commit to user 7
dan penghasilan yang pas-pasan, maka orang tua cenderung menyekolahkan anak di sekolah yang murah.
Dengan latar belakang tersebut, peneliti memilih SMP Negeri 2 Delanggu yang berlokasi di Sribit, Delanggu, Klaten. SMP Negeri 2
Delanggu dipilih menjadi lokasi penelitian karena banyaknya siswa yang menimbulkan masalah di sekolah dan masalah yang dihadapi sangatlah
beragam. Namun yang sering muncul adalah masalah tentang kedisiplinan. Masih banyak pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan siswa, diantaranya
membolos atau ketidakhadiran siswa tanpa alasan yang jelas. Adanya siswa yang membolos di SMP Negeri 2 Delanggu mendorong peneliti
untuk meneliti lebih dekat dan mendetail tentang penyebab perilaku membolos. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil
judul Perilaku Membolos Siswa Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Perilaku Membolos Siswa Di SMP Negeri 2 Delanggu
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah yang melatarbelakangi siswa membolos ?
2. Apakah dampak yang ditimbulkan dari membolos ?
3. Bagaimana pola asuh orang tua dalam keluarga ?
4. Bagaimana pengaruh kelompok sebaya ?
commit to user 8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menjelaskan latar belakang siswa membolos
2. Untuk menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari membolos
3. Untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam keluarga
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kelompok sebaya
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis :
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik
pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
2. Manfaat praktis :
a. Bagi Pihak Sekolah, diharapkan untuk meningkatkan
kedisiplinan peraturan sekolah dan memberikan sanksi yang tegas pada pelajar yang melanggar peraturan sekolah.
b. Bagi Guru, diharapkan dalam menyampaikan materi pelajaran,
bisa menggunakan metode yang menarik bagi siswa. c.
Bagi Orang tua, bisa mengontrol kegiatan putra-putri mereka dan dapat mengarahkan kebiasaan yang baik, serta kebiasaan
disiplin.
commit to user 9
d. Bagi Siswa, diharapkan dapat mematuhi tata tertib sekolah,
untuk mewujudkan keadaan yang kondusif dalam lingkungan sekolah.
E. Landasan Teori
Paradigma adalah suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan
subject matter
yang semestinya dipelajari. Menurut George Ritzer, paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari oleh cabang ilmu pengetahuan
discipline
. Paradigma membantu merumuskan apa yang harus diikuti dalam mengintrepretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka
menjawab persoalan-persoalan tersebut Ritzer, 1992:8. Menurut DR. Zamroni dalam bukunya Pengantar Pengembangan Teori Sosial”,
pengertian paradigma adalah suatu jendela dimana peneliti akan menyaksikan dunia. Dengan jendela itu, para peneliti akan memahami dan
menafsirkan secara obyektif berdasarkan kerangka acuan yang terkandung dalam paradigma tersebut baik itu konsep-konsep asumsi-asumsi dan
kategori-kategori tertentu untuk menjelaskan dan mengkaji suatu fenomena Zamroni, 1993:22.
Menurut George Ritzer, sosiologi dilihat sebagai ilmu multi paradigmatic. Dia membedakan tiga paradigma yang secara fundamental
berbeda satu sama lain, paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial
social behavior
George Ritzer dalam
commit to user 10
Johnson, 1985:55. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma perilaku sosial. Paradigma perilaku sosial
social behavior
menekankan pendekatan obyektif empiris terhadap kenyataan sosial, yang lebih
memusatkan perhatian pada perilaku nyata
overt behavior
Johnson, 1988:56-63. Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya pada
hubungan antar individu dengan lingkungannya. Lingkungan itu dibagi menjadi dua, yaitu bermacam-macam obyek sosial dan bermacam-macam
obyek non sosial. Hubungan antara individu dengan obyek sosial dan hubungan antara individu dengan obyek non sosial dikuasai oleh prinsip
yang sama. Singkatnya pokok persoalan sosiologi menurut paradigma perilaku sosial adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam
hubungan dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap
tingkah laku. Masyarakat merupakan kerangka di mana segala bentuk aktivitas
berlangsung. Keberadaan suatu aktivitas dengan sendirinya adalah cermin adanya perilaku atau tindakan-tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil
dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan. Dengan kata
lain, perilaku merupakan respon individu terhadap stimulus yang berasal dari dalam dirinya. Respon ini dapat dikelompokkan menjadi tiga :
Pertama
, perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki untuk mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.
commit to user 11
Kedua
, perilaku berbentuk sikap, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan rangsangan dari luar subyek, sehingga alam sendiri akan
mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya sesuai dengan sifat dan keadaan alam tersebut.
