687 jiwa, sehingga dengan luas wilayah yang ada yaitu 207,06 km2, maka kepadatan penduduk rata-rata adalah 5.818 jiwa / km2. Jumlah penduduknya berkisar antara 115.575 jiwa (kecamatan Beji) dan 331.778 jiwa (kecamatan Cimanggis), sedangkan kepadatan penduduknya berkisar antara 2.918 jiwa/km2 (kecamatan Sawangan) sampai dengan 11.371 jiwa/km2 (kecamatan Sukmajaya).

Jumlah penduduk kota depok berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, ditinjau dari penyebaran lokasi kegiatannya. Kegiatan industri sebagian besar berkembang pada kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya (wilayah kota bagian timur), yaitu sepanjang jalan raya Bogor, sedangkan kawasan pertanian masih banyak terdapat di kecamatan Sawangan, kecamatan Pancoran Mas bagian selatan dan sedikit di kecamatan Limo (wilayah kota bagian barat). Untuk kegiatan perkantoran, jasa, perdagangan dan kegiatan pendidikan berkembang di wilayah kota bagian tengah, terutama di sepanjang jalan Margonda dan kawasan perumahan banyak berkembang di wilayah kota bagian utara yang berdekatan dengan Jakarta, yaitu Kecamatan Limo, Beji, Sukmajaya, dan Pancoran Mas bagian utara.


(43)

Untuk sarana dan prasarana dasar perkotaan, direncanakan untuk terus dikembangkan sistem transportasi (jaringan jalan dan angkutan intra kota yang efisien dan terintegrasi dengan inter kota. Selain itu kapasitas produksi dan distribusi air bersih perpipaan sedang ditingkatkan, selain itu juga masalah permukiman karena sesuai dengan arahan kegiatan fungsional kota Depok.

Potensi sumber daya manusia antara jumlah laki-laki dengan perempuan diwilayah Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok terlihat sangat signifikan, perbedaan antara jumlah laki-laki dengan perempuan hampir sekitar 1000 orang yaitu laki-laki berjumlah 7.728 orang, dan peremupan berjumlah 5.643 Orang, dan jumlah kepala keluarga di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok sekitar 11.371 KK.

2. Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendidikan dikelurahan Sawangan baru kecamatan Sawangan berdasarkan pada data pendidikan dikelurahan sawangan antara lain: Tamatan SD/ sederajat yaitu berkisar 185 siswa, tamatan smp sederajat berkisar 1374 siswa, tamatan SMA sederajat berkisar 1691 siswa, tamatan D-1 berkisar 940 orang, tamatan D-2 berkisar 268 orang, tamatan D-3 berkisar 314 orang dan tamtan S-1 berkisar 223 orang.


(44)

35

3. Sosial Dan Ekonomi

Perkembangan kelurahan sawangan baru, kecamatan sawanga kota Depok dari aspek geografis, demografis maupun sumber pendapatan begitu pesat, terutama di bidang administrator pembangunan. Lompatan yang begitu cepat, serta pancaran keberhasilan dalam pembangunan adalah merupakan prestasi bersama, antara pemerintah daerah dan kesadaran masyarakatnya.

Mata pencaharian pokok masyarakat kelurahan Sawangan Baru kecamatan Sawangan kota Depok adalah buruh tani, yaitu sebanyak 1396 laki-laki, dan 1403 perempuan, pekerjaan bertani dilakukan masyarakat untuk memenuhi kehidupan sehari-hari masyarakat, sedangkan masyarakan yang menjadi pengrajin industri rumah di wilayah tersebut sebanyak 25 orang, yakni terdiri dari 12 orang lak-laki, dan 13 orang perempuan

4. Keagamaan

Agama yang dianut oleh penduduk sawangan baru kecamatan sawangan kota Depok beragama. Menurut data pemerintah kota depok, kelurahan sawangan baru kecamatan sawangan pada tahun 2010, komposisi penganut agama di wilayah ini adalah sebagai berikut:

a. Islam 84,4%

b. Kristen Protestan 6,2 % c. Katolik 5,7 %


(45)

e. Buddha 3,5 %

Jumlah umat buddha terlihat agak besar mungkin karena umat konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Berbagai tempat peribadatan agama-agama seperti masjid dan mushola juga banyak ditemukan di kelurahan ini.

5. Data-data perceraian

Angka perceraian terus saja meningkat. Menurut data yang disampaikan Pengadilan Agama Kota Depok, perceraian yang terjadi pada 2010 di Depok mencapai 1.200 pasangan. Jumlah ini merupakan perceraian yang sudah selesai diproses. penggugat kebanyakan berasal dari pihak wanita atau istri. "Ada beberapa faktor yang memengaruhi perceraian ini.Yang paling umum adalah ketidakcocokkan dalam rumah tangga. Faktor ekonomi pun cukup berpengaruh. " suami tidak memberi nafkah atau semacam itu. Gugatan yang dilaporkan juga karena suami berselingkuh atau suka melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, lingkungan pun dapat menjadi pemicu perceraian.

Sementara itu, jumlah pernikahan di tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009. Di 2010, kantor Kementerian Agama Kota Depok hanya menerima sekitar tiga ribu pasang saja. Sedangkan, pada tahun 2009 tercatat ada sekitar 11 ribu orang yang menikah pada tahun tersebut. faktor


(46)

37

pendorong mengapa orang banyak menikah di tahun 2009. Orang-orang menganggap 2009 merupakan tahun yang spesial, jadi banyak yang memilih untuk menikah pada tahun itu. Sedangkan pada tahun 2010, orang kebanyakan menikah pada 10-10-2010.dan perceraian di KUA Kecamatan Sawangan pada tahun 2009-2010 khususnya di Kelurahan Sawagan baru Kota Depok sangat memperihatinkan, dimana tercatat pernikahan dan perceraian di KUA kecamatan itu sekitar 1 (orang) di tahun 2009, dan 2 orang di tahun 2010 yang menikah dan bercerai secara resmi.dari hasil data melalui observasi yang diperoleh tercatat 15 orang yang menikah dan kemudian bercerai secara tidak resmi (dibawah tangan), yang kemudian ber imbas kepada biaya hidup anak setelah perceraian. KUA di Depok masih berada di enam kecamatan induk, yakni Cimanggis, Pancoran Mas, Sukmajaya. Sawangan, Beji, dan Limo. Kementerian Agama pada 2010 telah menerima sekitar 500 pengajuan pemekaran KUA di seluruh Indonesia, namun baru terealisasisetengahnya.


(47)

38

BAB IV

BIAYA HIDUP BAGI ANAK SETELAH PERCERAIAN

A. Kehidupan Mantan Istri Beserta Anak Setelah Terjadi Perceraian Perlu disadari, bahwa Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan atas Hukum (rechtstaat), Hukum mempunyai status dan kedudukan yang sangat menentukan kehidupan ketatanegaraan. Konsekuensi logis dari kenyataan tersebut adalah keharusan adanya tatanan/perangkat Hukum yang mampu mengatur kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara secara Nasional.

Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian Hukum dalam masyarakat. Hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak main Hakim sendiri. Setiap sengketa, apakah sengketa rumah tangga atau sengketa mengenai Harta dan lainnya, harus diselesaikan melalui proses Hukum di Pengadilan berdasarkan hukum yang berlaku tanpa kecuali, oleh karena setiap orang terikat oleh Hukum, setiap perbuatan mereka harus sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.

Apabila Akad Nikah telah berlangsung dan Sah memenuhi rukunnya, maka akan menimbulkan akibat Hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan pula Hak dan kewajiban suami istri dalam


(48)

39

keluarga.23 Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawab masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga.

Kata cerai dalam kamus bahasa Indonesia berarti berpisah atau putus hubungan sebagai suami istri.24 Anggapan mengenai perceraian sama dengan suatu kegagalan yang biasa karena semata–mata mendasarkan perkawinan pada cinta yang romantis, padahal pada semua sistem perkawinan paling sedikit terdiri dari dua orang yang hidup dan tinggal bersama dimana masing–masing memiliki keinginan, kebutuhan serta latar belakang sosial yang berbeda satu sama lain. Akibatnya sistem ini biasanya memunculkan ketegangan dan ketidakbahagiaan yang dirasakan oleh semua anggota keluarga.

