Amputasi pada Kaki Diabetes

infeksi dan penutupan luka selanjutnya. Debridement enzimatis menggunakan agen topikal yang akan merusak jaringan nekrotik dengan enzim proteolitik seperti papain, colagenase, fibrinolisin-Dnase, papainurea, streptokinase, streptodornase dan tripsin. Agen topikal diberikan pada luka sehari sekali, kemudian dibungkus dengan balutan tertutup. Penggunaan agen topikal tersebut tidak memberikan keuntungan tambahan dibanding dengan perawatan terapi standar. Oleh karena itu, penggunaannya terbatas dan secara umum diindikasikan untuk memperlambat ulserasi dekubitus pada kaki dan pada luka dengan perfusi arteri terbatas Bloomgarden, 2008. Debridement mekanis mengurangi dan membuang jaringan nekrotik pada dasar luka. Teknik debridement mekanis yang sederhana adalah pada aplikasi kasa basah-kering wet-to-dry saline gauze. Setelah kain kasa basah dilekatkan pada dasar luka dan dibiarkan sampai mengering, debris nekrotik menempel pada kasa dan secara mekanis akan terkelupas dari dasar luka ketika kasa dilepaskan Bloomgarden, 2008.

2.2.6.2 Amputasi pada Kaki Diabetes

Diabetes merupakan penyebab utama terjadinya amputasi di seluruh dunia. Dan di India ulkus kaki diabetes ini menyebabkan lebih dari 80 amputasi pada ekstremitas bawah Jain, et al. 2012. Amputasi pada kaki diabetes diindikasikan bila terdapat neuropati diabetes, penyakit pembuluh darah, dan deformitas ulseratif yang telah menyebabkan nekrosis jaringan lunak, osteomyelitis, sepsis, atau nyeri. Secara keseluruhan, diabetes adalah penyebab utama untuk amputasi non traumatik tungkai bawah Sage, 2006; Weledji, 2014. Selain itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi amputasi pada kaki diabetes antara lain seperti riwayat ulkus kaki diabetes sebelumnya, usia lanjut, tekanan darah tinggi, jenis kelamin laki-laki, peningkatan kadar glycosidic hemoglobin, proteinuria Santos, et al. 2006. Penyakit oklusi arteri perifer atau peripheral arterial disease PAD merupakan komplikasi yang paling sering pada diabetes melitus dibandingkan dengan subyek normal.Prevalensi PAD meningkat pada pasien dengan diabetes dan berhubungan dengan manifestasi klinis yang berat dan resiko tinggi untuk terjadinya critical limb ischemiaCLI dan amputasi ektremitas bawah. PAD pada pasien dengan diabetes berbeda dalam hal histologi, anatomi dari oklusi pembuluh darah Graziani, et al. 2007. Amputasi pada ekstremitas bawah pada penyakit oklusi pembuluh darah harus dipertimbangkan luas jaringan nekrosis, infeksi sekunder yang menyebabkan gangren atau osteomyelitis , dan gejala-gejala sepsis. Waktu dan prosedur tindakan tergantung dari kondisi klinis pasien. Bila terjadi kerusakan jaringan dan berhubungan dengan infeksi dan sepsis, tindakan amputasi dikerjakan segera untuk menyelamatkan nyawa Sefranek, et al. 2007. Tindakan revaskularisasi pada ekstremitas bawah merupakan terapi pilihan pada kebanyakan pasien dengan penyakit oklusi arteri perifer.Tindakan rekontruksi vaskular juga bermanfaat untuk menyelamatkan ekstremitas bawah dari amputasi.Sefranek, et al. 2007. Adapun tipe-tipe amputasi yang dilakukan pada ekstremitas bawah Sage, et al. 2006; Sefranek, et al. 2007 1. Amputasi minor: toe amputation, Ray amputation, transmetatarsal amputation, dan Syme’s amputation 2. Amputasi mayor: below knee amputation, above knee amputation.

2.3 PenyakitOklusi Arteri Perifer PAD

2.3.1 Definisi

Penyakit Oklusi Arteri Perifer atau Peripheral Arterial Disease PAD adalah penyakit karena oklusi pembuluh darah perifer bisa pada aorta, iliaka maupun arteri pada ektremitas bawah. Sementara itu PAD merupakan faktor resiko utama terjadinya amputasi pada ekstremitas bawah Anonim, 2003. . PAD pada tungkai bawah merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien DM. Prevalensi PAD meningkat secara signifikan pada pasien dengan DM Graziani, et al. 2007. PAD dan diabetes memerlukan perhatian sebab dibandingkan dengan PAD dengan faktor risiko lain, PAD pada diabetes berbeda dalam biologi, gambaran klinik dan penatalaksanaan. Keterlibatan vaskular sedikit unik dimana tersering pada pembuluh darah dibawah lutut dan hampir selalu disertai dengan neuropati. Oleh sebab itu, sering tanpa gejala atau hanya merasakan keluhan yang tidak jelas tidak seperti gejala klasik PAD seperti klaudikasio intermiten. Sehingga sebagai konsekuensi dari adanya neuropati, sering penderita PAD dan diabetes datang