Fisiologi Protein dan Asam Amino

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Protein dan Asam Amino

Protein merupakan senyawa kimia yang tidak saja mengandung atom karbon seperti karbohidrat dan lemak yakni karbon, hidrogen, dan oksigen, namun juga mengandung atom nitrogen. Atom C, H, O dan N tersusun menjadi asam amino, yang membentuk rantai menjadi protein. Dua puluh asam amino berbeda telah diidentifikasi sebagai pembentuk protein. Sebagai sumber energi, protein setara dengan karbohidrat dengan memberikan 4kkalg Escallon dkk, 2007. Gambar 2.1 . Jalur Metabolisme Protein Bender, 2006 Asam amino digunakan sebagai bahan dasar untuk enzim, hormon, dan protein struktural. Sejumlah protein spesifik dapat disintesis oleh tiap sel tubuh. Sintesis ini memerlukan semua asam amino yang ada. Asam amino esensial harus disuplai, atau rangka karbon dan gugus asam amino dari asam amino lainnya harus tersedia untuk proses transaminase Escallon dkk, 2007. Tiap materi genetik sel asam deoksiribonukleat atau DNA mengatur sintesis proteinnya masing-masing. Fungsi DNA menjadi cetakan untuk sintesis berbagai bentuk asam ribonukleat RNA, yang ikut dalam sintesis protein. Energi untuk sintesis ini disuplai oleh adenosin trifosfat ATP, yang merupakan sebuah nukleotida Escallon dkk, 2007. Tubuh tidak menyimpan cadangan untuk asam amino bebas. Yang tidak ikut dalam sintesis protein maka akan dimetabolisme. Namun, terdapat sumber metabolik asam amino pada protein seluler yang dapat digunakan kapan saja bila diperlukan. Turnover konstan protein pada orang dewasa biasanya penting untuk mempertahankan sumber asam amino ini dan kemampuan untuk memenuhi permintaan asam amino oleh sel dan jaringan ketika distimulasi untuk membuat protein yang penting. Jaringan yang paling aktif untuk turnover protein adalah protein plasma, mukosa usus, pankreas, hepar, dan ginjal Escallon dkk, 2007. Terdapat dua tipe asam amino dasar Escallon dkk, 2007 : 1. Asam amino esensial yang dibuat di dalam tubuh berasal dari prekursor karbon dan nitrogen 2. Asam amino esensial yang tidak dapat disintesis dalam tubuh Sumber asam amino terbesar adalah berasal dari protein diet. Pada beberapa kondisi klinis, beberapa asam amino non esensial harus disuplai dari luar sehingga disebut juga sebagai asam amino kondisional yang mana dapat saja menjadi esensial pada kondisi-kondisi tertentu Escallon dkk, 2007. Asam amino esensial antara lain adalah histidin, isoleusin, leusin, lysin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin, dan mungkin juga arginin Escallon dkk, 2007. Gambar 2.2 . Metabolisme Asam Amino Anonim, 2015 Ketiadaan atau asupan asam amino esensial yang kurang adekuat akan menyebabkan imbang nitrogen negatif, berat badan turun, gangguan pertumbuhan pada bayi dan anak, dan berbagai gejala klinis lainnya seperti penurunan fungsi imunitas Escallon dkk, 2007. Arginin bisa menjadi tidak tergantikan pada pasien yang kurang nutrisi, sepsis, atau sedang dalam masa pemulihan dari trauma atau pembedahan. Suplementasi arginin terkait dengan peningkatan penyembuhan luka, yang mungkin akibat peran arginin dalam meningkatkan sintesis kolagen. Suplementasi arginin juga menyokong fungsi imun pada manusia dan hewan. Namun karena ia merupakan prekursor nitric oxide maka harus diwaspadai akan risiko terjadinya overdosis Escallon dkk, 2007. Terdapat pendapat pula bahwa glutamin juga menjadi asam amino esensial kondisional pada pasien dengan sakit kritis. Setelah cedera, konsentrasi glutamin plasma dan intrasel menurun, kemungkinan akibat peningkatan uptake glutamin dari usus yang melebihi jumlah glutamin yang dilepaskan dari otot rangka Escallon dkk, 2007.

2.2 Imbang Nitrogen