8
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
1.2.3 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan berikut ini.
1 Bagaimanakah bentuk lingual mantra dangdan Banjarsari?
2 Bagaimanakah referensi leksikon yang mencerminkan konsep cantik dalam
mantra dangdan Banjarsari? 3
Bagaimanakah cermin konsep cantik orang Sunda di Banjarsari dilihat dari mantra dangdan yang digunakan?
4 Bagaimanakah klasifikasi mantra dangdan Banjarsari?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal berikut:
1 bentuk lingual mantra dangdan Banjarsari, 2 referensi leksikon yang mencerminkan konsep cantik dalam mantra dangdan
Banjarsari, 3 cermin konsep cantik orang Sunda di Banjarsari dilihat dari mantra dangdan
yang digunakan, dan 4 klasifikasi mantra dangdan Banjarsari.
9
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis.
1.4.1 Secara Teoretis
Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kajian antropolinguistik. Kedua, sebagai sumbangan pemikiran empirik
untuk memperkaya bahan kajian dalam bidang linguistik antropologi.
1.4.2 Secara Praktis
Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 memberikan gambaran masyarakat Banjarsari akan nilai-nilai yang
terdapat dalam mantra dangdan Banjarsari; 2 menjadi referensi untuk pemakaian buku mantra Banjarsari, khususnya mantra dangdan; 3 melengkapi dokumentasi
tertulis, khususnya mantra dangdan terhadap buku yang sudah ada; 4 menjadi salah satu acuan dalam hal melestarikan budaya daerah yang merupakan bagian
dari budaya Nasional; 5 memberikan informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan mantra dangdan Banjarsari.
10
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
1.5 Definisi Operasional
Berikut ini dijelaskan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini.
1 Mantra dangdan Banjarsari merupakan salah satu kekayaan budaya
masyarakat Banjarsari dalam bentuk tradisi lisan yang tersebar di beberapa desa.
2 Jangjawokan dan jampe adalah sebagai bagian dari mantra dangdan
Banjarsari. 3
Konsep cantik dalam mantra dangdan Banjarsari diartikan dengan wanita yang memiliki wajah cantik bersinar seperti bulan purnama, kening yang
indah bercahaya, hidung mancung, pipi seperti pelangi, serta tubuh ramping dan manis pantas.
4 Orang Sunda di Banjarsari adalah masyarakat etnis Sunda yang berdomisili di
Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat yang merupakan pemilik dan pengguna mantra dangdan Banjarsari.
5 Ngamer adalah kegiatan berdiam diri di kamar dan tidak boleh terlihat orang
lain. 6
Penutur mantra adalah orang yang ahli dalam penggunaan mantra.
37
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini bertumpu pada teori yang digagas oleh Wierzbicka 1997: 11 yang mengatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kehidupan
suatu masyarakat dengan leksikon bahasanya. Di samping itu, Boas 1996:59 dalam Palmer, 1999: 11 mengatakan bahwa bahasa merupakan manifestasi
terpenting dari kehidupan mental penuturnya. Teori-teori tersebut merupakan pendekatan linguistik antropologis yang dimanfaatkan untuk mengeksplorasi
kaitan erat antara bahasa dengan budaya penuturnya.
3.1.2 Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judulnya, penelitian ini akan dilakukan di lingkungan masyarakat Banjarsari, yaitu di Desa Ciulu, Desa Sindangsari, dan Desa Cigayam
Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis. Lokasi-lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena merupakan daerah yang masih menuturkan mantra secara konsisten.
Dengan demikian, mempelajari budaya dari bahasa penuturnya lebih mudah mengingat masyarakat Banjarsari di Desa Ciulu, Desa Sindangsari, dan Desa
38
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Cigayam masih menuturkan mantra secara konsisten dengan adat istidat atau tradisi warisan nenek moyangnya yang masih suka dilakukan sampai sekarang.
3.1.3 Sumber Data dan Korpus
Data penelitian ini meliputi berbagai jenis mantra dangdan berbentuk teks dan lisan yang masih ataupun pernah digunakan. Oleh karena itu, data penelitian
ini penulis golongkan menjadi dua, yakni data utama primer dan data penunjang sekunder. Data utama penelitian ini diambil dari tuturan lisan yang
menggunakan bahasa Banjarsari dalam bentuk MDB. Data mantra yang diperoleh dari lapangan secara lisan dari informan akan dicatat, direkam, dan dengan
“pengambilan foto”. Sementara data penunjang sekunder, yaitu data tekstulisan dari informan. Penggunaan data penunjang sekunder ini bertujuan sebagai
pelengkap sekaligus penambah kuantitas data utama primer. Data tersebut diperoleh dari lima orang responden yang merupakan para pakar mantra, yaitu
seorang Nyai Ronggeng, tiga orang sesepuh, dan satu orang responden tambahan mantan pengguna mantra. Dari data ini akan dianalisis guna memperoleh
bagaimana bentuk lingual MDB, bagaimana referensi leksikon yang mencerminkan konsep cantik dalam MDB, bagaimana cermin konsep cantik
orang Sunda di Banjarsari dilihat dari mantra dangdan yang digunakan, dan klasifikasi mantra dangdan.
3.1.4 Metode Pengumpulan data
39
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Dalam penelitian ini menggunakan dua metode dalam mengumpulkan data, yakni observasi partisipan dan wawancara mendalam indepth interview.
Kedua metode tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
3.1.4.1 Observasi Partisipan
Metode observasi partisipan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti ikut terjun langsung atau
bergabung dengan para penutur mantra dalam kegiatan yang dilaksanakan. Peneliti mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di tempat
penelitian. Partisipasi langsung ini dimaksudkan supaya peneliti dapat lebih memahami segala hal yang menjadi aturan dalam aktivitas penggunaan atau
penuturan mantra dangdan. Selain itu juga dimaksudkan supaya peneliti mendapatkan informasi langsung bentuk tuturan yang digunakan atau
disampaikan ketika penuturan mantra dangdan tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat observasi partisipan
adalah merekam dan mengamati pelaksanaan kegiatan penuturan mantra dangdan. Hal-hal yang diamati meliputi kondisi fisik dan psikologis penutur mantra. Di
samping itu, dicermati juga anjuran-anjuran yang harus dilakukan, aturan-aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama kegiatan penuturan
mantra berlangsung. Hal itu dilakukan dengan pertimbangan ada kemungkinan hal-hal tersebut memengaruhi tuturan maupun pola pikir penutur mantra. Dalam
pengamatan ini, peneliti mencatat segala hal yang berhubungan dengan kegiatan penuturan mantra dan bentuk tuturan yang disampaikan. Setelah peneliti merekam
40
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
tuturan penutur mantra, kemudian peneliti mentranskripsikan data tersebut dalam bentuk tulisan sehingga dapat digunakan sebagai bahan analisis.
3.1.4.2 Observasi Periodik ke Lapangan
Metode ini memiliki peran yang cukup penting dalam penelitian linguistik antropologi khususnya budaya secara umum. Metode ini juga terkait dengan
metode sebelumnya atau lebih tepatnya merupakan kelanjutan metode sebelumnya, yakni metode observasi partisipan. Metode ini dilakukan untuk
melakukan kroscek data yang telah didapatkan dari observasi partisipan. Dalam menggunakan metode ini peneliti sudah tidak lagi terjun dan ikut langsung dalam
ritual mantra, melainkan secara berkala melihat prilaku-prilaku mantra tersebut dilakukan. Kegiatan yang dilakukan juga dalam observasi periodik adalah
melanjutkan wawancara mendalam yang telah dilakukan.
3.1.4.3 Wawancara Mendalam Indepth Interview
Wawancara mendalam dilakukan supaya informasi yang didapatkan tidak simpang siur dan jelas dari sumbernya. Berdasarkan sifatnya wawancara yang
dilakukan dibagi dalam dua kategori, yakni wawancara terbuka dan tertutup. Wawancara terbuka dilakukan dengan pengunjung dan penutur mantra di
Banjarsari, sedangkan wawancara tertutup dilakukan dengan Bi Raspi Nyai Ronggeng selaku penutur mantra, khususnya mantra dangdan dalam aktivitas
dan rutinitasnya, terutama dalam kegiatan berdandan sebelum beliau tampil menjadi Nyai Ronggeng. Berdasarkan sifat pertanyaan yang digunakan,
41
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
wawancara juga dibagi atas wawancara tertutup dan terbuka. Wawancara tertutup merupakan wawancara yang mengandung pertanyaan terfokus dalam jawabanya.
Sedangkan wawancara terbuka, pertanyaan yang diajukan memungkinkan informan memberikan jawaban yang lebih bebas.
3.2 Instrumen Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam tulisan ini disebut instrumen penelitian Sugiyono, 1999: 97 dalam Syarifudin, 2008: 77. Dalam melakukan wawancara
dengan informan, penulis telah mempersiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Pertanyaan tertulis yang dimaksudkan di sini
adalah pertanyaan untuk penulis saja sebagai pedoman dalam melakukan wawancara dengan informan.
Langkah selanjutnya, sebagi teknik lanjutan penulis menerapkan alat bantu kamera digital dan telepon genggam handphone sebagai teknik perekam pada
saat melakukan wawancara dan kemudian mencatat bentuk-bentuk yang dianggap sebagai data saat melakukan wawancara. Di samping itu, dalam melakukan
observasi partisipan penulis juga melakukan fotografi. Hasilnya berupa gambar dan foto. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran umum tentang situasi
yang tampak pada lingkungan masyarakat Banjarsari di Desa Ciulu, Desa
Sindangdasri, dan Desa Cigayam yang masih menuturkan mantra secara konsisten dengan adat istidat atau tradisi warisan nenek moyangnya dan masih suka
dilakukan sampai sekarang.
3.3 Metode Analisis Data