28 Daun jamblang yang telah kering diserbukkan kemudian di maserasi
dengan cara masukkan 10 bagian simplisia 500 g ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari 3,75 L etanol 96 dan tutup, biarkan
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian 5 L.
Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring Ditjen, POM., 1979.
Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan dan dipekatkan dengan rotary evaporator
tekanan rendahpada suhu ± 50 C, hingga didapat ekstrak cair.
Selanjutnya ekstrak cair daun jamblang dikeringkan dengan hair dryer sehingga didapatkan ekstrak kental daun jamblang.
3.5 Pembuatan Formula
Sediaan krim yang digunakan dalam penelitian ini adalah krim dengan tipe emulsi minyak dalam air. Formulasi krim dalam penelitian ini terdiri dari krim
yang mengandung ekstrak etanol daun jamblang dan amylum oryzae dengan berbagai konsentrasi yaitu ekstrak etanol daun jamblang 2,5, amylum oryzae
2,5, kombinasi amylum oryzae dan ekstrak etanol daun jamblang dengan konsentrasi 7,5 : 2,5, 5 : 5, dan 2,5 : 7,5serta krim sebagai standar
dibuat blanko tanpa ekstrak daun jamblang dan amylum oryzae. Rancangan formulasi dijelaskan sebagai berikut:
Formula standar Mitsui, 1997 R Akuades
54,95 Propilen glikol
7,0 Natrium edetat
0,05
Universitas Sumatera Utara
29 Trietanol amin
1,0 Vaselin
5,0 Setil alkohol
3,0 Asam stearat
3,0 Gliseril monostearat
3,0 Titanium dioksida
5,0 Oxibenson
2,0 Oktil metoksisinamat
5,0 Etil poliakrilat
1,0 Squalen
10 Antioksidan
q.s Pengawet
q.s Parfum
q.s Formula modifikasi
R Propilen glikol 7,0
Natrium edetat 0,05
Trietanol amin 1,0
Vaselin 5,0
Setil alkohol 3,0
Asam sterat 3,0
Gliseril monosterat 3,0
Oktil metoksisinamat 6,0
Butil hidroksi toluen 0,1
Nipagin 0,2
Universitas Sumatera Utara
30 Parfum
3 tetes Akuades
100 Pada formula modifikasi, titanium dioksida, oksibenzon, etil poliakrilat,
dan squalen dihilangkan. Titanium dioksida merupakan salah satu tabir surya fisik yang bekerja memantulkan sinar matahari. Peneliti mengganti titanium dioksida
dengan amylum oryzae. Amylum oryzae juga berfungsi sebagai tabir surya fisik. Menurut Wasitaatmadja 1997, tabir surya fisik dapat menahan UVA maupun
UVB. Berdasarkan penelitian uji tempel oleh Szczurko, dkk., 1994, 35 kasus penggunaan oksibenzon pada pelembab harian diperoleh sepertiga dari pasien
mengalami fotoalergi. Etil poliakrilat berfungsi dalam kosmetik sebagai pembentuk film
stabilisator pada emulsi serta zat pensuspensi. Polimer dari akrilat ini pada dasarnya tidak sensitif terhadap sinar ultraviolet. Namun penyerapan utama pada
akrilat yaitu pada panjang gelombang yang rendah Fiume, dkk., 2011. Squlen merupakan antioksidan pada formula krim tabir surya. Peneliti
mengganti squalen dengan ekstrak etanol daun jamblang yang mengandung flavonoid sebagai antioksidan. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui
efektivitas dari antioksidan ekstrak etanol daun jamblang pada penggunaan krim tabir surya. Penambahan butil hidroksi toluen bertujuan untuk mencegah
ketengikan pada sediaan krim tabir surya yang mengandung minyak. Komposisi masing-masing formula tabir surya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 3.1 Komposisi masing-masing formula tabir surya
No Nama Zat
Konsentrasi Formula bb F0
F1 F2
F3 F4
F5 1
Ekstrak daun
jamblang _
_ 2,5
2,5 5
7,5 2
Amylum oryzae
_ 2,5
_ 7.5
5 2,5
5 Dasar Krim
100 97,5
97,5 90
90 90
6 Minyak
Lavender 3 tetes
3 tetes 3 tetes
3 tetes 3 tetes
3 tetes Keterangan : F0 : Krim OMC 6
F1 : Krim amylum oryzae 2,5 + OMC 6 F2 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5 + OMC 6
F3 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5 + amylum oryzae 7,5 + OMC 6
F4 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 5 + amylum oryzae 5 + OMC 6
F5 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 7,5 + amylum oryzae 2,5 + OMC 6
