Metode Analisis Data MANTRA DANGDAN BANJARSARI: CERMIN KONSEP CANTIK ORANG SUNDA DI BANJARSARI.

41 Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu wawancara juga dibagi atas wawancara tertutup dan terbuka. Wawancara tertutup merupakan wawancara yang mengandung pertanyaan terfokus dalam jawabanya. Sedangkan wawancara terbuka, pertanyaan yang diajukan memungkinkan informan memberikan jawaban yang lebih bebas.

3.2 Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam tulisan ini disebut instrumen penelitian Sugiyono, 1999: 97 dalam Syarifudin, 2008: 77. Dalam melakukan wawancara dengan informan, penulis telah mempersiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Pertanyaan tertulis yang dimaksudkan di sini adalah pertanyaan untuk penulis saja sebagai pedoman dalam melakukan wawancara dengan informan. Langkah selanjutnya, sebagi teknik lanjutan penulis menerapkan alat bantu kamera digital dan telepon genggam handphone sebagai teknik perekam pada saat melakukan wawancara dan kemudian mencatat bentuk-bentuk yang dianggap sebagai data saat melakukan wawancara. Di samping itu, dalam melakukan observasi partisipan penulis juga melakukan fotografi. Hasilnya berupa gambar dan foto. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran umum tentang situasi yang tampak pada lingkungan masyarakat Banjarsari di Desa Ciulu, Desa Sindangdasri, dan Desa Cigayam yang masih menuturkan mantra secara konsisten dengan adat istidat atau tradisi warisan nenek moyangnya dan masih suka dilakukan sampai sekarang.

3.3 Metode Analisis Data

42 Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi 1 melakukan transkripsi diikuti dengan terjemahan bebas, 2 melakukan analisis berdasarkan konteks, 3 analisis berdasarkan klasifikasi, 4 analisis bentuk struktur dan fungsi bahasa dalam tuturan mantra dangdan Banjarsari, 5 menginterpretasikan pola pikir atau pandangan hidup penutur mantra dangdan Banjarsari untuk memperoleh cermin konsep cantik orang Sunda di Banjarsari. Transkripsi merupakan kegiatan menyalin tuturan doa atau mantra yang dituturkan secara lisan ke dalam bentuk teks tulis. Terjemahan bebas memiliki arti bahwa peneliti mengartikan atau menerjemahkan bahasa yang digunakan dalam tuturan itu secara bebas. Penerjemahan perlu dilakukan sebab bahasa yang digunakan dalam tuturan tersebut sangat beragam. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penerjemahan guna memberikan pemahaman terhadap pembaca lain yang atau belum memahami bahasa yang digunakan. Pada tahap klasifikasi juga akan ditemukan beragam leksikon yang digunakan untuk mencerminkan konsep cantik orang Sunda di Banjarsari. Di dalamnya juga akan terlihat kemungkinan penggunaan metafora sebagai penambah ksean magis atau mistis dalam penggunaan mantra dangdan. Klasifikasi juga memperlihatkan bentuk bahasa secara umum sampai bentuk fonologi yang berbeda dalam setiap tuturannya. Selanjutnya, analisis pola pikir dilakukan dengan memanfaatkan metode penafsiran interpretation oleh penulis. Beberapa komponen yang didapat dari wawancara dan wacana mantra dangdan Banjarsari menjadi dasar peneliti untuk memberikan penafsiran 43 Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu mengenai pola pikir penutur mantra dangdan Banjarsari mengenai cermin konsep cantik orang Sunda di Banjarsari. Hal itu disebabkan, beberapa atau mungkin hampir semua penutur mantra tidak akan memberikan jawaban secara langsung mengenai harapan dan tujuan mereka menggunakan mantra. Jawaban yang diberikan lebih bersifat tertutup yang memungkinkan peneliti untuk memberikan penafsiran. Dalam penelitian budaya khususnya, metode interpretatif menjadi sifat yang cukup penting. Sesuai dengan yang disarankan oleh Geertz 1992 dalam Nuryani, 2010: 37 bahwa dalam penelitian kebudayaan senantiasa terbuka kemungkinan untuk menganalisis data dengan mempertimbangkan sifat penelitian itu sendiri. Adapun sifat penelitian itu adalah penafsiran interpretatif.

3.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data