Ergonomi SMK Jajaka Bartim: Materi Belajar Ilmu Kesehatan 2

Bab 15: Kesehatan Kerja 357 maka hal-hal yang mengatur antara manusia sebagai tenaga kerja dan peralatan kerja atau mesin juga berkembang menjadi cabang ilmu tersendiri. Sehingga dewasa ini, batasan ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan pelengkapan kerja dengan kondisi dan kemampuan manusia, sehingga mencapai kesehatan kerja dan produktivitas kerja yang optimal. Dari batasan ini terlihat bahwa ergonomi tersebut terdiri dari dua sub sistem, yakni: sub sistem peralatan kerja,, dan sub sistem manusia. Sub sistem manusia ini terdiri dari bagian-bagian yang lain di antaranya: psikologi, latar belakang sosial, dan sebagainya. Oleh sebab itu, tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja. Di berbagai negara tidak menggunakan istilah ergonomi, misalnya di negara-negara Skandinavia menggunakan istilah “Bioteknologi”. Sedangkan di negara-negara lain seperi Amerika Utara menggunakan istilah “Human Factors Engineering”. Meskipun istilah ergonomi di berbagai negara berbeda-beda namun mempunyai misi tujuan yang sama. Dua misi pokok ergonomi adalah: 1. Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang menggunakan. Kondisi tenaga kerja ini bukan saja aspek fisiknya saja ukuran anggota tubuh: tangan kaki, tinggi badan, tetapi juga kemampuan intelektual atau berpikirnya. Cara meletakkan dan penggunaan mesin otomatis dan komputerisasi di suatu pabrik misalnya, harus disesuaikan dengan tenaga kerja yang akan mengoperasikan mesin tersebut, baik dari segi tinggi badan dan kemampuannya. Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh ergonomi adalah mencegah kelelahan tenaga kerja yang menggunakan alat-alat tersebut. 2. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut sudah cocok, maka kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien. Hasil suatu proes kerja yang efisien berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama ergonomi ialah: mencegah kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisienan kerja meningkatkan produksi kerja. Di samping itu, ergonomi juga dapat mengurangi beban kerja, karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja. Apabila dalam Bab 15: Kesehatan Kerja 358 menyelesaikan pekerjaan orang tidak memerlukan peralatan, bukan berarti ergonomi tidak berlaku. Dalam hal ini ergonomi dapat berlaku, yakni bagaimana mengatur cara atau metode kerja sehingga meskipun hanya dengan meggunakan anggota tubuh saja pekerjaan itu dapat terselesaikan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan. Misalnya bagaimana cara mengangkat beban berat secara ergonomis, dapat dilakukan menurut prosedur sebagai berikut: 1. Beban yang akan diangkat harus dipegang tepat dengan semua jari-jari. 2. Punggung harus diluruskan, beban harus diambil otot tungkai keseluruhan. 3. Kaki diletakkan pada jarak yang enak, sebelah kaki di belakang beban sekitar 60 derajat ke sebelah, dan kaki yang satunya diletakkan di samping beban menuju ke arah beban yang akan diangkat. 4. Dagu ditarik ke belakang agar punggung dapat tegak lurus. 5. Berat badan digunakan untuk mengimbangi berat badan. 6. Lengan harus dekat dengan badan. Ergonomi juga dapat digunakan dalam mengkaji dan menganalisis faktor manusia dan peralatan kerja atau mesin dalam kaitannya dengan sistem produksi. Dari kajian atau analisis tersebut akan dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada manusia, dan yang mana yang diberikan kepada mesin. Beberapa prinsip ergonomi di bawah ini antara lain dapat digunakan sebagai pegangan dalam program kesehatan kerja. 1. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin macam gerak, arah, kekuatan, dan sebagainya. 2. Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar, serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil, misalnya: tempat duduk yang dapat dinaikturunkan, dan dimajukan atau diundurkan. 15.7. Psikologi Kerja Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab stres di lingkuingan kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: Bab 15: Kesehatan Kerja 359 1. Faktor internal, yakni dari dalam diri pekerja itu sendiri, mislanya: kurangnya percaya diri dalam melakukan pekerjaan, kurangnya kemampuan atau keterampilan dalam melakukan pekerjaan, dan sebagainya. 2. Faktor eksternal, yakni faktor lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial masyarakat kerja. Lingkungan fisik yang sering menimbulkan stres kerja antara lain: tempat kerja yang tidak higienis, kebisingan yang tinggi, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan manusia sosial yang sering menimbulkan stres adalah pimpinan yang otoriter, persaingan kerja yang tidak sehat, adanya klik-klik di lingkungan kerja, dan sebagainya. Oleh sebab itu, untuk mencegah dan mengelola stres di lingkungan kerja tersebut juga diarahkan kedua faktor tersebut. Untuk para pekerja dilakukan pelatihan-pelatihan yang akhirnya juga dapat meningkatkan pecaya diri dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Sedangkan intervensi stres akibat faktor eksternal dengan meningkatkan higiene dan kondisi lingkungan kerja serta meningkatkan hubungan antar manusia HAM.

15.8. Kecelakaan Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama seperti telah diuraikan di atas, yakni faktor fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja. Sumakmur 1989 membuat batasan bahwa kecelakan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. ◄ Gambar 17.3. Pemakaian sarung tangan karet untuk melindungi kulit tangan dari bahan kimia Bab 15: Kesehatan Kerja 360 Hubungan kerja atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni: 1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan. 2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga mencakup kecelakaan–kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transpor ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni: 1. Perilaku pekerja itu sendiri faktor manusia, yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada, 85 dari kecelakaan yang terjadi disebabkan karena faktor manusia ini. 2. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau “unsafety condition”, misalnya: lantai licin, pencahyaan kurang, silau, mesin yang terbuka, dan sebagainya. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional ILO, kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni: ▲ Gambar 17.4. Penyimpanan bahan-bahan kimia berbahaya harus sesuai aturan agar tidak mengganggu kesehatan