Adapun beberapa ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang sebab yang dilarang, yaitu :
26
a. Pasal 1335 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
menyatakan “suatu perjanjian tanpa sebab atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai
kekuatan”. b.
Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan “suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh
undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”.
Dari uraian tentang syarat-syarat sahnya perjanjian di atas maka syarat tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu syarat subjektif dan syarat objektif.
Syarat subjektif terdapat dalam dua syarat pertama karena melekat pada diri orang yang menjadi subjek perjanjian, apabila tidak terpenuhi maka perjanjian itu dapat
dibatalkan oleh salah satu pihak, sedangkan syarat objektif terdapat dalam dua syarat yang terakhir, apabila syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian
tersebut batal demi hukum.
D. Akibat-Akibat Perjanjian
Akibat–akibat yang ditimbulkan karena adanya perjanjian diatur dalam pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu :
1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat
26
Ibid, hlm. 341-342.
Universitas Sumatera Utara
ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan untuk itu dan
perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik. Sesuai dengan pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas
dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-
undang sesuai dengan pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
3. Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.
Suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi dan manfaat bagi pihak ketiga selain dalam hal yang diatur dalam pasal 1317 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. Sesuai pasal 1340 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
4. Tiap orang yang berpiutang boleh mengajukan batalnya segala
perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh orang yang berpiutang, asalkan dapat dibuktikan. Sesuai dengan pasal 1341 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
E. Risikodalam Perjanjian Risiko adalah kewajiban memikul kewajiban yang disebabkan karena
suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak.
27
27
Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan ke VI, Jakarta, PT. Intermasa,1979, hlm.59.
Risiko dalam suatu perjanjian dibagi menjadi 2 dua yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Risiko pada perjanjian sepihak
Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menerbitkan kewajiban hanya pada satu pihak saja, misal pada perjanjian penghibahan dan
perjanjian pinjam pakai.Menurut Pasal 1237 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa :
“Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu, kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas
tanggungan si berputang, jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungannya”.
2. Risiko pada perjanjian timbal balik
Perjanjian timbal balik adalah suatu perjanjian yang membebankan kewajiban pada kedua belah pihak, misalnya perjanjian jual beli, sewa
menyewa, dan tukar menukar. Sesuai dengan tujuan hukum yaitu untuk mencapai suatu keadilan maka sudah selayaknya dalam suatu perjanjian
timbal balik bila salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya, dengan sendirinya pihak yang lain juga dibebaskan dari kewajibannya.
Dengan kata lain seseorang hanya bersedia memberikan sesuatu karena mengharapkan akan menerima sesuatu pula dari pihak lainnya.
Pasal 1545 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa :
“jika suatu barang tertentu, yang telah dijanjikan untuk ditukar, musnah diluar salah pemiliknya, maka perjanjian dianggap sebagai
gugur, dan siapa yang dari pihaknya telah memenuhi perjanjian, dapat menuntut kembali barang yang ia telah berikan dalam tukar
menukar”. Selanjutnya pada Pasal 1543 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang menyatakan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
“jika pihak yang satu telah menerima barang yangditukarkan kepadanya, dan kemudian ia membuktikan bahwa pihak yanglain
bukan pemilik barang tersebut, maka tak dapatlah ia dipaksamenyerahkan barang yang ia telah janjikan dari pihaknya
sendiri,melainkan hanya untuk mengembalikan barang yang telah diterimanya”.
Jadi, intinya adalah mengatur masalah risiko dalam perjanjian sewa menyewa, yang meletakan risiko diatas pundak pemilik barang yang
disewakan.Jadi dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan tujuan hukum yaitu untuk mencapai suatu keadilan maka dalam perjanjian timbal balik berlaku asas umum
bahwa risiko yang terjadi akibat dari suatu keadaan memaksa, wajib dipikul oleh pemilik barang sendiri.
F. Wanprestasi