Politik Lingkungan: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu
93
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Jalan Pattimura
(2)
94 Gambar 3 Jalan Cokroaminoto
(3)
95 Jalan Mardan
(4)
96 Gambar 5 Jalan Imam Bonjol
(5)
97 Gambar 7 Jalan Air Bersih
(6)
98 LAMPIRAN 1
TRANSKRIP WAWANCARA Bapak Suparji, SE, Ketua Komisi D DPRD Labuhan Batu 1. Bagaimana pandangan DPRD terhadap usaha walet?
Kalau kami memandang, usaha walet sebetulnya usaha yang tidak layak berada di permukiman warga. Tetapi memang sudah seperti inilah kondisi di Rantauprapat kita ini, usaha ini sudah berjalan sejak waktu yang lama. Dan sudah daerah Labuhan Batu sudah menjelma sebagai penghasil sarang burung walet yang terkenal di luar negeri. Tetapi kita juga harus malu pada diri sendiri, pemerintah kita belum membuat peraturan yang tegas terhadap usaha ini..
2. Bagaimana peran DPRD dalam pengusahaan sarang burung walet ini?
Kita pun baru saja sembilan bulan jadi DPRD, dan kami harus cepat mempelajari masalah-masalah di komisi kami. Salah satunya, masalah walet ini. DPRD dalam rapat paripurna dengan Pemerintah Daerah memberikan usulan untuk mempertegas peraturan tentang usaha walet ini. Tetapi sampai saat ini tidak ada respon yang jelas.
3. Apa saja usulan DPRD?
DPRD mengusulkan untuk dibuatnya peraturan yang tegas saja. Kalau mau tetap ada usaha walet, harus dibuat izinnya sah. Dengan demikian, bisa jelas untuk mengontrol kegiatan mereka. Ditambah lagi, usaha ini dapat efektif
(7)
99
dikutip retribusinya. Bisa untuk meningkatkan pendapatan daerah kita. Kalau seperti itu kan kita bisa memikirkan rencana selanjutnya.
4. Bagaimana DPRD memandang kondisi pengusahaan yang tidak resmi ini?
Itu tadi, ketidakjelasan pemerintah membuat pengusaha sesuka hatinya saja. Kami pun sudah pernah mencoba memanggil pengusaha, tapi mereka tidak datang. Kesulitannya, karena mereka selalu tidak ada di tempat usaha mereka. Mereka itu menggaji pegawai untuk menjaga dan merawat. Sementara pemiliknya, ada yang berdomisili di Medan, Kisaran dan banyak lagi.
5. Apa solusi yang ditawarkan DPRD dalam hal ini?
Kami berencana untuk rapat dengan SKPD terkait untuk membicarakan hal ini. Rencananya kami akan menyusun dulu proposal kemudian kami akan mengundang SKPD terkait, untuk memperjelas status usaha walet di Rantauprapat ini. Kami sedang merencanakan untuk membuat model dua pintu. Artinya, pengusaha punya gembok utk ruko mereka, dan kami punya gembok atas ruko mereka. Jadi, kalau mereka mau panen nanti, mereka akan datang ke kami. Tapi itu masih rencana, kita belum tahu SKPD mana yang menangani itu. Nanti pada waktu pertemuan itulah akan dibahas.
6. Sejauh ini bagaimana respon masyarakat?
Tidak ada protes yang berarti. Itu mungkin dikarenakan warga dan pengusaha sudah saling pengertian. Sudah tau sama tau saja.
(8)
100
7. Apakah pernah kasus penyakit terkait pengusahaan ini? Tidak pernah ada setahu saya.
8. Apa hambatan DPRD?
Mungkin waktu kami yang masih baru menjabat Komisi D ini, jadi kami masih perlu banyak mempelajari masalah-masalah di Komisi kami. Karena Komisi D bukan hanya masalah lingkungan saja, tapi bidang pembangunan lainnya.
(9)
101 LAMPIRAN 2
TRANSKRIP WAWANCARA Bapak Mangontang Sitompul, Kabid AMDAL BLH
1. Bagaimana peran BLH dalam pengusahaan sarang burung walet?
BLH sejauh ini tidak memiliki peran dalam pengusahaan sarang burung walet. Karena sepengetahuan kami, usaha ini tidak pernah disinggung-singgung dampaknya. Tidak pernah ada protes dari warga sama kami. BLH pernah dapat laporan tentang limbah galian C yang meresahkan warga. Itu sajalah yang pernah kami terima. Tetapi, kami pernah sekali melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan di daerah-daerah ruko walet. Pada waktu itu, kita sedang menjalankan program sosialisasi kelestarian lingkungan.
2. Mengapa BLH tidak inisiatif?
BLH ini sifatnya menghimbau saja sebenarnya, kalau tindakan langung, bukan wewenang kita itu. Lagian, usaha walet ini sebenarnya kan usaha ruko saja nya. Tinggal memasang musik walet itu sajanya kerja mereka. Udah itu, setahu kami pun sudah ada laranganya itu mengusahakan walet di Kota. Jadi, ilegal mereka itu. Badan Perizinannya sebenarnya yang harus turun disitu. Baru kegiatan mereka bisa kami pantau. Entah bahayanya udara gara-gara itu, entah berjatuhannya kotorannya itu ke halaman orang. Kita pun ga tau. Orang ga pernah ada laporan sama kita.
(10)
102 3. Apa kendala BLH?
Peraturan tadi itu lah. Maunya, diperjelas lah gimananya usaha walet ini. Masih boleh tetap gak dibuat di Kota. Karena memang bisingnya itu musiknya itu. Tergganggunya memang orang dibuatnya. Tapi kalau memang masih boleh, harus dibagusilah peraturannya. Biar bisa efektif dia. Dari segi ekonomi, pajaknya bisa dapat, terus dari segi lingkungan pun dapat kita pantau dan kelola. Melihat kondisi nanti lah itu. Setiap pengusahaan yang berdiri di lingkungan, seharusnya punya izin menjalankan usaha. Dan kalau mempunyai dampak terhadap lingkungan, maka harus di uji lingkungan dulu. Uji kelayakan, izin gangguan serta kalau perlu mengurus izin AMDAL nya. Tapi seperti itulah, usaha walet di Rantauprapat ini tidak jelas peraturannya.
4. Apakah pernah ada dampak yang terjadi?
Kalau dampak sudah pasti ada, lingkungan pasti tercemar. Tetapi, untuk kesehatan sepertinya tidak ada pernah ada kasusnya. Karena kalau untuk mau mengetahui dampak suatu kegiatan, harus ada dokumen lingkungannya. Setiap kegiatan atau usaha yang dinilai memiliki dampak terhadap lingkungan, harus mengurus dokumen lingkungan itu. Mulai dari yang kecil sampai ke yang kompleks. Kalau dampaknya dinilai kecil, dokumennya itu cukup SPPL saja. Ini biasanya usaha-usaha kecil, pertokoan, studio foto, apotek, pokoknya yang dampaknya itu tidak tampak tetapi sebenarnya ada. Kemudian, usaha yang dampaknya sedang dengan dokumen UKLUPL. Ini hampir mirip dengan SPPL, namun dalam UKLUPL ini mereka wajib
(11)
103
memberikan laporan rutin. Nah, yang terakhir inilah dokumen AMDAL. Ini mencakup kegiatan yang dampaknya besar. Kalau di Rantauprapat ini, yang punya dokumen AMDAL itu Cuma PTPN 3, karena itu lebih dari 3.000 Ha luasnya. Jadi perlu analisis mendalam tentang dampak kegiatan itu. Kalau contoh lainnya, pertambangan mineral bumi, pabrik skala nasional, pokoknya yang usahanya besar dan dampaknya kelihatan. Di AMDAL itulah dianalisis bagaimana mengelola dan memantau dampak tersebut.
5. Apa solusi BLH untuk pengusahaan sarang burung walet?
Kami berpendapat, pengusahaan ini sebaiknya tidak dijalankan di kawasan perkotaan. Karena jelas sekali tidak memberikan kenyamanan bagi masyarakat. Mungkin saja masyarakat tidak sadar akan ketidaknyamanan ini, sehingga mereka tidak pernah protes. Karena sebenarnya, usaha walet ini sekarang urusannya cuma sama warga sekitar sajalah. Kalau pandainya mereka mengambil hati warga, aman lah itu. Ga pala ada protes dari warga. Kalau ada usaha yang berdiri di lingkungan, itu harus ada itu dokumen lingkungannya. Macam usaha walet itulah, sebenarnya itu harus kita teliti lagi itu, layak ga dia di perkotaan.
(12)
104 LAMPIRAN 3
TRANSKRIP WAWANCARA
Bapak A. Sitanggang, Kepala Seksi Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhan Batu
1. Bagaimana tata ruang kecamatan Rantau Utara?
Kita sudah menyusun Rencana Tata Ruang Perkotaan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013. Inilah yang akan dipakai sebagai acuan pembangunan tata ruang perkotaaan sampai 20 tahun ke depan. Sesuai dengan itu, kecamatan Rantau Utara ini diarahkan menjadi pusat perkotaan. Karena memang sudah sejak dulu, Kecamatan ini sebagai pusat kegiatan perkotaan. Kantor-kantor pemerintahan banyak disini, permukiman juga padat, bangunan-bangunan, kegiatan ekonomi juga tinggi.
2. Bagaimana pengaruh pengusahaan sarang burung walet dengan tata ruang perkotaan di Kecamatan Rantau Utara?
Usaha walet di Rantauprapat ini sebenarnya sudah sejak lampau sudah ada dan banyak. Bahkan dulu, di sebelah kantor polisi lalu lintas di tengah kota itu, ada ruko walet. Itu sekitar tahun 2002, walet masih mahal-mahalnya, rukonya pun meledak, bertambah terus. Itulah yang terjadi di Jalan Sanusi, awalnya itu kawasan tidak ada ruko bertingkat, lalu sekitar tahun 2003 atau 2004, barulah banyak pembangunan ruko-ruko walet di Rantauprapat ini. Kalau pengaruh, kita bisa lihat sendiri sebenarnya, fungsi kawasan perkotaan
(13)
105
menjadi terganggu. Sebagaimana hasil rencana tata ruang kita, Kecamatan Rantau Utara ini akan diproyeksikan sebagai pusat pelayanan kota karena memang pada kecamatan ini banyak perkantoran pemerintah maupun swasta. Jadi kalau berbicara tentang tata ruang di Kecamatan Rantau Utara ini sudah jelas, fasilitas perkotaan merupakan tujuan tata ruang kita. Dan dengan banyaknya ruko walet di Kecamatan ini akan menimbulkan tata ruang yang kurang efektif. Daya dukung perkotaan akan mengalami kemerosotan. Ditambah lagi, sepengetahuan saya, bisnis walet itu ternyata kurang efektif retribusinya.
3. Bagaimana pengendalian dari pihak Cipta Karya?
Tugas dan fungsi kami sebenarnya fasilitator. Kita lihat dulu lingkungan tempat walet itu, ada yang sepi penduduk, ada juga yang rapat dengan penduduk. Untuk itu, kita berjalan sesuai dengan program pemerintah, pengendalian lingkungan yang kami kerjakan hanya bersumber dari sampah. Itulah program pengadaaan tempat sampah sementara bagi warga-warga. Kalau pengendalian lingkungan dampak walet itu sebenarnya dinaungi SKPD lain. Karena sekali lagi, kami sendiri belum tahu jelas bagaimana pengusahaan itu. Harusnya pemerintah mempertegas peraturan dulu. Harus ada identitas ruko walet itu, supaya kita bisa melihat dampaknya. Supaya bisa dikendalikan dampaknya.
(14)
106
4. Apa solusi Dinas Cipta Karya untuk pengusahaan ini?
Kita harus melihat dulu, sejak awal, pemerintah memang tidak memberikan kebijakan pasti terhadap usaha walet di Rantauprapat ini. Semua orang bebas mendirikan ruko walet meskipun hanya bermodal IMB. Tetapi, setelah itu, mereka tidak melaporkan kegiatan mereka. Kami mencoba mengusulkan untuk dilarang untuk usaha walet di Rantauprapat ini, nanti di rapat dengan SKPD dan Bupati. Usaha walet sebenarnya lebih bagus diletakkan di kecamatan lain, mengingat Rantau Utara ini kawasan pusat perkotaan. Seperti kecamatan Pangkatan, yang dipinggir sanalah.
