29
Tabel 4.2 menunjukkan nilai tingkat efektifitas fa pada dosis pemberian albendazol yang diuji dan hasil perhitungan LD
50
yang didapatkan menggunakan aplikasi perangkat lunak CompuSyn. Nilai LD
50
Albendazol terhadap aktivitas antelmintik adalah 14,895 mgmL.
Tabel 4.2 Uji aktivitas antelmintik dengan albendazol
dosis mgmL
Fa LD
50
mgmL
5 0,2667
14,8949
10 0,3333
15 0,4667
20 0,6000
25 0,6667
Hasil uji aktivitas antelmintik dengan ektrak etanol daun pugun tanoh di peroleh nilai LD
50
adalah 0,8573 mgmL sedangkan pada uji aktivitas antelmintik dengan albendazol 14,8949 mgmL. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas
ekstrak etanol lebih kuat dibandingkan dengan albendazol. Ginting 2015 menyatakan bahwa kemampuan antelmintik ekstrak etanol daun pugun tanoh
yang menggunakan metode sokletasi memiliki efektifitas lebih tinggi dari kemampuan antelmintik albendazol.
4.1.3 Aktivitas Antelmintik Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh dengan Albendazol
Penelitian ini menggunakan nilai Combination Index CI untuk mengetahui aktivitas kombinasi ekstrak etanol daun pugun tanoh dengan
albendazol. Nilai Combination Index CI adalah ukuran kuantitatif dari tingkat interaksi obat dalam jangka sinergis dan antagonis untuk menentukan titik akhir
Universitas Sumatera Utara
30
efek pengukuran tertentu, dimana nilai CI 1, = 1, 1 mengindikasikan efek sinergis, adiktif dan antagonis. Tabel 4.3 menunjukkan nilai fa pada kombinasi
ekstrak etanol daun pugun tanoh dengan albendazole. Penggunaan nilai fa kedua dosis tunggal dan kombinasi merupakan syarat dalam mendapatkan nilai CI pada
CompuSyn. Tabel 4.3
Tingkat efektifitas kombinasi ekstrak etanol daun pugun tanoh dengan albendazol
Kombinasi ekstrak etanol daun pugun tanoh dengan albendazol
dosis mgmL
Fa Albendazol
ekstrak pugun tanoh
3.7237 0.2143
0.3333 7.4474
0.4286 0.5333
14.8949 0.8573
0.6000 29.7898
1.7146 0.6667
59.5796 3.4292
0.7333
Nilai Combination Index CI dari kombinasi ekstrak etanol daun pugun
tanoh dengan albendazol dapat dilihat pada Tabel 4.4. hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis kombinasi yang diberikan semakin tinggi nilai CI
yang didapat terhadap cacing Pheretima phostuma, maka dengan semakin tingginya nilai CI semakin antagonis efek yang diperoleh.Laporan aplikasi
CompuSyn juga menunjukkan nilai CI pada kondisi LD
50
yaitu 1.2306 yang berarti bahwa pada kondisi LD
50
kombinasi ekstrak etanol daun pugun tanoh dengan albendazol memiliki efektifitas antagonis menengah. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 4.5 yang menunjukkan deskripsi efektifitas kualitatif berdasarkan rentang nilai Combination index CI. Kondisi nilai CI yang di uji berada pada
posisi 1,20 – 1.45.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 4.4 Nilai Combination Index CI dari perhitungan aplikasi Compusyn
Kombinasi ekstrak etanol daun pugun tanoh dengan albendazol
dosis mgmL
CI Albendazol
ekstrak pugun tanoh
3.7237 0.2143
0.8326 7.4474
0.4286 0.9711
14.8949 0.8573
1.6432 29.7898
1.7146 2.7767
59.5796 3.4292
4.6265
Kombinasi EEDPT dengan albendazol berdasarkan Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 juga menunjukkan bahwa pada dosis kombinasi ¼ LD
50
EEDPT dengan ¼ LD
50
albendazol menunjukkan sifat sinergis menengah. Hasil kombinasi ½ LD
50
EEDPT dengan ½ LD
50
albendazol menunjukkan perubahan sifat menjadi mendekati adiktif. Perubahan meningkat menjadi semakin antagonis dimulai pada
kombinasi dosis 1 LD
50
EEDPT dengan 1 LD
50
albendazol.