Perceraian merupakan akhir dari suatu pernikahan, Ketika suatu perkawinan sering diwarnai pertengkaran, merasa tidak bahagia, ketidaksetiaan pasangan, atau masalah lainnya, seringkali terpikir untuk segera mengakhiri pernikahan tersebut. Bercerai dengan pasangan hidup dianggap sebagai solusi terbaik bagi banyak pasangan yang menikah. Alasan lain bercerai adalah memberi pasangan hidup pelajaran sebagai jalan keluar yang baik untuk mengakhiri rasa sakit

23

Abd. Rahman Ghajali, Fiqh Munakahat, (JakaRta : Kencana, 2006), Ed. 1, Cet. 2, h. 155.

24

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (JakaRta:Balai Pustaka, 1989), h.168.


(49)

hati. Tetapi dengan bercerai tidak berarti bebas dari masalah. Ada masalah-masalah lain yang harus dihadapi pasca perceraian.

Kehidupan mantan istri dan anak setelah perceraian dalam masyarakat Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok mengenai masalah biaya hidup anak setelah perceraian awalnya berjalan cukup sulit Anak yang mengandung banyak arti apalagi bila kata anak diikuti dengan kata lain misalnya anak Turunan, anak Kecil, anak Sungai, anak Negeri, dan lain sebagainya.25

Anak adalah putra putri kehidupan masa depan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan agar dapat berkembang mental dan spiritualnya secara maksimal.26 faktor Psikologis dan ekonomi sangat mempengaruhi hidup anak pasca perceraian, hari demi hari di lalui tanpa adanya sosok seorang bapak, namun hal itu lama-lama akan terbiasa dengan sendirinya, dimana anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya akan tetapi ini malah hanya mendapat kasih sayang hanya dari salah satu orang tuanya saja, hal ini sangat mempengaruhi terhadap perkembangan anak.

Dalam membiayai keidupan anak mereka tak segan-segan meminta bantuan kepada keluarga dari pihak mereka sendiri, mantan

25

Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1992, h. 83

26

Darwan Prints dalam Iman Jauhari (1), Hak-Hak Anak dalam Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2003, h.80.


(50)

41

suami yang seharusnya ikut membantu tetapi malah tidak peduli terhadap anak, banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, seperti fakktor Ekonomi dan faktor orang ketiga. faktor Ekonomi seperti halnya suami yang tidak bekerja dan tidak mau berusaha dalam memberikan biaya hidup bagi anaknya, faktor pihak ketiga yakni suami yang setelah bercerain dengan istri pertamanya kemudian menikah lagi dengan wanita lain, dalam hal ini mantan suami sudah tidak perduli lagi terhadap biaya anaknya. Hak maupun kewajiban orang tua terhadap anak dalam hukum dikenal dengan istilah salah

teknis hukum sebagai “kekuasaan orang tua” (ouderlijkemacht). Kekuasaan orang tua ini penting artinya bagi kehidupan seorang anak terutama yang belum dewasa karena melalui lembaga hukum ini Hak-Hak dasar anak akan dipenuhi.

Dalam Keluarga yang orangtua bercerai pertumbuhan anak dalam standar yang ideal kemungkinan sulit tercapai karena kebutuhan jasmani dan rohaninya tidak dapat dipenuhi secara sempurna. Apabila dikaitkan pula dengan kebutuhan materi/jasmani anak yang hidup dalam keluarga yang kedua orang tuanya sudah bercerai, pertumbuhan dan perkembangan anak tentu akan mengalami hambatan yang serius apabila kebutuhan materi atau jasmani anak berupa biaya pemeliharaan dan biaya pendidikan anak sampai dewasa tidak ada kejelasannya.


(51)

Perceraian dan perpisahan orangtua menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Banyak studi dilakukan untuk memahami akibat-akibat perceraian bagi anggota keluarga khususnya seorang anak. Dalam kasus perceraian tidak hanya orang tua yang menanggung kepedihan, tapi yang lebih merasakan beratnya perceraian adalah anak.

