Kemampuan Penalaran Matematik TINJAUAN PUSTAKA

16 4. Memeriksa kembali. Kaji kembali hasil yang didapatkan. Bisakah kita memeriksa hasil itu? Bisakah kita memeriksa argumennya? Bisakah kita melihatnya secara sekilas saja? Bisakah kita menggunakan hasilnya, atau metode itu untuk suatu masalah yang lain?

C. Kemampuan Penalaran Matematik

Penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan dengan satu cara untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan yang bersifat umum dapat ditarik dari kasus-kasus yang bersifat individual. Tetapi dapat juga sebaliknya, dari hal yang bersifat individual menjadi kasus yang bersifat umum Suherman dan Winataputra, 1993. Shurter dan Pierce dalam Dahlan, 2004: 21 menyatakan bahwa penalaran reasoning merupakan suatu proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan, pentransformasian yang diberikan dalam urutan tertentu untuk menjangkau kesimpulan. Penalaran matematika merupakan suatu kebiasaan otak seperti halnya kebiasaan yang lain harus dikembangkan secara konsisten menggunakan berbagai macam konteks, mengenal penalaran dan pembuktian merupakan aspek-aspek fundamental dalam matematika Turmudi, 2008: 59. Logika penalaran akan membimbing kita menemukan arah dan tujuan dari suatu problem dan sekaligus bisa merumuskan langkah-langkah yang sistematis dan terarah untuk mencapai arah tujuan tersebut Alisah, 2007: 157. 17 Dari uraian di atas, maka penalaran merupakan proses berfikir atau kebiasaan otak untuk mencapai kesimpulan logis dari suatu masalah berdasarkan fakta dan sumber yang relevan serta bisa merumuskan langkah-langkah yang sistematis dan terarah dalam mencapai kesimpulan tersebut. Ada dua macam penalaran dalam matematika yaitu penalaran induktif induksi dan penalaran deduktif deduksi. Penalaran induktif, sebagai contoh ketika setiap siswa atau setiap kelompok siswa diminta untuk: 1 Membuat lingkaran dengan jari-jari berbeda-beda. 2 Membuat sudut pusat yang besarnya tertentu yang menghadap busur AB. 3 Membuat sudut keliling yang menghadap busur yang sama. 4 Mengukur besar sudut pusat dan sudut keliling. 5 Membandingkan besar atau ukuran kedua sudut tersebut. 6 Menyimpulkan, berdasar hasil teman atau kelompok lain bahwa hubungan besar sudut pusat dan besar sudut keliling jika menghadap busur yang sama. Dengan demikian, telah terjadi proses berpikir yang berusaha menghubung- hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi khusus yang sudah diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum general. Sehingga, jelaslah bahwa induksi merupakan suatu kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum general berdasar beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar. Di dalam ilmu pengetahuan, proses tersebut dikenal dengan metode eksperimental scientific method, sedangkan di matematika disebut dengan penalaran induktif dan hasilnya masih disebut dugaan conjectures. 18 Jacobs 1982 menyatakan: Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika. Jika penalaran induktif merupakan proses berpikir dari khusus ke umum, maka penalaran deduktif merupakan proses berpikir dari bentuk yang umum berupa aksioma atau postulat ke bentuk yang khusus. Menurut The Third International Mathematics and Science Study TIMSS tahun 2003 Mullis, et. Al., 2003 penalaran matematika meliputi kecakapan logis dan berfikir sistematis. Penalaran tersebut meliputi penalaran intuitif dan induktif yang berdasarkan pada pola-pola dan aturan-aturan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah non-rutin. Masalah non-rutin adalah masalah yang tidak dikenal oleh siswa, yang prosedur penyelesaiannya memerlukan perencanaan, tidak sekedar menggunakan rumus, teorema atau dalil. Masalah non-rutin tersebut memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi untuk menyelesaikannya dibandingkan dengan menyelesaikan masalah yang sebelumnya telah dipelajari. Masalah non-rutin tersebut mungkin murni matematika atau mungkin dalam kehidupan sehari-hari. Kedua tipe masalah non-rutin tersebut, meliputi transfer pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi baru, dan interaksi antar keterampilan bernalar. Pemberian penalaran yang dimulai sejak usia dini memberikan banyak keuntungan, khususnya bagi pembelajaran matematika di masa depan anak. Baroody dalam Hasanah, 2004 menemukan beberapa keuntungan apabila anak diperkenalkan dengan penalaran, yaitu: 19 1. Anak-anak perlu diberi kesempatan dan teratur untuk menggunakan keterampilan bernalar dan melakukan pendugaan. Pengalaman yang nyata dalam melihat pola, memformulasi dugaan tentang pola yang telah diketahui dan mengevaluasinya bersifat lebih informatif, sehingga dapat menolong siswa lebih memahami proses yang disiapkan pada doing mathematics dan eksplorasi dari matematika. 2. Mendorong siswa dalam melakukan Guessing. Sering siswa merasa takut dan cemas apabila ia ditanya oleh gurunya dan ia tidak mengetahui secara pasti apa jawaban yang diajukan kepadanya. Kecemasan atau ketakutan dalam pembelajaran matematika merupakan hal yang paling sering dialami oleh siswa, akibatnya dapat diduga bahwa siswa menjadi malas untuk belajar matematika. 3. Menolong siswa memahami nilai balikan negatif negative feedback dalam memutuskan suatu jawaban. Anak perlu untuk memahami bahwa tebakan yang salah dapat menghilangkan kemungkinan yang pasti dari berbagai pertimbangan lebih jauh dan dapat melihat informasi yang tak bernilai invaluable. Anak juga perlu untuk menghargai bahwa keefektifan dari suatu tebakan tergantung pada banyaknya kemungkinan yang dapat dihilangkan. 4. Secara khusus dalam matematika, anak harus memahami bahwa penalaran intuisi, penalaran induktif dan pendugaan, serta pembuktian logis atau penalaran deduktif memainkan peranan yang penting, mereka harus menyadari atau dibuat sadar bahwa intuisi merupakan dasar untuk kemampuan tingkat tinggi dalam matematika dan juga ilmu pengetahuan lainnya. Anak juga harus ditolong untuk dapat memahami bahwa intuisi diperlukan secara substansif dalam membuat 20 contoh, mengumpulkan data dan dalam menggunakan logika deduktif. Selain itu, anak juga perlu untuk memahami bahwa penemuan pola dari berbagai contoh yang luas selalu terdapat suatu kemungkinan ditemukannya suatu kekecualian, sehingga dapat dijustifikasi suatu pola dan pada akhirnya dapat dibuktikan secara deduktif. Sumarmo dalam Dwirahayu, 2005 mengungkap beberapa indikator penalaran matematik pada pembelajaran matematika antara lain, siswa dapat: 1. Menarik kesimpulan logik, 2. Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan, 3. Memperkirakan jawaban dan proses solusi, 4. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik, 5. Menyusun dan menguji konjektur, 6. Merumuskan lawan contoh counter example, 7. Mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, 8. Menyusun argumen yang valid, dan 9. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi matematik.

D. Pembelajaran Biasa Konvensional

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery method) dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan penalaran adaptif siswa kelas xi IPA: penelitian quasi eksperimen di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan

6 70 244

Penggunaan bahan ajar berbasis penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematis siswa

1 8 197

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KREATIVITAS MATEMATIK ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED DENGAN SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN EKSPOSITORI.

0 1 54

Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing.

1 5 63

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING.

0 0 43

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMP MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING.

0 5 32

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMP.

0 0 45

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING.

0 1 40

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA SMP DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING.

1 4 9

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMU MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 40