Perkembangan Fiskal Unduh IERO | Macroeconomic Dashboard

Indonesian Economic Review and Outlook 4

2. Perkembangan Fiskal

Tabel 1 Realisasi Indikator Makroekonomi 2015 dan 2016 Beberapa asumsi makro mengalami perubahan Indikator 2016 2017 APBNP Realisasi Sementara per Desember 2016 Realisasi Sementara per Januari 2017 APBN Pertumbuhan Ekonomi y-o-y 5,2 5,01 4,94 5,3 Inlasi y-o-y 4,0 3,02 3,49 4,0 Tingkat Bunga SPN 3 bulan rata-rata 5,5 5,60 5,11 5,3 Nilai Tukar IDRUSD 13.5 13.436 13.343 13.3 Harga Minyak Mentah Indonesia USDbarrel 40 51,09 51,88 45 Lifting Minyak Ribu barel per hari 820 822 735,76 815 Lifting Gas Bumi Ribu barel per hari 1.150 1.195,0 1.199,76 1,150 Sumber: Kementerian Keuangan 2017 Tabel 2 Ringkasan Realisasi APBNP 2016 dan APBN 2017 Triliun Rupiah Rasionalisasi Target APBN 2017 menjadikan dan menurunnya deisit anggaran Uraian 2016 2017 APBNP Realisasi Sementara per Desember 2016 APBN Realisasi Sementara per Januari 2017 Pendapatan Negara 1.786,2 1.555,1 1.750,3 87,9 Pendapatan dalam negeri 1.784,2 1.546,9 1.498,9 87,9 Penerimaan Perpajakan 1.539,2 1.285 1.498,9 73,6 Penerimaan Negara Bukan Pajak 245,1 261,9 250 14,3 Penerimaan Hibah 2,0 8,2 1,4 0,0 Belanja Negara 2.082,9 1.860,3 2.080,5 133,3 Belanja pemerintah pusat 1.319,5 1.150,1 1.315,5 57,6 Transfer ke daerah dan dana desa 664,6 710,3 764,9 75,6 SurplusDeisit anggaran -225,5 -305,2 -330.2 -45.4 SurplusDeisit terhadap PDB 1,9 2,46 2,41 0,33 Sumber: Kementerian Keuangan 2017 Realisasi Asumsi Makro APBN-P 2016 per Desember 2016 secara umum tercatat prospektif. Perkembangan terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi APBNP 2016 masih berada jauh di bawah target APBN-P 2016 sebesar 5,2 persen year on year. Inlasi dan nilai tukar per Desember 2016 pun jauh terdeviasi dari asumsi makro. Di sisi lain, tingkat bunga SPN 3 bulan rata- rata sudah melampaui target hingga 0,1 percentage point. Meski begitu, data per Januari 2017 mengindikasikan tren negatif yield jenis sekuritas ini. Sebabnya adalah turunnya minat terhadap SPN 3 Bulan. Pada APBN 2017, pemerintah berupaya menurunkan harga SPN 3 Bulan secara terbatas dengan meningkatkan frekuensi lelang semenjak awal tahun. Turunnya harga SPN 3 Bulan dimaksudkan untuk meningkatkan yield instrumen ini, agar kebutuhan APBN 2017 dapat terpenuhi. Harga minyak mentah Indonesia tahun 2016 mencapai 51,09 dolar AS per barel—jauh melebihi target APBN Perubahan—lebih rendah dibandingkan Desember 2016 di level 40 dolar AS per barel. Naiknya harga minyak mentah selama Desember 2016-Januari 2017 dipicu oleh penurunan volume lifting minyak dari 822 ribu barel per hari menjadi 735,76 ribu barel per hari. Lifting gas bumi pada Desember 2016 dan Januari 2017 sudah melebihi target APBN-P 2016 dan APBN 2017. Realisasi pendapatan belanja negara per Desember 2016 tercatat mencapai 1.555,1 triliun rupiah, masih lebih rendah dari pagu APBNP 2016 sebesar 1.786,2 triliun rupiah atau sebesar 87,06 persen. Capaian ini masih lebih tinggi dari persentase realisasi APBNP 2015 pada periode yang sama, yakni 85,4 persen. Naiknya capaian realisasi ini didorong oleh beberapa faktor. Pertama, naiknya realisasi penerimaan pajak dan PNBP masing-masing hingga 50 triliun rupiah dan 8 triliun rupiah. Penerimaan pajak tercatat sebesar 1.285 triliun rupiah atau 83,48 persen terhadap APBN Perubahan 2016. Realisasi