PERILAKU MEMBOLOS SISWA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Membolos Siswa di SMP Negeri 2 Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten)

(1)

commit to user

i

PERILAKU MEMBOLOS SISWA

(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Membolos Siswa di SMP Negeri 2 Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten)

Disusun Oleh : Wenny Graciani

D 0306063

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Dosen Penguji Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Dra. Suyatmi, MS NIP. 19520929 198003 2 001


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji

1. Drs. Bambang Santosa, M.Si (_________________)

NIP. 19560721 198303 1 002 Ketua

2. Dra. Rahesli Humsona, M.Si ( )

NIP.19641129 199203 2 002 Sekretaris

3. Dra. Suyatmi, MS ( )

NIP. 19520929 198003 2 001 Penguji

Disahkan Oleh :

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 195301 28 198103 1 001


(4)

commit to user

iv

MOTTO

“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya-lah Aku berkenan.” (Matius, 3:17)

“There is only one happiness in life, to love and be loved” (George Sand)

“Banyak orang gagal dalam hidup karena mereka menyerah saat hampir berhasil”

(Thomas A. Edison)

“Semangat adalah dasar segala sesuatu.

Dengan semangat, ada pencapaian. Tanpa semangat hanya ada alasan”


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :

Masa depanku yang tlah menanti

Ibuku tersayang

Ayahku yang selalu ada dihati

Adik-adikku yang kusayangi

My special one at mj

9

Sahabat-sahabatku yang setia menemani

Almamaterku


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis pada Tuhan Yesus Kristus atas segala anugerah dan lindungan-Nya serta Salam tak lupa penulis persembahkan pada Bunda Maria yang selalu memberi rahmat dan penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugasnya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis seringkali menemui rintangan dan hambatan, namun dengan adanya dukungan dan semangat dari berbagai pihak, baik secara materiil maupun spirituil yang berwujud pengarahan, bimbingan serta semangat, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Proses penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak yang turut mendukung kelancaran penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Maka penulis hendak menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. H. Supriyadi, SN. SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dra. Suyatmi, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang bersedia

meluangkan waktu untuk konsultasi pembuatan skripsi ini.

4. Drs, Bambang Santoso, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi apabila saya menemui hambatan.


(7)

commit to user

vii

5. Gunarto, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Delanggu yang berkenan untuk menerima saya, untuk melakukan kegiatan penelitian di Instansi yang beliau pimpin.

6. Sri Handayani S.Pd dan Dra. Any Pudyastuti, selaku Guru Bimbingan dan Konseling, atas segala arahan, bimbingan dan informasi yang telah diberikan selama penulis melaksanakan kegiatan penelitian di SMP Negeri 2 Delanggu.

7. Seluruh staff pegawai dan guru SMP Negeri 2 Delanggu, atas segala perhatian, keramahan dan kesediaannya untuk membantu memberikan informasi dan data-data yang penulis butuhkan selama ini.

8. Semua responden dan informan, terimakasih atas kerjasamanya selama ini karena telah bersedia untuk diwawancarai dan bercerita sedikit banyak tentang pengalamannya.

9. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu setia menemaniku, my best pren Septi “oneng”, Indah “ indoet”, Novita Ayudi, Rahma, Arif, Iin Surya dan Sinung. Ayo semangat semoga kalian sukses selalu!!! 10.Danny Wahyujana my special one, karena kasihmu telah memberiku

senyum dan semangat menjalani hari

11.Teman-teman kostku (Wisma Virgin), romlah, dewi, ita, atik, ratna, iyuk, sri. Thanks untuk semangat, keceriaan dan “keusilan” kalian semua yang selalu menemani saat aku mengerjakan skripsi ini.


(8)

commit to user

viii

12.Teman-teman Sosiologi angkatan 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk kebersamaan kita dari awal hingga selama ini.

13.Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan di dalamnya. Semoga karya tulis dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan para pembaca sekalian. Terima kasih.

Surakarta, Februari 2011


(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

Judul ... i

Persetujuan ... ii

Pengesahan ... iii

Motto ………. iv

Persembahan ………. v

Kata Pengantar ……….. vi

Daftar Isi ……… ix

Daftar Tabel ………... xii

Daftar Gambar ………... xiii

Daftar Matriks ………... xiv

Abstrak ……….. xv

Abstract ………. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………...……... 7

C. Tujuan Penelitian ………...………. 8

D. Manfaat Penelitian ………...……... 8

E. Landasan Teori ………...…….... 9

F. Tinjauan Pustaka ………...………. 13

G. Kerangka Pemikiran ………...…….... 26


(10)

commit to user

x

I. Metodologi Penelitian ………....………. 28

1. Jenis Penelitian ………...……….. 28

2. Lokasi Penelitian ………....…….. 29

3. Jenis dan Sumber Data ………...….. 29

4. Teknik Pengambilan Sampel ………... 32

5. Teknik Pengumpulan Data ………... 33

6. Validitas Data ………... 34

7. Teknik Analisis Data ………... 35

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Delanggu ……….... 38

1. Letak Geografis ………... 38

2. Sejarah Singkat ………..……... 39

3. Visi dan Misi ………...……. 39

4. Sistem Organisasi ………...…….. 40

5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ………...……... 46

6. Sarana dan Prasarana Penunjang ………...……... 48

7. Kegiatan Ekstrakurikuler ………...…... 49

B. Gambaran Khusus SMP Negeri 2 Delanggu………...…. 51

1. Tata Tertib ………...…. 51

2. Penerapan kedisiplinan siswa ………... 55

3. Penyimpangan terhadap peraturan sekolah………...… 56

BAB III KARAKTERISTIK RESPONDEN A. Profil Responden ………... 58


(11)

commit to user

xi

B. Latar Belakang Siswa Membolos ………... 66

C. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku membolos……..……... 75

D. Pola asuh orang tua dalam mendidik anak………....…...80

E. Pengaruh kelompok sebaya yang berperilaku negatif………....…. 87

BAB IV ANALISA PERILAKU MEMBOLOS SISWA A. Pola Perilaku Siswa Yang Membolos ………...……. 94

1. Interaksi Sosial pada siswa yang membolos ………...…….. 94

2. Aktivitas siswa yang membolos ………...…...… 98

B. Analisis ………...……... 102

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………...…………. 111

B. Implikasi………...………….. 112

1. Implikasi Teoritis ………....…………..112

2. Implikasi Metodologis ………...…………..114

3. Implikasi Empiris ………...…………. 117

C. Rekomendasi ………...…………. 119 DAFTAR PUSTAKA


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

1. Tabel Distribusi Siswa Negeri 2 Delanggu ………...…….. 47

2. Tabel Jenis dan Skor Pelanggaran Siswa-Siswi ………...…... 52

3. Tabel Jumlah Skor dan Sanksi Pelanggaran ……….…...… 55


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran ………... 26 2. Model Analisa Interaktif ………... 37 3. Struktur Organisasi ………... 45


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR MATRIKS

Matriks 1 Matriks Latar Belakang Siswa Membolos ………... 74 Matriks 2 Matriks Dampak yang ditimbulkan dari perilaku membolos…... 79 Matriks 3 Matriks Pola asuh orang tua dalam mendidik anak ………... 86 Matriks 4 Matriks Pengaruh Kelompok Sebaya Yang Berperilaku Negatif….. 93 Matriks 5 Matriks Perilaku Membolos Siswa……… 110


(15)

commit to user

xv ABSTRAK

WENNY GRACIANI, 2011, D 0306063, “PERILAKU MEMBOLOS SISWA”

(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Membolos Siswa di SMP Negeri 2

Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten).

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri 2 Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa membolos, dampak yang ditimbulkan dari perilaku membolos, bagaimana pendidikan dalam keluarga dan pengaruh teman sebaya dalam perilaku membolos. Sehingga dapat memperoleh gambaran perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa di SMP Negeri 2 Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan berpijak pada paradigma perilaku sosial dengan mengambil teori pertukaran sosial (social exchange

theory) dan teori kontrol sosial (social control theory). Teori pertukaran sosial

menitikberatkan pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran (reward) atau menghindari hukuman (punishment). Sedangkan teori kontrol sosial menitikberatkan pada konsep kemampuan suatu kelompok atau lembaga sosial tertentu untuk mengefektifkan norma atau dan tertentu. Pengumpulan data melalui teknik wawancara mendalam, observasi non partisipan, dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan

snowball sampling. Sementara itu teknik analisis kualitatif bergerak dari

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kemudian penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menitikberatkan pada perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa dan faktor-faktor yang menjadi latarbelakang siswa-siswa tersebut membolos dan aktivitas siswa selama membolos. Faktor-faktor tersebut adalah karena kondisi keluarga, kontrol dalam keluarga yang lemah, pola asuh atau cara orang tua dalam mendidik anak yang kurang tepat, pengaruh teman dalam gang, kondisi lingkungan sekolah yang kurang kondusif, dan faktor psikologis dan emosional siswa tersebut yang masih belum stabil. Sedangkan perilaku yang dilakukan oleh siswa yang menjadi responden adalah nongkrong, bermain playstation atau bermain internet di warnet (warung internet), merokok, minum minuman keras dan perkelahian antar siswa. Perilaku yang menyimpang dari peraturan sekolah tersebut terjadi karena rasa solidaritas antar teman yang berperilaku negatif sehingga mendorong mereka melakukan tindakan melanggar peraturan sekolah. Keluarga dan sekolah yang seharusnya menjadi kontrol sosial tergeserkan oleh lingkungan pergaulan sehari-hari. Keadaan inilah yang menjadikan sebagian besar siswa mengalami berbagai masalah di sekolah dan berdampak pada prestasi belajar mereka.


