Tindak Pidana Korupsi Penyuapan Pasif atau Menerima Suap oleh

commit to user 51 4 Dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut. Adami Chazawi mengemukakan pendapat bahwa Ada perbedaan dan persamaan antara Pasal 13 dengan Pasal 5 adalah sebagai berikut: Persamaannya ialah: 1 Subyek hukumnya setiap orang orang amaupun korporasi; 2 Penerima suap yakni pegawai negeri; 3 Obyeknya ialah janji atau hadiah; 4 Perbuatannya yaitu memberi dan menjanjikan. Sedangkan perbedaannya ialah: 1 Obyeknya yaitu dalam Pasal 5 disebutkan sesuatu selain janji, namun Pasal 13 adalah hadiah atau janji; 2 Subyek hukum yang menerima hadiah pada Pasal 5 yaitu pegawai negeri atau penyelenggara negara, sedangkan Pasal 13 hanya pegawai negeri; 3 Suap Pasal 5 terdapat unsur kesalahan berupa maksud pembuat dengan melakukan perbuatan memberi dan menjanjikan yang ditujukan supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kewajibanjabatannya. Sedangkan Pasal 13 tidak mengandung unsur kesalahan, tetapi ada unsur pembuat yaitu menganggap bahwa pemberian hadiah itu melekat pada jabatan si pegawai negeri tersebut Adami Chazawi, 2005:278.

c. Tindak Pidana Korupsi Penyuapan Pasif atau Menerima Suap oleh

Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara Tindak pidana korupsi jenis ini diatur dalam Pasal 5 ayat 2, Pasal 12 huruf a dan b, dan Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Rumusan Pasal 5 ayat 2 adalah sebagai berikut: Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimakasud dalam ayat 1 huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1. Unsur-unsur tindak pidana korupsi yang diatur dalam Pasal 5 ayat 2 meliputi: 1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara; commit to user 52 2 Menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a atau huruf b. Terjadinya tindak pidana korupsi suap jenis ini bergantung pada terjadinya tindak pidana korupsi suap pada ayat 1 huruf a dan huruf b. Selesainya suap pada ayat 2 khusus perbuatan menerima pemberiab suatu benda bergantung pada selesainya perbuatan menerima pemberian atau menerima janji. Demikian juga perbuatan menerima janji dapat dianggap telah selesai dengan sempurna manakala telah ada keadaan- keadaan sebagai pertanda atau indikator bahwa mengenai apa isi yang dijanjikan telah diterima oleh pegawai negeri tersebut. Jenis tindak pidana penyuapan pasif atau pegawai negeri yang menerima suap juga diatur dalam Pasal 12 huruf a dan b yang berasal dari Pasal 419 angka 1 dan 2 KUHP yang dirujuk dalam Pasal 1 ayat 1 huruf c UU No. 3 Tahun 1971 dan Pasal 12 UU No.31 Tahun 1999. Rumusan Pasal 12 huruf a dan b adalah sebagai berikut: Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu miliar rupiah : a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya; b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahala diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 12 huruf a dan b adalah sebagai berikut: 1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2 Menerima hadiah atau janji; commit to user 53 3 Diketahuinya bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya; 4 Patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. Perbedaan antara yang diatur dalam Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 12 huruf a yaitu dalam hal Pasal 5 ayat 2 jo. Pasal 5 ayat 1 huruf a dipergunakan istilah “menerima pemberian atau janji” dan “berbuat atau tidak berbuat”. Sedangkan dalam hal Pasal 12 huruf a dipakai istilah “menerima hadiah atau janji” dan “melakukan atau tidak melakukan”. Di dalam Pasal 12 huruf a terdapat unsur kesengajaan atau kealpaan yaitu “diketahui atau patut diduga”, sedangkan dalam Pasal 5 ayat 2 jo. Pasal 5 ayat 1 huruf a tidak terdapat unsur tersebut. Meskipun demikian bukan berarti dalam Pasal 5 ayat 2 tidak terkait dengan kesengajaan atau kealpaan, bahkan pada prinsipnya perbuatan materiilnya tidak berbeda. Sedangkan unsur yg terdapat dalam Pasal 12 huruf b sebagai berikut: 1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2 Menerima hadiah; 3 Diketahuinya bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya; 4 Patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. Apabila dianggap juga terdapat perbedaan antara yang diatur dalam Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 12 huruf b yaitu terletak pada perbuatan materiilnya. Yaitu dalam Pasal 12 huruf b disebutkan “menerima hadiah” sedangkan Pasal 5 ayat 2 jo. Pasal 5 ayat 1 huruf b mengandung “menerima pemberian atau janji”. Di samping itu, Pasal 12 huruf b commit to user 54 terdapat unsur kesengajaan atau kealpaan, sedangkan Pasal 5 ayat 2 jo. Pasal 5 ayat 1 huruf b tidak terdapat unsur tersebut. Disamping jenis tindak pidana korupsi penyuapan pasif seperti diatur dalam Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 12 huruf a dan b, dalam hal subyek tindak pidananya pegawai negeri atau penyelenggara negara diatur pula jenis lain dalam Pasal 11 yang dirumuskan sebagai berikut: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui dan patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya. Apabila diuraikan unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2 Menerima hadiah atau janji; 3 Diketahuinya; 4 Patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya. Menurut Adami Chazawi, perbedaan antara Pasal 12 huruf a dengan Pasal 11 terletak pada hal-hal sebagai berikut: Sikap batin pembuat korupsi suap pasal 11 berupa sikap batin kesengajaan apa yang diketahui dan kealpaan patut diduga diketahui yang diarahkan pada unsur “pemberian hadiah atau janji diberikan karena kekuasaan dan kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya”. Sedangkan pasal 12 huruf a sikap batin pengetahuan dan patut diduga pegawai negeri – penerima suap diarahkan pada unsur “hadiah atau janji diberikan padanya untuk menggerakkannya agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban jabatannya”. commit to user 55 Terjadinya korupsi menerima suap pasal 11 tidaka ada hubungannya dengan terjadinya korupsi memberi suap pasal 5 ayat 1 huruf a, tetapi terjadinya korupsi menerima suap pasal 12 huruf a, setelah terjadi korupsi pemberian suap pasal 5 ayat 1 huruf a Adami Chazawi, 2006:242-243.

d. Tindak Pidana Korupsi Penyuapan Pasif atau Suap yang Diterima