Perkembangan Peraturan Penanaman Modal di Indonesia

BAB III REGULASI PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA

A. Perkembangan Peraturan Penanaman Modal di Indonesia

Pembaruan hukum ekonomi di Indonesia merupakan konsekuensi dari Indonesia sebagai salah satu di antara 125 negara yang ikut menandatangani perjanjian WTO World Trade Organization 77 yang lahir sebagai hasil perundingan Putaran Uruguay Uruguay Round yang diselenggarakan dalam kerangka General Agreement on Tariff and Trade GATT, yang dimulai pada September 1986 di Funtadel Este, Uruguay dan berakhir pada 15 April 1994 di Marakesh, Marokko. Menurut S. Ehrenberg, World Trade Organization WTO ini adalah pengganti GATT, suatu organisasi perdagangan internasional dan menjadikan perdagangan bebas sebagai landasan perdagangan internasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, pembangunan dan kesejahteraan umat manusia. 78 77 World Trade Organization WTO sebagai salah satu organisasi internasional terpenting di bidang ekonomi global yang mulai beroperasi pada 1 Januari 1995, adalah pendukung vital dalam memperkuat kerjasama ekonomi dunia. Sekarang ini WTO memiliki anggota sebanyak 148 negara., 78 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi¸Bandung: Books Terrace Library, 2009, hlm. 3. Pada dasarnya tujuan pendirian General Agreement on Tariff and Trade GATT adalah menciptakan sistem perdagangan liberal dan terbuka sehingga dunia bisnis dari masing-masing negara anggota dapat bersaing secara adil fair dan tanpa Universitas Sumatera Utara distorsi. Adapun prinsip-prinsip dasar perdagangan barang yang diatur dalam GATT adalah sebagai berikut: 79 1. Protection to domestic industry through tariffs. Setiap negara anggota dapat memproteksi industri dalam negerinya dari pihak asing dalam bentuk tarif. Sedangkan pembatasan kuantitas quantity restrictions seperti kuota tidak diperbolehkan kecuali dalam situasi terbatas tertentu. 2. Binding of Tariff. Setiap negara anggota diminta untuk menurunkan dan menghilangkan bentuk-bentuk proteksi bagi industri dalam negeri dengan cara menurunkan tarif dan menghilangkan hambatan lainnya. Tarif yang telah diturunkan wajib untuk terus diturunkan dan penurunan tarif tersebut harus didaftarkan pada GATT sehingga menjadi bagian tidak terpidahkan dari GATT legal system. Penurunan tarif secara rata-rata pada awal berdirinya WTO turun menjadi: a. Negara maju dari 6,3 menjadi 3,8; b. Negara berkembang dari 15,3 menjadi 12,3; dan c. Negara transisi ekonomi dari 8,6 menjadi 6. 3. Most-favoured-nation MFN treatment. Dasar dari pelaksanaan prinsip non diskriminasi ini menghendaki penentuan tarif dan persyaratan perdagangan lainnya harus diterapkan tanpa diskriminasi pada setiap negara anggota. 79 Lihat Ibid, hlm. 11. Universitas Sumatera Utara 4. National treatment rule. Setiap negara anggota tidak dibenarkan mengenakan pajak lebih tinggi terhadap produk impor dibandingkan dengan pajak untuk produk domestik. Dewasa ini substansi pengaturan liberalisasi perdagangan yang ditangani WTO diperluas hingga mencakup bidang-bidang baru new issues yang sebelumnya tidak pernah dimuat dalam GATT, seperti masalah perlindungan Hak Kekayaan Intelektual HKI, masalah kebijakan di bidang investasi yang mempunyai dampak terhadap perdagangan, dan masalah perdagangan jasa GATS. Ketentuan di bidang investasi dapat dilihat dari dua bentuk perjanjian yang menjadi lampiran annex dari perjanjian Pendirian WTO, sebagaimana terdapat pada Trade Related Investment Measures TRIMs dan GATS. Dalam TRIMs diatur mengenai ketentuan-ketentuan investasi yang berkaitan dengan perdagangan barang. Pasal 1 Agreement on Trade Related Investment Measures menyatakan bahwa “this Agreement applies to investment measures related to trade in goods only.”. Boleh dikatakan TRIMs ini merupakan penegasan kembali pengaturan mekanisme pelaksanaan ketentuan yang berkaitan dengan aturan GATT 1947, khususnya mengenai ketentuan Pasal III dan XI yang mengatur 2 dua hal pokok. Pertama, agar negara peserta tidak menerapkan kebijaksanaan yang membatasi volume atau nilai import dari suatu perusahaan untuk mencapai keseimbangan dengan tingkat produk yang diekspornya trade balancing requirement. Kedua, menerapkan kebijaksanaan yang menentukan investor asing untuk menggunakan sebagian dari input produksinya dari sumber dalam negeri Universitas Sumatera Utara domestic content requirement. Sedangkan persyaratan lain yang sebenarnya ingin dimasukkan oleh negara maju adalah kebijaksanaan yang menentukan investor asing untuk mengekspor sebagian produksinya sebagai syarat untuk memperoleh izin penanaman modal export performance requirement. Sementara ketentuan investasi yang diatur dalam GATS adalah ketentuan yang menyangkut commercial presence disebut juga presence of juridicial person dengan ketentuan bahwa negara anggota diwajibkan untuk memberikan akses ke pasar domestiknya dan memberikan perlakuan non diskriminasi antara sesama anggota most favoured nation, serta memperlakukan secara sama pemasok jasa asing yang tidak lebih jelek dari pemasok jasa domestik national treatment. 80 Jika dirunut kembali kebelakang, maka tahun 1966 kiranya dapat dijadikan tahun yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Disebut Salah satu pembaruan hukum ekonomi di Indonesia yang merupakan akibat dari masuknya Indonesia ke World Trade Organization WTO sebagai pengganti dari General Agreement on Tariff and Trade GATT adalah peraturan hukum terkait penanaman modal atau investasi yang mengalami berbagai pembenahan. Hukum investasi senantiasa berkembang mengikuti perkembangan jaman yang kian dinamis. Indonesia melakukan berbagai pembenahan terhadap peraturan hukum terkait penanaman modal atau investasi dari masa ke masa dengan terus memperhatikan keadaan ekonomi global untuk diadaptasi sesuai dengan era globalisasi. 80 Lihat Ibid, hlm. 14-15. Universitas Sumatera Utara demikian karena, dalam kurun waktu sejak kemerdekaan Republik Indonesia hingga memasuki tahun 1966, terjadi berbagai gejolak hingga pembangunan nasional agak terabaikan. Sebut saja peristiwa pada pertengahan dasawarsa tahun 1960-an yang juga merupakan salah satu masa paling suram bagi perekonomian Indonesia, tingkat produksi dan penanaman modal di berbagai sektor utama menunjukkan kemunduran sejak permulaan tahun 1950. Sumber dana Pemerintah tidak lagi mampu memberikan kecukupan untuk menciptakan negara yang adil dan makmur. Sehingga untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang dicita- citakan oleh para pendiri bangsa founding fathers dirasakan perlu pembangunan secara menyeluruh dalam arti tidak hanya pembangunan fisik tetapi juga nonfisik. 81 Salah satu faktor yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi nasional demikian pesat ialah masuknya modal asing khususnya penanaman modal asing dan bantuan luar negeri yang diawali dari tahun 1967. Tidak banyak yang dapat diharapkan apabila Indonesia hanya bersandar pada sumber dana Pemerintah ataupun modal dalam negeri semata. Indonesia membutuhkan asupan modal dari luar untuk memperkuat kekuatan Negara untuk melakukan kegiatan pembangunan ekonomi nasional. Sehingga penanaman modal asing hadir sebagai solusi dari rentetan kendala yang menjadi penghalang kemajuan bangsa pada masa itu. Kesadaran akan kebutuhan akan investor asing memberi inisiatif kepada Pemerintah Indonesia untuk memberikan payung hukum umbrella act bagi investor asing yang akan masuk ke Indonesia. Payung hukum ini diharapkan akan 81 Sentosa Sembiring, op. cit., hlm. 74. Universitas Sumatera Utara memberikan kepastian hukum bagi pemilik modal asing sehingga tidak ada hal-hal yang memungkinkan terjadinya ketidakseimbangan faedah serta perlindungan bagi kedua belah pihak yang melakukan kegiatan investasi asing di negara ini. Untuk menetapkan payung hukum tersebut, akhirnya Pemerintah menerbitkan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing UUPMA. Penanaman modal asing yang pertama masuk sejak diundangkannya Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1967 terjadi di bidang usaha pertambangan subbidang pertambangan minyak dan di bidang perindustrian subbidang industri logam dan mesin. 82 Sebelum diterbitkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing ini, telah ada undang-undang tentang Penanaman Modal Asing yang diterbitkan setelah kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 yaitu Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 dan kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1960. Kemudian Undang-Undang ini dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1965. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kurun waktu 1965-1967 terdapat kekosongan hukum rechtvacuum dalam bidang Penanaman Modal Asing. Kemudian setahun setelah diterbitkannya Dengan masuknya modal asing lewat penanaman modal asing dan bantuan luar negeri diukur dari produk domestic bruto PDB serta tingkat tabungan masyarakat memberikan bukti bahwa peranan yang dimainkan oleh penanaman modal khususnya penanaman modal asing maupun bantuan luar negeri telah mempercepat modernisasi di Indonesia. 82 Lihat Aminuddin Ilmar, op. cit., hlm. 14. Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, muncul Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagai perimbangan. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing terbit pada tanggal 19 Mei 1994. Peraturan Pemerintah ini merupakan bagian penting yang berpengaruh terhadap kegiatan penanaman modal asing di Indonesia sebagai salah satu bentuk persiapan Negara untuk menyongsong era globalisasi dan tuntutan perdagangan bebas yang termuat di dalam World Trade Organization WTO. Adapun Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 merupakan hasil dari pertimbangan ulang terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 sebagai salah satu bentuk terobosan breakthrough dalam menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif di tahun 1994 memberikan ketentuan mengenai penanaman modal asing yang dapat dilakukan dalam bentuk patungan antara modal asing dan modal dalam negeri atau bentuk langsung, yaitu seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. Dalam hal PMA tersebut bersifat 100 atau langsung straight investment, maka paling lama 15 tahun sejak berproduksi komersial kepemilikan modal asing pada perusahaan Universitas Sumatera Utara PMA tersebut wajib didivestasikan kepada pihak Indonesia, melalui pemilikan langsung atau melalui pasar modal dalam negeri. 83 PP 201994 juga mengatur bahwa perusahaan PMA yang telah berproduksi komersial dan badan hukum asing dapat membeli saham perusahaan non PMA baik melalui pemilikan saham langsung danatau melalui pasar modal dalam negeri tanpa mengubah status perusahaan. Dalam implementasinya BKPM selalu mewajibkan dilakukannya perubahan status perusahaan yang sahamnya dibeli oleh perusahaan PMA atau pihak asing. 84 Setelah mengalami banyak perubahan dan perbaikan dari berbagai aspek, pada tahun 2007 undang-undang terkait penanaman modal akhirnya kembali baru dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Undang-Undang Penanaman Modal hadir dengan mambawa dampak baik bagi iklim investasi di Indonesia. UUPM merupakan undang-undang penanaman modal yang menyesuaikan diri terhadap dunia luar yang telah mengglobal dan kompetitif. Hal ini tampak dari pemilihan judul undang-undang yaitu “Penanaman Modal”. Pemilihan judul ini merupakan bentuk penyederhanaan dari terminologi terdahulu yang mempergunakan judul yang terkesan memberikan perbedaan perlakuan antara investor asing dan investor domestik. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, undang-undang investasi di Indonesia dahulu diberi judul Undang-Undang Penanaman Modal Asing UUPMA dan Undang-Undang 83 Lihat Pasal 2 juncto Pasal 9 PP 201994. 84 Lihat Keputusan Menteri Negara Penggerak Dana InvestasiKetua BKPM Nomor 1SK1996 tentang Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing. Universitas Sumatera Utara Penanaman Modal Dalam Negeri UUPMDN. Namun UUPM hadir dengan isyarat bahwa akan memberikan kepastian hukum yang berimbang terhadap siapa saja yang terlibat di dalam kegiatan investasi di Indonesia, baik asing maupun domestik. Segala sesuatu terkait penanaman modal asing maupun domestik diatur dengan lebih jelas dan terperinci di dalam UUPM tanpa adanya pembedaan perhatian antara kepentingan investor asing maupun investor dalam negeri. Undang-Undang Penanmaan Modal dirancang untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; serta dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerjasama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisiensi dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional. 85

B. Kebijakan Pemerintah Terkait Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertambangan di Indonesia