Mengemukakan bahwa anak bukannya tidak tahu tapi ia tidak mampu menjelaskan, mengapa ia tidak ingin ada orang tahu bahwa ia sedang pedih hatinya, dia juga tidak ingin mengatakan apapun yang dapat memperburuk keadaan di rumah. Pada dasarnya, anak dapat melihat ketegangan yang dialami orang tuanya. Tetapi seorang anak khawatir untuk mengungkapkan emosinya, hal ini akan menambah kepedihan setiap orang. Inilah alasan mengapa sebagian besar anak tidak pernah bicara dengan orang tuanya tentang perasaannya mengenai perceraian.

Sebagaimana di jelaskan sebelumnya, perceraian berarti menunjukkan cara yang sah mengakhiri perkawinan, meskipun Islam memperkenankan perceraian jikalau alasan kuat baginya, Hak cerai itu hanya dipergunakan dalam keadaan terpaksa.27 Meskipun perkawinan telah putus, namun pasca perceraian tersebut masing-masing pihak antara suami dan istri masih memiliki kewajiban yang harus dipenuhi

27


(52)

43

dan ada Hak-Hak yang dapat dituntut. Salah satunya adalah pemenuhan Nafkah dari seorang mantan suami terhadap anaknya. Sebagian besar masyarakat Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok setelah terjadi perceraian masih banyak mantan suami yang kurang memperhatikan anak, mulai dari faktor pertumbuhan, pendidikan dan kesejahteraan anak, bahkan kebanyakan acuh dan tidak peduli terhadap nasib anak. Masalah nafkah sangatlah penting, namun setelah terjadinya perceraian kebanyakan yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya adalah mantan istri.

keluarga dengan orang tua tunggal memiliki serangkaian masalah khusus, hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang tua yang membesarkan anak. Bila diukur dengan angka, mungkin lebih sedikit sifat positif yang ada dalam diri suatu keluarga dengan satu orang tua dibandingkan keluarga dengan orang tua lengkap. Orang tua tunggal ini menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya, karena orang tua tunggal ini tidak mempunyai pasangan untuk saling menopang.

Ada semacam kekhawatiran dalam keluarga dengan orang tua tunggal, dimana orang tua tersebut harus bekerja sekaligus membesarkan anaknya. Seorang yang menjadi orang tua tunggal harus memenuhi kebutuhan akan kasih sayang dan juga keuangan, karena berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus, serta mengendalikan


(53)

kemarahan atau depresi yang dialami oleh anaknya maupun dirinya sendiri. Orang tua yang demikian mengalami masalah, karena terkucil secara sosial dari kelompok orang tua yang masih lengkap (berpasangan), semuanya ini memperberat tugas sebagai orang tua tunggal. Seorang ibu dapat menjadi orang tua tunggal mungkin karena kematian suaminya atau perceraian, dan beberapa ibu tentu tidak pernah menikah lagi, termasuk mereka yang memilih menjadi ibu tunggal. Saat ini perceraian menjadi cara yang umum untuk menjadi orang tua tunggal. Ibu yang bercerai lebih banyak memiliki kesulitan dalam masalah kekuasaan dan kedisiplinan. Beberapa ibu menjelaskan tentang beratnya mengemban tugas tersebut. Para ibu ini mungkin terpaksa mulai bekerja di luar rumah untuk pertama kalinya guna memenuhi kebutuhan keuangan keluarganya dengan penghasilan yang tidak begitu banyak.