Tabel 4.5 Tabel deskripsi efektifitas kualitatif berdasarkan rentang nilai
Combination index CI oleh Chou dan Martin 2005
Range of Combination Index Description
Granded Symbols
0.10 Very strong synergism
+ + + + + 0.10-0.30
Strong synergism + + + +
0.30-0.70 Synergism
+ + + 0.70-0.85
Moderate synergism + +
0.85-0.90 Slight synergism
+ 0.90-1.10
Nearly additive ±
1.10-1.20 Slight antagonism
- 1.20-1.45
Moderate antagonism - -
1.45-3.30 Antagonism
- - - 3.30-10
Strong antagonism - - - -
10 Very strong antagonism
- - - - -
Universitas Sumatera Utara
32
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun pugun tanoh dengan albendazol memiliki tingkat antagonis yang menengah, artinya
dengan penggunaan kedua pemberian tersebut secara bersamaan memiliki pengaruh terhadap efektivitas antelmintiknya. Pengaruh yang terjadi pada kondisi
antagonis menengah meliputi terjadinya penurunan efektivitas antelmintiknya. Pengaruh tersebut diduga dikarenakan banyaknya senyawa aktif dalam obat
herbal, berkemungkinanmeningkatkaninteraksiyang
terjadi.Secarateoritisinteraksiobat herbaldenganobatsintetiklebihtinggidaripadainteraksiduaobatsintetikkarenaobatsin
tetikbiasanyahanyaberisikandungankimiatunggalIzzo, 2004. Studi farmakodinamik memberikan pengetahuan mengenai dinamika
tingkah laku obat dalam tubuh manusia. Interaksi farmakodinamik dapatdidefinisikan sebagai fluktuasi biovaibilitas suatu senyawa sebagai hasil
interaksi yang bersifat sinergis atau antagonis dari obat dengan produk herbal. Interaksi farmakodinamik secara umum lebih sulit diprediksi dan dicegah
dibandingkan dengan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik antara obat dan produk herbal paling baik diidentifikasi melalui profil terapi dari obat
dan produk herbal tersebut. Penggunaan obat bersama produk herbal dengan fungsi terapi yang serupa dapat menyebabkan potensiasi. Beberapa kasus
menyatakan, peningkatan potensi dalam terapi dapat mengganggu hasil yang diharapkan secara optimal karena efek yang diharapkan menjadi lebih sulit untuk
diprediksi. Interaksi yang berisiko tinggi dan signifikan terjadi pada obat dan
Universitas Sumatera Utara
33
produk herbal dengan efek simpatomimetik, diuretik, hipoglikemik, antikoagulan dan antiplatelet Chen, 2007.
Ketika dua obat digunakan secara bersamaan maka kemungkinan respon yang diperoleh adalah respon semakin meningkat atau respon justru berkurang
karena salah satu obat menghambat kerja obat lainnya. Interaksi obat dikatakan aditif jika efek yang diberikan oleh kombinasi obat sama dengan penjumlahan
dari efek masing-masing obat jika diberikan tunggal. Interaksi obat dikatakan sinergis jika efek yang diberikan oleh kombinasi obat lebih besar eksponensial
dari penjumlahan efek masing-masing obat jika diberikan tunggal. Interaksi obat ini dapat terjadi antara obat dengan obat lainnya atau obat dengan produk herbal
Chen, 2007. Hasil yang diperoleh akan ada interaksi farmakokinetik atau
farmakodinamik antara obat herbal dan obat sntetik, dan jikafarmakokinetik dan atau farmakodinamik dari obat berubah karena adanya interaksi ini, maka
berpotensi semakin parah atau mungkin mengancam jiwa jika reaksi merugikan ini muncul Dulger, 2012.
Interaksi farmakokinetik melibatkan terutama induksi atau penghambatan isozim sitokrom P450 dan p-glikoprotein, yang mengakibatkan perubahan dalam
penyerapan, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat Dulger, 2012. Interaksi farmakokinetik umumnya mengakibatkan perubahan dalam plasmatingkat obat
dari obat resep.interaksi farmakodinamik antara obat dan herbalobat-obatan mungkin karena efek aditif atau sinergis yangakan menghasilkan efek
Universitas Sumatera Utara
34
ditingkatkan atau keracunan, atau obat-obatan herbalmungkin memiliki sifat antagonis yang cenderung mengurangikhasiat obat dan hasilnya kegagalan terapi.
Banyak obat yang dilaporkan dapat berinteraksi dengan herbal sebabnya adalah substrat sitokrom CYP enzim P450. Enzim ini tunduk pada induksi atau
inhibisi oleh beberapa penggunaan obat-obatan herbal Dulger, 2012.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN