12
Telur Schistosoma yang keluar dari tubuh hospes bersama tinja atau urin harus masuk ke dalam air agar dapat menetas menjadi larva mirasidium. Larva ini
berenang mencari hospes perantara yaitu siput. Di dalam tubuh siput, mirasidium berkembang menjadi sporokista, dan akhirnya tumbuh menjadi serkaria yang
infektif. Infeksi penyakit ini umumnya terjadi pada orang yang bekerja di sawah, danau, kolam, kanal, dan aliran air yang terkontaminasi oleh larva. Larva akan
masuk ke dalam aliran darah dengan berpenetrasi menembus kulit Anand dan Sharma, 1997.
2.2.2.2 Fasciolopsiasis
Beberapa cacing trematoda menginfeksi saluran cerna manusia dan hewan, sehingga disebut trematoda saluran pencernaan. Contohnya adalah Fasciolopsis
buski, Heterophyses heterophyses, dan Metagonimus yokogawi. Infeksi terjadi
melalui konsumsi buah atau tanaman air yang terkontaminasi larva cacing. Hospes perantara cacing ini adalah siput. Manifestasi klinis penyakit ini adalah
sakit perut, diare, mual, muntah, dan anoreksia. Terkadang terjadi pembengkakan di wajah pada anak-anak Anand dan Sharma, 1997.
2.2.3 Infeksi Cestoda
Menurut Tjahyanto dan Salim 2013, infeksi cestoda yang sering dijumpai adalah:
2.2.3.1 Ekinokokkosis
Penyakit ini juga disebut sebagai penyakit hidatid yang disebabkan oleh Echinococcus granulosis
cacing pita anjing. Infeksi menyebabkan kista hidatid yang besar di dalam hati, paru, dan otak. Reaksi anafilaktik terhadap antigen
Universitas Sumatera Utara
13
cacing dapat terjadi bila terjadi ruptur kista. Penyakit timbul sesudah tercernanya telur dalam feses anjing. Domba sering berperan sebagai perantara. Einokokkosis
didiagnosa melalui CT-scan atau biopsi jaringan yang terinfeksi dan diterapi dengan eksisi kista melalui pembedahan Tjahyanto dan Salim, 2013.
2.2.3.2 Taeniasis
Bentuk penyakit ini disebabkan oleh Taenia solium dewasa cacing pita babi. Usus merupakan lokasi infeksi utama, organisme dapat menyebabkan diare.
Walaupun demikian, sebagian besar infeksi ini bersifat tidak bergejala. Penyakit ini ditularkan melalui larva dalam daging babi yang kurang matang atau melalui
penelanan telur cacing pita. Taeniasis didiagnosa melalui deteksi proglotid di dalam feses Tjahyanto dan Salim, 2013. Penyakit ini juga disebabkan oleh larva
dari Taenia saginata cacing pita sapi. Organisme ini terutama menginfeksi usus dan tidak menghasilkan sistiserki. Penyakit ini ditularkan oleh larva dalam daging
sapi yang kurang matang atau mentah. Taeniasis didiagnosa melalui deteksi proglotid dalam feses Tjahyanto dan Salim, 2013.
Taenia sukar sekali dibasmi karena kepalanya scolex yang relatif kecil dibenamkan ke dalam selaput lendir usus hingga tidak bersentuhan dengan obat.
Bagian cacing yang bersentuhan dengan obat telah dimatikan dan kemudian scolex
dilepaskan dan terbentuk kembali menjadi segmen-segmen baru Tjay dan Rahardja, 2002.
2.2.3.3 Sistiserkosis
Universitas Sumatera Utara
14
Penyakit ini disebabkan oleh larva Taenia solium. Infeksi menghasilkan sistiserki dalam otak menimbulkan kejang, sakit kepala, dan muntah dan di
mata. Penyakit ini terjadi sesudah penelanan telur dari feses manusia. Sistiserkosis didiagnosa melalui CT-scan atau biopsi Tjahyanto dan Salim, 2013.
2.2.3.4 Difilobotriasis