Ketiga
, perilaku dalam bentuk perbuatan atau tindakan nyata berupa faktor perbuatan action terhadap situasi atau rangsangan dari luar
Soekidjo Notoatmodjo, 1983:5 Perilaku juga dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang dapat
diartikan sebagai suatu reaksi yang dapat diamati secara umum atau obyektif sehingga hal-hal yang diperbuat akan nampak hasilnya dari
perbuatan tersebut. Perilaku merupakan pengembangan dari kepribadian yang dimanifestasikan ke dalam tindakan individu yang diamati atau
diobservasi secara obyektif. Selain itu perilaku juga merupakan suatu cara bertingkah laku yang diciptakan untuk ditiru oleh banyak orang. Suatu
cara bertindak menjadi suatu pola bertindak yang tetap melalui proses pengulangan peniruan yang dilakukan oleh banyak orang dalam waktu
yang relatif lama, sehingga terbentuklah suatu kebiasaan Kartono, 1989 Menurut Chaplin, perilaku mencakup empat pengertian :
a Semacam respon reaksi, taggapan, jawaban, balasan
b Secara khusus bagian dari satu pola kesatuan interaksi
c Suatu perbuatan atau aktivitas
d Suatu gerakan atau kompleks gerak-gerik Chaplin, 1989:53
commit to user 12
Pareto menekankan bahwa hidup bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan oleh anggota-anggota individual. Mereka merupakan
the material points or molecules
dari sistem yang disebut masyarakat. Sebagian besar perilaku manusia bersifat mekanis dan otomatis.
Menurutnya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni : -
Perilaku logis yaitu perilaku yang direncanakan oleh akal budi dengan berpedoman pada tujuan yang mau dicapai, dan
menurut kenyataan mencapai tujuan itu. -
Perilaku non logis merupakan perilaku yang tidak berpedoman secara rasional pada tujuan atau tidak mencapai tujuannya.
Hampir seluruh kehidupan masyarakat terdiri dari perbuatan- perbuatan non logis disarikan dari Veeger, 1993:71-72.
Menurut Skinner bahwa obyek studi sosiologi yang konkrit dan realistis adalah perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan
perulangannya
behavior of man and contingencies of reinforcement
. Kebudayaan masyarakat tersusun dari tingkah laku yang terpola. Untuk
memahami tingkah laku yang terpola itu tidak diperlukan konsep-konsep seperti ide-ide dan nilai-nilai.
Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan teori pertukaran sosial
social exchange theory
dan teori kontrol sosial
social control theory
. Menurut George Homan Ali, 2004:98 teori pertukaran sosial menitikberatkan pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku
untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman. Sehingga
commit to user 13
tindakan yang dilakukan seseorang bergantung pada ganjaran
rewards
atau hukuman
punishment
yang diberikan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan teori kontrol sosial memandang setiap manusia merupakan
makhluk yang memiliki moral yang murni. Oleh karena itu setiap orang memiliki kebebasan memilih berbuat sesuatu. Apakah ia akan berbuat
menaati aturan yang berlaku ataukah melanggar aturan-aturan yang berlaku. Tindakan yang dipilih itu didasarkan pada ikatan-ikatan sosial
yang telah dibentuk dalam suatu kelompok atau lembaga. Bentuk kontrol sosial berkaitan dengan pemberian sanksi yang bertujuan untuk mencegah
atau mengendalikan individu yang melakukan penyimpangan dari norma atau aturan yang berlaku Maharani Juanda, 2010.
F. Tinjauan Pustaka