Hal ini juga terbukti dengan adanya Ujian Akhir Nasional UAN yang mengedepakan nilai-nilai nominal angka yang tertulis di atas kertas saja.
Kelulusan siswa ditentukan oleh tinggi rendahnya nilai ujian akhirnya. Padahal ujian yang demikian hanya menyentuh aspek kognitifnya saja. Ironis
lagi, tak jarang ditemukan kecurangan-kecurangan dalam mengerjakan soal- soal UAN, misalnya guru memberikan jawaban kepada siswanya. Yang
demikian itu tentunya dapat merusak nilai-nilai kemandirian siswa dalam enyelesaikan sebuah masalah, sehingga pada akhirnya dapat berefek pada
masa depan siswanya, khususnya dalam ekonomi. Untuk membangun ekonomi yang baik di masa depan, saat ini bangsa
membutuhkan pendidikan kemandirian. Dengan pendidikan kemandirian terhadap siswa diharapkan di masa depan ia tidak bergantung kepada orang
lain dalam menyelesaikan suatu masalah dan dalam mengembangan kualitas ekonomi bangsa. Sehingga potensi SDA Indonesia yang melimpah tidak disia-
siakan dan diberikan kepada orang lain orang asing. Dan pemerintah seharusnya
lebih memperhatikan kembali
pendidikan bangsa, dan
mempioritaskan pendidikan di antara aspek-aspek yang lain, karena pendidikan adalah penentu kualitas ekonomi di masa depan.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Gambar an Umum Pondok Pesantr en Al-Manar Bener Kecamatan Tengar an Kabupaten Semar ang
Sejarah Singkat Dengan mengambil data dari Profil Pondok Pesantren Al-Manar
Bener Tahun Pelajaran 20112012, Al-Manar adalah sebuah Pondok Pesantren putra-putri yang terletak di Jalan Raya Solo-Semarang.
Tepatnya di Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, 3 Km sebelah selatan kota Salatiga. Nama Al-Manar secara resmi muncul pada
masa K. Fatkhurrohman tahun 1982 yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Pesantren as Suyuthiyyah yang didirikan dan dirintis oleh al
Mukarrom Simbah K. Djalal Suyuthi pada tahun 1913. Misi Al-Manar adalah menciptakan generasi yang berakhlakul Karimah yang mampu
menghadapi tantangan zaman modern. Misi itu dituangkan dalam kurikulum yang menerapkan sistem klasik sorogan dan bandongan yang
bertitik berat pada kajian-kajian kitab kuning karangan ulama syafi’iyah. Oleh karena itu, substansi yang ditekankan adalah Nahwu, Sorof, Fiqih,
Ushul Fiqih, Hadists, Tafsir, Tauhid, Tasawuf dan Tarikh. Berikut ini adalah potret singkat perjalanan Ponpes Al-Manar yang diambil dari
beberapa sumber. Desa Petungsar i adalah sebuah desa yang sekar ang
ber nama “Bener ”. Kar ena penjajahan yang dialaminya, kesulitan
dalam mengembangkan syi ar islam dir asakan sekali oleh masyar akat desa ini. Cuma satu dua or ang yang mengenal ajar an
islam, bahkan masyar akat desa ini di kenal sebagai masyar akat yang r usak yang akr ab dengan
mo limo
dan jauh dar i agama ser t a banyak nonmuslimnya.
Adalah Bapak Juw ahir , salah satu w ar ga desa Petungsar i yang memimpi n sebuah mushola, yang mer asa t er gugah untuk
memper dalam ajar an Agama Islam dengan menjadi santr i dar i Kyai Naim, Kyai dar i Desa Cabean. Semakin har i jamaah di
musholanya semakin ber t ambah sehingga t er jadilah sebuah kesepakat an antar a bapak Juw ahir dengan Kyai Naim untuk
mendatangkan seor ang Kyai untuk mengasuh jamaah yang semakin ber tambah itu. Beber apa bulan kemudian, Kyai Na’im
memint a K. H. Djalal Suyuthi untuk memikul tugas ter sebut. Kar ena mushola sudah tidak mampu menampung jamaah, maka
Bapak juw ahir pun mew akafkan sebagian t anahnya untuk dijadikan Masjid. Untuk mensyiar kan dakw ah islamiyah, beliau
mendir i kan Pondok Pesantr en pada tahun 1926. pada masa kepemi mpinan beliau, kondisi bangsa Indonesia ber ada pada
masa penjajahan. Keadaan paling tr agis ter jadi tahun 1942-1946 di masa penjajahan Jepang. Pondok Pesantr en mengal ami