penerimaan hibah tercatat naik drastis dari sebelumnya hanya mencapai 3,3 triliun pada Desember 2015 menjadi 8,2 triliun rupiah pada Desember 2016. Realisasi belanja per Desember 2016 meningkat sekitar 50 triliun rupiah menjadi 1.860,3 triliun rupiah dibandingkan tahun 2015 1.810. Belanja pemerintah pusat hanya mampu mencapai 1.150,1 triliun rupiah—masih belum mencapai target APBNP 2016 sebesar 1.319,5 triliun rupiah. Deisit anggaran Januari 2017 tercatat sebesar 305,2 triliun rupiah atau sebesar 2,46 persen terhadap PDB. Turunnya deisit anggaran dibandingkan tahun 2015 2,8 persen terhadap PDB ini disebabkan oleh peningkatan penerimaan perpajakan dan PNBP. Transfer dana ke desa juga terindikasi meningkat dan melampaui pagu APBNP 2016. Penyempitan deisit ini salah satunya didorong oleh penghematan subsidi energi dan pos belanja Kementerian dan Lembaga KL. 5 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada B. Pasar Finansial dan Sektor Moneter 1. Suku Bunga Deposito Menurun, IHSG Menguat Tajam Disokong Investor Non-Residen, Kinerja Reksadana Menguat Gambar 6 Suku Bunga Deposito, LPS, dan 7-Days Reverse Repo Rate 2012 – 2017 BI 7-days reverse repo rate dan suku bunga acuan tetap, suku bunga deposito menurun Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2017 Gambar 7 Pergerakan IHSG, Maret 2012 – Maret 2017 IHSG bullish dipompa aksi net beli investor non-residen Sumber: BEI dan CEIC 2017 Gambar 8 Kapitalisasi Pasar IHSG Maret 2012 – Maret 2017 Pembelian asing mendongkrak kapitalisasi IHSG Sumber: BEI dan CEIC 2017 Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan 7-days reverse repo rate sebesar 4,75 persen hingga April 2017. Tingkat ini belum berubah sejak BI menurunkan 7-days repo rate pada Oktober 2016. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi global yang terus membaik, inlasi bulanan yang masih dalam target, dan kondisi pasar inansial dan perbankan yang dinilai tetap stabil. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik pada Kuartal I-2017 akan tetap baik yang ditandai oleh net ekspor yang positif dan perbaikan investasi. Suku bunga deposito kembali mengalami penurunan. Rata-rata tertimbang suku bunga deposito pada Februari 2017 menunjukkan penurunan sebesar 90 bps dibandingkan Februari 2016. Hal ini didukung dengan jumlah deposito yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,7 persen y-o-y pada Januari 2017, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan deposito tahun sebelumnya yang hanya sebesar 2,7 persen. Selain itu, LPS tetap mempertahankan suku bunga penjaminan di level 6,25 persen sejak September 2016. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG melonjak tajam dan mencetak angka tertingginya pada bulan Maret dengan nilai bulanan 5.568 poin. IHSG melanjutkan tren bullish-nya sejak awal tahun 2017 dan telah mencatatkan peningkatan 5,1 persen y-t-d . Sentimen positif mengemuka di antara pelaku pasar asing akibat membaiknya perekonomian Indonesia Kuartal I-2017 dan rilis laba emiten bursa tahun 2016. Selain itu, para pelaku pasar tengah dipenuhi sentimen positif dari antisipasi kenaikan rating yang akan diberikan lembaga pemeringkat SP. Akan tetapi, beberapa perkembangan negatif geopolitik global seperti konlik militer Suriah dan Korea Utara perlu diantisipasi karena berpotensi menyebarkan sentimen negatif atas pasar modal. Investor non-residen membukukan pembelian bersih yang sangat besar. Selama Maret 2017, investor non-residen melakukan pembelian bersih sejumlah Rp10,12 triliun, atau Rp8,35 triliun sepanjang Kuartal I-2017. Masuknya dana asing ini mendongkrak harga IHSG dan kapitalisasi pasarnya. Nilai total kapitalisasi pasar pada Maret 2017 adalah Rp6.055 triliun, tumbuh 17,7 persen dari Maret 2016. Nilai kapitalisasi total masih berpotensi untuk terus naik ditopang rencana initial public offering beberapa emiten baru pada tahun 2017, kinerja positif IHSG selama tahun 2016, dan berbagai kampanye investasi bursa efek yang digaungkan Bursa Efek Indonesia. Indonesian Economic Review and Outlook 6 Gambar 9 MSCI Equity Benchmark Index April 2012 – April 2017 Pasar global, baik Asia maupun negara-negara developed countries, menunjukkan tren bullish sejak awal tahun 2017. Sumber: Bloomberg 2017 Gambar 10 Nilai Aktiva Bersih NAB Reksadana Maret 2012 – Maret 2017 Kinerja reksadana menguat mengikuti tren bullish bursa efek Sumber: Aplikasi Industri Reksa Dana BAPEPAM OJK 2017 Positifnya kinerja bursa efek Indonesia berbarengan dengan sentimen positif global. Hal ini tereleksikan dalam perkembangan indeks komposit pasar ekuitas global MSCI. Pasar emerging market Asia menunjukkan tren bullish semenjak akhir tahun 2016, ditunjukkan dengan indeks MSCI Emerging Asia pada 31 Maret 2017 yang naik 11,1 persen y-t-d. Hal ini juga berbarengan dengan indeks MSCI Emerging Markets yang hingga Maret 2017 telah naik 13,2 persen y-t-d dan MSCI All-Country World yang juga naik 6,4 persen y-t-d. Tren bullish pasar modal global ini berimbas pada besarnya dana asing yang masuk ke Bursa Efek Indonesia semenjak awal 2016. Kinerja bursa efek diikuti dengan peningkatan nilai aktiva bersih NAB reksadana. Nilai aktiva bersih reksadana naik menjadi Rp353.504 miliar atau tumbuh 2,45 persen y-t-d. Hal ini disumbang oleh tren bullish IHSG mengingat aset berupa efek menempati porsi 35 persen dari komposisi efek reksadana per Maret 2017. Jumlah unit outstanding reksadana, yang pada Maret 2017 naik 1,07 persen m-t-m atau 33 persen y-o-y menjadi 259 miliar unit, menandakan aksi beli reksadana yang masih sangat kuat di pasar. Di balik penguatan ini, harap dicermati penurunan yield SBN dan ketidakpastian perkembangan geopolitik global yang masih membayangi kondisi pasar inansial Indonesia. 7 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Gambar 11 Kurs Rupiah terhadap Dolar AS, Maret 2011 – Maret 2016 Kondisi Rupiah relatif stabil pada Maret 2017 Catatan: = mulai Mei 2013, data kurs menggunakan JISDOR Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2017, diolah Gambar 12 Real Effective Exchange Rate, Maret 2012 – Maret 2017 Rupiah mengalami apresiasi dibandingkan dengan basket mata uang lainnya Sumber: BIS dan CEIC 2017 Pada Desember 2016 kurs rupiah terhadap dollar AS tercatat berada pada Rp 13.321US. Nilai rupiah ini terapresiasi 0,19 persen m-t-m dan 0,16 persen q-t-q. Selama kuartal I-2017 pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS relatif stabil— secara rata-rata selama kuartal I-2017 nilai tukar rupiah terhadap dollar berada pada level Rp 13.337US dengan standar deviasi sebesar 14 poin, lebih rendah dibandingkan standar deviasi pada kuartal IV-2016 yakni sebesar 266,61 1 . Iklim investasi yang lebih baik dengan pembagunan infrastruktur penunjang yang terus berlangsung, mulai meningkatnya harga komoditas serta mulai masuknya dana amnesti pajak ke pasar keuangan menjadi faktor penyebab apresiasi dan stabilnya nilai rupiah pada kuartal I-2017. 1 Sedangkan rata-rata pada kuartal IV-2016 adalah sebesar Rp13.350US Rupiah kembali terapresiasi terhadap grup mata uang negara- negara lainnya. Pada Maret 2017 indeks Real Effective Exchange Rate REER berada pada level 111,74 nilai indeks. REER pada Maret 2017 lebih tinggi 5,3 poin dibandingkan rata-rata jangka panjangnya—yakni 106,44 nilai indeks—atau overvalued 4,98 persen. Besaran overvalued REER rupiah pada Maret 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan Februari 2017 lebih rendah 0,31 pp maupun Desember 2016 kuartal IV-2016, lebih rendah 0,54 pp. Terdapat beberapa implikasi dari pergerakan REER pada Maret 2017. Pertama, nilai tukar rupiah efektif terhadap negara-negara rekan dagangbasket mata uang lainnya mengalami apresiasi. Kedua, mengecilnya overvalued rupiah menunjukkan tanda-tanda pergerakan REER untuk kembali ke nilai naturalnya. Indonesian Economic Review and Outlook 8 Gambar 13 Cadangan Devisa, Maret 2012 – Maret 2017 Cadangan devisa kembali mengalami peningkatan Sumber: CEIC 2017 Gambar 14 Utang Luar Negeri Indonesia Juta USD, Februari 2012-Februari 2017 ULN sektor publik meningkat, ULN sektor swasta masih tertekan Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia 2017 Perkembangan ULN hingga Februari 2017 ditandai oleh peningkatan ULN sektor publik dan penurunan ULN sektor swasta. Peningkatan pertumbuhan ULN sektor publik sejalan dengan deisit APBN 2017 dan peningkatan target pembiayaan utang luar negerinya. Di lain sisi, sektor swasta masih melanjutkan tren penurunan pertumbuhan ULN tahunannya yang sudah dimulai sejak awal tahun 2016. Jumlah total utang luar negeri ULN pada Februari 2017 adalah US 371.704 juta yang terdiri dari ULN sektor swasta sebesar US 159.733 juta dan ULN sektor publik sebesar US 161.970 juta. Dilihat dari proporsinya, ULN pemerintah mendominasi dengan sumbangannya sebesar 50,3 persen terhadap total ULN Indonesia. Total ULN naik sebesar 2,71 persen y-o-y atau 0,24 persen secara m-t-m. ULN sektor publik naik sebesar 10,28 persen y-o-y atau 0,46 persen dari bulan sebelumnya. ULN sektor swasta masih melanjutkan tren penurunannya dengan menurun 4 persen y-o-y atau naik 0,03 persen dari bulan sebelumnya. Cadangan devisa Indonesia pada Maret 2017 tercatat berada pada US 121,81 miliar. Nilai cadangan devisa ini meningkat 1,62 persen m-t-m dan 4,68 persen q-t-q. Cadangan devisa Indonesia pada Maret 2017 merupakan capaian cadangan devisa tertinggi selama periode amatan. Pendapatan devisa ekspor migas, penerbitan global bonds pemerintah serta program amnesti pajak oleh pemerintah mendorong kenaikan cadangan devisa Indonesia. Besaran cadangan devisa pada Maret 2017 cukup untuk membiayai impor dan utang pemerintah selama 8,6 bulan—melampaui standar kecukupan internasional yakni 3 bulan. Program pengampunan pajak yang dilakukan oleh pemerintah tax amnesty merupakan salah satu alasan utama kenaikan cadangan devisa. Selain itu, ketidakpastian iklim perekonomian di negara maju juga berkontribusi terhadap kenaikan cadangan devisa Indonesia pada Desember 2016. Besarnya cadangan devisa pada Desember 2016 cukup untuk membiayai impor dan utang pemerintah selama 8,4 bulan—lebih tinggi dari standar kecukupan internasional yakni 3 bulan. 9 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Gambar 15 Utang Luar Negeri Indonesia Berdasarkan Jangka Waktunya Juta USD remaining maturity, Februari 2012 – Februari 2017 ULN masih didominasi ULN jangka panjang dengan pertumbuhan yang terkendali Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia 2017 Gambar 16 Indikator Utang Luar Negeri Indonesia Kuartal IV-2014 – Kuartal IV-2016 Indikator ULN Indonesia menunjukkan perbaikan Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia 2017 DSR Tier 1 merupakan pembayaran pokok dan bunga atas utang jangka panjang dan pembayaran bunga atas utang jangka pendek. DSR Tier 2 meliputi pembayaran pokok dan bunga atas utang dalam rangka investasi langsung selain dari anak perusahaan di luar negeri, serta pinjaman dan utang dagang kepada non-ailiasi. Dilihat dari jangka waktunya, ULN Indonesia disumbang oleh ULN jangka panjang sebesar 85 persen pada Februari 2017. Sektor swasta mendominasi ULN jangka pendek Indonesia dengan pangsa 85 persen. Di lain sisi, ULN jangka panjang didominasi oleh sektor publik yang menyumbang 57 persen ULN jangka panjang. Sektor publik masih cenderung memilih pembiayaan luar negeri dengan tenor yang lebih panjang dibandingkan sektor swasta. Total ULN jangka panjang meningkat 3,2 persen y-o-y, lebih besar dibandingkan peningkatan ULN jangka pendek sebesar 0,5 persen y-o-y. Pertumbuhan kelompok ULN jangka pendek banyak disumbangkan oleh pertumbuhan ULN pemerintah sebesar 18,3 persen y-o-y dan pengurangan ULN bank sentral hingga 55 persen y-o-y. Pada kelompok ULN jangka panjang, ULN sektor publik mencatatkan pertumbuhan 10,9 persen y-o-y di tengah penurunan ULN swasta sebesar 5,7 persen y-o-y. Hal ini menunjukkan masih terkendalinya perkembangan paparan resiko atas utang jangka pendek Indonesia. Secara umum, indikator-indikator ULN Indonesia menunjukkan peningkatan kemampuan pembayaran ULN dan penurunan vulnerabilitas eksternal. Rasio debt-service-ratio DSR yang menunjukkan kemampuan pembayaran kembali ULN mengalami penurunan, menandakan pembaikan kemampuan Indonesia dalam membayar kembali ULN-nya. DSR Tier 1 dan DSR Tier 2 menurun sebesar 1,89 persen dan 11,72 persen q-t-q, secara berurutan. Rasio utang terhadap ekspor menurun sebesar 5,29 persen, disumbangkan oleh perbaikan kinerja ekspor Indonesia selama akhir tahun 2016. Rasio utang terhadap PDB pada kuartal IV-2016 adalah 33,98 persen, menurun 8,59 persen dari kuartal sebelumnya. Indonesian Economic Review and Outlook 10 Gambar 17 Surat Berharga Negara SBN Indonesia Outstanding Triliun IDR, 2012 – 2017 Jumlah SBN outstanding meningkat dengan dominasi SBN tradeable Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan 2017 Gambar 18 Kepemilikan SBN Tradeable Triliun IDR, Maret 2012 – Maret 2017 Non-residen masih mendominasi kepemilikan SBN tradeable Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan 2017 Jumlah SBN outstanding terus meningkat dengan peningkatan jumlah SBN tradeable dan penurunan jumlah non-tradable hingga Maret 2017. Jumlah outstanding sebesar Rp2.918 triliun ini meningkat 17 persen dibandingkan posisi tahun sebelumnya, atau meningkat 2 persen m-t-m. SBN tradeable terus mendominasi jumlah SBN dengan total nilai Rp2.683 triliun, meningkat 20,8 persen y-o-y atau 2,3 persen m-t-m. Sedangkan, total SBN non-tradeable hanya senilai Rp235 triliun, menurun 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pemerintah terus menerus menerbitkan SBN tradeable sebagai sumber pembiayaan APBN yang pada tahun 2017 ditargetkan terbit senilai neto Rp399,99 triliun. Dilihat dari entitas pemilik, non-residen masih mendominasi kepemilikan SBN outstanding tradeable dengan pangsa 56 persen pada Maret 2017. Jumlah kepemilikan ini senilai Rp723 triliun, meningkat 19,3 persen y-o-y. Institusi bank di Indonesia hanya memegang 38 persen senilai Rp495.92 triliun, meningkat hanya 9 persen y-o-y. Peningkatan kepemilikan investor non- residen dalam SBN tradeable menunjukkan kenaikan risiko capital light yang meningkat jika yield SBN semakin menurun atau kondisi perekonomian Indonesia dinilai kurang menarik. Akan tetapi, pemberian outlook positif dari lembaga pemeringkat Moody’s pada Februari 2017 telah memberikan keyakinan bagi dunia global atas kondisi obligasi Indonesia sehingga ancaman capital light diharapkan dapat berkurang. 11 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Gambar 19 Imbal Hasil Yield SBN Indonesia Maret 2012 – Maret 2017 Imbal hasil Indonesia berangsur kembali menurun akibat kenaikan harga yang dipicu peningkatan permintaan Sumber: CEIC 2017 Gambar 20 Credit Default Swap dan Indeks Yield Obligasi Indonesia Maret 2015 – Maret 2017 Penurunan yield dipicu oleh penurunan resiko obligasi Indonesia secara umum Sumber: Bloomberg 2017 Setelah mengalami peningkatan sementara bersamaan dengan pemilu AS di akhir 2016, imbal hasil SBN Indonesia kembali menurun. Penurunan ini mengikuti tren penurunan yang terjadi sejak awal tahun 2016 sejalan dengan peningkatan permintaan SBN, penurunan imbal hasil obligasi global dan penurunan persepsi resiko atas instrumen obligasi negara Indonesia. Peningkatan permintaan atas SBN salah satunya disumbangkan oleh peraturan OJK mengenai kewajiban investasi SBN minimal pada lembaga keuangan non-bank. Di sisi lain, penurunan persepsi resiko atas obligasi Indonesia ditopang oleh membaiknya kondisi perekonomian dan optimisme akan pasar inansial Indonesia. Kondisi ini mendorong para pelaku pasar mengubah rancangan portofolio investasi. Penurunan imbal hasil SBN akan mengakibatkan penurunan return yang diperoleh dari investasi dalam aset bebas resiko ini. Sehingga, investor kemungkinan akan mengalokasikan dananya keluar dari SBN. Penurunan persepsi risiko umum atas pasar obligasi Indonesia membuka peluang bagi pelaku pasar untuk mengalihkan dananya ke aset-aset yang setingkat lebih beresiko dalam rangka menjaga tingkat imbal hasil portofolio investasi. Penurunan yield obligasi Indonesia secara umum disumbangkan oleh persepsi resiko atas obligasi Indonesia yang menurun. Yield obligasi Indonesia yang dihitung berdasarkan IBPA Effective Yield Index pada Maret 2017 adalah 7.20 persen, menurun 69 bps dari Desember 2016. Hal ini sejalan dengan harga credit default swap atas obligasi 5 tahun Indonesia yang menurun 30,35 poin dari Desember 2016. Penurunan credit default swap menunjukkan penurunan persepsi risiko default dan kembalinya kepercayaan para pelaku pasar terhadap fundamental perekonomian Indonesia pada awal tahun 2017. Indonesian Economic Review and Outlook 12 C. SEKTOR PERBANKAN

1. Ketahanan sistem Perbankan tetap stabil di tengah ketidakpastian ekonomi