37
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini bertumpu pada teori yang digagas oleh Wierzbicka 1997: 11 yang mengatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kehidupan
suatu masyarakat dengan leksikon bahasanya. Di samping itu, Boas 1996:59 dalam Palmer, 1999: 11 mengatakan bahwa bahasa merupakan manifestasi
terpenting dari kehidupan mental penuturnya. Teori-teori tersebut merupakan pendekatan linguistik antropologis yang dimanfaatkan untuk mengeksplorasi
kaitan erat antara bahasa dengan budaya penuturnya.
3.1.2 Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judulnya, penelitian ini akan dilakukan di lingkungan masyarakat Banjarsari, yaitu di Desa Ciulu, Desa Sindangsari, dan Desa Cigayam
Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis. Lokasi-lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena merupakan daerah yang masih menuturkan mantra secara konsisten.
Dengan demikian, mempelajari budaya dari bahasa penuturnya lebih mudah mengingat masyarakat Banjarsari di Desa Ciulu, Desa Sindangsari, dan Desa
38
Nuri Novianti Afidah, 2012 Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Cigayam masih menuturkan mantra secara konsisten dengan adat istidat atau tradisi warisan nenek moyangnya yang masih suka dilakukan sampai sekarang.
3.1.3 Sumber Data dan Korpus
Data penelitian ini meliputi berbagai jenis mantra dangdan berbentuk teks dan lisan yang masih ataupun pernah digunakan. Oleh karena itu, data penelitian
ini penulis golongkan menjadi dua, yakni data utama primer dan data penunjang sekunder. Data utama penelitian ini diambil dari tuturan lisan yang
menggunakan bahasa Banjarsari dalam bentuk MDB. Data mantra yang diperoleh dari lapangan secara lisan dari informan akan dicatat, direkam, dan dengan
“pengambilan foto”. Sementara data penunjang sekunder, yaitu data tekstulisan dari informan. Penggunaan data penunjang sekunder ini bertujuan sebagai
pelengkap sekaligus penambah kuantitas data utama primer. Data tersebut diperoleh dari lima orang responden yang merupakan para pakar mantra, yaitu
seorang Nyai Ronggeng, tiga orang sesepuh, dan satu orang responden tambahan mantan pengguna mantra. Dari data ini akan dianalisis guna memperoleh
bagaimana bentuk lingual MDB, bagaimana referensi leksikon yang mencerminkan konsep cantik dalam MDB, bagaimana cermin konsep cantik
orang Sunda di Banjarsari dilihat dari mantra dangdan yang digunakan, dan klasifikasi mantra dangdan.
3.1.4 Metode Pengumpulan data