BAB 1 PENDAHULUAN
1.I Latar belakang
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit bersifat kronis-residif yang diperantarai oleh sistem imun, melibatkan daerah kulit, kulit kepala, kuku dan
persendian dengan gejala klinis berupa plak eritematosa yang berbatas tegas dalam berbagai ukuran yang ditutupi oleh skuama yang tebal berwarna
keperakan.
1-3
Gejala fisik yang dapat dijumpai berupa kulit mudah teriritasi, lebih sensitif, gatal, terbakarmenyengat, mudah berdarah dan nyeri yang frekuensi
gejalanya berbeda berdasarkan tipe psoriasisnya. Psoriasis dialami sekitar 2-3 dari populasi di dunia, dimana insidensi antara
laki-laki dan perempuan adalah sama.
4,5
1,2,6
Data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa 150.000 kasus baru diobservasi setiap tahunnya, mengenai hampir 2,2
dari populasi Amerika Serikat.
2,6
Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui, namun di Rumah Sakit Umum Pusat Negeri Dr.Cipto
Mangunkusumo selama tahun 1997 sampai 2001, insidensi psoriasis mencapai 2,6.
7
Sedangkan berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari-Desember 2011, menunjukkan bahwa dari
5644 orang pasien yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin sebanyak 64 pasien 1,13 di diagnosis menderita psoriasis. Dari jumlah tersebut
37 pasien 57,8 berjenis kelamin laki-laki dan 28 pasien 42,2 berjenis kelamin perempuan. Data rekam medik RSUP H. Adam Malik periode Januari-
Desember 2012 dari total 5342 orang yang datang berobat ke Poliklinik
Universitas Sumatera Utara
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 36 pasien 0,67 didiagnosis sebagai psoriasis vulgaris. Berdasarkan jumlah tersebut didapatkan 22 pasien
61,1 adalah laki-laki dan 14 pasien 38,9 adalah perempuan. Psoriasis umumnya tidak menular dan mengancam jiwa, namun penyakit ini
memiliki dampak pada penderitanya yang dapat dilihat melalui dampak negatif yang signifikan terhadap kualitas hidup, dengan melibatkan berbagai aspek
dalam kehidupan mencakup efek fisik, psikologis, psikososial dan emosional. Kualitas hidup merupakan suatu konsep multidimensi yang sulit untuk
dijabarkan dan dinilai. Namun menurut Grill dan Feinstein’s kualitas hidup mencakup bagaimana reaksi pasien terhadap kondisi kesehatan dan aspek non-
medis kehidupannya.
1,8
9
Perluasan dan perkembangan dari pandangan tentang kesehatan dari world of health organization WHO, dimana sehat tidak hanya
bebas dari penyakit, tetapi individu juga harus mampu menjalani hidup secara produktif dan dapat menikmatinya.
Sebagian besar pasien akan mengalami masalah psikologis yang terkait dengan penampilan fisik karena inflamasi yang terjadi pada kulitnya berupa bercak yang
dapat dilihat, sehingga pasien merasa malu dengan penampilannya. Adanya stigma yang berkembang dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya suatu
penolakan dan penarikan diri pasien dari lingkungan sosial. Selain itu juga memberikan dampak negatif dalam hubungan personal, pekerjaan dan karir yang
dapat dilihat dengan meningkatnya angka pengangguran.
10
Finlay menyatakan pasien psoriasis mengalami penurunan kualitas hidup sama halnya atau bahkan lebih buruk dari pasien penyakit kronis, seperti penyakit
jantung dan diabetes. Dalam hal ini pasien psoriasis merasakan adanya suatu
4,5
Universitas Sumatera Utara
stigma yang telah berkembang dalam masyarakat oleh suatu keadaan, di mana dengan sendirinya akan berkonstribusi pada ketidakmampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya menyebabkan depresi dan bunuh diri yang dapat ditemukan lebih dari 5 pasien.
Dokter dalam menangani pasien psoriasis, harus mempertimbangkan aspek fisik dan psikologis pasien serta menggunakan pendekatan yang beragam dalam
menangani penyakit ini, mencakup pelayanan medis yang berfokus pada kedua aspek tersebut. Dengan demikian penilaian dokter terhadap luasnya penyakit
berdasarkan keparahan klinis saja mungkin tidak cukup, namun diperlukan pendekatan yang lebih menyeluruh terhadap kualitas hidup pasien.
11,12
Pada pembahasan mengenai dampak penyakit psoriasis, sering dikaitkan dengan kualitas hidup pasien. Memperbaiki kualitas hidup setidaknya sama
pentingnya dengan perbaikan pada skor lesi dan keberhasilan dalam pengobatan. Sehingga dengan meningkatkan kualitas hidup, akan membantu membangun
suatu hubungan dokter dan pasien untuk memberikan suatu kontrol yang lebih baik, pada keseluruhan aspek penyakit.
8
Beberapa pertimbangan utama dalam memahami dan meningkatkan kualitas hidup adalah: memahami bagaimana pandangan pasien sendiri terhadap dampak
dari penyakitnya, mengidentifikasi hasil yang relevan selain lesi, membantu dokter dalam memahami tentang keadaan pasien dan penyakitnya, membantu
tenaga medis dalam mengidentifikasi seberapa besar kepentingan yang dapat dilakukan untuk pasien, pengobatan yang diberikan dapat memperbaiki lesi kulit
psoriasis dan dalam uji klinis dapat memberikan perbaikan yang berarti dengan perencanaan pengobatan yang sesuai untuk pasien.