(15)
107 LAMPIRAN 4
TRANSKRIP WAWANCARA
Bapak Lindung, Kabid Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Labuhan Batu 1. Bagaimana kondisi kesehatan lingkungan di Kecamatan Rantau Utara?
Kondisi kesehatan lingkungan kita sebenarnya sudah baik. Kalau berbicara tentang kesehatan lingkungan, ada beberapa indikator kesehatan lingkungan, antara lain; akses terhadap air minum berkualitas, akses terhadap sanitasi dasar, rumah sehat, dan tempat umum dan pengelolaan makanan sehat. Gambaran secara umum di Labuhan Batu, sudah berjalan hampir 90%. Hanya tinggal di daerah-daerah pinggiran sana saja yang kurang, misalnya Pangkatan, Danobale, Tanjung Pasir. Di Rantau Utara, program ini sudah berjalan dan hasilnya pun baik.
2. Bagaimana hubungan kesehatan lingkungan dengan usaha walet?
Kalau melihat dari indikator kesehatan lingkungan kita, sebenarnya kita bisa lihat bahwa tidak ada hubungannya kesehatan lingkungan dengan usaha walet. Tapi kalau kita kaji lagi, sebenarnya bisa jadi ada hubungannya. Saya yakin, daerah tempat ruko-ruko walet itu belum tentu steril dari gangguan penyakit. Kita sendiri juga tidak tahu bagaimana kondisi di dalam ruko itu. Apakah di dalam itu tempat bersarang dan perkembangbiakan nyamuk, kita belum teliti itu. Tapi memang sejauh ini, usaha walet di sini belum ada dampaknya terhadap kesehatan.
(16)
108
3. Bagaimana peran dinas kesehatan terhadap usaha walet ini?
Saat ini kita sedang gencar tentang sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Ini salah satu program kita untuk mengajarkan kepada masyarakat untuk berperilaku bersih dan sehat. Kita memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk dapat mempraktekkan rutinitas kesehatan. Kalau langsung terhadap usaha walet, kita ga ada. Kita langsung kepada semua masyarakat
4. Menurut penelitian dari LIPI, bahwa penangkaran burung walet itu dapat membawa penyakit-penyakit pernapasan, alergi, maupun virus yang dibawa si burung, bagaimana dengan daerah Labuhan Batu, apakah pernah dilakukan penelitian serupa?
Belum. Kita belum pernah buat penelitian semacam itu. Karena itu tadi, sejauh ini tidak ada pernah ketahuan dampaknya terhadap kesehatan di Labuhan Batu ini. Tapi bukan berarti saya menyimpulkan bahwa di Labuhan Batu ini bebas dari penyakit-penyakit seperti penelitian LIPI itu. Tapi nanti kita akan cobalah koordinasi dulu dengan pihak-pihak terkait, SKPD-SKPD, untuk meneliti ini. Karena memang, kalau berbicara penyakit, dia bisa tidak tampak langsung, bisa saja dia berkembang di dalam dan pada waktunya baru ketahuan.
5. B agaimana hubungan antara penyakit yang paling sering terjadi di Rantauprapat dengan kegiatan usaha walet?
(17)
109
Menurut data tentang 10 penyakit yang paling sering terjadi di Rantauprapat salah satunya tentang ISPA, alergi kult, diare. Kalau penyakit ISPA ini mencakup usia-usia sedang ke lanjut. Diduga penyebab utama penyakit ini karena kotornya udara yang dihirupnya, sehingga menimbulkan radang pernapasan. Nah, kalau sudah begini, ini dapat tertular kepada orang lain, ketika dia berkomunikasi, sekarang tergantung daya tahan tubuh orang saja. Kalau antibody-nya kuat biasanya tahan, kalau yang lemah biasanya tertular. Itu juga tergantung aktivitas dan pekerjaan juga. Biasanya, pekerja-pekerja lapangan, kuli, dan yang aktif merokok selama 30 tahun inilah yang sering mengidap penyakit ISPA ini. Kalau alergi kulit, diare, ini disebabkan kebersihan air, makanan maupun udara. Bisa jadi disebabkan oleh tidak sehatnya perilaku makanan, jajan sembarangan. Tapi sejauh ini, tidak pernah ada yang mengaku sakit ISPA ataupun alergi itu disebabkan dari ruko walet.
6. Bagaimana solusi dinas kesehatan terhadap usaha walet di Rantau Utara?
Kalau memang mau menjaga kesehatan lingkungan, sudah jelas, kita harus bersama-sama menjaganya. Usaha walet seharusnya memang tidak layak berada di perkotaan. Meskipun belum terbukti mendatangkan penyakit, tetapi memang efeknya akan mengganggu kesehatan lingkungan. Mungkin udara disekitaran situ berbahaya kita belum tahu. Belum pernah ada penelitian tentang itu. Tetapi, yang jelas kebisingan usaha itu sudah bisa membuat lingkungan menjadi tidak nyaman. Kalau teorinya bilang,
(18)
110
lingkungan masyarakat yang sehat akan melahirkan warga yang sehat pula. Begitu juga sebaliknya.
(19)
111 LAMPIRAN 5
TRANSKRIP WAWANCARA Bapak Ibnu Akbar S.Sos., MM, Lurah Cendana
9. Berapa banyak ruko walet di Kelurahan Cendana?
Kalau jumlah, saya pun tak tahu pasti. Karena ada juga ruko-ruko disini yang sudah kosong. Dia ga ada lagi walet di dalam. Tapi kalau mau dikisarkan, jumlahnya sekitar 40-an lah.
10.Bagaimana dampak yang disebabkan dari usaha walet di sini?
Di kelurahan Cendana ini, memang sudah sejak dulu banyak ruko walet. Bahkan sejak saya kecil, orang-orang cina ranto disini sudah punya banyak ruko walet. Bahkan dulu lebih banyak lagi daripada sekarang. Di sini juga, mayoritas penduduknya orang Cina, jadi ruko walet di daerah sini udah biasa. Kalau bicara tentang dampak, memang yang nampak itu sebenarnya kebisingan itu saja. Sejauh ini, dari saya kecil pun, itu ajanya dampaknya. Suaranya itu yang ribut. Karena dia kan memanggil burung liar, jadi harus kuatlah suaranya itu supaya terdengar burung walet yang terbang-terbang itu. Kalau kesehatan, belum pernah ada kasus yang saya tahu.
(20)
112
11.Bagaimana upaya dari kelurahan untuk menjaga kesehatan lingkungan?
Kalau bicara upaya, sebenarnya ini tanggung jawab bersama kita. Pemerintah kan sudah buat tempat-tempat sampah, tinggal kita saja yang ga sadar. Tapi memang, itulah kendala di Rantauprapat ini, kita ga bisa bicara sama orang yang kaya. Karena, banyak penduduk pribumi kita kerja sama mereka.
12.Bagaimana tanggapan masyarakat di kelurahan ini?
Masyarakat di Kelurahan Cendana ini mayoritas orang Cina, jadi mau gak mau ya mereka-mereka juga yang tahu sama tahu. Ga pernah ada laporan ke lurah kalau ada warga yang terganggu langsung. Karena semua warga disini pun samanya. Sama-sama mendengar keributan itu.
13.Bagaimana hubungan pengusaha walet dengan masyarakat?
Itu tadi, karena di sini mayoritas warganya suku Tionghoa. Jadi aman-aman saja. Lagian, yang punya walet itu pun ga pernah datang ke sini. Udah ada anggota mereka yang jaga.
(21)
113 LAMPIRAN 6
TRANSKRIP WAWANCARA Pak Muksin, Pengusaha sarang burung walet di Rantau Utara 1. Sejak kapan anda menjalankan usaha ini?
Sejak tahun 2002. Saya awalnya seorang pakar walet, baru kemudian saya ikut usaha walet. Saya sekarang tidak lagi terlalu mengurus usaha walet saya karena sudah ada anggota kita yang menjaga. Udah itu, harga walet sekarang udah ga ada lagi, agak malas kita melihatnya. Kerja saya sekarang jadi pengumpul sarang burung walet aja, kita yang penampung aja. Ada berapa-berapa ons yang mereka dapat, bisa langsung dijual ke saya. Ada yang mau membersihkan, ada juga yang langsung jual aja. Tergantung pengusahanya itu.
2. Bagaimana pengelolaan pengusahaan walet anda?
Sebetulnya ya, walet ini bukan kepemilikan, walet ini binatang liar. Kita ga memelihara walet, dia kan bebas pergi kapan saja. Hari ini mungkin dia di ruko saya, besok saya ga tau. Karena dia ini tipe burung hutan, kebiasaanya terbang jauh sampai berhari-hari menuju hutan, sampai beberapa hari, baru dia terbang lagi entah kemana. Jadi, kita buat lah pemangcing walet itu supaya dia mau datang..Rukonya pun disetel macam gua-gua walet. Kita pasang papan broti di langit-langit, supaya tempat dia bersarang. Udah itu, kita buat lagi ember-ember di di bawah, dia itu suka masuk air. Di dalam itu suhunya pun lembab dan seperti itulah kemauan walet. Musik pemancingnya ada dua, yang
(22)
114
untuk di dalam dan di luar. Di dalam itu hidup 24 jam, suaranya hanya terdengar di ruangan tersebut. Supaya betah waletnya di dalam. Yang di luar, kita atur hidup jam 06.00-20.00 WIB pake timer, itu untuk memanggil walet yang berterbangan di luar. Karena walet ini pun sensitif, dia memilih-milih suara ruko mana yang dia suka, baru dia mau masuk ke dalam.
3. Bagaimana pengelolaan limbah?
Sebenarnya ya, tak ada limbahnya walet ini. Kotoran walet itu seperti abu. Kalau kita pegang itu, persis kayak abu, langsung habis di remas. Kotorannya pun hanya ada di ruko itu saja, mana mau dia hinggap-hinggap. Kalaupum ada jarang lah itu. Biasanya kami waktu panen lah membersih-bersihkan tempat walet itu, kotorannya dikumpulkan terus dimasukkan ke goni. Itu biasanya kami buang ke Tempat Pembuangan Sampah yang di Perlayuan. Sekalian, mengganti air di ember-ember itulah.
4. Kemana pasar sarang burung walet dari Rantauprapat?
Kalau sarang burung walet di Labuhan Batu ini hampir semuanya diekspor ke luar negeri. China yang paling banyak, lainnya Hongkong, Jepang. Ga pernah itu dipakai di negeri sendiri. Karena peminat walet ini, katanya sarang burung walet ini cocok sama orang yang tinggal di daerah dingin, yang ada saljunya.
(23)
115
5. Apakah anda pernah diprotes warga atas pengusahaan anda?
Kalau protes sebenarnya tidak ada. Kalau musik pemancing itu rusak timer-nya. Jadi dia hidup sepanjang hari, itulah paling. Karena pernah saya begitu, musiknya hidup sampai lima hari. Gara-gara timer-nya rusak. Waktu itu saya ditelpon sama warga disitu, supaya mematikan musiknya itu. Besoknya saya ganti lah timer-nya supaya ga terganggu juga warga disitu.
6. Dampak apa saja yang pernah terjadi?
Dampaknya sebenarnya tidak ada. Paling cuma kebisingan saja dari suara pemancing itu. Itupun, kan sudah kita atur jam-jamnya. Jam 20.00 WIB itu rata-rata udah mati semua itu ruko walet. Tapi memang kalau di jalan Sanusi itu, 24 jam itu. Karena disitu lah ruko walet paling banyak. Kalau pencemaran udara atau air, hanya sedikit saja. Karena walet mau sesekali keluar untuk mencari makanan di sungai atau kolam-kolam, waduk. Kalau dampak kesehatan sejauh ini tidak pernah ada kasus. Malah orang-orang yang memanen sarang burung walet tidak pernah ada sakit apapun. Apalagi, banyak juga ruko walet itu ditinggali oleh yang punya di bawahnya. Jadi soal kesehatan itu tidak ada gangguan.
