Dengan demikian, maka terlihat jelas bahwa kegiatan investasi, dalam hal ini kegiatan investasi asing pada sektor pertambangan, merupakan kerjasama bisnis
yang saling memberikan keuntungan simbiosis mutualisme. Baik negara tujuan investasi host country sebagai penerima modal maupun investor asing sebagai
pemilik modal mendapatkan berbagai manfaat dari adanya kerjasama modal internasional yang dilakukan terutama ketika melakukan kegiatan investasi asing
secara langsung Foreign Direct Investment. Segala manfaat tersebut pada dasarnya telah diperhitungkan sejak awal melakukan kegiatan investasi sebagai
motivasi sekaligus tujuan untuk melakukan kegiatan penanman modal itu sendiri.
D. Pertimbangan Investor Asing Dalam Melakukan Investasi Pada Sektor Pertambangan Di Indonesia
Investor asing dalam melakukan kegiatan investasi pada sektor pertambangan di Indonesia diperngaruhi oleh beberapa faktor yang menurut Erman Rajagukguk
antara lain sebagai berikut:
60
a. Adanya kesempatan ekonomi economic opportunity seperti sumber daya
alam, ketersediaan bahan baku, pasar yang prospekif, upah buruh murah, insenif investasi, infrastruktur yang baik, dll
60
Erman Rajagukguk, Hukum Ekonomi Indonesia memperkuat Persatuan Nasional, Mendorong Hukum Nasional VIII, Bali 14-18 Juli 2003, Buku 3, Jakarta: Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 2004, hlm. 252256.
Universitas Sumatera Utara
b. Stabilitas politik political stability ; politik yang stabil, kesadaran
berpolitik tinggi, dll c.
Kepastian hukum legal certainty ; kepastian substansi hukum, kepastian dalam pelaksanaan putusan pengadilan, judicial corruption, dll
Mohammad Ikhsan mengemukakan pandangan mengenai faktor pendorong kegiatan investasi asing secara umum antara lain terkait iklim investasi yang di
pengaruhi oleh 3 komponen utama :
61
a. Kelompok kebijakan Pemerintah yang mempengaruhi biaya cost seperti
pajak, beban regulasi dan pungli, korupsi, infrastruktur, ongkos operasi, investasi perusahaan, dan investasi di pasar tenaga kerja
b. Kelompok yang mempengaruhi risiko yang terdiri dari stabilitas makro
ekonomi, stabilitas dan prediktabilitas kebijakan, property right, kepastian kontrak, dan hak transfer atas keuntungan.
c. Hambatan untuk kompetisi yang terdiri dari hambatan regulasi untuk masuk
dan keluar dari kegiatan bisnis, berfungsinya pasar keuangan dengan baik, infrastruktur yang baik, tersedia hukum persaingan yang efektif.
Dari semua faktor umum yang dijabarkan diatas dapat ditarik rumusan mengenai faktor pendorong masuknya investor asing pada sektor pertambangan di
Indonesia yang berkatian dengan faktor politik, faktor ekonomi serta faktor hukum. Ketiga komponen tersebut merupakan faktor-faktor yang apabila berhasil
61
Mohamad Ikhsan, Perbaiki Iklim Investasi, Pesan Bagi Pemerintah Baru, dari Artikel dalam Surat Kabar Kompas, edisi 31 Mei 2004.
Universitas Sumatera Utara
menunjukan kestabilannya maka akan menarik investor untuk masuk dan melakukan kegiatan penanaman modal asing dalam sektor pertambangan di
Indonesia. a.