3.5.1 Pembuatan dasar krim Pembuatan dasar krim dilakukan dengan cara meleburkan fase minyak
yaitu vaselin, asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol ke dalam cawan penguap dan panaskan di atas penangas air pada suhu 70 - 75ºC. Kemudian
setelah fase minyak melebur tambahkan butil hidroksi toluen, aduk hingga larut massa I. Campurkan fase airyang terdiri dari nipagin, propilen glikol
trietanolamin, natrium edetat dan akuades ke dalam erlenmeyer, kemudian dipanaskan hingga larut massa II.Kemudian dimasukkan massa I kedalam
lumpang panas, ditambahkan oktil metoksisinamat diaduk perlahan. Kemudian ditambahkan massa II secara perlahan sambil digerus konstan hingga terbentuk
massa krim. Selanjutnya tambahkan parfum dan digerus homogen. Massa krim yang telah homogen kemudian dimasukkan ke dalam wadah.
Universitas Sumatera Utara
32 3.5.2 Pembuatan formula I
Ke dalam lumpang dimasukkan sebagian amylum oryzae dan digerus hingga halus, kemudian ditambahkan sedikit dasar krim, digerus hingga homogen.
Selanjutnya ditambahkan sisa amylum oryzae ke dalam lumpang, gerus homogen. Kemudian masukkan sisa dasar krim, gerus hingga homogen. Selanjutnya
masukkan parfum dan digerus homogen. Massa krim yang telah homogen kemudian dimasukkan ke dalam wadah.
3.5.3 Pembuatan formula II Ke dalam lumpang dimasukkan sebagian ekstrak daun jamblang dan
digerus hingga halus, kemudian ditambahkan sedikit dasar krim, digerus hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan sisa ekstrak daun jamblang ke dalam
lumpang, gerus homogen. Kemudian masukkan sisa dasar krim, gerus hingga homogen. Selanjutnya masukkan parfum dan digerus homogen. Massa krim yang
telah homogen kemudian dimasukkan ke dalam wadah. 3.5.4 Pembuatan formula III, IV, dan V
Ke dalam lumpang dimasukkan amylum oryzae dan digerus hingga halus, kemudian ditambahkan sedikit dasar krim, digerus kembali massa I. Selanjutnya
massa I ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam ekstrak daun jamblang dan digerus hingga homogen. Kemudian masukkan parfum dan digerus homogen.
Massa krim yang telah homogen kemudian dimasukkan ke dalam wadah.
3.6 Pengamatan Stabilitas Fisik Sediaan Krim 3.6.1Pengamatan stabilitas sediaan krim secara organoleptis
Analisis organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan blanko dan sediaan dengan ekstrak daun
Universitas Sumatera Utara
33 jamblang Syzigium cumini L. Skeels dan amylum oryzae selama waktu
penyimpanan. Pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau tersebut dilakukan setiap minggu selama penyimpanan 12 minggu pada temperatur kamar.
3.6.2 Pengukuran pH Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml, kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka
yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaanRawlins, 2003. 3.6.3 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen, POM., 1979. 3.6.4 Pemeriksaan tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit metilen biru ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut
adalah tipe minyak dalam air Ditjen, POM., 1985. 3.6.5 Uji iritasi terhadap kulit relawan
Uji iritasi terhadap sukarelawan dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut
Wasitaatmadja, 1997.
Universitas Sumatera Utara
34 Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 6 orang
dengan kriteria sebagai berikut: 1.
Wanita berbadan sehat. 2.
Usia antara 20-30 tahun. 3.
Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi. 4.
Kulit sehat, tidak iritasi, dan tidak ada kelainan kulit. 5.
Bersedia menjadi sukarelawan untuk uji iritasi. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian
sehingga lebih mudah diawasi dan diamati jika ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang diuji Ditjen, POM., 1985.
3.7 Penentuan Nilai Sun Protection Factor Sediaan Krim