Jalur Hukum Risiko Yang Dikecualikan

pelanggaran kontrak atau wanprestasi sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 77 Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian sewa beli dapat dilakukan dengan cara musyawarah dan jika jalan ini gagal dilaksanakan, maka bentuk penyelesaian yang tepat adalah mengajukan gugatan wanprestasi ke Pengadilan. Pengajuan gugatan dalam kenyataannya menimbulkan kondisi tidak efektif dan tidak efisien bagi pihak perusahaan pembiayaan, namun efektivitas dan efisiensi dalam hal ini tidak dapat dijadikan dasar untuk mengesampingkan kaidah hukum yang telah digariskan dalam klausula-klausula perjanjian yang dibuat oleh para pihak, yaitu kreditur dan debitur serta pihak asuransi sewa beli merupakan undang-undang bagi mereka, sehingga harus mematuhinya.Dalam hal ini perjanjian yang berlaku sebagai hukum tersebut, memberikan ancaman sanksi yang dibuat oleh mereka sendiri.Biasanya baru benar dilaksanakan, jika sudah Sehingga apabila debitur melanggar larangan tersebut dan tetap tidak ada pembayaran maka jalan terakhir yang ditempuh oleh PT. Summit Oto Financeadalah melakukan penarikan unit kendaraan bermotor tersebut. Kemudian perlindungan hukum kreditur itu diatur dalam Pasal 20 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi : “Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda tersebut, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia”.

b. Jalur Hukum

77 Ibid. Universitas Sumatera Utara terbentang jalan buntu untuk berdamai. Dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor telah ditentukan bahwa tentang perjanjian sewa beli dan segala akibat hukumnya, para pihak memilih domisili tempat kediaman hukum di kantor panitera Pengadilan Negeri yang ditunjuk. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa para pihak telah menunjuk pengadilan sebagai pemutus sengketa, apabila terjadi perselisihan di antara mereka. Setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130PMK.0102012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, maka apabila jalan kekeluargaan tidak dapat ditempuh maka pihak perusahaan pembiayaan pun tidak diperkenankan untuk melakukan penarikan secara sepihak tetapi dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penarikan secara paksa dengan disertai penetapan pengadilan. Hal ini menunjukkan bahwa baik perjanjian sewa beli maupun perjanjian fidusia pada hakikatnya tidak memperkenankan penarikan kendaraan secara sepihak dengan menggunakan debt collector sebagaimana dalam praktik selama ini. Penarikan kendaraan sebagai bentuk parate eksekusi tetap harus dilaksanakan dalam wilayah hukum, yaitu dilaksanakan oleh aparat hukum dengan didasari perintah dari Ketua Pengadilan berdasarkan Sertifikat Jaminan Fidusia. Penarikan kendaraan bermotor seharusnya dilaksanakan dengan mekanisme eksekusi oleh juru sita Pengadilan Negeri dan dituangkan dalam Berita Acara Eksekusi. Kendaraan yang dieksekusi dijual dengan mekanisme pelelangan ataupun penjualan di bawah tangan untuk memperoleh harga yang Universitas Sumatera Utara lebih tinggi dan apabila terdapat kelebihan dari selisih antara kewajiban nasabah dengan hasil penjualan kendaraan maka selisih tersebut dikembalikan kepada pihak nasabah. Mekanisme inilah yang merupakan mekanisme yang seharusnya ditempuh dalam penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen setelah diwajibkannya melakukan pendaftaran fidusia. Sebenarnya kreditur juga debitur lebih cenderung menghindari jalur hukum ke pengadilan, jika tidak terpaksa. Alasan utamanya adalah masalah biaya, waktu dan tenaga. Apabila memang terpaksa ditempuh jalan mengajukan gugatan ke pengadilan, baik secara perdata atau pidana, maka cara ini merupakan pilihan terakhir. Lembaga Peradilan tidak akan pernah menangani sengketa perjanjian sewa beli kendaraan bermotor, jika para pihak cenderung menyelesaikan perselisihan dengan cara musyawarah. Kondisi ini akan terjadi sebaliknya, apabila kesadaran hukum untuk berperkara telah demikian menebal di antara para pihak dalam perjanjian sewa beli tersebut, sehingga akan semakin menumpuk pula berkas perkara perjanjian sewa beli di pengadilan. Dengan demikian semakin banyak pula yurisprudensi sewa beli, khususnya yang menyangkut kendaraan bermotor tercipta melalui peradilan. Dalam penyelesaian sengketa melalui peradilan PT. Summit Oto Financemenempuh jalur hukum untuk menyelesaikan kredit macet tersebut, yaitu pengajuan gugatan secara perdata dan ataupun pelaporan tindak pidana serta melalui Arbitrase Ad Hoc. 78 78 Pasal 32 Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Asuransi Sinarmas. Dalam hal pengajuan gugatan secara perdata terhadap debitur yang melakukan wanprestasi pihak perusahaan pembiayaan Universitas Sumatera Utara kreditur dapat mengajukan gugatan perdata tersebut ke Pengadilan Negeri setempat dengan tuntutan ganti rugi. Ketentuan mengenai wanprestasi, telah dimuat secara tegas dalam perjajian pembiayaan konsumen yang termuat dalam syarat-syarat perjanjian pembiayaan konsumen dengan penyerahan hak milik secara fidusia antara PT. Summit Oto Financedengan debitur. Dalam perjanjian tersebut mengatur tentang wanprestasi yang menyatakan bahwa penerima fasilitas atau penerima jaminan setuju dan mengikat diri kepada pemberi fasilitas danatau kuasanya mengenai terjadinya atau keadaan wanprestasi yang dengan lewatnya waktu telah cukup membuktikan terjadinya salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut : 79 1. Debitur danatau penjamin mengajukan permohonan untuk dinyatakan pailit atau permohonan penundaan kewajiban pembayaran hutang- hutangnya surseance van betalling atau debitur digugat pailit oleh pihak manapun juga. 2. Debitur danpenjamin meninggal dunia, kecuali bila penerima hakpara ahli warisnya dapat memenuhi seluruh kewajiban debitur dan dalam hal ini disetujui oleh kreditur dalam hal debitur adalah perusahaan atau badan hukum atau badan usaha atau lembaga maka klausal ini tidak berlaku. 3. Debitur danatau penjamin ditaruh di bawah pengampuan onder curatele gesteld. 4. Debitur lalai membayar angsuran secara penuh pada tanggal yang telah ditetapkan, atau debitur danatau penjamin lalaitidak memenuhi syarat- syarat dalam perjanjian ini atau perjanjianpernyataan lain yang 79 Berdasarkan Annual Report PT. Summit Oto Finance. Universitas Sumatera Utara berhubungan dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini danatau perjanjian lainnya yang terpisah dari perjanjian ini. Sedangkan secara pidana debitur dapat dituntut dengan Pasal 372 dan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 1. Tindak Pidana Penggelapan Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yaitu barang siapa dengan sengaja memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu ada dalam tangannya bukan karena kejahatan dihukum karena penggelapan dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun. 80 Tinjauan terhadap pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu timbulnya hutang konsumen pada PT. Summit Oto Finance karena konsumen telah mendapatkan fasilitas kredit jual beli untuk membeli barang yaitu sepeda motor, dan untuk menjamin kembali hutangnya konsumen menyerahkan barang yang telah di belinya secara fidusia sebagai barang jaminan dan konsekuensi jadi pada penyerahan barang jaminan secara fidusia tersebut yang menjadi pemilik atas barang jaminan tersebut adalah PT. Summit Oto Finance selama hutang konsumen belum lunas atau kewajibannya belum dibayar, dan konsumen adalah peminjam yang diberikan PT. Summit Oto Finance secara kepercayaan atau fidusia yang mempunyai kewajiban untuk menjaga serta merawat keutuhan barang jaminan tersebut dari segala kemungkinan rusak, hilang atau 80 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Bogor, Politeia, 1994, hlm. 258. Universitas Sumatera Utara musnah dan “konsumen tidak berhak untuk meminjamkan, menyewakan, menjaminkan atau menyerahkan penguasaan atau penggunaan atas barang tersebut kepada pihak ketiga atau dengan jalan apapun juga ketentuan ini telah dianut secara tegas dalam perjanjian kredit pasal 9 yang menyebutkan : 81 Pelanggaran atas ketentuan ini dapat dikenakan Pasal 372 dan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Mengenai STNK dan BPKB atas nama konsumen tidak dapat menjadi suatu alasan bagi konsumen tersebut untuk mengalihkan, menjual atau menggadaikan karena status sepeda motor tersebut adalah barang jaminan terhadap PT Summit Oto Finance untuk menjamin pengembalian kembali hutangnya kepada PT Summit Oto Finance. Kepemilikan barang jaminan akan beralih kembali menjadi milik konsumen setelah seluruh hutangnya yag timbul karena fasilitas pembiayaan yang telah diterima pokok, bunga, dan denda jika ada dilunasi dan atau telah dipenuhi seluruh kewajiban angsurannya. Oleh karena itu, konsumen yang sengaja menghilangkan jual, gadai, dan sebagainya barang jaminan sebelum seluruh kewajibannya yang harus dipenuhi pada PT Summit Oto Finance maka dengan sendirinya sudah memenuhi unsur-unsur suatu tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana, barang jaminan bukan “milik” konsumen telah dijual kepada pihak ketiga dan uang telah dinikmati oleh konsumen sementara itu pemilik atas “Debitur dilarang untuk menjaminkan, menyewakan, mengalihkan, meminjamkan atau menyerahkan penguasaan atau penggunaan atas barang tersebut kepada pihak ketiga dengan jalan apapun juga”. 81 Surat perjanjian Pembiayaan Konsumen PT Summit Oto Finance. Universitas Sumatera Utara barang jaminan itu sendiri PT Summit Oto Finance dirugikan karena macetnya pembayaran angsuran dan penjualan barang jaminan tersebut dilakukan secara tidak sah karena melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama sehingga cacat hukum dan pihak PT Summit Oto Finance selaku pemilik atau pemegang barang jaminan tidak menerima hasil penjualan barang jaminan tersebut sebagai pembayaran kembali hutang konsumen pada PT Summit Oto Finance . Untuk kasus tersebut, maka dapat mengajukan laporan kepada kepolisian bahwa telah terjadi penggelapan barang jaminan oleh konsumen dapat dikenai sanksi yang diatur dalam pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana berupa pidana penjara paling lama 4 empat tahun”. 2. Tindak Pidana Penipuan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Yaitu barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu, keadaan palsu, baik dengan akal ataupun tipu muslihat maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun. 82 Apabila unsur unsur dalam pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tersebut diatas dikaitkan dengan perjanjian kredit jual beli kendaraan bermotor roda dua yang telah ditandatangani ternyata nama, 82 R. Soesilo, Op.Cit., hlm. 260. Universitas Sumatera Utara alamat dan persyaratan persyaratan yang tertera dan terlampir dalam perjanjian kredit jual beli kendaraann bermotor roda dua tersebut hanya dipinjam nama saja oleh orang lain dan atau pihak ketiga dan semua itu dilakukan dengan sengaja, maka pihak yang dipinjamkan namanya dan nama yang meminjam nama dapat dituduh telah melakukan tindakan pidana persekongkolan jahat turut serta melakukan yang dapat dihukum sesuai dengan Pasal 55 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana karena telah melakukan penipuan. 83 1. Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu berbunyi: Perbuatan melawan hukum telah memenuhi unsur- unsur tindak pidana yang diatur pada pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sehingga dapat dikenai ancaman pidana penjara paling lama 4 empat tahun. Kemudian di dalam Pasal 23 ayat 2 jo. Pasal 36 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia juga telah mengatur sanksi yang tegas apabila debitur telah melakukan suatu pelanggaran tindak pidana seperti yang telah di jelaskan diatas. Adapun bunyi Pasal tersebut yaitu sebagai berikut: “Pemberi fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia”. Dalam hal ini PT. Summit Oto Finance . 2. Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu berbunyi: 83 Ibid, hlm. 72. Universitas Sumatera Utara “Pemberi fidusia yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi objek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 2 yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan dengan paling banyak Rp. 50.000.000-. lima puluh juta rupiah”. Dengan didaftarkan jaminan fidusia maka akan dicatat akta jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia dan kepada kreditur diberikan sertifikat jaminan fidusia memiliki irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga asas publisitas terpenuhi sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap krediturdalam hal ini PT. Summit Oto Finance , mengenai benda yang telah dibebani dengan jaminan fidusia. Pendaftaran fidusia secara langsung memberikan hak preferenterhadap kreditur untuk pelunasan terlebih dahulu atas piutangnya atau kepada kreditur hak yang luas menyangkut eksekusi benda jaminan ditangan siapapun benda tersebut berada, hal yang perlu diingat terhadap perlindungan hukum demikian tidak dapat dimiliki oleh kreditur apabila perjanjian jaminan fidusianya tidak didaftarkannya di kantor pendaftaran fidusia. Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor (Studi Pada PT. Federal Internasional Finance)