(16)

commit to user

ABSTRACT

WENNY GRACIANI, 2011, D 0306063, "STUDENT TRUANT BEHAVIOR" (Qualitative Descriptive Study of Students in junior high school truant behavior Country 2 Delanggu, Delanggu District, Klaten Regency).

This research takes place in the Junior Country 2 Delanggu, Delanggu District, Klaten Regency. The purpose of this study was to determine the factors underlying the truant students, the impact of truant behavior, how education in family and peer influence in truant behavior. So to get a truant behavior conducted by students in the Junior Country 2 Delanggu, Delanggu District, Klaten Regency.

This research is a qualitative descriptive study based on the paradigm of social behavior by taking the theory of social exchange (social exchange theory) and theory of social control (social control theory). Social exchange theory focuses on the assumption that people engage in behavior to obtain reward (reward) or avoid punishment (punishment). Whereas social control theory focuses on the concept of the ability of a particular social group or institution to streamline and norms or certain. Data collection through in-depth interview techniques, non-participant observation, and documentation. The sampling technique is done by using purposive sampling and snowball sampling. Meanwhile, qualitative analysis techniques to move from data collection, data reduction, data presentation, and then conclusion.

The results of this study focuses on truant behavior conducted by students and factors that into the background of truant students and student activities during the ditching. These factors are due to family conditions, weak control in the family, parenting or how parents in educating children that are less precise, the influence of friends in the alley, the conditions are less conducive school environment, and psychological and emotional factors which the student is still not stable. While the behaviors performed by the student respondents were hanging out, playing playstation or play internet in the cafe (internet cafes), smoking, drinking and fights among students. Behavior that deviates from that school rules occurs because of a sense of solidarity between friends who behave negatively and prompted them to take action violates school rules. Families and schools are supposed to be a social control by environmental tergeserkan daily life. The situation is what makes most students experience a variety of problems in school and have an impact on their learning achievement.


(17)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan adalah segala kegiatan yang dilakukan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan Indonesia tertuang dalam program yang dikenal dengan Pembangunan Nasional. Pembangunan nasional pada hakikatnya pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar tujuan dan pandangan Pembagunan Nasional. Kemajuan serta keberhasilan Pembangunan Nasional sangat tergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang pengelolaannya merupakan produk pendidikan.

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat, bagi para pelajar atau siswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi


(18)

commit to user

dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa (Yahya Asnawi, 2010).

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat seorang siswa menimba ilmu dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya. Untuk mencapai keberhasilan di masa depan, pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Meskipun pendidikan bukan satu-satunya penentu keberhasilan masa depan, tetapi dengan pendidikan yang baik keberhasilan akan lebih mudah tercapai. Keberhasilan pendidikan tidak dapat terlepas dari komponen-komponen pendukungnya yaitu di sekolah, masyarakat dan keluarga (orang tua) yang disebut Tri Pusat Pendidikan (Ki Hajar Dewantoro). Keluarga merupakan pusat pendidikan anak yang pertama dan utama bagi perkembangan anak selanjutnya. Anak mengenal segala sesuatu dari yang paling sederhana sampai dengan mengenal lingkungan yang paling awal bermula dari lingkungan keluarga. Pendidikan dalam lingkungan keluarga merupakan suatu persiapan awal yang sangat baik dalam kehidupan moral. Keluarga merupakan kelompok kecil orang-orang yang satu sama lain saling mengenal baik dan saling berhubungan dengan erat. Jelas bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis mempunyai kecenderungan tumbuh sehat secara psikologis, maka tak mengherankan apabila cara pendidikan yang diterapkan oleh keluarga pada diri anak mewarnai karakter dan pribadi anak selanjutnya. Lingkungan masyarakat dimana anak itu dibesarkan ikut ambil peranan dalam membentuk kepribadian anak selanjutnya. Anak yang berkembang


(19)

commit to user

di lingkungan alam pedesaan memiliki kepribadian yang berbeda dengan anak yang tumbuh berkembang di lingkungan masyarakat kota yang penuh kesibukan dan kebisingan yang seolah saling tak menghiraukan antara anggota masyarakat yang satu dengan lainnya. Demikian halnya anak yang dibesarkan di lingkungan masyarakat yang sangat agamis tentu akan berbeda bila dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di lingkungan masyarakat yang sangat tidak memperdulikan masalah-masalah norma-norma agama. Pendidikan agama dalam keluarga sangat penting untuk membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia yang mencakup etika, moral, budi pekerti, pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dan hal itu merupakan sumbangan bagi pembangunan bangsa dan negara (Tepas Ahmad Heryawan, 2008)

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru substitusi orang tua. Substitusi berarti pengganti, sehingga peran orang tua pada saat di rumah atau di keluarga dapat digantikan oleh guru pada saat anak berada di sekolah dan siswa lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah. Menurut Havighurts


(20)

commit to user

(1961:5) sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya.

Pentingnya pendidikan di sekolah membuat personil sekolah menyadari arti pentingnya tata tertib yang harus dipatuhi oleh setiap anggota sekolah. Tata tertib ini bermanfaat untuk mengajarkan disiplin pada siswa. Meskipun di sekolah telah ada tata tertib yang mengajarkan untuk berdisiplin, tetapi masih saja ada siswa yang melanggarnya. Menciptakan kedisiplinan siswa bertujuan untuk mendidik siswa agar sanggup melatih diri sendiri. Mereka dilatih untuk dapat menguasai kemampuan, juga melatih siswa agar ia dapat mengatur dirinya sendiri, sehingga para siswa dapat mengerti kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah.

Disiplin sekolah, menurut F.W. Foerster, merupakan keseluruhan ukuran bagi tindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu. Fungsi atau manfaat disiplin menurut Elizabeth B. Hurlock (1999:97) diantaranya: 1) untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian, 2) untuk mengajarkan anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, 3) membantu anak mengendalikan diri dan


(21)

commit to user

pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka. Salah satu pelanggaran yang biasa dilakukan siswa adalah membolos atau ketidakhadiran peserta didik tanpa alasan yang tepat.

Mengutip berita pada harian Solopos diberitakan bahwa “ Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Solo harus kejar-kejaran dengan para siswa yang kedapatan main playstation saat jam sekolah, sedikitnya meringkus 17 pelajar yang terbukti membolos saat jam pelajaran sekolah. Tujuan razia tersebut dilakukan menjelang UN (Ujian Nasional)” (Sumber: Harian Solopos edisi 12 Januari 2010). Sementara itu kasus serupa terjadi di wilayah kabupaten Klaten, “ Delapan siswa kedapatan nongkrong di kawasan Objek Wisata Umbul Ingas, Desa Cokro, Kecamatan Tulung, dirazia polisi pada Sabtu (6/1) pagi. Kedelapan pelajar tersebut diantaranya empat pelajar dari SMK dan SMA di Solo, dua pelajar dari SMK di Sukoharjo. Dan dua pelajar terakhir berasal dari sebuah SMK di Klaten. Razia digelar setelah pihak Polres Klaten mendapati laporan dari warga yang resah karena banyak pelajar yang berkeliaran di Objek Wisata Umbul Ingas pada saat jam belajar berlangsung” (Sumber: Harian Solopos edisi 6 Maret 2010).

Banyaknya siswa yang membolos memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sri Wahyuni yang mengutip tulisan Kartini Kartono (1985:80) dalam Dorothy Kater MS, menyatakan bahwa penyebab siswa membolos ada dua, yaitu sebab dalam diri sendiri dan lingkungan. Dalam


(22)

commit to user

diri sendiri yaitu: 1) Siswa takut akan kegagalan; 2) Siswa merasa ditolak dan tidak disukai lingkungan. Penyebab dari lingkungan yaitu: 1) Keluarga tidak memotifasi dan tidak mengetahui pentingnya sekolah, 2) Masyarakat beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting. Penyebab membolos yang berasal dari dalam diri sendiri atau faktor internal terjadi karena pada masa remaja adalah masa yang penuh gelora dan semangat kreatifitas dalam usaha pencarian jati diri. Apabila kurang mendapat perhatian dan bimbingan maka anak merasa rendah diri dan takut gagal membawa dirinya dan akan merasa ditolak di lingkungan tempat tinggalnya.