13
13
Universitas Sumatera Utara
Beberapa alat ukur telah digunakan untuk menilai kualitas hidup pada pasien psoriasis. Dermatology Life Quality Indexmerupakan salah satu instrumen yang
menilai kualitas hidup yang spesifik dalam dermatologi yang dirancang oleh Finlay AY dan paling luas digunakan. Pengukuran yang spesifik dalam
dermatologi ini digunakan untuk membandingkan dampak berbagai penyakit kulit dan pengukuran perubahan sebelum dan setelah intervensi pada penyakit kulit.
Skor Psoriasis Area and Severity Index PASI merupakan kriteria pengukuran derajat keparahan atau perbaikan klinis yang paling sering digunakan
pada psoriasis, pada uji klinis. Metode ini praktis dan cepat, namun memiliki variabilitas yang tinggi. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Fredriksson
dan Pettersson 1978, sebagai hasil pengukuran dalam percobaan klinis pada retinoid oral.
14
Beberapa penelitian menyatakan bahwa pasien psoriasis dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidupnya yang meliputi aspek fisik,
psikologis dan psikososial, dengan menggunakan alat ukur yang berbeda.
15-19
1
Pada suatu survei National Psoriasis Foundation NPF tahun 1998 di Amerika,
dijumpai hampir 79 pasien psoriasis percaya bahwa psoriasis dengan derajat sedang sampai berat memiliki dampak negatif terhadap kualitas hidupnya, dengan
adanya perubahan dalam kegiatan sehari-hari. Rapp dkk. menyatakan pasien psoriasis yang mengalami gangguan fungsi fisik
dan mental adalah sama dengan penderita pada penyakit gangguan sistemik lainnya seperti kanker, artritis, penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan depresi,
seperti yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Finlay.
4,14,20
21
Universitas Sumatera Utara
Krueger dkk. menyatakan pasien psoriasis yang umurnya lebih muda memiliki beban psikologis yang lebih tinggi dibandingkan pada umur tua. Penelitian yang
serupa di Eropa menyatakan pasien yang sudah menikah dan berumur lebih tua menunjukkan sedikit penurunan kualitas hidup dibandingkan dengan penderita
umur muda dan tinggal sendirian. Penelitian yang dilakukan oleh Schmid-Ott dkk. di Jerman, dari 3753 peserta,
ditemukan 47 dari pasien lebih sering menganti pakaian, 44 lebih sering mandi dari biasanya, 35 merasa terganggu dengan aktivitas olahraganya, 29
dijumpai masalah ketika berada di penata rambut, 21 masalah yang timbulkan pada tempat pemandian umum, dan 23 mempengaruhi kehidupan seksual
pasien.
22
Pearce menyatakan pasien psoriasis mengalami dampak negatif yang signifikan terhadap aspek fisik dan psikologis di lingkungan tempat kerja, yang
diukur dengan menggunakan skala yang telah divalidasi mencakup Work Productivity Assessment Index WPAI, SF-8, Hospital Anxiety and Depression
HADS dan berdasarkan catatan medis yang laluriwayat psoriasis.
23
Gangguan dermatologis sering dikaitkan dengan ko-morbiditas gangguan psikiatri seperti yang dikemukakan oleh Gupta dan Gupta sekitar 30 dari semua
pasien gangguan dermatologis mengalami gangguan psikiatri, dimana yang paling sering adalah depresi.
24
25
Schmitt dan Ford, pada studi skrining 265 pasien psoriasis dengan gejala depresi dijumpai 32 dari pasien dengan skrining positif
depresi.
26
Penelitian yang dilakukan Picardi dkk. menyatakan pentingnya untuk menilai ko-morbiditas psikiatri pada pasien psoriasis.
27
Universitas Sumatera Utara
Penilaian kuantifikasi dampak psoriasis pada kualitas hidup, dan diikuti dengan penilaian keparahan klinis, seperti telah dibuktikan pada beberapa
penelitian, dapat memberikan ukuran kemanjuran klinis dalam terapi dermatologis, karena hal ini merupakan konsep yang penting dari keberhasilan
pengobatan psoriasis dalam memperbaiki secara keseluruhan morbiditas psikologis dan psikososial yang terkait dengan penyakitnya.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa psoriasis dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dari berbagai aspek kehidupan baik secara
fisik, psikologis dan psikososial. Peneliti berminat melakukan penelitian mengenai hubungan skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris, oleh
karena sejauh ini penelitian mengenai hal tersebut belum pernah dilaksanakan di RSUP. Haji Adam Malik Medan .
8
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum : Untuk menilai hubungan skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis
vulgaris
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Tujuan khusus: a. Mengetahui karakteristik demografi pasien psoriasis vulgaris berdasarkan
jenis kelamin, umur, status pekerjaan, status pernikahan, durasi penyakit, keluhan pasien dan lokasi lesi.
b. Mengetahui kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris berdasarkan skor DLQI
c. Menilai hubungan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris berdasarkan jenis kelamin, umur, status pekerjaan, status pernikahan, durasi penyakit,
keluhan gatal dan lokasi lesi.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Dalam bidang akademikilmiah:
Membuka wawasan mengenai skor PASI dan dampak negatif yang
signifikan terhadap kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris.
1.5.2 Untuk dokter : Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dokter, dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien psoriasis, supaya tidak hanya memberikan pengobatan saja, namun juga harus melakukan
pendekatan multidimensi yang mencakup aspek fisik, psikologis dan psikosial untuk meningkatkan kualitas hidup pasien agar memperoleh hasil
yang maksimal 1.5.3 Dalam pengembangan penelitian:
Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya dalam menilai kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA