4.3. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor
Tabel 4.3. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor No Tahun
Objek Wisata Akomodasi Jumlah
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
1.841.624 1.506.878
1.368.331 1.254.803
1.637.438 1.441.307
1.912.522 1.412.898
1.542.029 173.374
246.940 241.493
203.358 191.223
206.577 229.154
158.567 186.528
2.014.998 1.753.818
1.609.824 1.458.161
1.828.661 1.647.884
2.141.676 1.571.465
1.728.661
Sumber: Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004
. Jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor cukup tinggi. Tahun 1996
jumlah wisatawan yang memakai obyek wisata dan akomodasi yang ada yaitu sebesar 2.014.998 yaitu 1.841.624 untuk obyek wisata dan 173.374 akomodasi.
Namun saat krisis ekonomi jumlah wisatawan mengalami penurunan. Penurunan jumlah kunjungan tersebut terus berlangsung sampai tahun 1999. Pada tahun 2000
jumlah kunjungan wisata ke Kota Bogor kembali meningkat, sampai tahun 2002 dimana pada tahun 2002 tersebut wisatawan yang datang mencapai jumlah
kunjungan tertinggi. Untuk tahun 2003 dan 2004 kunjungan wisata ini kembali menurun Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004.
4.4. Kontribusi terhadap Tenaga Kerja dan Pendapatan
Pengembangan kepariwisataan di Kota Bogor sangat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja serta pemerataan pendapatan. Perkembangan sektor
pariwisata ini perlu diimbangi dengan penyediaan kamar-kamar hotel, restoran maupun akomodasi yang lainnya sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara
permintaan dan penawaran untuk akomodasi tersebut. Sektor pariwisata mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 6210 dari 273.020 orang yang bekerja.
Selain memiliki peran terhadap penyerapan tenaga kerja, sektor pariwisata Kota Bogor ini memiliki kontribusi terhadap pendapatan. Sektor pariwisata ini
telah mampu memberikan kontribusinya sebesar Rp 9.362.408.443 pada tahun 2003 dan kemudian kontribusinya meningkat menjadi sebesar Rp 10.209.935.285
pada tahun 2004 Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Struktur Perekonomian Kota Bogor Tahun 2002 5.1.1. Rasio Permintaan Antara, Permintaan Akhir dan Total Permintaan
Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2002 klasifikasi 22 sektor memberikan gambaran bahwa jumlah permintaan antara di Kota Bogor pada
tahun 2002 yaitu sebesar Rp 1,653 triliun. Untuk sektor pariwisata sendiri, sub sektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam pembentukan permintaan
antara adalah sektor restoran yaitu sebesar Rp 44,9 milyar atau 2,72, dan di urutan yang kedua adalah sektor jasa angkutan yaitu sebesar Rp 29 milyar atau
sebesar 1,77. Kemudian sub sektor pariwisata yang memiliki kontribusi paling kecil terhadap total permintaan antara adalah sektor hotel, dimana kontribusinya
hanya sebesar Rp 4 milyar atau sebesar 0,24 . Kecilnya kontribusi sektor pariwisata terhadap permintaan antara ini menunjukkan sebagian besar output
sektor tersebut tidak digunakan oleh sektor lain untuk proses produksi. Permintaan akhir Kota Bogor pada tahun 2002 yaitu mencapai sebesar Rp
3,282 triliun. Untuk sektor pariwisata sendiri, sub sektor yang memiliki kontribusi paling besar di dalam pembentukan permintaan akhir adalah sektor restoran.
Sektor restoran ini memiliki kontribusi yaitu sebesar Rp 253 milyar atau sebesar 7,72 terhadap total permintaan akhir. Diurutan kedua adalah sektor hotel yaitu
sebesar Rp 23 milyar atau sebesar 0,70 . Kemudian sub sektor pariwisata yang memiliki kontribusi paling kecil terhadap total permintaan akhir adalah sektor jasa
angkutan, dimana kontribusinya hanya sebesar Rp 8 milyar atau sebesar 0,25 .
Tabel 5.1.Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Pariwisata Kota Bogor Tahun 2002 Klasifikasi 13 Sektor.
SEKTOR Permintaan
Antara juta Rp
Permintaan Akhir
juta Rp Total
Permintaan juta Rp
Pertanian 6362 0,38
143930 4,38
150293 3,04
Listrik gas 41112
2,48 140379
4,28 181492
3,68 Air tambang
6013 0,36
20564 0,63
26577 0,54
ind.pengolahan 155033 9,38
1265852 38,57 1420885
28,79 Bangunan 111395
6,74 277995
8,47 389390
7,89 Perdagangan 340011 20,56
575568 17,54 915579
18,55 Hotel 4022
0,24 22869
0,70 26890
0,55 Restoran 44958
2,72 253320
7,72 298278
6,04 Angkutan 257490 15,57
98154 2,99
355644 7,21
Jasa angkutan 29338
1,77 8212 0,250
37550 0,76
Komunikasi 155285 9,39
149879 4,57
305164 6,18
Keuangan 433621 26,23 93579
2,85 527199
10,68 Jasa-jasa 68707
4,16 231916
7,07 300623
6,91 TOTAL 1653347
100 3282218
100 4935565
100
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002.