Dimana ibu yang seharusnya mengurus anak dengan dibantu dengan uang dari mantan suami, namun kali ini tidak, ibu (mantan istri) mengurus, membesarkan dan membiayainya hidup anak dengan sendiri tanpa mengandalkan uang dari mantan suami, ini yang memberatkan mantan istri, anak yang seharusnya masih menjadi tanggung jawab mantan suami, yang seharusnya bertanggung jawab untuk memberikan nafkah kepada mereka sampai nanti anak-anaknya mampu untuk mencari nafkah sendiri. Dan sang ayah pun


(1)

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan skripsi diatas, yang berkaitan tentang Aplikasi Pemberian Biaya Hidup Bagi Anak Setelah Perceraian Di Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Bahwa prinsip hukum tentang kewajiban memberi Nafkah anak setelah terjadinya perceraian dalam peraturan Perundang Undangan di Indonesia, dalam Hukum Islam hakikatnya membebankan kewajiban tersebut kepada orang tua laki-laki (ayah)

Bahwa dari hasil penelitian putusan di Pengadilan Agama Depok, ternyata tetap membebankan kewajiban memberikan biaya Nafkah anak kepada orang tua laki-laki (ayah) setelah terjadinya Perceraian namun hal ini bisa saja didampingi oleh majelis hakim yang memutuskan perkara dengan berbagai pertimbangan. Adapun yang menjadi sikap dan pandangan hakim Pengadilan Agama Depok dalam menentukan kewajiban orang tua laki-laki (ayah) untuk membiayai Nafkah Anak setelah terjadinya Perceraian adalah dilihat dari kemampuan ekonomi orang tua lakilaki (ayah) yang berkaitan dengan pekerjaan, gaji dan tanggungan lainnya dari orang tua laki-laki (ayah) yang bersangkutan. Selain itu, juga dilihat dari


(2)

kemampuan orang tua laki-laki (ayah) tersebut secara fisik dalam mencari Nafkah. Oleh karenanya dalam setiap menutus perkara yang menyangkut biaya nafkah anak, majelis Hakim menentukan kewajiban orang tua laki-laki (ayah) membiayai Nafkah anak setelah terjadinya perceraian adalah dilihat dari kemampuan ekonomi orang tua laki-laki (ayah) yang berkaitan dengan pekerjaan, gaji dan tanggungan lainnya dari orang tua lakilaki (ayah) yang bersangkutan. Selain itu, juga dilihat dari kemampuan orang tua laki-laki (ayah) tersebut secara fisik dalam mencari nafkah. Oleh karenanya dalam setiap memutus perkara yang menyangkut biaya Nafkah Anak, majelis Hakim Pengadilan Agama Depok dalam mempertimbangkan dan memutus dilihat secara Kasuitis.

Bahwa meskipun dalam Putusan Pengadilan Agama Depok diputus mengenai biaya Nafkah Anak setelah Perceraian, akan tetapi tidak semua orang tua laki-laki (ayah) mematuhi isi putusan yang menghukumnnya. Faktor-faktor penyebabnya adalah, Pertama : dapat berupa faktor orang tua laki-laki (ayah) telah menikah kembali dimana orang tua laki-laki (ayah) yang tidak mencukupi. Kedua : dapat berupa faktor orang tua laki-laki (ayah) telah menikah kembali dimana orang tua laki-laki (ayah) tersebut harus membiayai keluarganya yang baru, disamping memberikan Nafkah anak dari perkawinan yang terdahulu. Ketiga, dapat berupa faktor Psikologis baik yang dialami oleh orang tua perempuan, orang tua laki-laki (ayah) maupun anak itu sendiri. Keempat : dapat


(3)

59

berupa faktor orang tua perempuan mampu memberikan biaya nafkah anak sehingga orang tua laki-laki (ayah) tidak mau memberikan lagi biaya nafkah.

B. Saran-Saran

Ada banyak hal yang memotivasi pasangan suami istri untuk melakukan perceraian , hal ini mengakibatkan dampak negatif bukan hanya pasangan suami istri yang bercerai tersebut melainkan juga bagi anak mereka. Anak yang seharusnya di besarkan oleh kedua orang tua tetapi hanya dengan ibu/ bapak saja.dan masalah biaya hidup anak setelah perceraian tidaklah mudah maka dari itu Untuk meminialisir dampak tersebut, penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Perlunya Sosialisasi kepada Masyarakat tentang biaya Hidup Anak setelah

perceraian, karna pada dasarnya anak adalah titipan Allah yang harus di jaga dan di rawat dengan baik, inilah sebenarnya yang dikehendaki Agama Islam. 2. Tentang Hak dan kewajiban biaya Hidup Anak setelah perceraian sebaiknya

diberi pengertian sejak dini, seperti disekolah, Kampus dan Pemerintah juga ikut andil dalam memberi pengertian kepada Masyarakat supaya mengurangi terjadinya perceraian di Indonesia yang berakibat pada Anak.