7. Berapa harga walet dahulu dan sekarang?
Dulu waktu jaya-jayanya, harga walet Rantauprapat mencapai 20-an juta. Pada waktu itu, sarang walet dari Rantauprapat sangat dikenal oleh negara-negara importir. Tapi mulai lima tahun terakhir, harga kita jatuh drastis. Saya
(24)
116
meyakini penyebabnya karena ada oknum pengusaha yang membuat pemutih kimia pada sarang walet agar terlihat menjadi kualitas yang super. Tapi orang luar negeri kan pintar, mereka sejak saat itu langsung banyak memutuskan kontrak dengan pengusaha-pengusaha di sini.
8. Bagaimana peran pemerintah dalam pengusahaan ini?
Pemerintah pernah mendatangi pengusaha untuk sosialisasi tentang kesehatan dan ketentraman lingkungan. Supaya menjaga pengusahaan masing-masing agar tidak mengganggu aktivitas warga. Kalau soal kebijakan setau saya tidak ada.
9. Apakah anda memiliki izin dan membayar retribusi?
Dulu saya pernah mengurus izin. Tapi tidak saya lanjutkan lagi. Harga walet sekarang tidak ada lagi. Jadi sebenarnya, ini usaha yang tidak menjanjikan lagi. Banyak pengusaha yang menjual ruko-ruko nya.
10.Menurut penelitian LIPI, pengusahaan sarang burung walet di wilayah pemukiman warga bisa mendatangkan penyakit. Apakah sejauh ini ada pernah kasus penyakit di Rantauprapat yang disebabkan usaha walet?
Wah, tidak pernah itu. Saya sudah lama sekali bermain walet, tidak pernah ada penyakit apapun. Sama sekali tidak ada. Bahkan, orang yang sering memanen sarang burung walet saja, saya tahu dia sehat-sehat saja. Tidak
(25)
117
pernah mengeluh sakit, begitu juga dengan orang-orang lain yang saya tahu dia kerjanya manen walet.
(26)
118 LAMPIRAN 7
(27)
(28)
(29)
(30)
89
DAFTAR PUSTAKA Buku :
Amsyari, Fuad. 1996. Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia Merdeka. Airlangga University Press.
Amsyari, Fuad. 1992. Dasar-Dasar dan Metoda Perencanaan Lingkungan Pembangunan. Widya Medika. Jakarta.
Budiardjo, Miriam. 1983. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga.
Hadiz, Vedi R. 2010. Localising Power in Post-Authoritarian: A Southeast Asia Perspective. Stanfort: Stanfort University Press.
Hidayat, Herman. 2008. Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan Reformasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Low, Nicholas & Gleeson, Brendan. 2009. Politik Hijau : Kritik Terhadap Politik Konvensional Menuju Politik Berwawasan Lingkungan dan Keadilan (terj. Dariyatno), Bandung : Nusa Media.
M. Husein, Harun. 1992. Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Jakarta: Bumi Aksara
_______, 1993. Lingkungan Hidup: Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya, Jakarta : Bumi Aksara
(31)
90
Rachbini, Didik J. 2001. Analisis Kritis Ekonomi Politik Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Rachbini, Didik J. 2002. Ekonomi Politik: Paradigma dan Teori Pilihan Publik. Jakarta: Ghalia Indonesia
Santoso, Purwo dan Ngurah Putera, I Gusti. 2004. Menembus Ortodoksi Kajian Kebijakan Publik. FISIPOL UGM. Yogyakarta.
Sjahrir. 1995. Mikro-Makro Ekonomi Indonesia. Jakarta: UI-Press
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi, Yogyakarta : YPAPI
Undang-Undang:
Peraturan Daerah Kabupaten Labuhan Batu No. 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung Walet
Perda No. 17 Tahun 2009
UUD RI 1945 Pasal 28 Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(32)
91 Dokumen:
Akib, Muhammad, 2011. Politik Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Otonomi Daerah Menuju Pengaturan Hukum yang Berorientasi Keberlanjutan Bkologi. PhD thesis, Program Pascasarjana Undip.
Badan Pusat Statistik. Labuhan Batu Dalam Angka Tahun 2014.
Benjamin Rumapea. 2014. [Skripsi Departemen Ilmu Politik FISIP USU] Politik Pembangunan Daerah: Peranan Bappeda Kabupaten Samosir Dalam Mewujudkankan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Departemen Ilmu Politik FISIP USU. Medan
Buku Kerja DPRD Kabupaten Labuhan Batu Periode 2011-2016
Dokumen Hasil Rencana Tata Ruang Perkotaan Kota Rantauprapat Tahun 2013 Dokumen Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Labuhan Batu
Tahun 2011-2015
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau. 2013. Persepsi Masyarakat Terhadap Kebisingan Penangkaran Burung Walet (Collacalia fuciphaga) Di Kelurahan Rimba Sekampung Kota Dumai Riau.
Situs Internet:
(33)
92
Hasibuan, Umar Syadat. 2008. Green Politics dan Penyelesaian Persoalan
Lingkungan Hidup di Indonesia. Melalui http://www.unisosdem.org/article_detail (diakses pada 4 Maret 2015 pukul 20.00
WIB).
03-15 pukul 21.00 WIB).
20.00 WIB).
Sarwono Kusumaatmadja. Politik Lingkungan. (oleh: Ptri Dewanti, diakses dari Scribd. pada tanggal 20-03-15 pukul 20.00 WIB).
(34)
54 BAB III
ANALISIS DAMPAK PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET
3.1 Pengelolaan Tata Ruang Perkotaan di Kecamatan Rantau Utara
Melalui dokumen hasil rencana Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Labuhan Batu tahun 2013, Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan diarahkan menjadi pusat perkotaan di Kabupaten Labuhan Batu. Hasil Rencana ini akan dijadikan acuan pembangunan perkotaan dalam dua puluh tahun ke depan. Hal ini terjadi karena memang sudah sejak dahulu Kecamatan ini berfungsi sebagai pemukiman warga yang disertai dengan padatnya kegiatan aktivitas sosial, ekonomi dan budaya. Melalui program Rencana Tata Ruang Kota Rantauprapat, setiap kecamatan sudah diproyeksikan sesuai dengan kondisinya masing-masing sebagai pusat pelayanan kota.
Melihat bahwa perencanaan Kecamatan Rantau Utara yang diproyeksikan sebagai pusat pelayanan kota, menjadi tidak koheren jika masih terdapat pengusahaan sarang burung walet yang masih beroperasi. Melihat bahwa status Kecamatan Rantau Utara yang didukung oleh fasilitas pelayanan kota, peran lingkungan seharusnya dapat maksimal mendukung kelangsungan aktivitas perkotaan. Lingkungan harus dapat menyediakan ketenangan dan kenyamanan, di mana hal tersebut tidak akan terwujud kalau pengusahaan sarang burung walet masih ada. Di tambah lagi, pengusahaan itu juga sudah terbukti membawa dampak yang merugikan lingkungan.
(35)
55
Pusat Pelayanan Kota I dengan luas 577,11 Ha, meliputi Kecamatan Rantau Utara yang terdiri dari Kelurahan Rantauprapat, Kelurahan Cendana, Kelurahan Kartini, Kelurahan Siringo-ringo dan Kelurahan Binaraga. Fungsi utama PPK I sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala regional dan kawasan sepadan aliran sungai (water front). Fungsi ini didukung oleh kegiatan jasa komersial, perbankan, pelayanan umum dan sosial, kawasan permukiman tinggi, pasar grosir skala kota, sarana olahraga skala regional, taman kota (RTH) dan hutan kota (RTH).46
Sub Pusat Pelayanan Kota I A dengan luas 565,47 Ha, pusat pelayanannya direncanakan di Kecamatan Rantau Utara yang meliputi Kelurahan Sirandorung dan Kelurahan Padang Bulan. Fungsi utama SPPK I A sebagai pengembangan pusat perdagangan dan jasa skala regional, dan terminal skala regional.Fungsi ini didukung oleh kegiatan permukiman tinggi, pasar grosir skala regional, jalur Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTET) dan RTH jalur hijau jalan.
Pada kawasan ini, justru paling banyak terdapat ruko pengusahaan sarang burung walet. Terutama pada Kelurahan Cendana pada Jalan Sanusi, terdapat sekitar 30-an ruko walet yang tersebar sepanjang jalan. Memang bisa dikatakan bahwa pada jalan ini merupakan area yang didominasi oleh usaha walet sejak dahulu.Masyarakat pada Jalan Sanusi ini didominasi oleh suku tionghoa.Ruko-ruko walet pada kawasan ini ada yang memang bertempat tinggal dan ada juga yang tidak ditinggali manusia.
47
46 Rencana Tata Ruang Kota Rantauprapat Tahun 2013 Bab III, hlm 1 47
(36)
56
Pada kawasan ini, ruko walet tidak terlalu banyak.Hal tersebut disebabkan kawasan ini merupakan kawasan padat aktivitas masyarakat.Mulai dari pasar tradisional, pabrik pengolahan sawit, dan terminal skala regional dan kawasan jalur lintas sumatera (jalinsum). Ruko walet tetap masih tetap dijumpai pada jalanan gang Kampung Sawah, yang beroperasi jauh dari kebisingan lalu lalang kendaraan yang melintas di jalur lintas sumatera.
Sub Pusat Pelayanan Kota I B dengan luas 1.036,95 Ha, pusat pelayanannya direncanakan di Kecamatan Rantau Utara yang meliputi Kelurahan Padang Matinggi dan Kelurahan Aek Paing. Fungsi utama SPPK I B sebagai pengembangan perkantoran, pengembangan jaringan jalan lingkar utara dan pengembangan kawasan sepadan aliran sungai (water front). Fungsi ini didukung oleh kegiatan permukiman sedang sampai dengan tinggi, perdagangan dan jasa serta pelayanan fasilitas umum dan sosial, komplek militer, sarana olah raga skala regional, kawasan sepadan kereta api (RTH) dan RTH jalur hijau jalan.48
48
Ibid, hlm 2
Kawasan ini merupakan kawasan pengembangan aliran sungai, terdapat kegiatan pertambangan pasir.Sebagaimana kegiatan ini menimbulkan suara yang besar, maka kegiatan walet kurang cocok pada kawasan ini. Pada kawasan ini, hanya dijumpai lima ruko walet yang berdiri dekat dengan sungai. Ruko walet ini berdiri berdampingan tiga lantai, juga beroperasi berdampingan dengan perumahan warga.
(37)
57 TABEL 3.1
RENCANA PEMBAGIAN PUSAT PELAYANAN KOTA, SUB PUSAT PELAYANAN KOTA DAN PUSAT LINGKUNGAN
No . WILAYAH PELAYANAN (WP) CAKUPAN WILAYAH (KELURAHAN)
PUSAT FUNGSI WILAYAH
1 PPK I
(Kecamatan Rantau Utara) Rantauprapat, Cendana, Kartini, Siringo-ringo dan Binaraga. Kelurahan Cendana
Pusat kegiatan kawasan perdagangan dan jasa regional, dan kawasan sepadan aliran sungai (water front).
2 PPK II
(Kecamatan Rantau Selatan)
Sigambal,
Perdamean, Ujung Bandar dan Sidorejo.
Kelurahan Sigambal
Pusat kegiatan kawasan perdagangan dan jasa skala kota dan kawasan pemerintahan.
3 PPK III (Kecamatan Rantau Selatan) Sioldengan dan Bakaran Batu Kelurahan Sioldengan
Pusat kegiatan kawasan pelayanan kesehatan, pendidikan, perdagangan dan jasa skala kota, dan kawasan sepadan aliran sungai (water front).
4 SPPK I A (Kecamatan Rantau Utara) Sirandorung dan Padang Bulan Kelurahan Padang Bulan Pengembangan pusat perdagangan dan jasa skala regional, dan terminal skala regional.
5 SPPK I B (Kecamatan
Rantau Utara)
Padang Matinggi dan Aek Paing Kelurahan Padang Matinggi Pengembangan perkantoran, pengembangan jaringan jalan lingkar utara dan pengembangan kawasan sepadan aliran sungai (water front).
6 SPPK I C (Kecamatan
Rantau Utara)
Pulo Padang Kelurahan Pulo Padang
Pengembangan jaringan jalan lingkar utara dan pengembangan kawasan sepadan aliran sungai (water front).