Faktor Politik Secara umum telah dijelaskan bahwa faktor politik merupakan salah satu
faktor pendorong investor masuk ke suatu negara untuk berinvestasi, demikian pula halnya dengan kondisi politik Indonesia merupakan salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan bagi investor untuk masuk dan menanamkan modalnya dalam sektor pertambangan. Stabilitas politik menentukan kebijakan Pemerintah untuk hal-hal
yang berkaitan dengan dunia usaha. Sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Sondang P. Siagian:
“Jika suatu negara hendak mmengundang investor asing dalam rangka pembangunan ekonominya, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yakni: 1 Bahwa kesyahan legality Pemerintah yang sedang berkuasa harus berada pada tingkat yang tinggi, oleh karena kesyahan yang tinggi tersebut
diduga akan menjamin kontinuitas dari Pemerintahan yang bersangkutan. 2 Pemerintah harus dapat menciptakan suatu iklim yang merangsang untuk
penanaman modal asing tersebut. Artinya bahwa kepada para penanam modal asing harus diberikan kepada mereka keuntungan yang wajar sebagaimana
halnya apabila modal tersebut ditanam di tempat lain, baik di negara asalnya sendiri maupun di negara lain. 3 Pemerintah perlu memberi jaminan kepada
para penanam modal asing tersebut, bahwa dalam hal terjadinya goncangan politik di dalam negeri, maka modal mereka akan dapat dikembalikan kepada
pemiliknya dan badan usaha mereka tidak dinasionalisasi. 4 Pemerintah harus dapat menunjukkan bahwa Pemerintah itu mempunyai kesungguhan dalam
memperbaiki administrasi negaranya, agar supaya dalam hubungannya dengan penanam modal asing itu, maka permintaan izin dan hal lain yang menyangkut
pembinaan usaha tidak mengalami perubahan-perubahan birokratisme yang negative akan tetapi dapat berjalan lancar dan memuaskan.”
62
62
Pendapat Sondang P. Siagian dalam “Administrasi Pembangunan”, Jakarta: Gunung Agung, 1985, Cet Ke sebelas, hlm. 88.
Universitas Sumatera Utara
Apabila dicermati maka pandangan tersebut di atas berpesan bahwa legitimasi dari Pemerintah merupakan titik sentral dari perhatian investor asing
secara umum sebagai bentuk kehati-hatian terhadap risiko yang akan dihadapi oleh investor. Walaupun sebenarnya dalam tatanan global berkaitan dengan resiko
nonkomersial non-commercial risk, sudah tersedia suatu pegangan bagi investor yakni ketentuan yang menyatakan bahwa risiko yang diakibatkan oleh masalah
politik suatu negara tidak termasuk ke dalam resiko bisnis ataupun FDI. Hal tersebut termuat di dalam isi konvensi Multilateral Investment Guarantee Agency
MIGA yang diprakarsai oleh Bank Dunia World Bank yang diturut ditandatangani oleh Indonesia berdasarkam Keputusan Presiden RI Nomor 1 Tahun
1986 tentang Pengesahan Convention Estabilishing The Multilateral Investment Guarantee Agency. Sebagai bentuk tanggung jawab MIGA atas kerugian yang
diderita oleh investor asing yang diakibatkan oleh faktor politik yang disepakati bukan salah satu resiko investasi asing, maka MIGA akan memberikan ganti rugi
kepada investor asing tersebut.
63
Namum demikian, para investor asing yang hendak menjalin kerja sama untuk melakukan kegiatan penanaman modal asing pada sektor pertambangan di
Indonesia tetap memperhatikan keadaan politik Indonesia apakah stabil atau tidak. Hal ini senantiasa dikaitkan dengan perbedaan budaya dari setiap negara di dunia,
dimana hal yang dianggap rancu merupakan hal yang wajar bagi negara lain.
63
Lihat A.F. Elly Erawati, “Meningkatkan Investasi Asing Di Negara-Negara Berkembang”, Kajian terhadap Fungsi dan Peran dari “The Multilateral Investment Guarantee
Agency”, Bandung: Pusat Studi Hukum Unpar, 1989, hlm. 30.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya: perang saudara yang relatif sering terjadi di negara sedang berkembang, namun di negara maju hal semacam itu barangkali tidak pernah terjadi. Maka
apabila perang saudara yang mengakibatkan kerusakan, penghancuran, keadaan tidak aman serta kerugian-kerugian lain yang diderita investor asing ketika
melakukan kegiatan penanaman modal asing secara langsung di wilayah konflik tersebut dianggap sebagai resiko investasi tentulah relatif sangat tidak adil bagi
investor asing. Investor asing memiliki kekhawatiran mengenai kepastian hukum terkait dengan hal birokrasi serta budaya hukum di negara tujuan investasi asing
dalam hal ini Indonesia, hal tersebut mengakibatkan investor lebih memilih untuk tidak mengambil resiko dengan menanamkan modalnya ke negara tujuan investasi
b. Faktor Ekonomi
Ekonomi dan politik pada hakikatnya tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya, stabilitas politik secara otomatis akan melancarkan pergerakan roda
perekonomian. Pelaku bisnis senantiasa membutuhkan ketenangan berusaha dengan harapan mendapatkan insentif dari Pemerintah Indonesia yang memadai,
peluang untuk berkembang dengan lingkungan dan karyawan serta mitranya secara baik sebagai faedah kegiatan penanaman modal asing yang berasal dari kegiatan
penanaman modal asing secara langsung pada sektor pertambangan di Indonesia dengan mendirikan badan usaha yang bergerak dalam industri pertambangan.
Faktor-faktor ekonomi yang dimaksud antara lain kedekatan dengan sumber daya alam; ketersediaan bahan baku; lokasi pertambangan yang cukup; tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
cukup tersedia dan standard upah yang relatif lebih murah; kondisi pasar yang prospektif; serta infrastruktur yang memadai. Sebagaimana yang telah diketahui
dan dipaparkan terdahulu bahwa potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonenesia yang memiliki daya tarik ialah keragaman dan kekayaan ekosistem.
64
Sebagian besar kekayaan itu berada di hutan konservasi dan hutan lindung seluas 54 juta hektar atau 30 persen dari total daratan Indonesia. Pada saat ini tercatat
Indonesia memiliki sekitar 27.500 spesies tumbuhan berbunga 10 persen dari seluruh tumbuhan dunia, 1.539 spesies burung 17 persen dari seluruh burung di
dunia, 515 spesies satwa mamalia 12 persen dari seluruh spesies reptilian di dunia, dan 270 spesies amfibia 16 persen dari seluruh amfibia di dunia. Secara
keseluruhan, Indonesia memiliki hutan seluas 120,343 juta hektar yang terbagi atas hutan konservasi seluas 20,5 juta hektar, hutan lindung seluas 33,519 juta hektar
dan hutan produksi seluas 33,519 juta hektar dan hutan produksinya seluas 66,324 juta hektar. Provinsi Papua mempunyai potensi sumber daya alam khususnya
bidang kehutanan.
65
Bagi sektor pertambangan, Indonesia memiliki potensi dan cadangan bahan galian nonlogam cukup besar yang menyebar hampir merata di seluruh
wilayah, antara lain gamping dengan cadangan terbesar, sekitar 12,75 miliar ton, granit 10,69 miliar ton, marmer 7,15 miliar ton, pasir kuarsa 4,48 miliar ton,
64
Lihat Hutan Lindung Tergusur Pertambangan, Kompas, Sabtu, 12 Juni 2002.
65
Untuk itulah Pemerintah Malaysia dan Brunei Darussalam berjanji mengajak dan mendorong para pengusahanya untuk berinvestasi di Papua. Kompas, Malaysia dan Brunei Dorong
Investor Ke Papua, 20 Juli 2002.
Universitas Sumatera Utara
dolomite 1,19 miliair ton, dan kaolin 723,56 juta ton. Sedangkan yang lain rata- rata-rata dibawah 500 juta ton. Selama tahun 2007 tercatat produksi gamping 79,99
juta ton, granit 8,15 ton, pasir kuarsa 3,02 juta ton, kaolin 407,72 ribu ton, bentonit 160,48 ribu ton, dolomite 201,13 ribu ton, fosfat 154,09 ribu ton, feldspar 43,02
ribut ton, dan marmer 68,77 ribu ton. Pendukung lainnya adalah ketersediaan sumber daya manusia di sektor pertambangan yang banyak, dan industri pemakai di
dalam negeri yang sangat besar.
66
c. Faktor Hukum
Selain faktor politik dan ekonomi tersebut diatas, terdapat faktor lain yang merupakan bahan pertimbangan bagi para investor asing yang hendak menanamkan
modalnya yang pada hakekatnya memiliki keterkaitan yang erat dengan kedua faktor sebelumnya, yakni kepastian hukum. Ketersediaan ketentuan hukum terkait
kegiatan penanaman modal asing pada sektor pertambangan di Indonesia dirasakan perlu sebagai penyesuaian dengan berbagai perjanjian multilateral, regional
maupun bilateral yang turut ditanda tangani oleh Pemerintah Indonesia. Kaidah- kaidah dalam perjanjian internasional tersebut perlu diadaptasi ke dalam hukum
nasional Indonesia sebagai bentuk persiapan untuk menghadapi persaingan global.
67
66
Sebagaimana dilaporkan oleh Harta Haryadi pada Perkembangan Dan Prospek Bahan Galian Nonlogam Indoneisa yang diakses pada
http:www.tekmira.esdm.go.idpublikasi?p=28 tanggal 12 Maret 2014 pukul 08:28 WIB.
67
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IVMPR1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004. Dalam bab IV tentang arah kebijakan,
Universitas Sumatera Utara
Dalam melakukan penegakan hukum law enforcement terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu: kepastian hukum rechtssicherheit atau legal
certainty, kemanfaatan zweckmassigkeit atau benefit, dan keadilan gerechtigkeit atau justice yang harus berjalan secara harmonis.
68
Apabila penegakan hukum hanya memperhatikan legal certainty semata, maka implementasinya dapat
mengabaikan benefit serta justice di masyarakat, begitu pula sebaliknya apabila salah satu unsur tersebut terlalu diutamakan, maka pelaksanaannya dapat
mengabaikan unsur-unsur lainnya.
69
1 Perpajakan Tax
Pada kegiatan investasi asing langsung pada sektor pertambangan khususnya di Indonesia terdapat ketentuan-ketentuan hukum yang harus dipenuhi.
ketentuan hukum dimaksud tidak hanya terbatas pada hukum investasi melainkan juga mengenai ketentuan-ketentuan lain yang bersinggungan dengan kegiatan FDI
yang dilakukan investor asing pada sektor pertambangan yang antara lain:
Dewasa ini dalam kegiatan usaha pada industri pertambangan, semua bentuk perjanjian pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi ada megatur tetnang
pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan kontraktor. Selain itu dapat saja kontraktor dikenakn pajak lainnya seperti pajak tanah misalnya. Dasar pengenaan
bagian b. tentang Ekonomi butir 27 disebutkan, tugas Pemerintah adalah melaksanakan secara proaktif negosiasi dan kerjasama ekonomi bilateral dan multilateral dalam rangka meningkatkan
volume dan nilai ekspor terutama dari sektor industri yang berbasis sumber daya alam, serta menarik investasi financial dan investasi langsung tanpa merugikan pengusaha nasional.
68
Lihat Soedikno Mertokusumo, Mengenai Hukum Suatu Pengantar, Cet-5, Yogyakarta, Liberty, 2005, hlm. 160-162.
69
David Kairupan, op. cit., hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
pajak penghasilan berbeda-beda dalam masing-masing bentuk perjanjian. Ada yang pengenaannya atas keuntungan profit, ada yang atas hasil produksi. Masalah ini
dibahas lebih lanjut ketika membahas masing-masing bentuk perjanjian.
70
2 Ketenagakerjaan
Perlakuann terhadap tenaga kerja harus sesuai dengan hukum ketenagakerjaan yan diatur secara tegas di dalam hukum positif yang berlaku di
host country. Tidak ada pembedaan perlakuan antara pekerja asing dengan pekerja lokal karena standard yang digunakan perusahaan asing yang berdiri di Indonesia
merupakan standard nasional yang tertuang jelas di dalam peraturang perundang- undangan terkait. Tidak seperti ketentuan investasi minimum
71
, persyaratan untuk menyusun rencana kerja pada kegiatan usaha pada sektor pertambangan ini disusun
sesuai dengan rencan kerja dan anggaran work program and budget yang secara umum rencana kerja dalam hal ini haru terlebih dahulu mendapatkan izin dari
negara ataupun perusahaan negara.
72
3 Perizinan
Sebagaimana negara melalui Pemerintah merupakan pihak yang memegang hak dan kewenangan atas pertambangan, maka segala kegiatan usaha yang
bergerak pada sektor pertambangan, sebelum mulai dilakuan, harus mengantongi
70
Lihat Rudi M. Simamora, op. cit., hlm. 49.
71
Ketentuan investasi minimum berlaku pada masa eksplorasi kegiatan pertambangan sedangkan untuk masa pengembangan dan produksi ketentuan investasi minimum tidak perlu
karena kontraktor pasti akan ingin sece patnya memproduksi minyak untuk segera dapat mengembalikan modal yang sudah ditanam dan mendapatkan keuntungan produksi, Rudi M.
Simamora, Ibid, hlm. 46
72
Ibid, hlm. 47.
Universitas Sumatera Utara
izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah setelah melewati tahapan-tahapan ataupun prosedur yang berlaku di Indonesia. Ada beberapa hal yang perlu untuk dipahami
menganai perizinan dalam konteks penanaman modal asing di Indonesia yang antara lain: 1 Pelayanan terpadu satu pintu; 2 Pelayanan terpadu satu pintu
bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal; 3 dilakukan oleh
lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang
memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi
atau kabupatenkota. 4
Pertanahan Hak negara menguasai bumi berada di sepanjang wilayah kedaulatannya
terdiri atas lapisan permukaan bumi dan di bawah permukaan perut bumi. Berdasarkan hak menguasai tersebut dikenal adanya bermacam-macam hak atas
permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain
serta badan-badan hukum.
73
Undang-Undang Penanaman Modal memberikan ketentuan mengenai perizinan hak atas tanah yang antara lain sebagai berikut:
74
73
Gatot Supromono, op. cit., hlm. 174.
74
Pasal 22 Undang-Undang Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
1. Kemudahan pelayanan danatau perizinan hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal;
a. HGU dapat diberikan dengan jumlah 95 sembilan puluh lima tahun
dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 enam puluh tahun dan dapat diperbarui selama 35 tiga puluh lima
tahun; b.
HGB dapat diberikan dengan jumlah 80 delapan puluh tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 lima
puluh tahun dan dapat diperbarui selama 30 tiga puluh tahun; c.
Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 tujuh puluh tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45
empat puluh lima tahun dan dapat diperbarui selama 25 dua puluh lima tahun.
2. Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diberikan dan
diperpanjang di muka sekaligus untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan antara lain:
a. penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait
dengan perubahan struktur perekenomian Indonesia yang lebih berdaya saing;
Universitas Sumatera Utara
b. penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang
memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan;
c. penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas;
d. penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan
e. penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat
dan tidak merugikan kepentingan umum. 3.
Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan
keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak. 4.
Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan sekaligus di muka dan yang dapat diperbarui sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 2 dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum,
menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pertanahan. Mahkamah Konstitusi MK menyatakan bahwa sebagian ketentuan Pasal
22 Undang-Undang Penanaman Modal UUPM bertentangan dengan konstitusi. Hal tersebut disampaikan dalam sidang pengucapan putusan perkara 21-22PUU-
Universitas Sumatera Utara
V2007. Pasar 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasca Putusan MK menjadi berbunyi:
75
1 Kemudahan pelayanan danatau perizinan hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal.
2 Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diberikan dan
diperpanjang untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan: a Penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan
perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing; b Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang
memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan; c Penanaman modal
yang tidak memerlukan area yang luas; d Penanaman modal yang dengan menggunakan hak atas tanah negara; e Penanaman modal yang tidak
mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum.
3 Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya
masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak.
75
Sebagaimana dilaporkan oleh Mahkamah Konstitusi RI yang diakses dari http:jurnalhukum.blogspot.com200803uu-penanaman-modal-inkonstitusional.html tanggal 12
Maret 2014 pukul 01:16 WIB.
Universitas Sumatera Utara
4 Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan dan yang dapat
diperbarui sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman
modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan
pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.
76
76
Lihat Putusan MK Nomor 21-22PUU-V2007
Universitas Sumatera Utara
BAB III REGULASI PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR
PERTAMBANGAN DI INDONESIA
A. Perkembangan Peraturan Penanaman Modal di Indonesia