Pada masa remaja, anak atau siswa mencoba melepaskan diri dari ketergantungan keluarga karena orang luar menjadi sangat penting untuknya. Siswa mencoba mencari kawannya sendiri, ia ikut dengan golongan menurut pilihannya sendiri. Ini yang disebut dengan kelompok sebaya yang memberi pengaruh terhadap perilaku siswa. Golongan itu dapat memilih, menerima, dan menghargainya. Apabila siswa yang baik tetapi berteman dengan golongan yang tidak baik maka ia akan menjadi siswa yang tidak baik pula. Sehingga siswa yang membolos adalah siswa yang berteman dengan golongan yang tidak baik.

Selain itu, orang tua tidak memberikan pengarahan dalam memilih tempat sekolah, atau asal sekolah saja tanpa melihat mutu dan kualitas yang diberikan pada sekolah anaknya. Disamping itu faktor biaya sekolah yang lebih ringan juga menjadi pilihan orang tua, karena tekanan ekonomi


(23)

commit to user

dan penghasilan yang pas-pasan, maka orang tua cenderung menyekolahkan anak di sekolah yang murah.

Dengan latar belakang tersebut, peneliti memilih SMP Negeri 2 Delanggu yang berlokasi di Sribit, Delanggu, Klaten. SMP Negeri 2 Delanggu dipilih menjadi lokasi penelitian karena banyaknya siswa yang menimbulkan masalah di sekolah dan masalah yang dihadapi sangatlah beragam. Namun yang sering muncul adalah masalah tentang kedisiplinan. Masih banyak pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan siswa, diantaranya membolos atau ketidakhadiran siswa tanpa alasan yang jelas. Adanya siswa yang membolos di SMP Negeri 2 Delanggu mendorong peneliti untuk meneliti lebih dekat dan mendetail tentang penyebab perilaku membolos. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul Perilaku Membolos Siswa (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Perilaku Membolos Siswa Di SMP Negeri 2 Delanggu)

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah yang melatarbelakangi siswa membolos ? 2. Apakah dampak yang ditimbulkan dari membolos ? 3. Bagaimana pola asuh orang tua dalam keluarga ? 4. Bagaimana pengaruh kelompok sebaya ?


(24)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menjelaskan latar belakang siswa membolos

2. Untuk menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari membolos 3. Untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam keluarga

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kelompok sebaya

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

2. Manfaat praktis :

a. Bagi Pihak Sekolah, diharapkan untuk meningkatkan kedisiplinan peraturan sekolah dan memberikan sanksi yang tegas pada pelajar yang melanggar peraturan sekolah.

b. Bagi Guru, diharapkan dalam menyampaikan materi pelajaran, bisa menggunakan metode yang menarik bagi siswa.

c. Bagi Orang tua, bisa mengontrol kegiatan putra-putri mereka dan dapat mengarahkan kebiasaan yang baik, serta kebiasaan disiplin.


(25)

commit to user

d. Bagi Siswa, diharapkan dapat mematuhi tata tertib sekolah, untuk mewujudkan keadaan yang kondusif dalam lingkungan sekolah.

E. Landasan Teori

Paradigma adalah suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajari. Menurut George Ritzer, paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh cabang ilmu pengetahuan (discipline). Paradigma membantu merumuskan apa yang harus diikuti dalam mengintrepretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut (Ritzer, 1992:8). Menurut DR. Zamroni dalam bukunya Pengantar Pengembangan Teori Sosial”, pengertian paradigma adalah suatu jendela dimana peneliti akan menyaksikan dunia. Dengan jendela itu, para peneliti akan memahami dan menafsirkan secara obyektif berdasarkan kerangka acuan yang terkandung dalam paradigma tersebut baik itu konsep-konsep asumsi-asumsi dan kategori-kategori tertentu untuk menjelaskan dan mengkaji suatu fenomena (Zamroni, 1993:22).

Menurut George Ritzer, sosiologi dilihat sebagai ilmu multi paradigmatic. Dia membedakan tiga paradigma yang secara fundamental berbeda satu sama lain, paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial (social behavior) (George Ritzer dalam


(26)

commit to user

Johnson, 1985:55). Dalam penelitian ini menggunakan paradigma perilaku sosial. Paradigma perilaku sosial (social behavior) menekankan pendekatan obyektif empiris terhadap kenyataan sosial, yang lebih memusatkan perhatian pada perilaku nyata (overt behavior) (Johnson, 1988:56-63). Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya pada hubungan antar individu dengan lingkungannya. Lingkungan itu dibagi menjadi dua, yaitu bermacam-macam obyek sosial dan bermacam-macam obyek non sosial. Hubungan antara individu dengan obyek sosial dan hubungan antara individu dengan obyek non sosial dikuasai oleh prinsip yang sama. Singkatnya pokok persoalan sosiologi menurut paradigma perilaku sosial adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungan dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Masyarakat merupakan kerangka di mana segala bentuk aktivitas berlangsung. Keberadaan suatu aktivitas dengan sendirinya adalah cermin adanya perilaku atau tindakan-tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon individu terhadap stimulus yang berasal dari dalam dirinya. Respon ini dapat dikelompokkan menjadi tiga :

Pertama, perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki untuk mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.


(27)

commit to user

Kedua, perilaku berbentuk sikap, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan rangsangan dari luar subyek, sehingga alam sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya sesuai dengan sifat dan keadaan alam tersebut.

Ketiga, perilaku dalam bentuk perbuatan atau tindakan nyata berupa faktor perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar (Soekidjo Notoatmodjo, 1983:5)

Perilaku juga dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang dapat diamati secara umum atau obyektif sehingga hal-hal yang diperbuat akan nampak hasilnya dari perbuatan tersebut. Perilaku merupakan pengembangan dari kepribadian yang dimanifestasikan ke dalam tindakan individu yang diamati atau diobservasi secara obyektif. Selain itu perilaku juga merupakan suatu cara bertingkah laku yang diciptakan untuk ditiru oleh banyak orang. Suatu cara bertindak menjadi suatu pola bertindak yang tetap melalui proses pengulangan (peniruan) yang dilakukan oleh banyak orang dalam waktu yang relatif lama, sehingga terbentuklah suatu kebiasaan (Kartono, 1989)

Menurut Chaplin, perilaku mencakup empat pengertian : a) Semacam respon (reaksi, taggapan, jawaban, balasan) b) Secara khusus bagian dari satu pola kesatuan interaksi c) Suatu perbuatan atau aktivitas


(28)

commit to user

Pareto menekankan bahwa hidup bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan oleh anggota-anggota individual. Mereka merupakan the material points or molecules dari sistem yang disebut masyarakat. Sebagian besar perilaku manusia bersifat mekanis dan otomatis. Menurutnya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni :

- Perilaku logis yaitu perilaku yang direncanakan oleh akal budi dengan berpedoman pada tujuan yang mau dicapai, dan menurut kenyataan mencapai tujuan itu.

- Perilaku non logis merupakan perilaku yang tidak berpedoman secara rasional pada tujuan atau tidak mencapai tujuannya. Hampir seluruh kehidupan masyarakat terdiri dari perbuatan-perbuatan non logis (disarikan dari Veeger, 1993:71-72).

Menurut Skinner bahwa obyek studi sosiologi yang konkrit dan realistis adalah perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (behavior of man and contingencies of reinforcement). Kebudayaan masyarakat tersusun dari tingkah laku yang terpola. Untuk memahami tingkah laku yang terpola itu tidak diperlukan konsep-konsep seperti ide-ide dan nilai-nilai.

Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan teori pertukaran sosial (social exchange theory) dan teori kontrol sosial (social control theory). Menurut George Homan (Ali, 2004:98) teori pertukaran sosial menitikberatkan pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman. Sehingga


(29)

commit to user

tindakan yang dilakukan seseorang bergantung pada ganjaran (rewards)

atau hukuman (punishment) yang diberikan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan teori kontrol sosial memandang setiap manusia merupakan makhluk yang memiliki moral yang murni. Oleh karena itu setiap orang memiliki kebebasan memilih berbuat sesuatu. Apakah ia akan berbuat menaati aturan yang berlaku ataukah melanggar aturan-aturan yang berlaku. Tindakan yang dipilih itu didasarkan pada ikatan-ikatan sosial yang telah dibentuk dalam suatu kelompok atau lembaga. Bentuk kontrol sosial berkaitan dengan pemberian sanksi yang bertujuan untuk mencegah atau mengendalikan individu yang melakukan penyimpangan dari norma atau aturan yang berlaku (Maharani Juanda, 2010).

F. Tinjauan Pustaka

Remaja melakukan suatu perbuatan untuk mencari identitas diri, ingin menunjukan kemampuannya pada orang lain. Remaja mengalami perkembangan mental dan pertumbuhan fisik yang belum stabil. Sejalan dengan hal itu remaja perlu sekali mendapatkan bimbingan dan arahan untuk menemukan jati dirinya dan meminimalkan perilaku yang menyimpang. Sementara dari sudut perkembangan fisik, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik mencapai kematangannya. Ini berarti keadaan bentuk tubuh pada umumnya memperoleh bentuk yang sempurna dimana pada akhir peran perkembangan fisik seorang pria yang berotot dan mampu menghasilkan spermatozoa setiap kali berejakulasi dan bagi wanita bentuk badan juga sudah kelihatan terbentuk dengan


(30)

commit to user

perubahan pada payudara serta berpinggul besar setiap bulan mengeluarkan sel telur yang tidak disenyawakan. Masa puber bagi lelaki adalah ketika bermimpi basah yang pertama dan pada perempuan setelah haid. Rentangan usia remaja menurut Anonim (2000), mengemukakan batas-batas umur remaja menjadi dua periode, yaitu sebagai berikut :

1). Periode masa puber, usia 12-18 tahun.

a. Masa pra pubertas yaitu peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.

b. Masa pubertas atau masa remaja awal, usia 14-16 tahun. c. Masa akhir pubertas yaitu peralihan dari masa pubertas ke

masa adolescence, usia 17 -18 tahun.

2). Periode masa remaja, usia 19-21 tahun merupakan masa akhir remaja. Hurlock (1978) menulis bahwa jika dibagi berdasarkan bantuk-bentuk perkembangan dan pola-pola perilaku yang nampak khas bagi usia tertentu, maka ia menuliskan rentang usia remaja adalah:

a. Masa remaja awal, yaitu usia 13/14-17 tahun. b. Masa remaja akhir, yaitu usia 17-21 tahun.

Riyanti dkk (1996) mengungkapkan bahwa masa remaja terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Periode remaja awal atau early adolescence : 13-17 tahun b. Periode remaja akhir atau late adolescence : 17-18 tahun.


(31)

commit to user

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masa remaja berada pada rentang usia 13-21 tahun, dimana masa remaja ini dibagi lagi menjadi dua rentang usia yaitu masa remaja awal yang berada pada rentang usia 13-17 tahun dan masa remaja akhir pada usia 17-21 tahun (Indah Oktavianti, 2009)

Sedangkan menurut Granville S. Hall dalam buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja karangan Syamsu Yusuf, ciri-ciri khas remaja awal adalah ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi, pada masa ini perasaan remaja sangat peka, remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan, perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini diistilahkan sebagai “ storm and stress”. Sehingga sikap dan sifat remaja yang terlihat bersemangat tiba-tiba menjadi lesu, rasa percaya diri berubah menjadi keraguan yang berlebihan. Hal ini terjadi pada siswa SMP yang berusia sekitar 13-15 tahun. Sikap dan sifat mereka belum stabil dipengaruhi oleh emosi dan lingkungan disekitarnya. Pada usia yang tergolong masa remaja awal, mereka menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung jawab atas apa yang telah mereka perbuat. Perilaku membolos adalah hysteria massal yang terjadi pada akhir-akhir ini. Perilaku membolos merupakan suatu bentuk kenakalan remaja yang terjadi pada masa pertumbuhan mereka. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mempunyai arti yang khusus dan terbatas pada suatu masa tertentu yaitu masa remaja sekitar umur 13-21 tahun.


(32)

commit to user

Faktor yang dapat mempengaruhi anak menjadi nakal dan liar berasal dari kondisi keluarga yang kurang harmonis dan status sosial ekonomi yang rendah. Remaja yang berasal dari status sosial ekonomi rendah merasa tidak bisa mendapatkan obyek yang sangat diinginkannya sehingga mereka mengalami frustasi dan tekanan batin. Karena banyaknya rintangan, tekanan batin dan frustasi tersebut para remaja lalu menolak etika masyarakat dan segala norma sosial serta hukum yang dianggapnya sebagai tidak adil ( Kartono, 2003)

W.A Gerungan (2002) mengatakan bahwa keadaan status sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anaknya. Dengan adanya pengasilan yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarganya akan lebih memadahi, sehingga ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan. Hubungan sosial dengan orang tuanya pun agak berlainan coraknya bila orang tuanya hidup dalam status ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-tekanan fundamental seperti dalam hal memperoleh nafkah hidup yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendukung kepada masalah pendidikan anak-anaknya dan tidak dibebani dengan masalah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer dalam keluarga.

Warner dkk dalam Soekanto (1990) mengatakan bahwa perilaku sosial para remaja secara fungsional berhubungan dengan posisi keluarganya dalam struktur sosial ekonomi mereka. Keluarga yang lebih


(33)

commit to user

kecil mempunyai kemungkinan lebih besar untuk memperlakukan anaknya secara demokratis dan lebih baik untuk kelekatan anak dengan orangtua (Hurlock, 1978). Dan seorang anak yang dilahirkan pada sebuah keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi akan mengalami pola latihan yang berbeda dengan yang diberikan terhadap anak yang dilahirkan dalam keluarga yang berstatus ekonomi kurang. Hal ini dikarenakan perbedaan dalam skala kehidupan misalnya dalam hal jumlah dan kualitas barang serta jasa yang dikonsumsi. Oleh karena itu pola kebutuhan dan keinginan anak yang berasal dari keluarga berstatus ekonomi tinggi akan berbeda dengan anak-anak dari keluarga yang berstatus ekonomi rendah.

Menurut Chabib Thoha (1996:109) mengemukakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak mempunyai pengaruh yang besar. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa. Orang tua dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu, orang tua juga dipengaruhi oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan


(34)

commit to user

tertentu. Pola asuhan itu menurut Stewart dan Koch (1983: 178) terdiri dari tiga kecenderungan.

a. Pola asuh otoriter :

Pola asuh yang otoriter akan terjadi komunikasi satu arah (hanya orang tua yang berbicara). Orang tua akan menentukan aturan-aturan dan mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap perilaku anak yang boleh dan tidak boleh dilaksanakannya. Anak harus tunduk dan patuh terhadap orang tuanya, anak tidak dapat mempunyai pilihan lain. Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi. Anak melakukan perintah orang tua karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang dikerjakan itu akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Orang tua memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan anak, keinginan anak, keadaan khusus yang melekat pada individu anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain. Perintah yang diberikan berorientasi pada sikap keras orang tua, sikap keras merupakan suatu keharusan bagi orang tua. Sebab tanpa sikap keras ini anak tidak akan melaksanakan tugas dan kewajibannya.

b. Pola asuh demokratis :

Pola asuh ini berpijak pada dua kenyataan bahwa anak adalah subjek yang bebas dan anak sebagai makhluk yang masih lemah dan butuh bantuan untuk mengembangkan diri. Orang tua bersikap responsive terhadap kebutuhan anak dan mendorong anak untuk


(35)

commit to user

menyatakan pendapat atau pertanyaan. Sehingga anak memiliki rasa percaya diri dan mampu mengendalikan diri (self control). Proses membentuk pribadi anak berjalan dengan lancar jika cinta kasih selalu tersirat dalam proses tersebut. Dalam suasana yang diliputi oleh rasa cinta kasih akan menimbulkan pertemuan sahabat karib, dalam pertemuan dua saudara. Dalam pertemuan itu dua pribadi bersatu padu. Dalam pertemuan yang bersatu padu akan timbul suasana keterbukaan. Dalam suasana yang demikian ini maka akan terjadi pertumbuhan dan pengembangan bakat-bakat anak yang dimiliki oleh anak dengan subur.

c. Pola asuh bebas :

Pola asuh bebas (permisif) berorientasi bahwa anak itu makhluk hidup yang berpribadi bebas. Anak adalah subyek yang dapat bertindak dan berbuat menurut hati nuraninya. Seorang anak yang lapar, ia harus memasukan nasi ke dalam mulutnya sendiri, mengunyah sendiri dan menelan sendiri. Tidak mungkin orang tua yang mengunyah dan memasukkan makanan ke dalam perut anaknya. Orang tua membiarkan anaknya mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukan untuk hidupnya. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggap baik. Orang tua sering mempercayakan anaknya kepada orang lain, sebab orang tua terlalu sibuk dalam pekerjaan, organisasi sosial dan sebagainya. Orang tua hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi permainan menegur


(36)

commit to user

dan mungkin memarahi. Orang tua kurang bergaul dengan anak-anaknya, hubungan tidak akrab dan anak harus tahu sendiri tugas apa yang harus dikerjakan. Jika diperhatikan dua pola asuh (otoriter dan permisif) tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa pola asuh otoriter, memandang anak tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti perintah dari orang tua. Pada pola asuh permisif, anak dipandang sebagai subjek yang diperbolehkan berbuat menurut pilihannya sendiri. Sikap orang tua juga berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga terutama hubungan orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua dengan pola asuh yang otoriter akan membuat suasana dalam keluarga menjadi tegang dan anak merasa tertekan. Anak tidak diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, semua keputusan ada ditangan orang tua. Sehingga membuat remaja itu merasa tidak mempunyai peran dan merasa kurang dihargai dan kurang kasih sayang serta memandang orang tuanya tidak bijaksana. Orang tua yang permisif cenderung mendidik anak terlalu bebas dan tidak terkontrol karena apa yang dilakukan anak tidak pernah mendapat bimbingan dari orang tua. Kedua sikap tersebut cenderung memberikan peluang yang besar untuk menjadikan anak berperilaku menyimpang, sedangkan orang tua yang bersikap demokratis dapat menjadi pendorong perkembangan anak ke arah yang lebih positif.

(Muazar Habibi, 2008 )

Pendidikan dalam lingkungan keluarga merupakan suatu persiapan awal yang sangat baik dalam kehidupan moral. Keluarga merupakan


(37)

commit to user

kelompok kecil orang-orang yang satu sama lain saling mengenal baik dan saling berhubungan dengan erat. Suatu hal esensial adalah semangat disiplin, yaitu hormat pada aturan jarang dikembangkan dalam lingkungan keluarga. Hal ini akan berdampak ketika anak masuk dalam institusi pendidikan atau sekolah. Kurang mematuhi peraturan dan tidak mematuhi tata tertib atau dengan kata lain tidak disiplin. Siswa yang membolos merupakan siswa yang tidak disiplin karena melanggar peraturan dan tata tertib sekolah.

Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Disiplin sekolah atau school discipline “refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar (Akhmad Sudrajat, 2008). Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi dikalangan siswa dalam lingkungan sekolah yaitu pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib. Pelanggaran dari tingkat yang ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, contoh perilaku negatif tersebut seperti: kasus bolos, perkelahian, menyontek, pemalakan, pencurian, dan bentuk-bentuk


(38)

commit to user

penyimpangan perilaku lainnya. Sehingga perlu upaya pencegahan dan penanggulangan, dan disinilah arti penting disiplin sekolah.

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu: (1) perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil, (2) kesenjangan antara generasi tua dan generasi muda, (3) ekspansi jaringan komunikasi di antara kawula muda, dan (4) panjangnya masa atau penundaan memasuki lingkungan masyarakat

Kebutuhan akan adanya penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sebaya, muncul sebagai akibat adanya keinginan bergaul remaja dengan teman sebaya mereka. Dalam hal ini, remaja sering dihadapkan pada persoalan penerimaan atau penolakan teman sebaya terhadap kehadirannya dalam pergaulan. Para ahli psikologi menyebutkan ada 5 jenis kelompok yang terbentuk dalam masa remaja, antara lain adalah :

a. Kelompok “Chums” (sahabat karib)

Chums yaitu kelompok dimana remaja bersahabat karib dengan ikatan persahabatan sangat kuat. Anggota kelompok biasanya terdiri dari 2-3 remaja dengan jenis kelamin sama, memiliki minat, kemampuan dan kemauan yang mirip. Beberapa kemiripan itu membuat mereka sangat akrab, walaupun kadang


(39)

commit to user

terjadi perselisihan, tetapi dengan mudah mereka melupakannya.

b. Kelompok “Cliques” (komplotan sahabat)

Cliques biasanya terdiri dari 5-6 remaja yang memiliki minat, kemampuan dan kemauan yang relative sama. Cliques biasanya terjadi dari penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua Chums yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis kelamin dalam Cliques umumnya sama, seorang remaja putri bersahabat karib dengan remaja putri lainnya, seorang remaja putra bersahabat karib dengan remaja putra lainnya. Dalam Cliques inilah remaja mulai banyak melakukan kegiatan-kegiatan bersama, rekreasi, pesta, saling menelpon, dan menghabiskan waktu bersama sehingga sering menjadi sebab pertentangan dengan orang tua mereka.

c. Kelompok “Crowd” (kelompok banyak remaja)

Crowds biasanya terdiri dari banyak remaja, lebih besar dibanding dengan Cliques. Karena banyaknya anggota kelompok, maka jarak emosi antara anggota juga agak renggang. Kelompok “Crowd” dapat dikatakan sebagai kerumunan dengan jumlahnya yang relatif banyak dan terdapat perbedaan jenis kelamin serta keragaman kemampuan, minat, dan kemauan diantara para anggota Crowd.


(40)

commit to user d. Kelompok yang Diorganisir

Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui lembaga-lembaga tertentu. Kelompok yang diorganisir terbentuk secara sengaja dan terbuka bagi semua remaja yang sudah memiliki kelompok maupun remaja yang belum memiliki kelompok.

e. Kelompok “Gang”

Gang merupakan kelompok yang terbentuk dengan sendirinya yang pada umumnya merupakan akibat pelarian dari empat jenis kelompok tersebut diatas. Remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri, merasa ditolak dan tidak puas dengan kelompok sebelumnya akan membentuk kelompok sendiri yang dikenal dengan “Gang”. Anggota Gang dapat berlainan jenis kelamin dan dapat pula sama. Kebanyakan remaja anggota Gang menghabiskan waktu menganggur dan kadang-kadang mengganggu remaja lain dengan menunjukkan tingkah laku agresif. (Sumber: Buku Psikologi Remaja, Drs Andi Mappiare, 1982)

Bagi remaja, kelompok sebaya terdiri dari anggota tertentu dari teman-temannya yang dapat menerimanya. Seperti yang dikutip dalam jurnal internasional dibawah ini :


(41)

commit to user

“ Most adolescents have good quality friendships: they receive support from their friends, can count on them to talk about their problems and have fun spending time with them” (Ciairano et al, 2007)

Yang artinya, sebagian besar remaja memiliki kualitas persahabatan yang baik, mereka menerima dukungan dari temannya, mempercayai mereka untuk membicarakan tentang masalahnya dan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bersama mereka.

Menghabiskan waktu bersama teman-temannya dengan bersenang-senang membuat siswa tidak bisa membagi waktu antara bersama teman-temannya, belajar, dan waktu bersama keluarga. Sehingga peran orang tua dalam mengarahkan dan membimbing anaknya sangat dibutuhkan agar anak dapat mengatur waktunya dengan tepat. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi harmonis. Judith Brook dkk mengemukakan bahwa hubungan orang tua dan remaja yang sehat dapat melindungi remaja tersebut dari pengaruh teman sebaya yang tidak sehat (Sigelman&Shaffer,1995:380).

Kelompok sebaya cenderung memberikan pengaruh negatif bagi perilaku masing-masing anggota gangs, misalnya terlibat dalam perkelahian antar pelajar. Seperti yang dikutip dalam jurnal berikut :

“ gang members are more likely to experience violent victimization, as well as greater frequency of victimization, than do non-gang members” .

(Taylor et al, 2007)

Yang artinya, bahwa anggota geng lebih mungkin mengalami kekerasan, serta frekuensi yang lebih besar menjadi korban, dibandingkan bukan anggota geng.


(42)

commit to user

Siswa yang menjadi anggota gang sering mendapat tekanan dari anggota gangs lain karena biasanya terjadi persaingan antar kelompok gangs satu dengan lainnya, hal ini memicu konflik yang berujung pada perkelahian dan pada akhirnya menjadi korban kekerasan.

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran digunakan sebagai dasar atau landasan dalam pengembangan berbagai konsep dari teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungan dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan. Mengacu pada konsep dan teori di atas, dalam menjelaskan siswa yang membolos maka diperlukan untuk mengetahui karakteristik yang melatarbelakangi perilaku membolos. Bagaimana pengaruh teman sebaya dan cara orang tua dalam mendidik anak serta akibat dari perilaku membolos. Setelah diketahui, dapat dikatakan bahwa perilaku membolos timbul pada anak SMP dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berasal dari kondisi sekolah yang tidak kondusif, pengaruh teman sebaya yang berperilaku negatif, dan orang tua yang mengabaikan siswa. Pemikiran ini dapat digambarkan dalam satu bagan sebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Membolos Akibat perilaku

membolos

Kelompok sebaya yang berperilaku negatif Orang tua yang mengabaikan

pendidikan siswa Kontrol sosial sekolah

yang lemah dan kondisi lingkungan sekolah yang


(43)

commit to user

H. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan upaya pendefinisian konsep-konsep utama sehingga antara peneliti dan pembaca terdapat persamaan pegertian perihal istilah yang digunakan agar tidak menimbulkan kekaburan dalam melakukan penelitian maka perlu ditegaskan batasan mengenai konsep yang digunakan.

1. Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, dan tujuan baik disadari maupun tidak disadari. Perilaku adalah cara bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu. Veeger menjelaskan bahwa perilaku manusia dapat bersifat lahiriah maupun batiniah, berupa perenungan, perencanaan, pengambilan keputusan dan entah kelakuan itu terdiri dari intervensi positif kedalam situasi atau sikap yang sengaja tidak mau terlibat. Dan kata perilaku hanya untuk perbuatan manusia yang mempunyai arti bagi dia. Kesadaran akan arti dari apa yang dibuat itulah ciri hakiki manusia. Tanpa kesadaran itu, suatu perbuatan tidak akan disebut perilaku manusia (K.J Veeger, 1986:171)

2. Membolos

Membolos adalah ketidakhadiran anak didik tanpa alasan yang tepat, meninggalkan sekolah atau pelajaran tertentu sebelum


(44)

commit to user

waktunya dan selalu datang terlambat (Kartini Kartono, 1985:77). Sedangkan membolos menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional adalah tidak masuk kerja(sekolah, dan sebagainya).

3. Siswa

Siswa adalah orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Siswa sebagai salah satu objek riset atau kajian sosiologi pendidikan yaitu, orang-orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, faktor yang mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai. Siswa dibekali oleh sekolah tentang ilmu supaya dapat dimanfaatkan dengan baik. Sekolah juga merupakan tempat merubah perilaku siswa. Tujuan pendidikan selain merubah tingkah laku siswa, adalah output yang dihasilkan siswa dapat berprestasi sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

I. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kualitatif. Tujuannya yaitu menggambarkan keadaan, sifat, individu, gejala maupun frekuensi hubungan tertentu dan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian lapangan (field research) yang bermaksud untuk mengetahui permasalahan yang ada di lokasi. Namun demikian, penelitian ini tidak mengesampingkan


(45)

commit to user

studi pustaka (library research), terutama dalam menyusun tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Delanggu, yang beralamat di desa Sribit, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Peneliti memilih tempat tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut:

· SMP Negeri 2 Delanggu tersebut merupakan SMP negeri yang tingkat pelanggaran tata tertibnya sangat tinggi termasuk perilaku membolos bila dibandingkan dengan SMP negeri lain yang ada di Kecamatan Delanggu.

· Lokasinya terletak cukup strategis sehingga memudahkan peneliti dalam penggalian data.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini dibedakan dalam dua kelompok, yaitu :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dari responden dan informan yang dianggap tepat dan mengetahui tentang permasalahan yang akan diteliti. Data primer ini berasal dari sumber data primer yaitu data-data yang didapat dari aslinya langsung yang dianggap mengetahui tentang permasalahan yang akan diteliti.


(46)

commit to user b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelaah kepustakaan mengenai permasalahan yang akan diteliti. Data sekunder ini berasal dari sumber data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari arsip-arsip, dokumentasi, maupun catatan-catatan. Adapun sumber data sekunder dari penelitian ini diambil catatan-catatan maupun laporan hasil pelaksanaan kegiatan dengan penelitian ini.

Sumber data dalam penelitian ini meliputi :

a. Nara sumber (informan dan responden)

Dalam penelitian kualitatif ini, informasi dari narasumber (responden dan informan) sangat penting peranannya. Peneliti dan narasumber dalam penelitian ini memiliki posisi yang sama. Nara sumber penelitian ini adalah informan dan responden. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui suatu peristiwa atau kejadian yang sedang diteliti (pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung) dan respondennya adalah siswa yang melakukan perilaku membolos (pihak yang terlibat secara langsung). Narasumber dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala SMP Negeri 2 Delanggu sebagai sumber data (1) 2. Guru SMP Negeri 2 Delanggu sebagai sumber data (2) 3. Siswa SMP Negeri 2 Delanggu sebagai sumber data (3)


(47)

commit to user

4. Orang tua siswa sebagai sumber data (4)

5. Masyarakat sekitar sekolah sebagai sumber data (5)

b. Peristiwa (aktivitas)

Data atau informasi juga dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktivitas, atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitiannya. Dari pengamatan pada peristiwa atau akivitas, peneliti dapat mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung. Peristiwa sebagai sumber data memang sangat beragam, dari berbagai peristiwa, baik yang terjadi secara sengaja ataupun tidak, aktivitas rutin yang berulang atau hanya satu kali terjadi, aktivitas yang formal maupun yang tidak formal, dan juga yang tertutup ataupun terbuka untuk dapat diamati siapa saja. Berbagai permasalahan memerlukan pemahaman lewat kajian terhadap perilaku dalam aktivitas yang dilakukan atau yang terjadi sebenarnya. Banyak peristiwa yang hanya terjadi satu kali atau hanya berjalan dalam waktu tertentu dan tidak terulang kembali. Dalam hal semacam ini, kajian lewat kriteria narasumber, dokumen rekaman dan gambar bila ada. Sumber data dapat berupa peristiwa atau aktivitas dalam penelitian ini, yaitu kegiatan siswa pada urusan tata tertib dan pelaksanaan peraturan sekolah


(48)

commit to user

c. Dokumen

Dokumen merupakan sumber data bukan hanya tertulis, namun juga berupa rekaman, gambar, atau benda yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu. Adapun dokumen yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah : - Foto kegiatan siswa

- Dokumen SMP Negeri 2 Delanggu

4. Teknik Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

purposive sampling dimana peneliti akan memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi informan dan diharapkan mengetahui permasalahan secara mendetail.

Data dicari dan dikumpulkan dengan bersumber pada orang-orang yang tahu dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang mengetahui permasalahan secara mendalam. Oleh karena itu penulis menggunakan pertimbangan tentang informan yang akan dipilih berdasarkan penilaian bahwa informan tersebut mengetahui tentang obyek yang diteliti.

Selain itu digunakan juga teknik snowball sampling dimana pemilihan informasi pada waktu di lokasi penelitian berdasarkan petunjuk dari informan kunci (key informan) dan seterusnya bergulir sampai orang terakhir yang memungkinkan seluruh data yang diinginkan dapat diperoleh secara tepat dan akurat.


(49)

commit to user

5. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, dimana masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, sehingga penggunaan beberapa teknik pengumpulan data secara bersama-sama diharapkan dapat saling melengkapi satu sama lain. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud:

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah kegiatan untuk memperoleh informasi dengan memberikan kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara. (Moleong,2000:136). Wawancara dilakukan dengan mempersiapkan garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam menggunakan metode wawancara dapat dilakukan secara formal maupun informal sehingga data yang diperoleh cukup lengkap dan mendalam. Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan tanya jawab dengan menggunakan pedoman wawancara, dimana pedoman wawancara tersebut terlebih dahulu disusun agar relevan dengan permasalahan.

2. Observasi Non Partisipan

Observasi Non Partisipan adalah peneliti hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan seperti memandang, melihat


(50)

commit to user

dan mengamati objek atau sesuatu sehingga diperoleh pengetahuan mengenai apa yang dibutuhkan dan peneliti tidak menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya (Moleong,2000:126). Metode ini dipergunakan untuk lebih dapat meningkatkan validitas data.

3. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang berasal dari catatan-catatan, laporan hasil pelaksanaan kegiatan maupun laporan tahunan. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah dokumen yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

6. Validitas Data

Untuk dapat meningkatkan keabsahan data yang diperoleh selama proses penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi data. Teknik triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Ada empat macam triangulasi yaitu pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber/data, metodologis, penyidik, dan teoritis (Moleong:2000:178)

Dalam penelitian ini jenis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber/data dan triangulasi metodologis. Triangulasi dengan sumber berarti peneliti menggunakan sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sama dengan tujuan untuk memberikan kebenaran dan untuk memperoleh kepercayaan


(51)

commit to user

terhadap suatu data. Triangulasi metodologis berarti dalam mengumpulkan data pada saat tertentu peneliti menggunakan metode wawancara, disaat lain menggunkan metode observasi atau dokumentasi, sehingga data yang diperoleh semakin terpercaya.

7. Teknik Analisis Data

Peneliti menggunakan teknik analisis data dengan teknik analisa interaktif. Model analisis interaktif adalah model analisis yang menyatu dengan proses pengumpulan data dalam satu siklus. Adapun langkah-langkah analisis tersebut diuraikan sebagai berikut :

a. Pengumpulan data

Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dan akan dihentikan apabila data yang diperlukan telah memadai.

b. Reduksi data

M.B Milles dan A.Michael Huberman (1992:16), “Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ‘kasar’ yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan”. Dengan demikian, reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan dan mengarahkan, membuang yang


(52)

commit to user

tidak perlu, dan mengorganisir data sehingga dapat diambil kesimpulan terakhir.

c. Penyajian data

Inti dari penyajian data adalah mengorganisir informasi secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam menggabungkan dan merangkai keterikatan antar data dalam meyusun penggambaran proses dan fenomena yang ada pada obyek penelitian. Dengan melihat penyajian data, akan dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.

d. Penarikan kesimpulan/Verifikasi

Yaitu mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Singkatnya, makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Aktivasi itu digambarkan sebagai berikut:


(53)

commit to user Gambar 2

Model Analisis Interaktif

(Sumber : HB.Sutopo 2002:96) Pengumpulan data

Reduksi data Penyajian data


(54)

commit to user

38 BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Delanggu 1. Letak Geografis

SMP Negeri 2 Delanggu terletak di desa Sribit, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. SMP ini berada di tengah pedesaan, jarak dari pusat kecamatan Delanggu ± 5 km kearah utara. SMP ini cukup mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum karena letaknya strategis. Bangunan SMP Negeri 2 Delanggu terbagi menjadi dua bagian, yaitu utara dan selatan dipisahkan oleh jalan desa Sribit.

Adapun batas-batas wilayah SMP Negeri 2 Delanggu yaitu disebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk, disebelah barat berbatasan dengan jalan utama antar desa, disebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk, sebelah selatan berbatasan dengan jalan Sribit. SMP Negeri 2 Delanggu terletak ditengah pemukiman padat penduduk. Meskipun letaknya berada cukup jauh dari jalan raya tetapi masih mudah dijangkau dengan kendaraan. Letak SMP Negeri 2 Delanggu tidak pada pusat keramaian seperti mall, swalayan, tempat hiburan, terminal,dll tetapi dekat dengan obyek wisata


(55)

commit to user

yang cukup terkenal di Kabupaten Klaten yaitu wisata air Cokro dan Janti. Sehingga termasuk salah satu daerah dengan tingkat mobilitas cukup tinggi. 2. Sejarah Singkat berdirinya SMP Negeri 2 Delanggu

SMP Negeri 2 Delanggu mulai berdiri pada tahun 1964. Proses pembangunan dan perijinan selama tiga tahun dan pada tahun 1967 mulai beroperasi. Dahulunya SMP Negeri 2 Delanggu adalah SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama). Kemudian pada tahun 1976 diubah menjadi SMP (Sekolah Menengah Pertama) sesuai dengan SK dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.

3. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Delanggu a. Visi

- Beriman dan Bertaqwa - Santun dalam berperilaku - Maju dalan prestasi b. Misi

- Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut secara etika moral sehingga menjadi sumber kearifan dan kesantunan baik dalam bahasa maupun dalam bertindak

- Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki


(56)

commit to user

4. Sistem Organisasi SMP Negeri 2 Delanggu

Sistem organisasi sekolah menganut sistem yang diterapkan oleh Dinas Pendidikan Nasional, yang masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Kepala Sekolah

Sebagai Kepala Sekolah, berfungsi dan bertugas sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator (EMASLIM)

- Kepala Sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

- Kepala Sekolah selaku manajer mempunyai tugas menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur proses belajar mengajar, mengatur administrasi (ketatausahaan siswa, ketenagaan, sarana prasarana, keuangan), mengatur OSIS, mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait.

- Kepala Sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan administrasi, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, kurikulum, kesiswaan,


(57)

commit to user

ketatausahaan, ketenagaan, kantor, keuangan, perpustakaan, laboratorium, ruang ketrampilan dan kesenian, bimbingan dan konseling, UKS, OSIS, media, gudang dan K7.

- Kepala Sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervise terhadap semua kegiatan diatas.

- Kepala Sekolah selaku leader bertugas sebagai teladan di dalam segala aspek kepemimpinan, mengambil keputusan, dengan cepat dan tepat, mampu memberi pujian bagi yang berhasil, mampu memberi sanksi bagi yang salah.

- Kepala Sekolah selaku inovator bertugas memciptakan iklim kerja yang sejuk di sekolah, menciptakan lingkungan yang asri, menciptakan panca tertib.

- Kepala Sekolah selaku motivator bertugas mendorong guru, karyawan, dan siswa, agar lebih berprestasi.

b. Wakil Kepala Sekolah

Tugas Wakil Kepala Sekolah adalah membantu tugas-tugas kepala sekolah yang didelegasikan kepadanya. Pada SMP Negeri 2 Delanggu, memiliki seorang wakil kepala sekolah dengan dibantu empat orang wakil kepala sekolah yang mempunyai fungsi berbeda. Tugas wakil kepala sekolah, yaitu sebagai berikut :

- Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum tugasnya adalah menyusun program pengajaran, menyusun pembagian tugas guru


(58)

commit to user

dan jadwal pelajaran, menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan umum dan ujian akhir, menerapkan kriteria naik atau tidak naik dan kriteria kelulusan, mengatur jadwal penerimaan buku laporan hasil belajar dan ijasah, mengkoordinir dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran, membina kegiatan MGMP, membina kegiatan-kegiatan bidang akademis.

- Wakil Kepala Sekolah bagian kesiswaan tugasnya adalah menyusun program pembinaan kesiswaan (OSIS), melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah, serta pemilihan pengurus OSIS, membina pengurus OSIS dalam berorganisasi, menyusun jadwal dan program pembinaan siswa secara berkala dan insidental, membina dan melaksanakan 7K, menyusun kegiatan ekstrakurikuler, menyusun laporan pelaksanaan kegiatan siswa secara berkala.

- Wakil Kepala Sekolah bagian hubungan masyarakat tugasnya adalah, mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/wali siswa, membina hubungan sekolah dengan komite sekolah, membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha dan lembaga sosial lain, menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.


(59)

commit to user

- Wakil Kepala Sekolah urusan sarana dan prasarana tugasnya adalah menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran, menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala.

c. Wali Kelas

Tugas Wali Kelas adalah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan sebagai berikut :

- pengelolaan kelas

- penyelenggaraan administrasi kelas

- penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa - pengisian daftar kumpulan nilai siswa (Legger) - pembuatan catatan khusus tentang siswa - pencatatan motivasi siswa

- pengisian buku laporan hasil belajar - pembagian buku laporan hasil belajar d. Guru

Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung jawab guru meliputi :

- membuat program pengajaran

- melaksanakan kegiatan pembelajaran - menyusun dan analisis instrumen penilaian


(60)

commit to user

- menyusun dan melaksanakan program remidiasi dan pengayaan - mengisi daftar nilai siswa yang dilaporkan kepada orang tua/wali

siswa

- mengadakan pengembangan bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya

- mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum - melaksanakan tugas tertentu dari sekolah

- membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing kelas

- meneliti daftar hadir siswa yang mengikuti mata pelajarannya e. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

- menyusun program pelaksanaan bimbingan dan konseling

- melakukan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar

- memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar

- memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai


(61)

commit to user

- mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling - melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar

- menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling

- mengikuti musyawarah guru pembimbing

- menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling

Sistem organisasi diatas digambarkan secara ringkas dalam bagian gambar Gambar 3

Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Delanggu Tahun 2009/2010

Kepala Sekolah

Komite Sekolah Kepala Tata Usaha

Urusan Kurikulum

Urusan Kesiswaan

Urusan Sarana/Prasarana

Urusan Kemasyarakatan Perpustakaan Laboratorium

Wakil Kepala Sekolah

Wali Kelas

Guru

SISWA Koordinator BP/BK


(62)

commit to user

5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa a. Keadaan Guru

Jumlah Guru pada tahun 2009/2010 yaitu terdiri dari 59 orang, terdiri dari: - Guru Tetap (PNS/CPNS) : 43 orang

- Guru Honor : 16 orang

perlu diketahui bahwa keadaan guru di SMP Negeri 2 Delanggu ini selalu berubah-ubah karena guru tidak tetap yang dinyatakan lulus ketika mengikuti tes calon pegawai negeri sipil yang dinyatakan lulus ditempatkan di lain daerah, sehingga SMP Negeri 2 Delanggu mencari tenaga guru pengganti.

b. Keadaan Karyawan

Karyawan SMP Negeri 2 Delanggu berjumlah 12 orang terdiri dari 1 karyawan TU dan 11 orang tenaga honorer.

c. Keadaan Siswa

Siswa SMP Negeri 2 Delanggu pada tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 708, yang terdiri dari 372 laki-laki dan 336 perempuan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(63)

commit to user

Tabel 1

Distribusi Siswa SMP Negeri 2 Delanggu Tahun Ajaran 2009/2010

No. Kelas L P Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 VII A VII B VII C VII D VII E VII F Jumlah VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F Jumlah IX A IX B IX C IX D IX E IX F Jumlah Jumlah Seluruhnya 21 19 20 20 20 17 117 23 22 22 20 17 22 126 22 20 22 22 23 20 129 372 18 19 18 18 18 21 112 18 20 17 16 21 17 111 18 20 17 20 17 21 115 336 39 38 38 38 38 38 229 41 42 39 36 38 39 237 40 40 39 42 40 41 244 708


(64)

commit to user

6. Sarana dan Prasarana Penunjang

SMP Negeri 2 Delanggu mempunyai sarana dan prasarana untuk penunjang kegiatan sekolah sebagai berikut :

- Ruang Kelas : 18 - Ruang Laboratorium : 1 - Ruang Perpustakaan : 1 - Ruang Lab. Komputer : 1 - Ruang Multimedia : 1 - Ruang Aula : 1 - Ruang UKS : 1 - Ruang Koperasi : 1 - Ruang BP/BK : 1 - Ruang OSIS : 1 - Ruang Pramuka : 1 - Ruang Agama : 1 - Ruang Kepala Sekolah : 1 - Ruang Guru : 1 - Ruang Tata Usaha : 1 - Ruang Tamu : 1 - Ruang Kamar Mandi/WC : 5 - Masjid/Mushola : 1 - Kantin : 2


(65)

commit to user

- Gudang : 1 - Tempat Parkir : 3 - Lapangan Basket : 1 - Lapangan Tenis : 1 - Lapangan Sepak Bola : 1 7. Kegiatan Ekstrakurikuler

Untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam pendidikan, SMP Negeri 2 Delanggu mengadakan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini dilaksanakan diluar jam sekolah dengan tujuan menambah pengetahuan yang tidak terdapat dalam pelajaran sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 2 Delanggu antara lain :

a) OSIS

OSIS merupakan organisasi siswa yang ada di SMP maupun SMA. OSIS merupakan satu-satunya organisasi yang boleh bergerak didalam/diluar sekolah yang mengatas namakan sekolah yang bersangkutan. Tujuan OSIS antara lain :

- Mempersiapkan siswa menjadi kader penerus bangsa dan pembangunan nasional dengan memberi bekal ketrampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotism, kepribadian dan budi pekerti.