(4)

60

DAFTAR PUSTAKA

Al- Afifi Abdullah Thaha, Hak Orang Tua Pada Anak dan Hak Anak Pada

Orang Tua,

al-„Arabi Imam Ibnu, Ahkam al-Quran, Juz I, al-Qur‟an Dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.

al-Fannan Zainudin Bin Abdul Aziz Al-Malibari I, Terjemah Fathul Mu’in, Bandung:Sinar Baru al-Gesindo

al-Fadhli Ali Abu Bin al-Hasan ath-Thabrasi, Majmaul al-Bayan Fi Tafsiri al-Quran, Juz II, (Beirut: Dar al-Fikr). ash-Shabuni Ali, Shafwat At-Tafsir, Juz I, T.T. ash-Shabuni, (Hadiyyatul Afraa Lil’aruusain) Hadiah Untuk Pengantin, (Jakarta :

Mustaqim).

Abas Sudirman Ahmad, Pengantar Pernikahan, Jakarta: Pt. Prima Heza Lestari, 2006.

Abdillah‟ Ali Ibn al-Janudi Abu Muhammad an-Naisaburi, al-Muntaqi Min as-Sunan al-Musnad Juz 1 (Beirut: Muasisah al-Kitab al-Tsaqafiyah, 1408/1988). Aziz Bi Faisasyekh Abdul, Terjemahan Nailul Author Himpunan Hadits-Hadits

Hukum.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1989.


(5)

61

Doi, A. Rahman I Penjelasan Lengkap Hukum Allah (Syariah), Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Ghajali. Rahman Abd, Fiqh Munakahat, Jakarta : Kencana, 2006. Hadikusuma Hilman, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1992.

Hilman Hadikusuma, 1992, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni :Bandung. Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar, 2005. Jauuhari,Iman 2003, Hak-hak Anak Dalam Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press:

Jakarta.

Kompilasi Hukum Islam

Muchtar Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Muhammad Bin Ahmad al-Faqih Abu Wahid Bin Muhammad Ibnu Rusyd, Terjemah

Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid (Analisa Fiqih Para Mujtahid).

Muslim Husen Ab Imam I Bin Hujaz Bin Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh: Dar As-Salam).

M.Zein Efendi, Satria, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontenporer, Jakarta : CV Predana Media, 2004

Nur Djaman, Fiqih Muamalah, Semarang: Dina Utama, 1993.

Quthub Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Penerjemah As‟ad Yasin . dkk, Jilid I.Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Rusyd Ibnu, Terjemah Bidayatul Mujtahid,


(6)

Salinan Putusan Pengadilan Agam Depok Nomer 1329/Pdt.G/2009/Pa. Dpk.

Sanny Dellyana, 1998, Wanita dan Hak Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta. Subekti, Pokok-Pokok Hokum Perdata, Jakarta:PT. Intermasa, 2001.

Surian Sumantri S,Jujuj Penelitian Ilmiah,Kefilsafatan Dan Keagamaan: Mencari

Paradidma Kebersamaan Dalam Mastuhu Dan Deden Ridwan (Ed), Tradisi

Baru Penelitian Agama Islam, Bandung: Nuansa 1998.

Susetyo Fajar Yuli, Mengembangkan Perilaku Mengajar Yang Humanis, Jakarta:Warta Hukum Dan Perundang-Undangan, 2007.

Tan, G Meli Masalah Perencanaan Penelitian Dalam Koentjaraningrat (Ed.),

Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1981

Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Warson Munawir Ahmad, Al-Munawir Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Progresif

Yahya Harahap M., Hukum Perkawinan Nasional, Zahir Trading Co, Medan, 1975. Zein M Efendi Satria,. MA, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontenporer,

Jakarta: CV Predana Media, 2004.