24 196 87

Eksekusi Jaminan Fidusia Atas Kendaraan Bermotor oleh Lembaga Pembiayaan (Finansial) (studi kasus pada kantor PT. U Finance)

4 144 97

PERJANJIAN SEWA BELI (STUDI TENTANG PEMBIAYAAN PENGADAAN KENDARAAN BERMOTOR PERJANJIAN SEWA BELI (STUDI TENTANG PEMBIAYAAN PENGADAAN KENDARAAN BERMOTOR DI FIF CABANG BOYOLALI).

0 0 22

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL Tanggungjawab Hukum Dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Oleh Pegawai Negeri Sipil.

0 0 13

Tinjauan Hukum Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Dengan Asuransi (Studi Pada PT. Jasa Motor Jaya Belawan)

0 0 9

Tinjauan Hukum Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Dengan Asuransi (Studi Pada PT. Jasa Motor Jaya Belawan)

0 0 1

Tinjauan Hukum Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Dengan Asuransi (Studi Pada PT. Jasa Motor Jaya Belawan)

0 0 18

Tinjauan Hukum Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Dengan Asuransi (Studi Pada PT. Jasa Motor Jaya Belawan)

0 0 22

Tinjauan Hukum Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Dengan Asuransi (Studi Pada PT. Jasa Motor Jaya Belawan)

0 0 2

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor - Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor (Studi Pada PT. Federal Internas

0 0 21