(1)

commit to user

dimaksud Homans adalah perbuatan yang berkenaan dengan suatu kemauan yang mengakibatkan adanya suatu reward dan sanksi dari orang lain. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Perilaku merupakan respon seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya, setelah melalui proses berpikir. Perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa disebabkan oleh rendahnya kontrol dalam keluarga dan sekolah serta pengaruh negatif kelompok sebaya dalam pergaulan sehari-hari di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah. Keadaan tersebut selanjutnya akan dijelaskan menggunakan teori kontrol sosial. Perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa karena lemahnya kontrol yang ada dalam lingkungan keluarga. Kurangnya perhatian dari orang tua menyebabkan ikatan antara orang tua dan anak menjadi lemah, sehingga timbul kecenderungan anak untuk melanggar norma atau aturan dalam keluarga. Dan keadaan yang sama terjadi di sekolah. Kurangya pengawasan terhadap siswa di sekolah berdampak pada pelanggaran peraturan dan tata tertib yang dilakukan oleh siswa.

2. Implikasi Metodologis

Penelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu berupaya untuk memberikan uraian deskriptif tentang fenomena perilaku membolos siswa, yang betujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa dimana hal ini berlangsung dengan latar belakang yang


(2)

commit to user

wajar (alamiah) prosesnya berbentuk siklus dengan peneliti sebagai instrument utamanya. Narasumber penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu responden dan informan. Responden dalam hal ini adalah siswa yang melakukan perilaku membolos dan informan adalah orang-orang yang ada hubungannya dengan responden, yaitu orang tua siswa dan guru. Pencarian informan dilakukan dengan cara keyperson, yaitu orang-orang yang mengetahui kejadian atau peristiwa yang sedang diteliti (walaupun tidak terlibat secara langsung). Sedangkan responden dipilih dengan teknik

purposive sampling. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel

tersebut, peneliti dapat menemukan responden yang dapat memberikan keragaman untuk menangkap data yang unik.

Untuk memenuhi tujuan keragaman data tersebut peneliti mengambil beberapa informasi yang masing-masing memiliki latar belakang keluarga yang berbeda, untuk memenuhi triangulasi yaitu : peneliti mengambil 13 orang dengan perincian 10 orang responden (siswa) dan 3 orang informan yang terdiri dai guru dan orang tua siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi observasi non partisipant, yaitu mengamati obyek penelitian untuk memperoleh data tanpa ikut terlibat langsung dalam kelompok yang diteliti. Cara pengumpulan data adalah dengan cara wawancara mendalam dimana peneliti mengajukan pertanyaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan subyek penelitian kepada responden untuk memperoleh informasi yang


(3)

commit to user

diharapkan. Selain itu peneliti juga melakukan studi dokumentasi sebagai upaya mendukung data wawancara.

Beberapa kesulitan dalam pengumpulan data banyak dirasakan selama penelitian. Diantaranya masalah keterbukaan responden ketika wawancara, yaitu perasaan segan dan malu selama proses wawancara, kebanyakan responden takut kalau nantinya peneliti memberi tahu atau membocorkan semua informasi kepada guru BK. Tapi peneliti mencoba meyakinkan bahwa semua informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya. Peneliti menjelaskan bahwa maksud dan tujuan penelitian ini dan membangun suasana santai dan bersahabat selama proses wawancara dalam pengumpulan data. Data wawancara langsung dicatat kemudian data yang terkumpul dikategorisasikan, mengalami beberapa reduksi hingga kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif. Agar memperoleh data yang mempunyai validitas, keakuratan dilakukan triangulasi sumber data yakni membandingkan, mengecek derajat kepercayaan suatu informasi dengan sumber yang berbeda. Kemudian diversifikasi selama penelitian berlangsung.

Secara metodologis penelitian ini mempunyai kelebihan: pertama, penelitian kualitatif mampu mengungkap realitas secara mendalam, karena dapat mengungkap realitas internal yang melibatkan subyektivitas, emosi, dan nilai-nilai sehingga mampu menggambarkan realitas sosial sebagaimana adanya. Kedua, kebenaran mendalam dalam penelitian kualitatif merupakan hasil persetujuan sehingga sesuai dengan kondisi


(4)

commit to user

sosial dan historisnya. Kemudian kekurangan dari metode penelitian ini adalah hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan dan hanya berlaku pada siswa (responden) di lokasi penelitian saja. Disamping itu penelitian kualitatif membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga berimplikasi pada biaya baik ekonomi maupun sosial.

3. Implikasi Empiris

Penelitian ini berawal dari ketertarikan penulis terhadap fenomena siswa membolos pada akhir-akhir ini. Penulis mencoba untuk memberikan gambaran bagaimana perilaku tersebut kini marak dilakukan remaja khususnya siswa di tingkat sekolah menengah pertama atau SMP. Tingginya tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa mengakibatkan berbagai masalah berkaitan dengan ketertiban. Pelanggaran yang yang sering dilakukan oleh siswa pada saat kegiatan belajar mengajar adalah perilaku membolos. Hal ini dapat dilihat pada siswa di SMP Negeri 2 Delanggu. Dari hasil penelitian dilapangan, menunjukkan bahwa setiap hari ada kasus membolos yang terjadi di sekolah tersebut.

Perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa adalah suatu bentuk lemahnya kontrol sekolah terhadap siswa, lemahnya peraturan sekolah dan tata tertib sekolah. Keberadaan masyarakat disekitar sekolah yang seharusnya ikut mendukung terciptanya ketertiban, justru malah menjadi faktor penarik siswa untuk membolos dengan menyediakan penitipan sepeda dan sekaligus persewaan playstation. Hal ini terjadi karena tidak lain dipengaruhi motif ekonomi.


(5)

commit to user

Psikologis siswa yang masih labil, dan mudah untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari peraturan yang seharusnya. Karena itu mereka mudah terpengaruh oleh teman-temannya untuk melakukan tindakan yang negatif dan merugikan diri sendiri. Faktor yang sangat berpengaruh dalam perilaku membolos ini adalah salah dalam memilih teman dalam pergaulan, karena perilaku seorang siswa biasanya meniru atau mengikuti apa yang teman-temannya lakukan. Seperti cara berpakaian dan bertingkah laku, bila seorang siswa berteman dengan teman yang sikapnya baik maka ia akan menjadi siswa yang patuh juga. Selain faktor dari pergaulan, faktor dari keluarga juga berpengaruh dalam membentuk kedisiplinan siswa. Siswa yang membolos mayoritas berasal dari keluarga yang kurang kondusif keadaannya, seperti single parent, tidak tinggal bersama orang tua, ataupun keluarga yang mempunyai banyak anak.

Keadaan yang demikian akan membentuk kepribadian anak yang sulit “diatur” disekolah, karena siswa yang sering membolos ternyata juga sering membuat masalah dikelas, tidak memperhatikan pelajaran, dan suka berbuat iseng kepada temannya, ini terbukti saat peneliti mengadakan wawancara dengan guru pelajaran ataupun teman-teman sekelas responden. Keadaan tersebut sebaiknya mendapat perhatian lebih dari pihak sekolah. Untuk kedepannya agar kasus membolos tersebut dapat berkurang dan ada tindak lanjut.


(6)

commit to user

C. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa-siswa SMP Negeri 2 Delanggu, maka penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut :

1. Sekolah meningkatkan kontrol sosial terhadap siswa dan

memberikan tindakan yang tegas terhadap siswa yang membolos dalam penegakan disiplin sekolah.

2. Peraturan sekolah lebih diperjelas dengan sanksi-sanksi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan.

3. Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman bagi siswa-siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses administratif serta informal di luar kelas.

4. Pendekatan individual dilakukan oleh pihak sekolah terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, dan bagaimana pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah.