Indonesian Economic Review and Outlook
2
A. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAN FISKAL
1. Tahun 2016 Ditutup dengan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 1 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2014 – 2016
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2016 turun
Catatan:
Sektor Primer: 1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan; 2 Pertambangan
dan Penggalian
Sektor Industri: Industri Pengolahan
Sektor Jasa: 1 Pengadaan Listrik dan Gas; 2 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang; 3 Konstruksi; 4 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor; 5 Transportasi dan Pergudangan; 6 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; 7 Informasi dan Komunikasi;
8 Jasa Keuangan dan Asuransi; 9 Real Estat; 10 Jasa Perusahaan; 11 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib; 12 Jasa Pendidikan; 13 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; 14 Jasa Lainnya.
Sumber: BPS dan CEIC 2017
Gambar 2 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran, 2014 – 2016
Belanja LNPRT tumbuh tertinggi
Sumber: BPS dan CEIC 2017
Pada Kuartal-IV 2016, ekonomi Indonesia tumbuh 4,94 persen secara year on year. Bila dilihat secara kuartalan, terjadi
kontraksi, bila dibandingkan pertumbuhan pada Kuartal-III 2016 5,01 persen maupun dengan Kuartal-IV 2015 5,17 persen.
Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor jasa, yang tumbuh 4,67 persen. Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhan
ekonomi kali ini terkontraksi hingga 1,77 persen.
Sektor primer menjadi satu-satunya lapangan usaha yang tidak mengalami perlambatan maupun kontraksi. Sektor
primer secara agregat tercatat tumbuh 3,70 persen. Bila didisagregasi, sektor pertanian tumbuh pesat ke level 5,31 persen
dan sektor pertambangan terlihat berangsur-angsur membaik dengan tumbuh hingga 1,60 persen—tertinggi sejak sejak tahun
2014. Di sisi lain, sektor industri manufaktur terkontraksi 0,29 persen di kuartal ini—pertama kalinya sejak sejak lima tahun
terakhir. Hal ini salah satunya dipicu oleh luktuasi kepercayaan konsumen terhadap pasar selama periode Kuartal-III 2016 hingga
Kuartal-IV 2016.
Secara tahunan, ekonomi Indonesia Tahun 2016 justru tumbuh 5,02 persen lebih tinggi dibandingkan Tahun
2015. Perekonomian Indonesia Tahun 2016 secara keseluruhan tercatat membaik bila dibandingkan dengan tahun lalu dengan
mencatatkan percepatan pertumbuhan hingga 0,22 persen year on year.
Hal ini salah satunya didorong oleh pertumbuhan lapangan usaha jasa keuangan sebesar 8,90 persen dan naiknya
tren penjualan ritel dan kepercayaan pasar sepanjang tahun 2016
Meneruskan tren kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ini tidak didominasi oleh pertumbuhan pos
pengeluaran konsumsi rumah tangga. Komponen pengeluaran belanja Lembaga Nonproit yang melayani Rumah Tangga LNPRT
tumbuh tertinggi dengan mencatatkan pertumbuhan 6,72 persen secara year on year. Angka tersebut merupakan yang tertinggi
selama kurun waktu setahun terakhir. Pos pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh tertinggi kedua 4,99 persen. Di sisi lain,
kontraksi ekspor berkurang drastis sebesar 11,68 persen, salah satunya didorong oleh tren penguatan dolar AS selama periode
Oktober-Desember 2016 hingga berada di kisaran 13.400 hingga 13.500 rupiah di penutupan tahun.
Yang menarik, belanja pemerintah terkontraksi hingga 4,05 persen—merupakan kontraksi terdalam, baik selama periode
teramati maupun sejak lima tahun terakhir. Sepanjang tahun
2016, pertumbuhan pos belanja pemerintah luktuatif dan sempat mencapai puncaknya pada Kuartal-II 2016 6,23 persen. Turunnya
pengeluaran pemerintah pada kuartal ini dimotori oleh beberapa hal, yaitu 1. Penghematan subsidi energi dan non-energi dan 2.
dimulailanya penerapan sistem penyaluran subsidi terbatas, dan 3. rasionalisasi target anggaran pada APBN-P 2016.
3
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Gambar 3 Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini, dan Indeks Ekspektasi Konsumen, Maret
2012–Maret 2017 Optimisme konsumen secara umum meningkat
Sumber: Bank Indonesia CEIC 2017
Gambar 4 Indeks Penjualan Eceran Riil, Maret 2012‒2017
Pertumbuhan penjualan eceran per Maret 2017 melambat
Sumber: Bank Indonesia CEIC 2017 Gambar 5 Penjualan Motor, Mobil, dan Semen, Maret 2012 –
Maret 2017 Seluruh indikator penjualan meningkat
Sumber: Astra International, GAIKINDO, Asosiasi Semen Indonesia 2017
Per Maret 2017, sentimen konsumen terhadap pasar meningkat. Hal ini dterindikasi dari naiknya Indeks Keyakinan
Konsumen IKK hingga 4,4 poin ke level 121,5. Angka indeks ini lebih tinggi dibandingkan Februari 2017 117,1 maupun Maret
2016 109,8. Naiknya IKK disebabkan oleh kenaikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini IKE dan Indeks Ekspektasi Konsumen
IEK yang merupakan komponen pembentuk IKK. Selama kuartal awal tahun ini Januari hingga Maret 2017, IKK menunjukkan tren
positif dengan augmentasi sekitar 2 hingga 4 poin antarbulan. Ini kontras dengan tren awal tahun 2016 ketika optimisme konsumen
terpantau luktuatif di kisaran 109-112 poin. Membaiknya optimisme konsumen pada periode ini salah satunya disebabkan
oleh meningkatnya ketersediaan lapangan kerja yang menaikkan daya beli masyarakat.
Indeks Penjualan Riil IPR Eceran per Maret 2017, menguat 3,7 poin ke level 200,8. Selama periode Februari-Maret 2017, IPR
tumbuh 2,61 persen secara year on year. Angka ini merupakan yang terendah selama kurun waktu awal 2017. Sementara itu,
secara month-to-month, IPR tumbuh 1,88 persen setelah selama dua bulan sebelumnya tercatat tumbuh negatif. Dibandingkan
dengan Maret 2016 2,95 persen, pertumbuhan IPR bulan ini tercatat masih lebih rendah. Sedangkan secara year-to-date,
pertumbuhan IPR mengalami kontraksi 3,09 persen. Hal ini salah satunya didorong oleh perlambatan penjualan eceran pada
kelompok makanan dan non makanan.
Pada Maret 2017, seluruh indikator penjualan tercatat tumbuh positif. Dibandingkan Februari 2017, penjualan motor
bertambah paling banyak sekitar 20 ribu unit. Angka penjualan mobil bertambah 7 ribu unit, sedangkan penjualan semen
bertambah 538 ribu ton. Selama periode Februari hingga Maret 2017, penjualan semen tumbuh tertinggi sebesar 11,6 persen.
Penjualan mobil tumbuh 7,47 persen, sementara penjualan motor tumbuh 4,43 persen. Secara year-to date, angka penjualan motor
merupakan satu-satunya indikator penjualan yang mengalami kontraksi. Jumlah motor yang terjual secara agregat tumbuh
negatif sebesar 15,87 persen. Di sisi lain, penjualan mobil dan penjualan semen masing-masing tercatat tumbuh 8,38 persen
dan 8,28 persen. Naiknya seluruh angka penjualan ini dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya 1. meningkatnya optimisme
konsumen selama periode Januari-Maret 2017 serta 2. menurunnya tekanan harga yang ditunjukkan dengan turunnya
laju inlasi di periode awal 2017 ini.
Indonesian Economic Review and Outlook
4
2. Perkembangan Fiskal