Alat dan Bahan serta Cara Kerja

3.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.7.1 Kriteria inklusi : a. Pasien yang didiagnosis secara anamnesis dan klinis sebagai psoriasis vulgaris b. Umur diatas 16 tahun c. Bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent 3.7.2 Kriteria eksklusi : a. Wanita hamil dan menyusui b. Pasien psoriasis yang menderita penyakit kulit kronis lain dermatitis atopi, vitiligo, kanker kulit dan urtikaria. c. Pasien psoriasis yang menderita penyakit lain kanker, artritis, hipertensi, jantung koroner dan diabetes melitus d. Pasien psoriasis yang menderita gangguan psikiatri ansietas dan depresi.

3.8 Alat dan Bahan serta Cara Kerja

3.8.1Alat dan Bahan a. Formulir informasi penelitian. b. Persetujuan mengikuti penelitian. c. Status penelitian. d. Kuisioner DLQI Universitas Sumatera Utara 3.8.2 Cara Kerja a. Pensahihan terjermahan kuisioner DLQI asli dalam versi bahasa Inggris ke dalam versi bahasa Indonesia. b. Pengujian validitas dan reabilitas kuisioner DLQI: Kuisioner DLQI yang telah diterjermahkan ke dalam versi bahasa Indonesia ini, kemudian diuji cobakan kepada 10 orang pasien psoriasis vulgaris. Pasien psoriasis vulgaris yang telah mengikuti pengujian ini, tidak diikut sertakan lagi sebagai sampel dalam penelitian ini. Setelah pengisian kuisioner DLQI oleh 10 orang pasien psoriasis vulgaris ini, maka dilakukan pengujian validitas dan reabilitas kuisioner DLQI tersebut. 1. Uji validitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai, yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antar variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis reability dengan melihat nilai correlation corrected item. 2. Uji Reabilitas Reabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode α Cronbach’s, yaitu menganalisis alat ukur dari satu kali pengukuran. Pertanyaan kuisioner dikatakan reliabel, jika jawaban Universitas Sumatera Utara responden terhadap pertanyaan tersebut adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Nilai α Cronbach, 0,909 0,07 yang diperoleh dari hasil uji validitas dan reabilitas pada kuisioner DLQI ini menunjukkan bahwa kuisioner ini sudah valid. c. Pengisian persetujuan setelah penjelasan Informed consent oleh pasien. d. Pencatatan data dasar : Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Poliklinik Ilmu KesehatanKulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan. Pencatatan data dasar meliputi identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaaan dermatologi. e. Diagnosis klinis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan. f. Penentuan skor PASI. Cara menentukan skor PASI : Tubuh pasien dibagi atas 4 area yaitu: kepala dan leher, ekstremitas badan dan ekstremitas bawah. Diberi skor 0-4 untuk tingkat eritema, ketebalan lesi dan skuama, dimana skor 0 = tidak ada; 1 = ringan; 2= sedang; 3 = berat; 4 = sangat berat. Dijumlahkan pada setiap area sehingga diperoleh nilai A1 untuk kepala, A2 untuk ekstremitas atas, A3 untuk badan, A4 untuk ekstremitas bawah. A1 dikalikan dengan faktor pengali 0,1 untuk mendapatkan nilai B1, A2 dengan 0,2 untuk mendapatkan nilai Universitas Sumatera Utara B2, A3 dengan 0,3 untuk mendapatkan nilai B3, A4 dengan 0,4 untuk mendapatkan nilai B4. Kemudian dikalikan dengan skor 0-6 yang menggambarkan luas area tubuh yang terlibat, dengan nilai 0= 0; 1= 10 ; 2= 10 - 30; 3= 30 - 50; 4= 50 - 70; 5= 70 - 90; 6= 90 – 100. Sehingga didapatkan nilai C1,C2,C3,C4. Skor PASI adalah total nilai C1+C2+C3+C4 h. Pengisian kuesioner DLQI oleh pasien Pasien psoriasis vulgaris melakukan pengisian kuisioner untuk menilai kualitas hidup penderita berdasarkan DLQI terdiri dari 10 pertanyaan yang mencakup, gejala dan perasaan, aktivitas sehari- hari, aktivitas diwaktu luang, aktivitas sewaktu bekerja atau sekolah, hubungan personal, dan pengobatan. i. Penilaian kuesioner DLQI oleh peneliti Skor DLQI dari setiap pertanyaan yang dijawab adalah: skor 3= sangat banyak; skor 2= banyak; skor 1= sedikit; dan skor 0= tidak ada, atau bila pertanyaan tidak dijawab, dan tidak relevan, untuk pertanyaan nomor 7 bila menghalangi bekerja atau belajar maka skornya 3, sehingga diperoleh skor seluruhnya berkisar 0-30. Semua pertanyaan ini dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap kehidupan pasien. Semakin tinggi skornya, maka semakin besar berpengaruh terhadap kehidupan pasien, dengan demikian kualitas hidupnya semakin buruk Universitas Sumatera Utara 3.9Definisi Operasional 3.9.1 Psoriasis vulgaris: Penyakit peradangan kulit yang bersifat kronik residif, yang diperantarai sistem imun dengan karakteristik plak eritematosa yangditutupiskuama tebal berwarna putih keperakandengan predileksi pada daerah kulitkepala, garis perbatasan kepala dan rambut, ekstremitas ekstensor, batang tubuh dan lumbosakral disertai hasil pemeriksaan fenomena tetesan lilin dan tanda Auspitz yang menunjukkan hasil positif. a. Pemeriksaan fenomena tetesan lilin : skuama yang digores dengan pinggir kaca objek secara perlahan akan membentuk garis berwarna putih seperti tetesan lilin. b. Tanda Auspitz : skuama yang diangkat dengan menggunakan ujung gelas objek menimbulkan bintik- bintik perdarahan. 3.9.2 Skor Psoriasis Area and severity Index PASI : Merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menilai derajat keparahan psoriasis berdasarkan eritema, ketebalan lesi, skuama, serta area dan luas tubuh yang terlibat. 3.9.3 Kualitas hidup QoL: Reaksi pasien terhadap kondisi kesehatannya serta aspek non- medis kehidupannya, dimana sehat tidak hanya bebas dari penyakit, tetapi individu juga mampu menjalani hidup secara produktif dan dapat menikmatinya Universitas Sumatera Utara 3.9.4 Dermatology life quality Index DLQI Merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas hidup pada pasien psoriasis. DLQI terdiri dari 10 butir, dimana jawaban kuisioner diberikan dalam 4 skala penilaian yaitu skor 0= tidak ada; atau bila pertanyaan tidak dijawab, dan tidak relevan, skor 1= sedikit; skor 2= banyak; dan skor 3= sangat banyak. Untuk pertanyaan nomor 7 bila menghalangi bekerja atau belajar maka skornya 3. DLQI ini mencakup atas 6 subskala penilaian yaitu gejala dan perasaan, aktivitas sehari-hari, waktu luang, kerja dan sekolah, hubungan personal dan pengobatan. 3.9.5 Interpretasi kualitas hidup berdasarkan nilai DLQI Nilai DLQI yang diperoleh berkisar 0-30, dengan interpretasi hasil penilaian adalah; a. 0-1 = tidak berpengaruh terhadap kehidupan pasien b. 2-5 = sedikit berpengaruh terhadap kehidupan pasien c. 6-10 = berpengaruh sedang terhadap kehidupan pasien d. 11-20 = sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien e. 21-30 = amat sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien 3.9.6 Umur Umur subjek penelitian adalah diatas 16 tahun. Umur dihitung berdasarkan tanggal lahir, sampai subjek terlibat dalam penelitian, apabila lebih dari 6 bulan, umur dibulatkan keatas dan apabila kurang dari 6 bulan, umur dibulatkan kebawah. Universitas Sumatera Utara 3.9.7 Pekerjaan Kegiatan atau tugas yang dilakukan sehari-hari untuk mencari nafkahuang untuk membiayai kebutuhan hidup yang dipastikan dari KTP atau data diri lainnya. 3.9.8 Status Pernikahan Merupakan status pernikahan yang diakui oleh subjek penelitian berdasarkan anamnesis dan dipastikan dari KTP atau data diri lainnya. 3.9.9 Durasi Penyakit Rentang waktu dari sejak subjek penelitian diketahui menderita psoriasis vulgaris sampai dengan waktu penelitian. Pada penelitian ini data diambil berdasarkan anamnesis. 3.9.10 Lokasi lesi digolongkan berdasarkan daerah terbuka dan daerah tertutup, dimana batasan daerah terbuka; wajah, kepala, serta daerah tangan dan kaki bagian bawah. Daerah tertutup; badan, punggung serta tangan dan kaki bagian atas. 3.9.11 Dermatitis atopi Penyakit kulit kronis yang berhubungan dengan abnormalitas fungsi barier kulit dan sensitisasi alergen. Diagnosis berdasrkan penemuan klinis yang digambarkan oleh kriteria Hanifin dan Rajka. 3.9.12 Vitiligo Penyakit kulit kronis dengan predisposisi multifaktorial yang menyebabkan kehilangan melanosit epidermal. Penyebab pasti belum diketahui, beberapa teori termasuk autoimun, sitotoksik, biokimia, Universitas Sumatera Utara neural dan mekanisme virus menyebabkan destruksi melanosit epidermal. Ditandai oleh makula depigmentasi yang meluas secara lambat, dan kejadian perkembangan lesi baru. 3.9.13 Penyakit keganasan Penyakit yang ditandai dengan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali, dimana termasuk didalamnya adalah tumor-tumor ganas. Jika ada kecurigaan dari anamnesis dirujuk ke bagian yang terkait. 3.9.14 Urtikaria Penyakit kulit kronis dengan lesiu kulit urtika dan reaksi peradangan berupa edema intrakutan lokalisata yang dikelilingi oleh area kemerahan eritema yang gatal. Dapat disebabkan oleh obat-obatan, makanan, berhubungan dengan mekanisme alergi yang tergantung IgE, atau faktor-faktor metabolik. 3.9.15 Artritis Penyakit autoimun yang mengakibatkan peradangan kronis pada sendi, yang ditandai dengan radang pada membaran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. Umumnya menyerang sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut dan kaki. Jika ada kecurigaan dari anamnesis maka akan dirujuk ke bagian penyakit dalam. Universitas Sumatera Utara 3.9.16 Hipertensi Kondisi kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 14090 mmHg atau lebih. 3.9.17 Penyakit jantung koroner Penyakit yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah kecil yang mengalirkan darah dan oksigen ke jantung. Hal ini disebabkan oleh pembentukkan plak di dinding arteri, dengan gejala berupa nyeri dada, sesak nafas, dan mudah lelah setelah melakukan aktivitas fisik. Jika ada kecurigaan dari anamnesis dirujuk ke bagian kardiologi 3.9.18 Diabetes melitus Kelainan metabolik dengan penyebab multifaktorial, dengan simptom berupa hiperglikemia kronis disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin, dan transporter glukosa, atau keduanya. Ditandai dengan konsentrasi glukosa sewaktu 200mgdL atau glukosa plasma puasa ≥ 126 mgdL atau tes toleransi glukosa oral TTGO ≥ 200mgdL dan diagnosis ditegakkan oleh dokter spesialis penyakit dalam. 3.9.19 Ansietas Suatu perasaan yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan kadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan, yang dapat atau tidak brhubungan dengan rangsang Universitas Sumatera Utara eksternal. Pasien dengan gangguan ansietas sering kali tidak realistis atau tidak proporsional terhadap situasinya. Jika ada kecurigaan dari anamnesis maka dirujuk ke bagian psikiatri. 3.9.20 Depresi Gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, gangguan tidur, nafsu makan berubah dan energi rendah. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan dalam kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupannya. Bila dijumpai adanya kecurigaan dari anamnesis maka dirujuk ke bagian psikiatri. Universitas Sumatera Utara

3.10 Kerangka Operasional