5.1.2. Impor
Berdasarkan Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, yang dimaksud dengan impor yaitu mencakup seluruh barang-barang serta jasa yang didatangkan
baik itu dari daerah-daerah lain di Indonesia maupun yang didatangkan dari luar negeri. Impor dilakukan karena dalam melakukan kegiatan usahanya setiap sektor
membutuhkan input antara untuk menghasilkan output yang diharapkan. Namun, tidak semua jenis barang atau jasa yang digunakan sebagai input antara diperoleh
dari hasil peroduksi domestik dihasilkan oleh perekonomian Kota Bogor. Berdasarkan Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, dapat dilihat
bahwa banyak kegiatan ekonomi yang membutuhkan barang dan jasa impor sebagai input antara. Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa nilai impor sektor
pariwisata diurutan pertama adalah sektor restoran dengan nilai sebesar Rp 50 milyar atau 56,92 terhadap input antara. Diurutan ke dua adalah sektor hotel
yaitu dengan nilai sebesar 4 milyar atau 54,29 terhadap input antara. Kedua sektor itu memiliki ketergantungan terhadap impor lebih dari 50 persen.
Tingginya nilai impor kedua sektor tersebut menunjukkan bahwa kemandiriannya masih sangat rendah. Sehingga, ketergantungan terhadap impor ini akan
menyebabkan sektor-sektor tersebut sangat rentan terhadap gejolak ekonomi internasional.
Sedangkan untuk sektor jasa angkutan memiliki nilai impor yang kurang dari 50 yaitu sebesar Rp 6 milyar atau sebesar 45,04 . Rendahnya nilai impor
dari sektor jasa angkutan apabila dibandingkan dengan sektor restoran dan hotel menunjukkan bahwa kemandirian sektor jasa angkutan lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan sektor hotel dan restoran. Tabel 5.2. Impor di Kota Bogor Tahun 2002 Klasifikasi 13 Sektor.
SEKTOR Input antara
Juta Rp Impor
Juta Rp Impor terhadap
Input Antara Pertanian 137468
1082 2,82
Listrik gas 95227
11790 24,83
Airtambang 13928 1729
12,41 ind.pengolahan 543581
206549 172,06
Bangunan 118538 74333
62,71 Perdagangan 110737
19861 17,94
Hotel 8167 4434
54,29 Restoran 87628
49880 56,92
Angkutan 117806 1487
44,33 Jasa angkutan
13492 6077
45,04 Komunikasi 222743
6297 2,83
Keuangan 133620 40573
30,36 Jasa-jasa 50412
3394 6,73
TOTAL 1653347 427484
25,86
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002.
5.1.3. Nilai Tambah Bruto Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa surplus usaha merupakan
komponen yang memiliki kontribusi paling besar terhadap nilai tambah bruto, yakni nilainya mencapai Rp 1,563 milyar atau sebesar 54,77 dari total nilai
tambah bruto. Kemudian upah dan gaji di urutan kedua dengan nilai Rp 903 milyar atau sebesar 31,63 dari total nilai tambah bruto. Penyusutan memiliki
kontribusi terhadap nilai tambah bruto di posisi ketiga, yakni sebesar Rp 262 milyar atau sebesar 9,20 dari total nilai tambah bruto. Pajak tak langsung
merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling kecil diantara komponen- komponen lainnya, yakni sebesar Rp 125 milyar atau sebesar 4,40 dari total
nilai tambah bruto. Sektor pariwisata yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukkan
surplus usaha adalah sektor restoran yang memiliki kontribusi terhadap total surplus usaha sebesar Rp 68,6 milyar, diikuti oleh sektor jasa angkutan sebesar Rp
8,5 milyar kemudian sektor hotel yakni sebesar Rp 6 milyar. Cukup tingginya kontribusi yang disumbangkan oleh sektor restoran dan sektor jasa-jasa tersebut
menunjukkan cukup besarnya peranan kedua sektor tersebut dalam pembentukkan PDRB Kota Bogor dari sisi permintaan.
Sektor pariwisata yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap komponen upah dan gaji adalah sektor restoran yang besarnya adalah Rp 52 milyar, diurutan
kedua adalah sektor jasa angkutan yaitu sebesar Rp 5 milyar, dan yang terakhir adalah sektor hotel dengan nilai yaitu sebesar Rp 4,6 milyar. Sektor pariwisata
yang memiliki kontribusi tinggi terhadap komponen penyusutan adalah sektor
restoran yaitu sebesar Rp 25,6 milyar, kemudian di posisi kedua adalah sektor sektor jasa angkutan dengan nilai sebesar Rp 4 milyar dan yang memiliki nilai
penyusutan terkecil adalah sektor hotel yaitu sebesar Rp 2 milyar. Pajak tak langsung dari sektor pariwisata terbesar dibentuk oleh sektor restoran Rp 15
milyar, sektor hotel Rp 1,3 milyar dan sektor jasa angkutan Rp 0,4 milyar. Hasil analisis rasio surplus usaha dan upah gaji, diperoleh surplus usaha
lebih besar dari upah dan gaji, hal ini menunjukkan distribusi pendapatan di Kota Bogor belum merata antara pemilik modal dan pekerja atau dengan kata lain
terjadinya eksploitasi tenaga kerja oleh produsen sehingga terjadi ketimpangan pendapatan. Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi
kesenjangan ini. Kebijakan pemerintah dapat dilakukan dengan penetapan Upah Minimum Regional UMR yang sesuai dengan standar kehidupan di Kota Bogor.
Tabel 5.3. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian di Kota Bogor Tahun 2002.
Nilai Tambah Bruto Sektor
UpahGaji UG
Juta Rp Surplus
UsahaSU Juta Rp
Rasio GUSU
Penyusutan Juta
Rupiah Pajak Tak
Langsung Juta Rp
Jumlah 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
Total 2,190
7,840 1,150
203,470 105,244
161,889 4,610
51,865 65,940
5,017 20,177
73,974 199,711
903,077 9,141
59,248 8,688
367,815 63,763
547,876 6,095
68,570 111,767
8,503 31,702
239,794 40,628
1,563,591 0,81
0,26 0,13
2,92 1,65
0,30 0,76
0,76 1,77
0,59 0,64
0,31 4,92
0,58 236
7,281 1,068
64,198 16,056
33,249 2,281
25,658 53,737
4,088 23,096
25,313 6,261
262,521 175
105 16
35,273 11,456
41,966 1,305
14,677 4,907
373 1,148
13,925 217
125,544 11,743
74,475 10,920
670,757 196,519
784,981 14,290
160,770 263,352
17,982 76,123
353,006 246,817
2,854,734 0,41
2,61 0,38
23,5 6,88
27,50 0,50
5,63 8,27
0,63 2,67
12,37 8,65
100,00 thd
NTB 31,63 54,77
9,20 4,40
100,00 Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002.
5.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja
Tahun 2002, jumlah tenaga kerja di Kota Bogor yang bekerja di sektor- sektor perekonomian berjumlah 317.858 orang. Dari tabel 5.4, diketahui sektor
pariwisata yang memiliki kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja terbesar adalah sektor restoran yakni mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 22404 orang
atau 7,05 terhadap total tenaga kerja. Sektor hotel merupakan sub sektor pariwisata yang memiliki kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja di urutan
kedua yakni menyerap tenaga kerja sebanyak 2004 orang atau 0,63 terhadap total tenaga kerja dan yang memiliki kontribusi terkecil terhadap penyerapan
tenaga kerja adalah di sektor pariwisata adalah sektor jasa angkutan yakni mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1345 orang atau 0,42 terhadap total tenaga
kerja. Tabel 5.4. Jumlah Tenaga Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kota Bogor
Tahun 2002. Sektor
Tenaga Kerja Orang Pertanian 11857
3,73 Listrik dan gas
2663 0,84
Air dan tambang 389
0,12 Industri pengolahan
71826 22,60
Bangunan 19594 6,16
Perdagangan 74052 23,30
Hotel 2004 0,63
Restoran 22404 7,05
Angkutan 11734 3,69
Jasa angkutan 1345
0,42 Komunikasi 4745
1,49 Keuangan 6789
2,14 Jasa-jasa 88456
27,83 Total 317858
100
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002.
5.2. Analisis Keterkaitan 5.2.1. Keterkaitan ke Depan
Keterkaitan output ke depan dibagi menjadi dua bagian, yang pertama yaitu keterkaitan output langsung ke depan, dan yang kedua adalah keterkaitan
output langsung dan tidak langsung ke depan. Untuk keterkaitan output langsung ke depan dapat diperoleh dari nilai koefisien teknis sedangkan untuk nilai
keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan dapat diperoleh dari matrik kebalikan Leontief terbuka dimana rumah tangga sebagai eksogenus dari
model. Tabel 5.5. Keterkaitan Output ke Depan Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun
2002. Keterkaitan ke Depan
Sub Sektor Pariwisata Langsung LangsungTidak
Langsung 1. Hotel
2. Restoran 3. Jasa Angkutan
0,0104 0,1163
0,0973 1,0183
1,2046 1,1309
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, Klasifikasi 13 Sektor diolah.
Dari tabel 5.5 diatas, dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar adalah sub sektor restoran
yang memiliki nilai sebesar 0,1163. Nilai keterkaitan tersebut menunjukkan keterkaitan langsung ke depan dari sektor tersebut terhadap sektor-sektor ekonomi
lainnya termasuk dengan sektor itu sendiri. Adapun arti keterkaitan output langsung ke depan dari sektor restoran adalah setiap satu satuan nilai output sektor
restoran dialokasikan kepada sektor lainnya maupun sektor restoran itu sendiri sebesar 0,1163 satuan.
Apabila nilainya dibandingkan dengan keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan pada semua sektor
perekonomian Kota Bogor memiliki nilai yang lebih dari satu. Nilai yang lebih dari satu tersebut terjadi karena disamping keterkaitan tahap pertama keterkaitan
langsung, pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ini sudah diperhitungkan keterkaitan pada tahap kedua dan seterusnya yang disebabkan oleh keterkaitan
tahap pertama tadi. Sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
depan yang paling tinggi adalah sektor restoran yaitu dengan nilai sebesar 1,2046. Hal ini mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan
akhir pada sektor restoran tersebut sebesar satu satuan, maka kenaikan output dari sektor restoran itu sendiri secara langsung dan tidak langsung akan meningkat
sebesar 1,2046. Besarnya nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor
restoran apabila dibandingkan dengan sektor hotel dan sektor jasa angkutan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor restoran memiliki peranan yang penting dalam
memberikan ketersediaan output yang dihasilkannya untuk digunakan sebagai input oleh sektor yang lainnya maupun kepada sektor itu sendiri di Kota Bogor
apabila dibandingkan dengan kedua sub sektor pariwisata lainnya.
5.2.2. Keterkaitan Ke Belakang
Nilai keterkaitan
input ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor dari sektor lain ataupun sektor itu
sendiri jika terjadi kenaikan permintaan akhir jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu unit moneter.
Tabel 5.6. Keterkaitan ke Belakang Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002. Keterkaitan ke Belakang
Sub Sektor Pariwisata Langsung LangsungTidak
Langsung 1. Hotel
2. Restoran 3. Jasa angkutan
0,3037 0,2938
0,3593 1,4505
1,4315 1,4967
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, Klasifikasi 13 Sektor diolah.
Dari tabel 5.6, terlihat bahwa keterkaitan langsung ke belakang sektor pariwisata yang terbesar adalah sektor jasa angkutan yaitu sebesar 0,3593.
Kemudian di posisi kedua yaitu sektor hotel yang memiliki nilai sebesar 0,3037. Nilai keterkaitan tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pada
permintaan akhir pada sektor-sektor tersebut sebesar satu satuan, maka sektor yang bersangkutan memerlukan input dari sektor lainnya termasuk sektor itu
sendiri sebesar nilai keterkaitannya. Adapun pengertian dari keterkaitan sektor jasa angkutan adalah apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada
sektor jasa angkutan sebesar satu satuan, maka sektor jasa angkutan tersebut akan memerlukan input dari sektor-sektor yang lainnya termasuk sektor itu sendiri
sebesar 0,3593. Sektor pariwisata yang memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak
langsung ke belakang paling tinggi adalah sektor jasa angkutan yakni nilainya yaitu sebesar 1,4967 satuan. Nilai tersebut mengandung pengertian bahwa apabila
terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor jasa angkutan tersebut sebesar satu satuan, maka sektor jasa angkutan tersebut akan membutuhkan input dari
sektor-sektor yang lainnya dan termasuk dari sektor jasa angkutan itu sendiri sebesar 1,4967.
Apabila dibandingkan dengan nilai keterkaitan ke depan, maka sektor restoran memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang lebih tinggi. Hal itu
menunjukkan bahwa sektor pariwisata lebih banyak berperan sebagai sektor yang membutuhkan input dari sektor lain daripada outputnya dibutuhkan oleh sektor
yang lainnya. Output sektor pariwisata ini cenderung dijadikan sebagai permintaan akhir atau dengan kata lain output sektor pariwisata ini dikonsumsi
langsung. Semakin besarnya nilai keterkaitan ke belakang suatu sektor menunjukkan
bahwa sektor tersebut masih bergantung pada sektor yang dihasilkan oleh Kota Bogor sendiri. Sedangkan semakin kecil nilai keterkaitan ke belakang suatu
sektor, maka sektor tersebut sangat bergantung pada impor. Ketergantungan terhadap impor menunjukkan kerentanan sektor tersebut terhadap perkembangan
ekonomi global.
5.3. Analisis Penyebaran 5.3.1. Koefisien Penyebaran