7 SPPK II A (Kecamatan
Lobusona Kelurahan Lobusona
Pengembangan
(38)
58
Sesuai dengan perencanaan pusat perkotaan di Kecamatan Rantau Utara yang merupakan kawasan padat pemukiman penduduk serta merupakan pusat pelayanan perkotaan, kecamatan ini akan diposisikan sebagai pusat lingkungan di Kota Rantauprapat. Menilik bahwa Kecamatan Rantau Utara didukung oleh kegiatan jasa komersial, perbankan, pelayanan umum dan sosial, kawasan permukiman KWT tinggi, pasar grosir skala kota, sarana olahraga skala regional, taman kota (RTH) dan hutan kota (RTH). Sudah dapat dipastikan bahwa dengan adanya kegiatan usaha sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara akan berakibat fungsi-fungsi perkotaan menjadi terganggu.
Pengakuan dari Bapak A. Sitanggang bahwa sudah sejak lama pengusahaan walet ini berkembang di Rantauprapat, tetapi tidak pernah ada dampak positif yang pernah didapat masyarakat Labuhan Batu. Melalui wawancara, beliau mengatakan:
“Usaha walet di Rantauprapat ini sebenarnya sudah sejak lampau sudah ada dan banyak. Bahkan dulu, di sebelah kantor polisi lalu lintas di tengah kota itu, ada ruko walet. Itu sekitar tahun 2002, walet masih mahal-mahalnya, rukonya Rantau Selatan) dan jasa skala kota.
8 SPPK II B (Kecamatan
Rantau Selatan)
Danobale Kelurahan Danobale
Pengembangan kawasan industri, pergudangan dan pengembangan jaringan jalan lingkar utara.
9 SPPK III A (Kecamatan
Rantau Selatan)
Urung Kompas Kelurahan Urung Kompas
Pengembangan kawasan peternakan, perikanan, kawasan sepadan aliran sungai (water front) dan pengembangan jaringan jalan lingkar utara.
Sumber : Dokumen Hasil Rencana Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Labuhan Batu Tahun 2013.
(39)
59
pun meledak, bertambah terus. Itulah yang terjadi di Jalan Sanusi, awalnya itu kawasan tidak ada ruko bertingkat, lalu sekitar tahun 2003 atau 2004, barulah banyak pembangunan ruko-ruko walet di Rantauprapat ini. Kalau pengaruh, kita bisa lihat sendiri sebenarnya, fungsi kawasan perkotaan menjadi terganggu. Sebagaimana hasil rencana tata ruang kita, Kecamatan Rantau Utara ini akan diproyeksikan sebagai pusat pelayanan kota karena memang pada kecamatan ini banyak perkantoran pemerintah maupun swasta. Jadi kalau berbicara tentang tata ruang di Kecamatan Rantau Utara ini sudah jelas, fasilitas perkotaan merupakan tujuan tata ruang kita. Dan dengan banyaknya ruko walet di Kecamatan ini akan menimbulkan tata ruang yang kurang efektif. Daya dukung perkotaan akan mengalami kemerosotan. Ditambah lagi, sepengetahuan saya, bisnis walet itu ternyata kurang efektif retribusinya.”49
Dalam upaya menyusun strategi pembangunan berwawasan lingkungan tentunya diperlukan dua pendekatan pokok, yakni pendekatan teknologis dan pendekatan politis.Pendekatan teknologis mengarah pada pengembangan teknik-teknik baru untuk membuat lingkungan tidak lagi sebagai obyek, namun menjadikan lingkungan sebagai tujuan pembangunan.Pendekatan politis mengarah pada upaya membawa pembangunan di Indonesia benar-benar berwawasan lingkungan, tanpa dihambat oleh pengaruh ideologi lama. Jika kedua pendekatan ini gagal, maka Sebagai Pusat Pelayanan Kota I, Kelurahan Cendana, Kartini, Siringo-ringo, dan Binaraga, berfungsi sebagai pusat kegiatan kawasan perdagangan dan jasa regional, dan kawasan sepadan aliran sungai (water front). Kawasan ini didominasi oleh kawasan jalanan perkotaan yang disertai dengan kawasan perdagangan pertokoan, hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki jam kesibukan yang tinggi disertai dengan aktivitas rutinitas perkotaan.Keberadaan usaha sarang burung walet justru banyak berdiri di kawasan ini, terutama di Kecamatan Cendana.
49 Hasil wawancara dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhan Batu pada tanggal 15-06-15,
(40)
60
pembangunan berwawasan lingkungan hanya akan sampai ke tingkat slogan yang tidak mempunyai makna berarti.50
“Kita harus melihat dulu, sejak awal, pemerintah memang tidak memberikan kebijakan pasti terhadap usaha walet di Rantauprapat ini.Semua orang bebas mendirikan ruko walet meskipun hanya bermodal IMB.Tetapi, setelah itu, mereka tidak melaporkan kegiatan mereka.Kami mencoba mengusulkan untuk dilarang untuk usaha walet di Rantauprapat ini, nanti di rapat dengan SKPD dan Bupati. Usaha walet sebenarnya lebih bagus diletakkan di kecamatan lain, mengingat Rantau Utara ini kawasan pusat perkotaan. Seperti kecamatan Pangkatan, yang dipinggir sanalah.”
Melalui kebijakan tata ruang ini, pemerintah sebenarnya sudah menentukan arah pembangunan perkotaan Kabupaten Labuhan Batu dengan tujuan mewujudkan kelangsungan aktivitas perkotaan guna meningkatkan kualitas hidup perkotaan yang bermuara kepada kesejahteraan bersama. Menjadi tidak sejalan ketika tata ruang perkotaan yang sudah diproyeksikan oleh pemerintah sepertinya tidak berjalan dengan mulus, maraknya pengusahaan sarang burung walet merupakan alasannya. Pada akhirnya, kebijakan tata ruang tadi hanyalah sebuah pajangan saja. Pengusahaan sarang burung walet yang tidak diatur dalam suatu peraturan yang tegas, melahirkan ketidakjelasan dalam bisnis ini.
Penegasan akan ketidaktegasan pemerintah Kabupaten Labuhan Batu juga dinyatakan oleh Bapak A. Sitanggang melalui wawancara:
51
50
Fuad Amsyari. 1996. Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia Merdeka.hlm 6
51 Hasil wawancara dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhan Batu pada tanggal 15-06-15,
(41)
61
Berlanjut dampaknya terhadap dampak ekonomi, sejak tahun 2000-an, di mana pengusahaan ini sangat-sangat marak. Di tengah perkotaan, bahkan di sebelah kantor polisi lalu lintas Labuhan Batu, pengusahaan ini merajalela. Kegiatan ini sudah sejak lama mengeksploitasi lingkungan, tanpa disertai dengan peraturan yang jelas. Berimbas pada keuntungan sepihak yaitu pengusaha sarang burung walet tanpa diikuti dengan pengutipan pajak yang jelas. Semua orang bebas untuk membuka bisnis ini, dengan hanya bermodalkan sertifikat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), hasilnya kerusakan lingkungan yang tercipta melalui kegiatan walet ini hanya menguntungkan pihak pengusaha saja dan tidak disertai dengan pembangunan perekonomian di daerah.
Sayangnya, banyak negara berkembang lebih mengutamakan masalah ekonomi dari masalah lingkungan, yang kemudian membuat ditelantarkannya kepentingan lingkungan sehingga lingkungan di negara tersebut berada dalam keadaan porak-poranda, terkuras sumber daya alamnya dan tercemar habitatnya. Dampak dari kerusakan lingkungan seperti itu menjadi semakin jelas dialami tatkala pembangunan yang berorientasi pertumbuhan ekonomi itu berjalan semakin panjang, sampai berpuluh-puluh tahun.52
Hal ini terus berlanjut sampai saat ini, belum adanya reaksi yang berarti dari pemerintah Kabupaten Labuhan Batu atas kemerosotan kualitas lingkungan yang sudah berlangsung selama lebih dari dua dekade.Seharusnya, melalui kebijakan perencanaan tata ruang perkotaan, pemerintah sudah bisa menertibkan pengusahaan
52
(42)
62
sarang burung walet. Guna dapat mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan tanpa mengorbankan kesejahteraan ekonomis yang adil dan merata. Mengingat begitu vitalnya fungsi perkotaan yang merupakan tempat konsentrasi penduduk dan mengingat vitalnya peranan lingkungan dalam kelangsungan kehidupan manusia dan pembangunan daerah.
3.2 Pencemaran Lingkungan di Kecamatan Rantau Utara
Masalah lingkungan telah menjadi perhatian internasional, bahkan kepopulerannya sering disejajarkan dengan masalah Hak Azasi Manusia (HAM) dan demokrasi. Lingkungan memang bagian integral dari kehidupan manusia di manapun dan kapanpun mereka berada. Lingkungan yang sehat akan membuat penduduknya berbahagia, sedang lingkungan yang rusak akan membuat penduduk menderita. Lingkungan memang harus menjadi ukuran keberhasilan suatu proses pembangunan bangsa dan umat manusia.53
Ketika lingkungan sudah tidak sehat, dapat dipastikan kesehatan warga pun akan terganggu. Sampah berserakan serta saluran parit yang tumpat merupakan kondisi di lingkungan di mana terdapat ruko sarang burung walet di Rantauprapat. Meskipun tidak di semua lokasi namun, tetap saja hal ini memberikan dampak yang buruk secara luas terhadap daerah dan tidak dapat dijadikan pembenaran terhadap kegiatan pengusahaan sarang burung walet. Tercemarnya lingkungan di Kecamatan Rantau Utara yang disebabkan secara tidak langsung oleh pengusahaan sarang burung
53Fuad amsyari, 1996.Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia
(43)
63
walet. Pengusahaan sarang burung walet secara langsung memang tidak membuat dampak pencemaran lingkungan namun, terjadi pembiaran lingkungan yang mengakibatkan tidak lestarinya lingkungan.
Dampak umum terhadap pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat, antara lain a) sampah berserakan, b) saluran parit tersumbat, c) jalanan rusak, dan d) udara yang tidak sehat. Hasil observasi penelitian ini menunjukkan bahwa dampak-dampak diatas merupakan kondisi nyata dari berdirinya pengusahaan sarang burung walet. Ketidaksadaran pengusaha dan warga akan keadilan lingkungan menjadikan kawasan di Kecamatan Rantau Utara tercemar lingkungannya.
Berseraknya sampah-sampah warga di sekitaran ruko disebabkan karena tidak adanya kesadaran warga serta pengusaha untuk merawat lingkungannya.Sampah tersebut seperti sudah menahun di lingkungan itu. Kondisi sampah berserakan ini layaknya pembiaran sengaja baik dari warga sendiri maupun pemerintah.Sebenarnya pihak Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhan Batu telah mengalokasikan tempat-tempat sampah sementara di tiap-tiap lingkungan, sebagai salah satu upaya pemerintah mewujudkan lingkungan yang bersih.Kenyataannya, pada Jalan Kopral Abdullah justru dijumpai sampah yang berserakan di sebelah ruko walet.
(44)
64
Melalui wawancara dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhan Batu terkait terjadinya pembiaran lingkungan di sekitaran lokasi pengusahaan sarang burung walet, Bapak A. Sitanggang mengatakan:
“Tugas dan fungsi kami sebenarnya fasilitator.Kita lihat dulu lingkungan tempat walet itu, ada yang sepi penduduk, ada juga yang rapat dengan penduduk.Untuk itu, kita berjalan sesuai dengan program pemerintah, pengendalian lingkungan yang kami kerjakan hanya bersumber dari sampah.Itulah program pengadaaan tempat sampah sementara bagi warga-warga. Kalau pengendalian lingkungan dampak walet itu sebenarnya dinaungi SKPD lain. Karena sekali lagi, kami sendiri belum tahu jelas bagaimana pengusahaan itu.Harusnya pemerintah mempertegas peraturan dulu.Harus ada identitas ruko walet itu, supaya kita bisa melihat dampaknya.Supaya bisa dikendalikan dampaknya.”54
Sampah yang berserakan sebenarnya dapat dengan mudah diatasi kalau ada kemauan. Sampah tersebut dapat langung dibakar atau diangkut ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang telah disediakan pemerintah. Pada kenyataannya, ketidakaktifan kepala lingkungan setempat ditambah lagi tindakan masa bodoh dari Semakin lama, kualitas lingkungan akan semakin tidak terkendali ketika lazimnya budaya daerah tingkat dua dilanda obsesi kehausan ekonomis dan kerakusan materi. Sejalan dengan sampah yang berserakan, saluran parit di sekitaran Jalan Kopral Abdullah juga berjalan tidak normal. Di tambah lagi, kondisi jalan yang tidak di aspal, menjadikan kawasan ini layaknya lingkungan yang tidak layak di huni. Hal tersebut disebabkan pada kawasan ini terdapat sekitar 30 ruko pengusahaan sarang burung walet. Keadaan lingkungan yang sepi dijadikan alasan untuk tidak merawat kesehatan lingkungan.
54 Hasil wawancara dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhan Batu pada tanggal 15-06-15,
(45)
65
pengusaha melahirkan lingkungan yang tidak terawat. Meskipun tidak di semua lokasi pengusahaan sarang burung walet memiliki dampak seperti sampah dan jalanan yang rusak namun, pada umumnya masalahnya sebenarnya sama. Masalah pembiaran yang berujung pada tidak menghasilkan kelestarian lingkungan.
Pemerintah sebenarnya sudah mengalokasikan tempat bagi warga untuk membuang sampah, sekarang tinggal kesadaran dari masyarakat tersebut untuk menjalankannya. Walaupun, pada kawasan Jalan Kopral Abdullah ini, tidak terdapat tempat sampah sementara, bukan lantas ini dijadikan sebagai kelalaian pemerintah dalam mengelola kebijakan tentang persampahan. Warga seharusnya mengaktifkan kegiatan bersama yaitu, gotong royong.Dengan demikian, selain terwujudnya lingkungan yang sehat, kearifan masyarakat lokal pun dapat terjalin.
Pada Jalan Sanusi, di mana pada lingkungan ini paling banyak terdapat ruko pengusahaan sarang burung walet, pun lingkungannya mengalami pencemaran. Pencemaran udara merupakan pencemaran yang masif pada kawasan ini. Dengan berdirinya sekitar 30 ruko-ruko pengusahaan sarang burung walet bertingkat tiga atau lebih maka sudah dapat dibayangkan bagaimana kondisi udara pada lingkungan tersbut. Ratusan walet setiap harinya berlalu lalang di jalanan ini, apalagi di pagi hari dan malam hari. Pada waktu tersebutlah walet masuk dan keluar dari ruko-ruko.
(46)
66 TABEL 3.2
BANYAKNYA PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DAN JENIS KELAMIN DI KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2010
KECAMATAN PENDUDUK RASIO JENIS
KELAMIN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH TOTAL
Bilah Hulu 29.277 29.031 58.308 100,85
Pangkatan 16.422 16.065 32.487 102,22 Bilah Barat 17.884 17.308 35.192 103,33 Bilah Hilir 26.047 24.939 50.986 104,44 Panai Hulu 17.541 17.002 34.543 103,17 Panai Tengah 17.894 17.130 35.024 104,46 Panai Hilir 18.650 17.911 36.561 104,13 Rantau Selatan 31.008 30.484 61.492 101,72 Rantau Utara 42.858 43.267 86.125 99,05
Labuhan Batu 217.581 213.137 430.718 102,09
Sumber : BPS Kabupaten Labuhan Batu. Catatan: Data setelah pemekaran.
Dapat dilihat bahwa Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan memiliki jumlah penduduk yang paling banyak diantara kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Labuhan Batu. Kepadatan penduduk ini sejalan dengan program pemerintah setempat yang menetapkan kecamatan ini sebagai pusat pelayanan kota. Menjadi hal yang berlawanan ketika, status kawasan perkotaan tidak diimbangi dengan program pelestarian lingkungan.Masyarakat perkotaan membutuhkan
(47)
67
lingkungan yang bersih dan sehat, mengingat aktivitas perkotaan yang menyita waktu yang banyak.
Dampak yang dihasilkan dari pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan mengakibatkan lingkungan perkotaan menjadi tercemar. Mulai dari pencemaran suara sampai pada dampak tidak langsung yang disebabkan usaha walet yakni, terjadinya pembiaran lingkungan. Alhasil, lingkungan menjadi kurang terawat, sampah berserakan, parit tersumbat yang berdampak pada merosotnya kualitas kehidupan masyarakat di Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan.
Pembelaan yang mungkin dapat diterima atas pengusahaan ini ialah pengusahaan ini menjadikan Labuhan Batu sebagai daerah pemasok sarang burung walet dan sejauh ini belum pernah ada dampak yang berarti atas pengusahaan ini. Predikat di atas mungkin dapat dilihat sebagai hal yang positif bagi Labuhan Batu, tetapi pemerintah setempat sendiri sepertinya tidak memperhatikan ketentraman lingkungan perkotaan, khususnya Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan.
Sejalan dengan kutipan di atas, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Kabupaten Labuhan Batu melalui wawancara penelitian ini menyatakan bahwa:
“Kami tidak mempunyai andil terhadap kegiatan pengusahaan sarang burung walet di Labuhan Batu. BLH menyatakan bahwa mereka lebih bersifat persuasif, dapat diartikan bahwa setiap praktik eksploitasi lingkungan yang terjadi di Kabupaten Labuhan Batu pada akhirnya akan menjadi derita bersama. Inilah yang menjadikan pengelolaan lingkungan di daerah otonom
(48)
68
belum merefleksikan keterpaduan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan dan keberlanjutan ekologi.”55
Otonomi daerah di bidang lingkungan lebih dimaknai sebagai otonomi dalam pengendalian lingkungan, bukan dalam pengelolaan lingkungan secara utuh mulai dari perencanaan hingga penegakan hukum. Konstruksi pengaturan demikian berimplikasi terhadap lemahnya kapasitas kelembagaan lingkungan hidup di daerah, karena seolah-olah hanya bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan. Lemahnya kapasitas kelembagaan diperparah oleh kedudukan lembaga lingkungan seperti lembaga teknis daerah, yang tugas dan fungsinya tidak bersifat operasional. Dengan demikian, pengelolaan lingkungan di daerah belum merefleksikan keterpaduan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan dan keberlanjutan ekologi sebagai esensi politik lingkungan dalam prinsip-prinsip otonomi daerah.56
Adanya polusi suara merupakan konsekuensi yang pasti dari berdirinya ruko pengusahaan sarang burung walet. Polusi suara sepertinya dianggap sebagai hal yang tidak penting. Melihat gangguan yang ditimbulkannya hanya dapat dirasakan oleh indra telinga saja. Polusi suara dari ruko walet bersumber dari tweeter atau musik pemancing burung walet, yang berfungsi sebagai pemanggil burung walet yang 3.3 Polusi Suara di Kecamatan Rantau Utara
55
Hasil wawancara dengan BLH Daerah Labuhan Batu pada tanggal 08-06-15, pukul 10.20 WIB di Kantor BLH Daerah Labuhan Batu
56
Muhammad Akib, 2011. Politik Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Otonomi Daerah Menuju Pengaturan Hukum yang Berorientasi Keberlanjutan Bkologi.PhD thesis, Program Pascasarjana Undip. hlm x
(49)
69
berterbangan. Hal inilah salah satu yang membuat mengapa pengusahaan sarang burung walet berdampak terhadap lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau, tentang Persepsi Masyarakat terhadap Kebisingan Penangkaran Sarang Burung Walet di Kelurahan Rimba Sekampung Kota Dumai Riau, menyatakan bahwa kebisingan penangkaran burung walet yang berada di kawasan permukiman masyarakat akan memunculkan persepsi masyarakat dari aspek fisiologis, aspek psikologis, dan aspek suara kebisingan. Gangguan kebisingan tersebut merupakan gangguan kenyamanan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar pengusahaan.
TABEL 3.3
REKAPITULASI SKOR PERSEPSI FISOLOGIS TERHAP KEBISINGAN USAHA SARANG BURUNG WALET DI KOTA DUMAI RIAU
Indikator Persepsi Jumlah
SS S N TS STS
Rasa Ketidaknyamanan 45 260 21 18 5 349 Sakit Kepala 55 220 36 20 7 338 Tekanan Darah Meningkat 55 180 39 30 11 315 Gangguan Pendengaran 50 164 63 22 12 311
TOTAL 205 824 159 90 35 1313
(50)
70 TABEL 3.4
REKAPITULASI SKOR PERSEPSI PSIKOLOGIS TERHADAP
KEBISINGAN USAHA SARANG BURUNG WALET DI KOTA DUMAI RIAU
Indikator Persepsi Jumlah
SS S N TS STS
Gangguan Emosional 155 92 54 28 9 338 Stress 135 92 66 22 12 327 Kurang Konsentrasi 145 104 51 30 8 338 Gangguan Istirahat 160 116 60 18 5 359
TOTAL 595 404 231 98 36 1362
Sumber: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau Tahun 2013
Catatan: SS : Sangat Setuju; S : Setuju; N : Netral; TS : Tidak Setuju; STS : Sangat Tidak Setuju
Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Universitas Riau ini menggunakan metode survey, dilaksanakan dalam selama sebulan, dan dilakukan mulai pukul 17.00 WIB, disebabkan burung walet banyak berterbangan di udara memutari di sekitar ruko pengusahaan burung walet, sehingga masing-masing ruko pengusahaan sarang burung walet menyalakan suara kaset pemanggil burung walet. Pengukuran tingkat kebisingan ini dilakukan dengan jarak radius 30, 60, dan 90 meter dari sentra-sentra penangkaran burung walet untuk mendapatkan nilai tingkat kebisingan.57
57 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau. 2013. Persepsi Masyarakat Terhadap Kebisingan
(51)
71
Penelitian oleh Pusat Penelitian Lingkungan Universitas Riau ini bertujuan untuk menganalisis frekuensi kebisingan penangkaran sarang burung walet dan menganalisis persepsi masyarakat terhadap kebisingan pengusahaan sarang burung walet di Kelurahan Rimba Sekampung Kota Dumai. Dengan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM), nilai rata-rata tingkat kebisingan yang diperoleh pada radius 30 meter sebesar 69,21 dB, radius 60 meter sebesar 60,54 dB, dan jarak radius 90 meter sebesar 53,80 dB. Dari nilai rata-rata frekuensi kebisingan ini dapat disimpulkan bahwa radius 30 dan 60 meter sudah melebihi ambang batas kebisingan di wilayah perkotaan yaitu 55 dB.58
Hal ini juga senada dengan daerah Kota Rantauprapat, salah satunya pada kelurahan Cendana. Lurah Cendana, Bapak Ibnu Akbar S.Sos., MM, menerangkan bahwa dampak yang paling tampak atas pengusahaan walet ini adalah kebisingannya. Sejak beliau masih kecil, kebisingan usaha walet sudah didengarnya. Karena memang sudah seperti itulah cara memanggil walet, agar walet mau masuk ke dalam ruko dan Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau ini didasari oleh ketidakadilan lingkungan yang dirasakan.Pada kasus di Riau ini, pengusahaan sarang burung walet yang beroperasi memiliki izin pengusahaan dari pemerintah.Inilah yang membuat para pengusaha tidak merasa telah membawa dampak yang buruk bagi lingkungan sekitaran.Sementara, hasil penelitian menunjukkan hampir mayoritas warga Kota Dumai sepakat bahwa kebisingan yang disebabkan oleh pengusahaan sarang burung walet sangat mengganggu.
58
(52)
72
menghasilkan sarang walet. Ditambah lagi, jumlah ruko pengusahaan di Kelurahan Cendana sekitar empat puluh. Konsekuensinya, sepanjang hari masyarakat terpaksa menikmati suara kebisingan dari tweeter dari empat puluh ruko sarang burung walet.
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Lurah Cendana, bahwa kondisi realita di Kelurahan Cendana memang kurang kondusif. Melalui wawancara, beliau menyatakan:
“Di kelurahan Cendana ini, memang sudah sejak dulu banyak ruko walet.Bahkan sejak saya kecil, orang-orang cina ranto disini sudah punya banyak ruko walet.Bahkan dulu lebih banyak lagi daripada sekarang.Di sini juga, mayoritas penduduknya orang Cina, jadi ruko walet di daerah sini udah biasa.Kalau bicara tentang dampak, memang yang nampak itu sebenarnya kebisingan itu saja.Sejauh ini, dari saya kecil pun, itu ajanya dampaknya.Suaranya itu yang ribut.Karena dia kan memanggil burung liar, jadi harus kuatlah suaranya itu supaya terdengar burung walet yang terbang-terbang itu.”59
Diperparah lagi dengan diamnya BLH Kabupaten Labuhan Batu, sebagai satu-satunya badan atau organisasi lingkungan hidup yang ada di Labuhan Batu. Semakin
Tetapi tidak seperti pada kasus di Kota Dumai, yang sudah selangkah lebih maju dalam penelitian gangguan kebisingan, Kota Rantauprapat sepertinya memang tidak merasa sedikitpun terganggu. Tidak tampak bahwa lurah dan masyarakat setempat melakukan protes terhadap kebisingan yang mereka terima selama ini. Padahal mereka tinggal di kawasan perkotaan, yang notabene kualitas hidupnya lebih baik daripada yang tinggal di pedesaan.
59Hasil wawancara dengan Bapak Ibnu Akbar S. Sos, Lurah Cendana pada tanggal 30-06-15, pukul 16.05 WIB di
(53)
73
menjadikan polusi suara atas usaha walet ini semakin tidak ada yang mengawasi. Tidak ada sama sekali program yang diarahkan untuk pengusahaan walet ini, padahal sudah jelas pengusahaan ini bersinggungan langsung dengan lingkungan. Bahkan BLH sama sekali tidak pernah melakukan penelitian tentang lingkungan. Padahal aktivitas perkotaan di Rantauprapat sudah layak untuk diteliti lingkungannya, mengingat tingginya aktivitas warga dan perkantoran dan tingginya arus transportasi. Berbicara tentang dampak, BLH yang notabene merupakan lembaga pemerintah yang menaungi masalah lingkungan hidup, malah sama sekali tidak punya andil dalam pengusahaan ini. Melalui wawancara di Kantor BLH, Bapak M. Sitompul menyatakan:
“BLH sejauh ini tidak memiliki peran dalam pengusahaan sarang burung walet. Karena sepengetahuan kami, usaha ini tidak pernah disinggung-singgung dampaknya. Tidak pernah ada protes dari warga sama kami. BLH pernah dapat laporan tentang limbah galian C yang meresahkan warga. Itu sajalah yang pernah kami terima. Tetapi, kami pernah sekali melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan di daerah-daerah ruko walet. Pada waktu itu, kita sedang menjalankan program sosialisasi kelestarian lingkungan. BLH ini sifatnya menghimbau saja sebenarnya, kalau tindakan langung, bukan wewenang kita itu. Lagian, usaha walet ini sebenarnya kan usaha ruko saja nya. Tinggal memasang musik walet itu sajanya kerja mereka. Udah itu, setahu kami pun sudah ada laranganya itu mengusahakan walet di Kota. Jadi, ilegal mereka itu. Badan Perizinannya sebenarnya yang harus turun disitu. Baru kegiatan mereka bisa kami pantau. Entah bahayanya udara gara-gara itu, entah berjatuhannya kotorannya itu ke halaman orang. Kita pun ga tau. Orang ga pernah ada laporan sama kita.”60
Perlu digarisbawahi bahwa laporan pembangunan suatu wilayah umumnya hanya mengajukan jumlah benda atau materi yang akan dibangun dari tahun ke tahun
60
(54)
74
tanpa pernah menghitung dan melaporkan berapa besar kekayaan daerah/tanah air atau sumber daya alam yang sudah dihabiskan, dan berapa banyak orang yang telah diperas keringatnya dalam artian diberi gaji yang hanya untuk bernapas belaka dalam suatu proses produksi yang berlimpah keuntungan ekonomisnya.61
Masalah kebisingan memang dapat dipandang sebagai sesuatu yang apriori, karena dampaknya tidak terlalu dirasa berbahaya. Hal inilah yang terjadi di Kecamatan Rantau Utara, warga sama sekali tidak pernah melakukan protes yang berarti atas gangguan yang mereka alami atas kebisingan suara usaha walet. Setiap ruko walet yang dilengkapi tweeter mengeluarkan suara kebisingan sepanjang hari untuk memanggil burung walet yang berterbangan di udara Kota Labuhan Batu. Masyarakat perkotaan seperti di Kabupaten Labuhan Batu sendiri pun tampaknya tidak memiliki kesadaran atas kebisingan yang harus mereka terima sepanjang
Sementara pengusaha walet meraup untung sedangkan warga Rantauprapat hanya menikmati kebisingannya.Lemahnya posisi tawar politik lingkungan memang bukan hal yang mengejutkan apalagi di daerah tingkat dua seperti Kabupaten Labuhan Batu. Pola pembangunan yang diadopsi masih memanfaatkan sumber daya alam sebesar-besarnya tanpa diikuti pola pelestarian lingkungan. Diperparah lagi, hasil pendapatan daerah dari pengusahaan sarang burung walet ini kurang efektif mengingat kebijakan yang mengatur tentang pengusahaan ini belum jelas.
61
Fuad amsyari, 1996.Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia
(55)
75
hari.Ini dibuktikan dengan tidak adanya wadah ataupun komunitas lingkungan hidup masyarakat di Labuhan Batu.
Sedangkan perubahan sosial, politik dan ekonomi merupakan faktor-faktor penting aspek lingkungan.62
Bahkan, tidak sedikit pengusaha yang menjalankan usaha walet ini tinggal bersama dengan mereka. Walet diusahakan pada ruko lantai dua dan tiga, sementara mereka tinggal di lantai dasar. Hal ini dirasa akan menekan nilai ekonomis kehidupan mereka, agar dapat menjaga usaha mereka dari ancaman pihak yang tidak bertanggung jawab serta dapat menghemat biaya hidup. Mereka tidak perlu menyediakan sebuah tempat tinggal lagi untuk mereka dapat hidup, mereka dapat hidup bersama satu atap dengan walet yang mereka usahakan. Dampaknya sendiri Mengingat burung walet ini jenis burung liar, maka merupakan hal yang logis bagi para pengusaha untuk membuat suara tweeter sekencang-kencangnya agar burung walet tersebut mau bersarang di rukonya. Dengan tujuan untuk mendapatkan banyak burung walet yang menetap di ruko tersebut dan menghasilkan banyak sarang burung walet. Sarang burung walet tersebut dihasilkan dari air liur burung walet yang menggelantung di langit-langit ruko. Alur produksi seperti itulah yang melahirkan lingkungan Kota Rantauprapat menjadi tidak kondusif. Kebisingan sepanjang hari dari suara tweeter ini hanya bertujuan untuk meraup rupiah bagi pengusaha, tanpa ada pengutipan retribusi yang jelas bagi pembangunan daerah.
62Purwo Santoso dan I Gusti Ngurah Putera. 2004. Menembus Ortodoksi Kajian Kebijakan Publik. FISIPOL
(56)
76
memang belum pernah terdapat kasus penyakit, akan tetapi dapat disimpulkan bahwa kenyamanan sebuah rumah tempat tinggal tidak akan didapat ketika manusia dan walet tinggal bersama.
3.4 Ancaman Kesehatan di Kecamatan Rantau Utara
Kondisi lingkungan Kota Rantauprapat yang pada saat ini dibanjiri oleh ruko pengusahaan sarang burung walet sudah pasti juga akan mengakibatkan kestabilan dan keharmonisan ekologi menjadi rusak yang mengarah kepada terganggunya kehidupan seluruh ekosistem. Hal ini dibuktikan dengan ketidaknyamanan yang dirasakan di lingkungan yang banyak berdiri pengusahaan sarang burung walet. Selain polusi suara, ketidaknyamanan lainnya dapat ditimbulkan dari lalu lalangnya burung walet di udara pemukiman warga, sebagaimana perilaku burung walet yang suka berterbangan bebas di udara.
Pada masyarakat modern, dengan kemajuan proses pemikiran manusia, maka bentuk lingkungan alamiah tersebut menjadi berubah. Kemudian di dalam lingkungan ini akan terjadi suatu bentuk ekosistem baru, yang bersifat kurang keanekaragamannya karena selalu diselaraskan dengan kebutuhan atau keinginan satu makluk saja, yaitu manusia. Sebuah hutan yang berisi beribu-ribu macam spesies tanaman dan binatang, dengan menggunakan alat-alat berat yang digerakkan oleh satu atau beberapa tenaga kerja, kemudian diubah menjadi sawah yang hanya ditanami satu macam tanaman, dengan beberapa macam binatang seperti ternak, ikan dan semacamnya. Keadaan baru ini jelas amat berbeda bila dibandingkan dengan
(57)
77
keadaan asal mulanya. Oleh karena itu, di dalam lingkungan semacam ini interaksi ekologis yang harmonis menjadi rusak sehingga kestabilan kehidupan secara menyeluruh dari ekosistem tersebut menjadi terganggu.63
“Kalau melihat dari indikator kesehatan lingkungan kita, sebenarnya kita bisa lihat bahwa tidak ada hubungannya kesehatan lingkungan dengan usaha walet.Tapi kalau kita kaji lagi, sebenarnya bisa jadi ada hubungannya.Saya yakin, daerah tempat ruko-ruko walet itu belum tentu steril dari gangguan penyakit.Kita sendiri juga tidak tahu bagaimana kondisi di dalam ruko itu.Apakah di dalam itu tempat bersarang dan perkembangbiakan nyamuk, kita belum teliti itu.Tapi memang sejauh ini, usaha walet di sini belum ada dampaknya terhadap kesehatan.”
Melalui wawancara, Dinas Kesehatan menyatakan:
64
“Sebenarnya ya, tak ada limbahnya walet ini. Kotoran walet itu seperti abu. Kalau kita pegang itu, persis kayak abu, langsung habis di remas. Kotorannya Terjadi pembiaran dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu terkait ancaman kesehatan yang sewaktu-waktu mengintai atas pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat. Dari hasil wawancara, tampak bahwa kegiatan pengusahaan sarang burung walet sebagai sesuatu yang tidak berdampak terhadap kesehatan lingkungan. Hal tersebut sangat menguatkan argumentasi bahwa lemahnya posisi tawar politik lingkungan di daerah yang hanya mementingkan sumber daya alam ketimbang eksistensi lingkungan tersebut.
Pengakuan Bapak Muksin, selaku pakar dan pengusaha sarang burung walet, bahwa:
63
Fuad amsyari, 1996.Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia
Merdeka.Airlangga University Press. hlm 9
64 Hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu pada 25-06-15, pukul 10.15 WIB di kantor
(58)
78
pun hanya ada di ruko itu saja, mana mau dia hinggap-hinggap. Kalaupun ada, jarang lah itu. Biasanya kami waktu panen lah membersih-bersihkan tempat walet itu, kotorannya dikumpulkan terus dimasukkan ke goni. Itu biasanya kami buang ke Tempat Pembuangan Sampah yang di Perlayuan. Sekalian, mengganti air di ember-ember itulah. Dampaknya sebenarnya tidak ada. Paling cuma kebisingan saja dari suara pemancing itu. Itupun, kan sudah kita atur jam-jamnya. Jam 20.00 WIB itu rata-rata udah mati semua itu ruko walet. Tapi memang kalau di jalan Sanusi itu, 24 jam itu. Karena disitu lah ruko walet paling banyak. Kalau pencemaran udara atau air, hanya sedikit saja. Karena walet mau sesekali keluar untuk mencari makanan di sungai atau kolam-kolam, waduk. Kalau dampak kesehatan sejauh ini tidak pernah ada kasus. Malah orang-orang yang memanen sarang burung walet tidak pernah ada sakit apapun. Apalagi, banyak juga ruko walet itu ditinggali oleh yang punya di bawahnya. Jadi soal kesehatan itu tidak ada gangguan.”65
Substansi kedua dari politik-ekonomi adalah politik pertanahan dan sumber daya alam.Pengelolaan pertanahan dan sumber daya alam secara adil dan dengan akses yang terbuka bagi publik—terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Masalah tanah merupakan modal produksi utama bagi pengusaha di sektor mana pun (pertanian, industri, jasa, dan sebagainya). Politik pertanian dan politik industri akan menjadi lebih adil jika aspek dasar dalam pengelolaan pertanahan dan sumber daya alam bersifat adil pula. Selama ini, tanah diperlakukan sebagai komoditas ekonomi, yang dapat dispekulasi untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.66
Kondisi sumber daya alam Kota Rantauprapat yang mengalami penghisapan secara terus menerus ini bermuara pada lemahnya posisi tawar politik lingkungan, yang disebabkan oleh kekuatan politik ekonomi yang dijadikan sebagai poros utama dalam pembangunan daerah. Tanah ataupun sumber daya alam diperlakukan sebagai
65
Hasil wawancara dengan Pak Muksin, Pengusaha Walet. Pada 11-06-15, pukul 18.45 WIB di kediaman Bapak Muksin
66
(59)
79
komoditas ekonomi yang tidak memerlukan pelestarian ataupun pembaharuan. Sehingga pada akhirnya, lingkungan akan mengalami gangguan yang mengarah kepada lahirnya gangguan kesehatan bagi masyarakat di lingkungan.
Perlu digarisbawahi bahwa laporan pembangunan suatu wilayah umumnya hanya mengajukan jumlah benda atau materi yang akan dibangun dari tahun ke tahun tanpa pernah menghitung dan melaporkan berapa besar kekayaan daerah/tanah air atau sumber daya alam yang sudah dihabiskan, dan berapa banyak orang yang telah diperas keringatnya dalam artian diberi gaji yang hanya untuk bernapas belaka dalam suatu proses produksi yang berlimpah keuntungan ekonomisnya.67
Mengingat pentingnya dampak kesehatan dari pencemaran lingkungan, maka sudah saatnya dilakukan uji dampak kesehatan secara menyeluruh di Indonesia sehingga dapat diperoleh nilai Baku Mutu Lingkungan (BML) pencemaran udara Pembangunan yang terjadi di Kota Rantauprapat berjalan tidak sesuai dengan pola pembangunan berwawasan lingkungan. Pasalnya, kegiatan usaha walet berjalan tidak dibarengi dengan kebijakan yang jelas, mulai dari izin pengusahaan, penelitian tentang kesehatan lingkungan, serta pengutipan retribusi guna melihat potensi pendapatan daerah. Pengusahaan ini terkesan berjalan secara eksklusif, pemerintah bertahan dengan kebijakan yang belum jelas, sementara kegiatan terus berjalan memperkaya pengusaha dan mengakibatkan kemerosotan kualitas kesehatan lingkungan.
67Fuad amsyari, 1996.Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia
(60)
80
yang lebih disesuaikan dengan kondisi bangsa sendiri.68
Kegawatan masalah lingkungan adalah berat ringannya masalah lingkungan ditinjau dari segi pengaruhnya terhadap kondisi penduduk yang akibatkan ancaman terhadap kondisi kesehatan penduduk pada daerah tertentu. Umumnya gangguan kesehatan oleh masalah lingkungan dibedakan dalam lima bentuk dasar yaitu, kematian, kesakitan, gangguan fungsi organ/cacat, gangguan produktivitas, dan gangguan kenyamanan. Di samping berbagai bentuk gangguan di atas, macam gangguan kesehatan dapat pula berupa gangguan akut/mendadak karena timbul secara cepat, dan gangguan kronik/menahun karena berlangsung perlahan dalam waktu yang lama. Kematian dan beberapa macam keracunan adalah kejadian akut, sedangkesakitan seperti alergi, kanker, gangguan fungsi organ atau cacat merupakan proses kronik.
Dengan demikian, setiap kegiatan ekonomis masyarakat dapat dikaji dampaknya. Sebagai bentuk perencanaan dan pengendalian, uji dampak kesehatan akan sangat bermanfaat pada penekanan jumlah penyakit yang disebabkan oleh suatu kegiatan pengusahaan.
69
No
TABEL 3.5
JUMLAH KASUS 10 PENYAKIT TERBANYAK DI KABUPATEN LABUHAN BATU
Jenis Penyakit Banyaknya Kasus
1. Penyakit kulit karena jamur 3.057
68
Ibid., hlm 89
69 Fuad Amsyari. 1992. Dasar-Dasar dan Metoda Perencanaan Lingkungan Pembangunan. Widya Medika.
(61)
81
2. Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas 8.908 3. Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas 19.203 4. Penyakit pada otot dan jaringan pengikat 10.897
5. Diare 6.918
6. Penyakit kulit alergi 8.256 7. Infeksi penyakit usus yang lain 5.091 8. Penyakit kulit infeksi 5.360 9. Penyakit rongga mulut, kelenjar ludah, rahang 4.469 10. Penyakit tekanan darah tinggi 5.979
Jumlah 78.138
Sumber: Dinas Kesehatan Labuhan Batu
Dari data statistik sepuluh penyakit terbanyak di Kabupaten Labuhan Batu mengindikasikan bahwa kesehatan lingkungan merupakan alasan terkuat bahwa penyakit-penyakit ini sangat banyak terjadi. Penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA) mendapat predikat penyakit terlaris dengan jumlah kasus 19.203. Penyakit ini ditimbulkan oleh buruknya kualitas udara bersih yang dikonsumsi oleh warga, ditambah perilaku masyarakat yang tidak sehat. Diperparah lagi, penyakit ini merupakan jenis penyakit yang dapat tertular dengan bebas kepada siapa saja yang terkontaminasi dari objek yang mengidap penyakit ini.
Melalui wawancara dengan Dinas Kesehatan terkait belum adanya pernah dilakukan penelitian tentang efek penyakit yang dapat ditularkan oleh walet, Bapak Lindung menyatakan:
“Belum. Kita belum pernah buat penelitian semacam itu. Karena itu tadi, sejauh ini tidak ada pernah ketahuan dampaknya terhadap kesehatan di Labuhan Batu ini. Tapi bukan berarti saya menyimpulkan bahwa di Labuhan
(62)
82
Batu ini bebas dari penyakit-penyakit seperti penelitian LIPI itu. Tapi nanti kita akan cobalah koordinasi dulu dengan pihak-pihak terkait, SKPD-SKPD, untuk meneliti ini. Karena memang, kalau berbicara penyakit, dia bisa tidak tampak langsung, bisa saja dia berkembang di dalam dan pada waktunya baru ketahuan. Menurut data tentang 10 penyakit yang paling sering terjadi di Rantauprapat salah satunya tentang ISPA, alergi kult, diare. Kalau penyakit ISPA ini mencakup usia-usia sedang ke lanjut. Diduga penyebab utama penyakit ini karena kotornya udara yang dihirupnya, sehingga menimbulkan radang pernapasan. Nah, kalau sudah begini, ini dapat tertular kepada orang lain, ketika dia berkomunikasi, sekarang tergantung daya tahan tubuh orang saja. Kalau antibody-nya kuat biasanya tahan, kalau yang lemah biasanya tertular. Itu juga tergantung aktivitas dan pekerjaan juga. Biasanya, pekerja-pekerja lapangan, kuli, dan yang aktif merokok selama 30 tahun inilah yang sering mengidap penyakit ISPA ini. Kalau alergi kulit, diare, ini disebabkan kebersihan air, makanan maupun udara. Bisa jadi disebabkan oleh tidak sehatnya perilaku makanan, jajan sembarangan. Tapi sejauh ini, tidak pernah ada yang mengaku sakit ISPA ataupun alergi itu disebabkan dari ruko walet.”70
Melihat akreditasi LIPI dan posisi Kabupaten Labuhan Batu yang sangat banjir akan pengusahaan sarang burung walet maka dirasa sangat mendesak untuk Dinas Kesehatan Labuhan Batu mengaku bahwa belum pernah ada kasus penyakit yang ditimbulkan dari pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat, tetapi melihat penyakit ISPA yang menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak, sepertinya perlu dilakukan kajian lebih lanjut atas penyebab penyakit ini. Sejalan dengan itu, perlu pembuktian bahwa penelitian yang pernah dilakukan oleh LIPI bahwa pengusahaan sarang burung walet yang berada di pemukiman warga akan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat sekitar. LIPI menyatakan bahwa burung walet dapat mengantarkan virus, yang dapat menyerang otak, syaraf maupun penyakit lainnya.
70 Hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu pada 25-06-15, pukul 10.15 WIB di
(63)
83
segera dilakukan penelitian yang serupa di Kabupaten Labuhan Batu. Hal ini mengingat status Kecamatan Rantau Utara sebagai kawasan pusat pelayanan kota, sudah pasti diperlukan perhatian yang lebih terhadap kesehatan lingkungan untuk menjaga kesinambungan aktivitas perkotaan. Penelitian serupa juga harus dilakukan Kabupaten Labuhan Batu dalam mengukur tingkat kebisingan suara usaha walet ini, mengingat kebisingan merupakan salah satu faktor yang dapat menghasilkan ketidaknyamanan serta memicu pada gangguan kesehatan lingkungan.
(64)
84 BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan berlakunya otonomi daerah, setiap daerah berhak menjalankan pemerintahannya sendiri demi perwujudan desentralisasi kekuasaan. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dengan membuat peraturan daerah guna memperkuat legitimasi kekuasaan di daerah serta sebagai dasar dalam pengelolaan pemerintahan. Otonomi berarti kekuasaan eksekutif dan legislatif berjalan tanpa adanya intervensi langsung dari pemerintahan pusat.
Kota Rantauprapat sebagai daerah otonom pun demikian. Status kabupaten Labuhan Batu yang telah mengalami pemekaran menjadi dua Kabupaten baru, Kota Rantauprapat dapat dinilai sebagai percontohan bagi Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan sebagai daerah yang pernah satu. Hal tersebut menjadikan Kota Rantauprapat menjadi sebuah kawasan perkotaan yang perlu memperhatikan keberlangsungan statusnya sebagai kawasan perkotaan.
Dari segi ekonomi, Kota Rantauprapat masih mengandalkan perkebunan sebagai motor utama dalam pendapatan daerah meskipun bukan hanya itu saja. Potensi Kota Rantauprapat sebagai kawasan perkotaan tampaknya tidak diimbangi dengan proses pelestarian lingkungan. Terutama pada pengusahaan sarang burung walet yang masih banyak beroperasi secara bebas di Kota Rantauprapat.Mengingat
(65)
85
status perkotaan yang tersemat, pemerintah dirasa tidak banyak memperhatikan tentang lingkungan hidup.
Kota Rantauprapat memang sudah sejak lama banyak dijumpai pengusahaan sarang burung walet, bahkan konon sempat dikenal dunia akan kualitas sarang burung waletnya. Hal tersebut tidak sama dengan hari ini, di mana pasar sarang burung walet khususnya dari daerah Labuhan Batu sedang lesu. Berbagai spekulasi mengatakan bahwa penyebab utamanya adalah kerakusan oknum pengusaha yang memanipulasi sarang burung walet menjadi kualitas super.
Dari sekian lamanya kegiatan ini berusaha di Kota Rantauprapat, pemerintah setempat hanya mengeluarkan peraturan yang kurang tegas.Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2009 tentang izin pengusahaan sarang burung walet saat ini hanya sebatas pajangan saja. Terbukti, semua pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat tidak memiliki izin pengusahaan. Berlanjut dengan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 tentang pajak sarang burung walet yang dinilai juga kurang efektif. Bagaimana mungkin dapat dikutip pajaknya sementara pengusahanya tidak mempunyai izin menjalankan kegiatan.
Penelitian ini meneliti dampak pengusahaan sarang burung walet terhadap lingkungan di Kota Rantauprapat di Kecamatan Rantau Utara. Kecamatan Rantau Utara sendiri merupakan pusat pelayanan perkotaan di Kota Rantauprapat, tetapi justru masih banyak dijumpai ruko-ruko sarang burung walet yang beroperasi
(66)
86
berdampingan dengan pemukiman warga, juga tidak mempunyai izin menjalankan kegiatan.
Terdapat empat dampak yang dibahas dalam penelitian ini tentang dampak pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat. Pertama, dampaknya terhadap tata ruang perkotaan Kota Rantauprapat. Melalui dokumen hasil rencana tata ruang perkotaan Kota Rantauprapat, tidak ada bentuk pengalokasian terhadap kegiatan ini di Rantauprapat. Artinya, kegiatan ini merupakan kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang perkotaan Rantauprapat yang sudah diproyeksikan sebagai pusat perkotaan yang diharapkan dapat mewujudkan kondisi lingkungan perkotaan yang kondusif.
Bahwa Kota Rantauprapat sudah difungsikan menjadi pusat pelayanan perkotaan sesuai dengan hasil rencana tata ruang perkotaan. Kecamatan Rantau Utara sendiri memiliki sekitar lima puluh pengusahaan sarang burung walet, sementara fungsi Kecamatan ini sudah diproyeksikan sebagai pusat pelayanan kota dengan daya dukung fasilitas perkotaan seperti, pasar skala regional, terminal skala regional, terminal skala regional, sekolah, perkantoran, pertokoan grosir, serta ruang terbuka hijau (RTH).
Kedua, pencemaran lingkungan yang disebabkan pengusahaan sarang burung walet. Dampaknya terjadi akibat pembiaran lingkugan perkotaan, bahwa lingkungan tempat lokasi pengusahaan sarang burung walet menjadi tidak sehat, sampah berserakan, saluran parit tersumbat, jalanan rusak, dan udara yang tidak sehat. Hasil
(67)
87
observasi penelitian ini menunjukkan bahwa dampak-dampak di atas merupakan kondisi nyata dari berdirinya pengusahaan sarang burung walet. Ketidaksadaran pengusaha dan warga akan keadilan lingkungan menjadikan kawasan di Kecamatan Rantau Utara tercemar lingkungannya.
Ketiga, polusi suara yang ditimbulkan dari musik pemancing burung walet yang beroperasi sepanjang hari. Tweeter merupakan alat yang digunakan untuk memanggil walet yang berterbangan di udara, agar mau masuk ke dalam ruko dan bersarang di dalam. Pemerintah setempat pun tidak pernah merasa bahwa lingkungan perkotaan menjadi tidak kondusif atas kebisingan yang dialami sepanjang hari. Demikian juga warga Rantauprapat yang sejauh ini tidak pernah melakukan protes yang berarti atas ketidaknyamanan yang mereka alami. Masalah kebisingan merupakan hal yang dapat memicu gangguan fisiologis dan psikologis, melalui penelitian yang dilakukan oleh Universitas Riau terhadap kebisingan dari pengusahaan sarang burung walet.
Terakhir, ancaman kesehatan yang senantiasa mengintai masyarakat. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif, tidak bersih tentu akan mengakibatkan kualitas kesehatan perkotaan akan rentan. Menurut data, penyakit yang paling sering terjadi di Kota Rantauprapat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), yang diketahui penyebab utamanya adalah kualitas udara yang tidak sehat. Belum lagi, pemerintah belum pernah melakukan penelitian tentang dampak kesehatan yang dapat ditularkan oleh burung walet seperti yang dilakukan oleh LIPI, yang mengatakan bahwa burung walet mampu menularkan virus yang dapat menyerang otak dan syaraf.
(68)
88 4.2 Saran
Dari dampak terhadap lingkungan perkotaan Rantauprapat, penelitian ini menyarankan agar pemerintah Kabupaten Labuhan Batu seharusnya tidak membiarkan kegiatan pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara dengan segala pertimbangan status kawasan pelayanan kota. Sebelumnya, pemerintah harus terlebih dahulu mempertegas peraturan terkait, bagaimana perizinan sampai pada pengutipan retribusinya dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah guna mendukung proses pembangunan.
Selanjutnya, pengusahaan sarang burung walet dapat dioperasikan di Kecamatan yang tidak padat penduduk. Misalnya, di Kecamatan Pangkatan, Kecamatan Danobale, yang letaknya di pinggir Kota Rantauprapat dan belum padat penduduk. Hal ini berkaitan dengan ketentraman dan kenyamanan lingkungan perkotaan yang membutuhkan dukungan fungsi perkotaan, mengingat tingginya aktivitas sosial dan ekonomi pada kawasan perkotaan.
(69)
27 BAB II
PROFIL KOTA RANTAUPRAPAT
DAN KEBERADAAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET
2.1 Profil Kota Rantauprapat
Kabupaten Labuhanbatu adalah salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis, kabupaten Labuhan Batu berada pada 1º41’ - 2º44’ Lintang Utara, 99º33’ - 100º22’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 700 meter diatas permukaan laut (dpl).24
Kabupaten Labuhanbatu (kabupaten induk)
Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten yang luas dan berada di wilayah pantai timur di bagian timur Provinsi Sumatera Utara. Karena luas wilayah yang begitu besar (922.318 Ha) maka Kabupaten Labuhanbatu pada Tahun 2008 dimekarkan menjadi 3 Kabupaten menjadi:
Kabupaten Labuhanbatu Utara (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara Di Provinsi Sumatera Utara)
Kabupaten Labuhanbatu Selatan (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Di Provinsi Sumatera Utara).25
24Labuhan Batu Dalam Angka 2014, hlm. 2 25
(70)
28
Dari pemekaran tersebut,posisi Kabupaten Labuhanbatu berada diantara Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Meskipun telah mekar, Kabupaten Labuhanbatu tetap memiliki wilayah yang bervariasi dari laut hingga bukit.Jikadiperhatikan posisi geografis Kabupaten Labuhanbatu, Kota Rantauprapat khususnya merupakan pintu gerbang menuju Provinsi Sumatera Utara dari arah pantai timur Pulau Sumatera khususnya dari Provinsi Riau dan sekaligus pusat pertumbuhan di bagian Timur Sumatera Utara. Sebagai daerah lintasan dan pusat pertumbuhan, Kabupaten Labuhanbatu memiliki peranan yang sangat penting dalam melayani wilayah hinterland-nya.26
Dalam konteks Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu yang dalam hal ini direpresentasikan dengan Kota Rantauprapat memiliki jarak yang bervariasi ke kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Kota utama yang paling jauh untuk ditempuh dari Kota Rantauprapat adalah Kota Sidikalang (Kabupaten Dairi), sedangkan Kota terdekat utama adalah Kota Kisaran (Kabupaten Asahan). hal ini menunjukan tingkat hubungan interaksi atau antar kota baik dalam bentuk orang maupun barang. Dengan mengadopsi rumus fisika, bahwa kekuatan tarik menarik antar kota merupakan fungsi jarak, semakin dekat jarak kota maka semakin besar pula interaksi orang dan barangnya dan sebaliknya semakin jauh jarak antar kota tersebut maka semakin kecil pula tingkat interaksi orang dan barangnya.27
26Ibid., hlm 1 27
(1)
viii
3. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa kritik dan saran yang membangun selama penulisan skripsi ini
4. Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
5. Kak Ema, Kak Siti, dan Pak Burhan yang selalu membantu dalam bidang administrasi
6. Informan dalam penelitian ini, Bapak Mangontang Sitompul, Bapak Abner Sitanggang, Bapak Suparji, Bapak Lindung, Bapak Ibnu, dan Bapak Muksin. 7. Kedua orangtuaku yang tercinta, Parlindungan Simanungkalit dan Tioman
Siagian. Kakakku, Monika, Rode, Hesti dan abangku Daniel.
8. Tanteku, Dame Siagian dan maktuaku, Tiorina Siagian yang sudah menjaga dan merawat selama 7 tahun di Medan dan Adekku, Andre Manurung.
9. Teman serumahku, adek-adekku, Risde Sinaga, Asnita Sinaga, Vina, Nita Simanjuntak yang sering direpotkan untuk membukakan pintu ketika saya pulang larut malam. Terimakasih buat kalian semua, kalian luar biasa haha. 10. Abang dan kakak GmnI Medan Raya yang banyak memberikan pengalaman
dan pengetahuan selama saya berkuliah. GmnI!!!.. Jaya!!!..
11. Teman-teman Ilmu Politik 2011 seluruhnya yang terkasih. Banyak proses yang telah kita lalui, teman. Semoga kita semua sukses dengan semua impian kita. Politik!!!.. Yes!!!..
12. Geng Martipul (Marakas Tiga Puluh), yang (katanya) merupakan sebuah fenomena baru dalam konsep kelompok. Betapa tidak, Martipul (katanya) bukan kelompok biasa, karena banyak bidang yang digeluti oleh Martipul, mulai dari tim futsal, band, event organizer, konsultan politik, supir intra, tukang jagal, calo skripsi, petinju, tapi tak satupun yang jelas. HAHAHA!!! Tetapi sangat bersyukur bisa berjumpa dengan kalian semua, Bang Dear, Bang Tombos, Bang Johan, Christian, Franky, Ardi, Dany, Henny, Lambok, Josua, Yosef, Eben, Ridho, Ardi, Hadi, Bismar, Yonas dan anggota-anggota lain yang belum di ospek.
(2)
ix
13. Teman spesialku, Elsa Olivia Karina Lumban Toruan, yang sudah memberikan bantuan, dukungan dan doanya. Semoga impianmu jadi Public Relation cepat terwujud. God bless you.
14. Warkop Ginting, yang merupakan tongkrongan penulis dan kawan-kawan setiap hari.
15. Dan kawan-kawan Ilmu Komunikasi, Andreas, Tomy, Eva, Mei, Yohan, Victory, Raja, Elmo, Rio dan kawan-kawan lain yang namanya tidak tersebutkan.
16. Teman-teman sepermainan sewaktu SMA, Jeffrey, Juan, Tantri, Reymon, Leo, Riki, Rizki, Stefanus, Denny dan banyak lagi.
Medan, 14 September 2015
(3)
x DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Abstrak ... iv
Abstract ... v
Lembar Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Kerangka Teori dan Konsepsional ... 9
1.5.1 Teori Kebijakan Publik ... 9
1.5.2 Konsep Politik Lingkungan ... 12
1.5.3 Teori Ekonomi Politik ... 14
1.5.4 Studi Terdahulu ... 18
1.6 Metodologi Penelitian... 20
1.6.1 Jenis Penelitian ... 20
1.6.2 Lokasi Penelitian ... 21
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 22
1.7 Teknik Analisis Data ... 24
1.8 Sistematika Penulisan ... 25
BAB II PROFIL KOTA RANTAUPRAPAT DAN KEBERADAAN BUDIDAYA SARANG BURUNG WALET DI KOTA RANTAUPRAPAT 2.1 Profil Kota Rantauprapat... 27
2.2 Profil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu ... 33
2.3 Deskripsi Keberadaan Pengusahaan Sarang Burung Walet ... 40 2.4 Kebijakan Pemerintah Tentang Pengusahaan Sarang
(4)
xi
Burung Walet ... 47
BAB III ANALISIS DAMPAK PENGUSAHAAN DAN BUDIDAYA SARANGBURUNG WALET DI KOTA RANTAUPRAPAT 3.1 Pengelolaan Tata Ruang Perkotaan di Kecamatan Rantau Utara... 54
3.2 Pencemaran Lingkungan di Kecamatan Rantau Utara... 62
3.3 Polusi Suara di Kecamatan Rantau Utara ... 68
3.4 Ancaman Kesehatan di Kecamatan Rantau Utara ... 76
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 84
4.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
DAFTAR GAMBAR ... 93
(5)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas Kecamatan Dan Rasio Kecamatan Terhadap Luas
Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2007 ... 30 Tabel 2.2 Sasaran Dan Program BLH ... 35 Tabel 2.3 Nama-Nama Pengusaha Sarang Burung Walet Yang
Memiliki Izin di Kecamatan Rantau Utara ... 42 Tabel 2.4 Nama-Nama Anggota Komisi D DPRD Labuhan Batu
Periode 2014-2019 ... 48 Tabel 2.5 Target Dan Realisasi Penerimaan Rutin Bersumber Dari
Pajak Daerah Tahun 2013 ... 52 Tabel 3.1 Rencana Pembagian Pusat Pelayanan Kota, Sub Pusat
Pelayanan Kota Dan Pusat Lingkungan ... 57 Tabel 3.2 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis
Kelamin Di Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010 ... 66 Tabel 3.3 Rekapitulasi Skor Persepsi Fisologis Terhap Kebisingan
Usaha Sarang Burung Walet Di Kota Dumai Riau ... 69 Tabel 3.4 Rekapitulasi Skor Persepsi Psikologis Terhadap Kebisingan
Usaha Sarang Burung Walet Di Kota Dumai Riau ... 70 Tabel 3.5 Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak Di Kabupaten
(6)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Bapak Suparji S.E Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan Bapak M. Sitompul Lampiran 3 Transkrip Wawancara dengan Bapak A. Sitanggang Lampiran 4 Transkrip Wawancara dengan Bapak Lindung
Lampiran 5 Transkrip Wawancara dengan Bapak Ibnu Akbar S.Sos, MM Lampiran 6 Transkrip Wawancara dengan Bapak Muksin
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 9 Peta Kecamatan Rantau Utara